Anda di halaman 1dari 88

ANALISIS YURIDIS HAK ATAS PANGAN BAGI WARGA NEGARA

DI MASA PANDEMI VIRUS CORONA

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada


Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Oleh

SHERINA CAROLINE NAINGGOLAN


170200565

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2021

Universitas Sumatera Utara


2

ANALISIS YURIDIS HAK ATAS PANGAN BAGI WARGA NEGARA


DI MASA PANDEMI VIRUS CORONA

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada


Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Oleh

SHERINA CAROLINE NAINGGOLAN


170200565

Disetujui Oleh

KETUA DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M.H


NIP: 195603291986011001

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M.H Dr. Marianne Ketaren, S.H., M.Kn
NIP: 19590511198 6011001 NIP. 19840215201 4042002

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2021

Universitas Sumatera Utara


3

ABSTRAK

ANALISIS YURIDIS HAK ATAS PANGAN BAGI WARGA NEGARA


DI MASA PANDEMI VIRUS CORONA
Sherina Caroline Nainggolan*)
Prof.Dr.Budiman Ginting, SH.M.Hum**)
Dr. Marianne Ketaren, S.H., M.Kn***)
Covid-19 adalah penyakit Coronavirus Disease-2019 yang ditemukan pada
manusia sejak kejadian luar biasa muncul di Wuhan Cina, pada Desember 2019.
Covid-19 memiliki penyebaran yang lebih luas dan sangat cepat ke hampir semua
Negara termasuk Indonesia. Permasalahan dalam penelitian ini pertama tanggung
jawab negara atas warga negara. Pengaturan dan penjabaran hak atas pangan
warga negara. Hak atas pangan bagi warga negara di masa pandemi virus corona.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian yuridis
normatif. Penelitian ini bersifat deskriptif analitis, deskriptif analitis. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Teknik pengumpulan data
metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan studi pustaka.
Analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini menggunakan deskriptif analitis
kualitatif.
Tanggung jawab negara atas warga negara, terhadap pemenuhan hak atas
pangan rakyat adalah tanggung jawab negara. Ketahanan pangan hanya bisa
dicapai jika ada kecukupan lahan bagi produksi pangan, distribusi yang baik,
produksi pangan dan ketersediaan pangan yang dikonsumsi. Sementara ketahanan
pangan diartikan sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang
tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik mutu dan jumlahnya, aman,
merata dan terjangkau. Pemenuhan hak atas pangan rakyat adalah tanggung jawab
negara. Ketahanan pangan hanya bisa dicapai jika ada kecukupan lahan bagi
produksi pangan, distribusi yang baik, produksi pangan dan ketersediaan pangan
yang dikonsumsi. Sementara ketahanan pangan diartikan sebagai kondisi
terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan
yang cukup, baik mutu dan jumlahnya, aman, merata dan terjangkau.Pengaturan
dan penjabaran hak atas pangan warga negara, Hak konstitusional adalah hak
warga negara yang dijamin dalam UUD 1945. Hak warga negara timbul karena
adanya jaminan UU dan peraturan dibawah UU. Dalam Pasal 27 ayat 2 UUD
1945 berbunyi “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan
yang layak bagi kemanusiaan.Hak atas pangan bagi warga negara di masa
pandemi virus corona, di masa pandemi Covid-19 ini, masyarakat dan pemerintah
memiliki hak dan kewajiban masing-masing. Pemerintah memiliki hak untuk
membuat dan melaksanakan peraturan dalam menghadapi pandemi Covid-19.
Kata Kunci :Hak Pangan, Warga Negara, Masa Pandemi, Virus Corona.1

*)Farra Fathia, Mahasiswi FH USU


**) Prof.Dr.Bismar Nasution, SH.M.Hum, Dosen Pembimbing I

Universitas Sumatera Utara


4

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang

telah melimpahkan kasih dan sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Analisis Yuridis Hak Atas Pangan Bagi Warga Negara

Di Masa Pandemi Virus Corona”

Maksud dari penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu

syarat dalam menempuh ujian sarjana hukum pada Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara. Dalam penulisan skripsi ini penulis tidak mungkin dapat selesai

tanpa bantuan dari berbagai pihak, baik dukungan moral maupun materil. Untuk

itu penulis mengucapakan terima kasih banyak kepada semua pihak yang terlibat:

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum selaku Rektor Universitas

Sumatera Utara Medan.

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H, M.Hum, selaku Dekan Fakultas

hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. OK. Saidin SH, M.Hum selaku Wakil Dekan I Fakultas

hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Puspa Melati Hasibuan, S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan II Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara;

5. Bapak Dr. Jelly Leviza S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan III Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara.

***)Dr. Marianne Ketaren, S.H., M.Kn. Dosen Pembimbing II

Universitas Sumatera Utara


5

6. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution SH.,MH selaku Ketua Departemen Hukum

Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, sekaligus dosen

pembimbing I dalam penulisan skripsi ini, terima kasih atas masukan dan

arahan yang telah meluangkan waktunya.

7. Ibu Tri Murti Lubis, SH.MH, Selaku Sekretaris Departemen Hukum Ekonomi

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

8. Ibu Dr. Marianne Ketaren, S.H., M.Kn selaku Dosen Pembimbing II, yang

telah banyak memberikan saran dan bimbingan untuk menyelesaikan skripsi.

9. Seluruh dosen dan staf pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

10. Kedua orang tua saya, Ayahanda Henri Nainggolan dan Ibunda Ernawati Sitanggang

yang telah dengan sabar dan penuh kasih sayang memberikan yang terbaik selama

masa perkuliahan dan doa-doa dan nasehatnya yang sangat berguna.

11. Keluarga Besar yang selalu memberikan perhatian dan semangat dalam mendukung

tidak hanya dalam menyelesaikan skripsi tetapi juga untuk banyak hal dalam hidup

saya, terutama untuk Jhordy Moses H Nainggolan, Richard J Nainggolan dan Bebby

Nasution selaku Abang dan Kakak kandung penulis.

12. Ara, Ewik, Katila, Payi, Meli, Iki, Ayuk yang selalu menemani selama masa

perkuliahan dan mendukung dalam menyelesaikan penyusunan skripsi penulis.

13. Didi, Biu, Bang Bebek, dan Keluarga Besar Manusia Serigala lainnya yang selalu

menemani selama masa perkuliahan dan mendukung dalam menyelesaikan

penyusunan skripsi penulis.

14. Melva Nava yang sudah seperti saudara untuk penulis, yang selalu mendengar cerita

penulis semasa perkuliahan dan mendukung dalam menyelesaikan penyusunan

Universitas Sumatera Utara


6

skripsi penulis.Semua teman-teman Stambuk 2017 yang dengan caranya

tersendiri telah membantu penulis dalam masa perkuliahan.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan atas semua bantuan

yang diberikan, penulis menyadari skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Oleh

karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk skripsi ini dimasa yang

akan datang. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat menambah dan

memperluas pengetahuan kita semua, terima kasih.

Medan, Desember 2020

Penulis

Sherina Caroline Nainggolan

Universitas Sumatera Utara


7

DAFTAR ISI

ABSTRAK ................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iv

DAFTAR ISTILAH ......................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................... 10

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................. 10

D. Keaslian Penelitian .................................................................... 11

E. Tinjauan Pustaka ....................................................................... 13

F. Metode Penelitian....................................................................... 21

G. Sistematika Penulisan ................................................................ 34

BAB II TANGGUNG JAWAB NEGARA ATAS WARGA NEGARA ....... 25

A. Kewajiban Negara Atas Warga Negara .............................. 25

B. Ruang Lingkup Tanggungjawab Negara Atas Warga Negara 35

C. Bentuk Tanggung jawab negara atas Warga Negara ........... 39

BAB III PENGATURAN DAN PENJABARAN HAK ATAS PANGAN

WARGA NEGARA ........................................................................... 46

A. Peraturan Perundang-undangan ............................................ 46

B. Pengaturan Kebijakan Terhadap Pemenuhan Hak Atas

Pangan Warga Negara Indonesia ......................................... 49

C. Pengaturan Keputusan Terhadap Pemenuhan Hak Atas

Universitas Sumatera Utara


8

Pangan Warga Negara Indonesia ......................................... 54

BAB IV HAK ATAS PANGAN BAGI WARGA NEGARA DI MASA

PANDEMI VIRUS CORONA ........................................................... 61

A. Hak Atas Pangan Warga Negara pada Masa Pandemi

Virus Corona ......................................................................... 61

B. Kewajiban HAM Negara Terhadap Pemenuhan Hak Atas

Pangan ................................................................................... 63

C. Kewajiban Negara atas Pangan Warga Negara pada

Masa Pandemi Virus Corona ................................................ 66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 73

A. Kesimpulan .................................................................................. 73

B. Saran ............................................................................................ 74

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 76

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang menganut faham negara hukum.

Hukum dibuat sebagai perwujudan guna mencapai kesejahteraan, ketertiban,

kedamaian dan keadilan. Dalam pembentukannya, sudah sepatutnya produk

hukum dibuat berdasarkan dari kumpulan pemikiran yang rasional dan mendalam

sehingga produk hukum yang dihasilkan sesuai dengan tujuan itu ditegakkan.

Hukum akan dipersepsikan dalam bentuk tertulis yaitu peraturan perundang-

undangan. Positivisme hukum dikenal juga sebagai teori yang memisahkan antara

hukum dan moral. Apa yang tertulis di dalam peraturan perundang-undangan

merupakan peraturan yang sifatnya mengikat dan memaksa, dan sudah tentu harus

ditegakkan meskipun seringkali bertentangan dengan norma-norma yang berlaku

dimasyarakat. Karena sifatnya itulah, produk hukum yang buruk tetaplah disebut

hukum yang sah jika tidak melanggar konstitusi.2

Hak asasi manusia (HAM) adalah hak dasar yang melekat pada diri

seorang manusia sejak ia lahir dan merupakan anugrah Tuhan yang Maha Esa.

Tidak ada seorang pun di dunia ini yang bisa mengabaikan bahkan mencabut hak

asasi ini, HAM ini merupakan pemberian Tuhan yang diberikan pada makhluknya

sejak dalam kandungan ibu sampai dia terlahir dalam keadaan hidup. HAM

bersifat universal artinya semua manusia memilikinya. Kemudian hak ini lalu

2
Sudiyana, Suswoto. Kajian Kritis Terhadap Teori Positivisme Hukum Dalam Mencapai
Keadilan Substansif. Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum QISTIE Vol 11 No. 1, 01 Mei 2018, hlm 21

Universitas Sumatera Utara


2

diturunkan ke dalam hak dasar di mana hak dasar ini dilakukan penegakan dan

pemenuhan serta perlindungannya harus diserahkan pada negara. Negara yang

memegang peranan dalam mengatur hak-hak dasar ini dalam kehidupan warga

negaranya untuk memastikan hak-hak ini bisa terpenuhi dengan baik serta tidak

ada pelanggaran di dalamnya karena itu dibuatkan dalam instrumen hukum baik

instrumen hukum internasional maupun instrumen hukum nasional.3

Awal tahun 2020, semua negara di dunia mengalami hal yang sama yaitu

menghadapi virus yang disebut dengan virus Corona. Virus ini mulai menyebar ke

beberapa negara, dimana awalnya hanya berada di China tepatnya di kota Wuhan,

yang pertama kali merasakan adanya virus ini kemudian akhirnya satu persatu

negara di dunia, baik di Eropa, Amerika, Asia juga menjadi tempat

penyebarannya Virus ini. Saat ini hampir bisa dikatakan tidak ada satupun negara

yang tidak terkena dengan virus yang menular dan mematikan ini, di mana

penyebaran virus ini sangat cepat dapat menyerang beberapa orang sekaligus

bahkan seluruh penduduk atau masyarakat yang ada di dalamnya. 4Krisis pangan

ini diperparah dengan krisis energi yang menyebabkan sektor industri dan

ekonomi menurun. Kondisi tersebut mengakibatkan tingkat pengangguran dan

kemiskinan meningkat. Hal ini merupakan fenomena sebab-akibat yang saling

berhubungan satu sama lain.

Berbicara pangan tidak dapat dilihat dari sisi ketersediaan dan

keterjangkauan saja, menyerahkan persoalan pangan pada mekanisme pasar secara

langsung ataupun tidak menyerahkan kedaulatan ke tangan pihak lain. Pada sisi
3
Iin Karita Sakharina, Hak Atas Pangan di Masa Pandemi Coronavirus Disease Covid-
19, Jurnal Legislatif, Vol. 3 No. 2 Tahun 2020, hlm 367-368
4
Ibid, hlm 368

Universitas Sumatera Utara


3

lain produsen seperti petani, Nelayan, masyarakat adat, serta masyarakat desa,

baik laki-laki dan perempuan sering kali tidak menjadi faktor penting yang

dipertimbangkan, hal tersebut bisa terlihat bagaimana kebijakan menekan harga

pangan lebih mendapatkan banyak perhatian dari pada pemenuhan harga pangan

yang layak untuk produsen. Memahami bagaimana kedaulatan pangan bisa

dilihat dari sisi keadilan tata ruang, baik di darat dan di laut. Ancaman kedaulatan

pangan terlihat dari alih fungsi lahan pertanian.

Krisis pangan berkala terjadi, karena misalnya ada bencana alam konflik

sosial, fluktuasi harga dan sebagainya, adapun krisis pangan kronis adalah krisis

yang terjadi secara berulang-ulang dan terus menerus krisis ini ditengarai adanya

akses terbatas terhadap persediaan pangan serta harga pangan yang melambung

tinggi.5

Pemenuhan kebutuhan pangan ini menjadi sangat penting dan strategis

dalam rangka mempertahankan kedaulatan negara, melalui tidak tergantung pada

impor pangan dari negara maju. Ketergantungan suatu negara akan impor pangan

(apalagi dari negara maju), akan mengakibatkan pengambilan keputusan atas

segala aspek kehidupan menjadi tidak bebas atau tidak merdeka, dan karenanya

negara menjadi tidak berdaulat secara penuh.6

Tepat pada tanggal 10 April 2020 merupakan hari ke 40 setelah Presiden

mengumumkan adanya pasien yang terjangkit COVID-19 untuk pertama kalinya

di Indonesia. Kasus Positif COVID19 terus mengalami peningkatan seperti yang

5
Adrianus Suyadi , “Krisis Pangan dan Solidaritas”, Kompas No. 43, Th. XLIII, Sabtu,
14 Juni 2008, hlm. 8.
6
Bustanul Arifin, Analisis Ekonomi Pertanian Indonesia. (Jakarta: Buku Kompas, 2004),
hlm 21

Universitas Sumatera Utara


4

telah terkonfirmasi bahwa jumlah kasus positif mencapai 4.557 kasus. Dari

jumlah tersebut menunjukkan adanya lonjakan terus menerus di setiap harinya.

Kini jumlah pasien meninggal dunia mencapai 399 orang.7

Lambannya Pemerintah dalam mengantisipasi virus menimbulkan

permasalahan di setiap aspek, baik sosial, ekonomi dan politik. Pada tanggal 10

Maret 2020 Direktur Jenderal World Health Organization telah mengirim surat

kepada Presiden Republik Indonesia untuk mempertanyakan tingkat kesiapan

Indonesia dalam menghadapi pandemi global. Keterbukaan pemerintah dalam

menangani kasus hingga menyoroti pendekatan dalam melacak dan mendeteksi

kasus COVID-19. Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 12 Tahun 2020 tentang

Penetapan Bencana Nonalam Penyebaran Corona Virus Disease 2019 diteken

oleh Presiden pada 13 April 2020. Penetapan ini tentu sangat terlambat karena

negara asal virus telah mengumumkan 4 bulan akan bahayanya virus ini. WHO

sendiri telah memberikan peringatan keras dan jelas dengan menetapkan Corona

Virus sejak 12 Maret 2020.8

Covid-19 adalah penyakit Coronavirus Disease-2019 yang ditemukan pada

manusia sejak kejadian luar biasa muncul di Wuhan Cina, pada Desember 2019.

Covid-19 memiliki penyebaran yang lebih luas dan sangat cepat ke hampir semua

Negara termasuk Indonesia. Pada banyak kasus, virus ini hanya menyebabkan

infeksi pernapasan ringan seperti flu, sakit tenggorokan, batuk, dan demam.

Namun virus ini bisa menyebabkan infeksi pernapasan berat seperti infeksi paru-

7
Latipah Nasution, Hak Kesehatan Masyarakat dan Hak Permintaan Pertanggungjawaban
Terhadap Lambannya Penanganan Pandemi Global Coranavirus Covid-19, Buletin Hukum dan
Keadilan Volume 4 Nomor 1 (2020), hlm 20
8
Ibid

Universitas Sumatera Utara


5

paru (pneumonia) dan sesak nafas. Virus ini bisa menyerang siapa saja, termasuk

kelompok rentan mulai dari bayi, anak-anak, orang dewasa, ibu hamil dan

menyusui, dan paling beresiko adalah lansia. Penyakit ini dapat menyebar melalui

tetesan kecil (droplet) dari hidung atau mulut pada saat batuk atau bersin.9

Sampai saat ini belum ada vaksin untuk mencegah Covid-19, itulah

sebabnya mengapa dianjurkan melakukan pencegahan penyebaran covid-19

dengan menggunakan masker, rajin cuci tangan, tingkatkan daya tahan tubuh,

bahkan kita dianjurkan untuk menerapkan social distancing dan physical

distancing yaitu menjaga jarak minimal 1 meter dari orang lain, dan tidak keluar

rumah kecuali ada keperluan mendesak atau stay at home. Situasi terkini

perkembangan Covid-19, total kasus konfirmasi secara global adalah 3.356.205

kasus dengan 238.730 kematian (CFR 7%) di 212 Negara Terjangkit. Sementara

situasi di Indonesia terdapat 11.587 kasus konfirmasi positif Covid-19 di 34

Provinsi (1.954 sembuh dan 864 meninggal). Dan untuk Provinsi Gorontalo

terdapat 15 jumlah kasus (2 sembuh dan 1 meninggal). (Sumber Data WHO dan

PHEOC Kemenkes tanggal 5 Mei 2020).10

Dengan perkembangan cepat pandemi ini, timbul kebutuhan untuk

memastikan bahwa informasi yang akurat dan kredibel dapat diakses oleh

pengusaha pangan dan masyarakat luas. Otoritas yang berwenang perlu memiliki

strategi komunikasi yang kuat untuk mencegah rumor dan informasi yang salah

serta untuk memberikan informasi terkini yang andal kepada semua pemangku

9
https://kabarpublik.id/2020/05/06/opini-ketersediaan-pangan-di-tengah-pandemi-covid-
19-refleksi-pemberlakuan-psbb-di-provinsi-gorontalo/diakses tanggal 8 Oktober 2020, Pukul
21.07 Wib
10
Ibid.

Universitas Sumatera Utara


6

kepentingan. Penting bagi otoritas yang berwenang untuk menegaskan kembali

kepada masyarakat bahwa sementara tidak ada kasus COVID-19 yang dilaporkan

yang ditularkan melalui konsumsi makanan dan bahwa COVID-19 sangat tidak

mungkin ditularkan melalui makanan. Rekomendasi kebersihan yang disediakan

oleh otoritas kesehatan berwenang untuk menghindari transmisi SARS-CoV-2

juga harus diterapkan oleh konsumen saat berbelanja atau mengolah makanan.

Rekomendasi dan pesan yang diterbitkan oleh WHO dapat diadaptasi dan

disebarluaskan untuk konteks nasional.11

Kepanikan masyarakat yang berlebihan terhadap pandemi global ini tidak

luput dari sikap pemerintah yang cenderung lamban. Ketidaksigapan pemerintah

salah satunya terlihat dari tidak cekatannya pemerintah dalam membentuk Gugus

Tugas Nasional Penanggulangan Virus Corona. Pemerintah pusat baru selesai

membentuk tim tersebut pada 14 Maret 2020, yang artinya Pemerintah

membutuhkan waktu hampir dua minggu hanya untuk membentuk tim

penanggulangan virus tersebut. Hal tersebut telah mendorong pemerintah daerah

terpaksa terlebih dahulu mengambil langkah mitigasi tanpa melibatkan

pemerintah pusat. Polemik baru pun muncul, karena berdasarkan hukum yang

berlaku penanganan pandemi global ini berada di bawah satu kordinasi dan

pemerintah pusatlah yang berwenangan menentukan kebijakan.12

Food and Agriculture Organization (FAO) PBB menyatakan pandemi

Covid-19 yang bermula dari Provinsi Hubei di RRC dapat memengaruhi

11
https://www.who.int/docs/default-source/searo/ indonesia/covid19/covid-19-dan-
keamanan-pangan.pdf/diakses tanggal 1 Desember 2020, Pukul 20.21 Wib
12
Siti Nurhalimah, Covid-19 dan Hak Masyarakat atas Kesehatan , Jurnal Sosial dan
Budaya Syar-i. Volume 7 Nomor 6 (2020), hlm 544

Universitas Sumatera Utara


7

perekonomian dan ketahanan pangan global. Dampaknya antara lain telah

menyebabkan pemutusan hubungan kerja (PHK) di Indonesia dan di sejumlah

negara, mengganggu ketersediaan tenaga kerja, distribusi barang termasuk

pangan, dan rantai pasokan (perdagangan luar negeri). Ada risiko terjadinya krisis

pangan global kecuali diambil tindakan cepat untuk melindungi mereka yang

paling rentan dan miskin, menjaga rantai pasokan pangan global tetap berjalan

dan mengurangi dampak pandemi terhadap sektor pangan di seluruh sistem

pangan.13

Negara memiliki kewajiban untuk menjamin terpenuhinya hak atas pangan

bagi warga negaranya. Negara dalam memenuhi hak atas pangan bagi warga

negara, terdapat empat tipe kewajiban negara. Pertama ialah “respect”, yaitu

negara harus menghormati hak asasi manusia dengan mengurangi kekuasaan

negara. Yang kedua ialah “protect”, yaitu negara harus melaksanakan kebijakan

yang mengatur keterlibatan pihak bukan negara. Kewajiban ketiga ialah “fulfill”

ialah negara wajib melakukan realisasi yang menitikberatkan pada kelompok yang

paling rentan. Kewajiban keempat ialah “promote” yang berarti pemerintah harus

membuat, melaksanakan dan mengawasi kebijakan-kebijakan yang memfasilitasi

akses terhadap sumber produksi pangan.14

Ketentuan tentang hak atas pangan dan kewajiban negara untuk

memenuhinya diatur dalam banyak instrumen hukum internasional. Tidak

disebutkan secara spesifik apakah hak tersebut harus terpenuhi pada saat terjadi

13
Tri Rini Puji Lestari , Upaya Penerapan Protokol Kesehatan dalam Percepatan
Penanganan Pandemi Covid-19, Parliamentary Review, Vol. II No. 3 (September 2020), hlm 106
14
Amalia Zuhra, Ketahanan Pangan Dan Tanggung Jawab Negara Saat Konflik
Bersenjata: Sebuah Tinjauan Hukum, Vol 1 No. 1 Tahun 2019, hlm 99-100.

Universitas Sumatera Utara


8

konflik bersenjata. Kerawanan pangan dan kurang gizi meningkat jumlahnya di

negara-negara yang mengalami konflik sehingga menimbulkan dampak yang

merugikan orang dalam jumlah besar. Konflik bersenjata memperburuk

kerawanan pangan dan gizi. Rusaknya infrastruktur dan sulitnya akses atas bahan

baku dan pangan menyebabkan harga menjadi tinggi dan sering kali tidak

tersedia.15

Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus

dipenuhi setiap saat. Hak untuk memperoleh pangan merupakan salah satu hak

asasi manusia, sebagaimana tersebut dalam Pasal 27 Undang-Undnag Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945.Pertimbangan tersebut mendasari

terbitnya Undang-Undang No 18 Tahun 2012 tentang Pangan. Sebagai kebutuhan

dasar dan salah satu hak asasi manusia, pangan mempunyai arti dan peran yang

sangat penting bagi kehidupan suatu bangsa. Ketersediaan pangan yang lebih

kecil dibandingkan kebutuhannya dapat menciptakan ketidakstabilan ekonomi.16

Berbagai gejolak sosial dan politik dapat juga terjadi jika ketahanan

pangan terganggu. Kondisi pangan yang kritis ini bahkan dapat membahayakan

stabilitas ekonomi dan stabilitas nasional. Ketahanan pangan sangat urgen untuk

di penuhi oleh pemerintah mengingat bahwa pangan merupakan kebutuhan basis

bagi setiap warga negara sekalipun. Indonesia dengan hanya pertumbuhan

ekonomi secara prediktif hanya di kisaran 5 % (lima persen) masih harus berjuang

untuk dapat mempertahankan pertumbuhan ekonomi. Salah satu unsur utama

15
Ibid, hlm 100
16
Anururrochman/ https://www.kompasiana.com/00472/5f0c0992d541df563e5c6b84/
ketahanan-pangan-untuk-kesejahteraan-di-masa-pandemi-covid-19/diakses tanggal 8 Oktober
2020, Pukul 20.01 Wib.

Universitas Sumatera Utara


9

adalah terhadap pemenuhan kebutuhan dasar utama yaitu pangan. Ketersediaan

dan Kecukupan pangan saat musim pandemi ini merupakan sebuah "senjata

biologis" pertahanan sebuah negara yang artinya bahwa kebutuhan terhadap

ketahanan pangan menjadi urgen dan mendesak bagi Indonesia.

Membangun Ketahanan pangan sebagai instrumen persenjataan baru bagi

pemenuhan kebutuhan dalam negeri menjadi sebuah keniscayaan oleh pemerintah

saat ini. Kedaulatan pangan menjadi modal penting negara untuk melindungi

negaranya. Hal ini berarti bahwa modal utama sebuah negara saat ini adalah

memberikan kekuatan bagi setiap warga negara untuk memenuhi kebutuhan dasar

utama yaitu pangan yang berkelanjutan. Untuk memenuhi kebutuhan pangan

penduduknya, Indonesia memerlukan ketersediaan pangan dalam jumlah

mencukupi dan tersebar, yang memenuhi kecukupan konsumsi maupun stok

nasional yang cukup sesuai persyaratan operasional logistik yang luas dan

tersebar. Indonesia harus menjaga ketahanan pangannya. 17

Peran pemerintah, masyarakat juga dapat ikut andil dalam menjaga

ketahanan pangan untuk menghindari adanya krisis pangan. Masyarakat memiliki

peluang untuk membangun kedaulatan dan kemandirian pangan. Dalam masa

pandemi seperti ini, masyarakat cenderung menjadi lebih kreatif dan bisa

berkreasi untuk mengakali situasi yang ada. Termasuk halnya dalam menjaga

akses terhadap pangan. Masyarakat diharapkan memiliki kesadaran untuk

melakukan penanaman mandiri minimal untuk memenuhi kebutuhan pangannya

sendiri. Ada banyak sekali cara untuk melakukan penanaman mandiri seperti

17
Ibid

Universitas Sumatera Utara


10

misalnya urban farming dan juga melakukan penanaman dengan metode

hidroponik dengan memanfaatkan lahan-lahan yang ada di rumah.18

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, maka dilakukan

penelitian lebih lanjut dalam skripsi yang berjudul Analisis Yuridis Hak Atas

Pangan Bagi Warga Negara Di Masa Pandemi Virus Corona.

B. Perumusan Masalah

Perumusan masalah digunakan untuk menegaskan masalahmasalah yang

akan diteliti, sehingga akan lebih memudahkan dalam penelitian yang dilakukan

dan akan sesuai sasaran yang diharapkan. Berdasarkan latar belakang di atas,

maka Penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana tanggung jawab negara atas warga negara?

2. Bagaimana pengaturan dan penjabaran hak atas pangan warga negara?

3. Bagaimana hak atas pangan bagi warga negara di masa pandemi virus corona?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka

tujuan yang ingin dicapai dari penulisan skripsi ini adalah :

a. Untuk mengetahui dan menganalisis tanggung jawab negara atas warga

negara.

b. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaturan dan penjabaran hak atas

pangan warga negara.

18
https://www.umy.ac.id/ketahanan-pangan-indonesia-di-masa-pandemi.html/diakses
tanggal 9 Oktober 2020.

Universitas Sumatera Utara


11

c. Untuk mengetahui dan menganalisis hak atas pangan bagi warga negara di

masa pandemi virus corona.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penulisan skripsi ini dapat dilihat dari dua

sisi yaitu :

a. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi dunia

pendidikan dan akademis Khususnya.Untuk menambah literatur dalam

bidang hukum ekonomi pada umumnya hak atas pangan bagi warga

negara di masa pandemi virus corona sehingga dapat lebih

mengembangkan khasanah ilmu pengetahuan.

b. Manfaat praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dan

masukan bagi pembaca, dan pemahaman hukum mengenai hak atas

pangan bagi warga negara di masa pandemi virus corona bagi pemerintah.

D. Keaslian Penulisan

Berdasarkan hasil penelesuran yang telah dilakukan di perpustakaan

Fakultas Hukum Universitas Sumatera dan Fakultas Hukum yang ada di

Indonesia, baik secara fisik maupun online, judul tersebut tidak ditemukan namun

ada beberapa penelitian yang membahas hak atas pangan bagi warga negara,

antara lain:

1. Iin Karita Sakharina, Fakultas Hukum Universitas Universitas Hasanudin

(2020), dengan judul penelitian Hak Atas Pangan di Masa Pandemi

Coronavirus Disease Covid-19. Adapun permasalahan dalam penelitian ini

adalah:

Universitas Sumatera Utara


12

a. Hak Atas Pangan

b. Kewajiban HAM Negara Terhadap Pemenuhan Hak Atas Pangan

Kesimpulan dalam penelitian Hak atas pangan merupakan hak dasar yang

harus dipenuhi oleh negara demi menjamin terpenuhinya Hak Asasi Manusia

bagi setiap warga negaranya tanpa terkecuali. Terpenuhinya hak atas pangan

di masa pandemi covid-19 ini adalah menjadi bagian dari kewajiban HAM

Negara. Negara harus memastikan di masa pandemi yang juga melanda ini

tidak akan ada masyarakat yang menderita kelaparan atau tidak bisa

memenuhi kebutuhan dasarnya akan hak atas pangan sehingga diperlukan

langkah-langkah serta kebijakan yang diambil negara untuk pemenuhan hak

atas pangan di masa pandemi ini, jika Negara gagal maka itu berarti dapat

disebut sebagai pelanggaran HAM. Tulisan ini bertujuan untuk melihat upaya

yang dilakukan oleh Negara dalam implementasi kewajiban Negara terhadap

hak atas pangan.

2. Amalia Zuhra, Fakultas Hukum, Universitas Trisaksi (2019), judul penelitian

Ketahanan Pangan DAN Tanggung Jawab Negara Saat Konflik Bersenjata:

Sebuah Tinjauan Hukum. Permasalahan dalam penelitian ini adalah

a. Ketahanan Pangan dalam Konflik Bersenjata

b. Kewajiban Negara atas Hak Atas Pangan saat Konflik Bersenjata

3. Dyana Lifiani Patriana Bhakti. Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah

Surakarta (2016), judul penelitian Pemenuhan Hak Ekosob Dibidang

Pekerjaan, Pangan Dan Perumahan Bagi Masyarakat Miskin Kelurahan

Pucangsawit Kota Surakarta. Permasalahan dalam penelitian ini :

Universitas Sumatera Utara


13

a. Pengaturan Pemenuhan Hak Ekosob Dibidang Pekerjaan, Pangan dan

Perumahan dalam Peraturan Perundangan di Daerah Kota Surakarta.

b. Pemenuhan Hak Ekosob di Bidang Pekerjaan, Pangan dan Perumahan

Bagi Masyarakat Miskin di Kelurahan Pucang Sawit Kota Surakarta Hak

Atas Pekerjaan.

Berdasarkan uraian di atas terlihat perbedaan skripsi yang diteliti dengan

penelitian sebelumnya. Bahan skripsi ini terdiri atas pendapat para ahli, jurnal,

website dan masukan dari dosen pembimbing.

E. Tinjauan Pustaka

1. Hak Atas Pangan

Pangan menurut Pasal 1 angka 1 UU Pangan menentukan bahwa pangan

adalah: Segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian,

perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah

maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi

konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan

bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau

pembuatan makanan atau minuman. Pangan adalah hak yang harus dijamin

pemenuhannya. Kedua, gerakkan Bulog untuk siaga nasional penyangga

pangan. Ketiga, penyiapan pangan untuk wilayah yang ditutup

maksimal. Keempat, stabilitas harga pangan.19

Pangan merupakan kebutuhan dasar yang paling esensial bagi

manusianuntuk mempertahankan hidup dan kehidupan. Pangan sebagai sumber

19
https://www. mongabay.co.id/2020/04/15/ pandemi-corona-akankah-terjadi-krisis-
pangan-di-indonesia/diakses tanggal 20 November 2020, Pukul 17.01 Wib

Universitas Sumatera Utara


14

zat gizi (karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air) menjadi landasan

utama manusia untuk mencapai kesehatan dan kesejahteraan sepanjang siklus

kehidupan. Janin dalam kandungan, bayi, balita, anak, remaja, dewasa maupun

usia lanjut membutuhkan makanan yang sesuai dengan syarat gizi untuk

mempertahankan hidup, tumbuh dan berkembang, serta mencapai prestasi kerja.20

Hak atas pangan merupakan hak yang melekat pada diri setiap manusia

yang tidak dapat dicabut oleh siapapun. Selanjutnya, United Nations Special

Rapporteur on The Right to Food mendefinisikan hak atas pangan “the right to

have regular, permanent and unrestricted access, either directly or by means of

financial purchases, to qualitatively adequate and sufficient food corresponding

to the cultural traditions of the people to which the costumer belongs, and which

ensure a physical and mental, indiviual and collective, fulliling and dignified life

free of fear”.21

Pasal 11 Ayat (1) ICESCR menyatakan bahwa hak pangan merupakan hak

asasi. Upaya-upaya yang harus dilakukan oleh negara dalam menciptakan

kebebasan dari kelaparan ditegaskan dalam Pasal 11 Ayat (2) yang menyatakan

bahwa “Negara Pihak pada Kovenan ini, dengan mengakui hak mendasar dari

setiap orang untuk bebas dari kelaparan, baik secara individual maupun melalui

kerjasama internasional, harus mengambil langkah-langkah termasuk program-

program khusus yang diperlukan untuk:

20
ES. Karsin, Peranan Pangan dan Gizi dalam Pembangunan dalam Pengantar Pangan
dan Gizi. (Jakarta: Penebar Swadaya, 2004), hlm 1.
21
Ibid

Universitas Sumatera Utara


15

a. Meningkatkan cara-cara produksi, konservasi dan distribusi pangan, dengan

sepenuhnya memanfaatkan pengetahuan teknik dan ilmu pengetahuan, melalui

penyebarluasan pengetahuan tentang asas-asas ilmu gizi, dan dengan

mengembangkan atau memperbaiki sistem pertanian sedemikian rupa,

sehingga mencapai suatu perkembangan dan pemanfaatan sumber daya alam

yang efisien;

b. Memastikan distribusi pasokan pangan dunia yang adil yang sesuai kebutuhan,

dengan memperhitungkan masalah-masalah Negara-negara pengimpor dan

pengekspor pangan.22

Komite hak-hak ekonomi, sosial dan budaya beranggapan bahwa inti dari

hak atas bahan pangan yang layak adalah (a) Ketersediaan bahan pangan dalam

kualitas dan kuantitas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan makanan

individu, bebas dari substansi yang merugikan, serta bisa diterima dalam budaya

setempat; (b) Aksesibilitas bahan pangan itu berkesinambungan dan tidak

mengganggu pemenuhan Hak Asasi Manusia lainnya.

Keluar dari kegiatan ini adalah bantuan raskinda untuk masyarakat

berpenghasilan rendah yang tidak tercover oleh Raskin dari pemerintah pusat,

selain adanya bantuan pangan beras, terdapat kegiatan pembagian sembako.

Namun program raskin tersebut kurang tepat sasaran yang mestinya

diperuntukkan bagi warga yang benar-benar miskin. Banyak warga yang benar-

22
Ismail Hasani, Dinamika Perlindungan Hak Konstitusional Warga: Mahkamah
Konstitusi Sebagai Mekanisme Nasional Baru Pemajuan dan Perlindungan Hak Asasi Manusia,
(Jakarta, Pustaka Masyarakat Setara, 2013), hlm 383

Universitas Sumatera Utara


16

benar miskin akan tetapi tidak mendapatkan bantuan Raskin. Kualitas raskin

bantuan dari pemerintah sangat tidak layak untuk di konsumsi sehingga

masyarakat menjual kembali raskin tersebut agar bisa membeli beras dengan

kualitas yang lebih baik.

Alokasi anggaran penanggulangan kemiskinan untuk mencapai prioritas

pada bidang ketahanan pangan pada tahun 2014 menunjukkan kondisi meningkat

tajam. Peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2014, realisasi anggaran mencapai

9,85 milyar, dan tahun 2015 realisasi anggaran mencapai sebesar 10,01 milyar

rupiah.

Berdasarkan penjelasan di atas pangan dapat diartikan sebagai kebutuhan

pokok bagi setiap manusia dalam memenuhi kelangsungan hidup. Pangan yang

dikonsumsi harus pangan yang aman, bermutu dan bergizi. Pangan yang aman

akan memberikan dampak yang baik bagi kesehatan, bermutu artinya pangan

yang dikonsumsi mempunyai kandungan gizi yang bermanfaat bagi tubuh

manusia, sedangkan pangan yang bergizi adalah pangan tersebut bermanfaat bagi

pertumbuhan maunusia dan kesehatan manusia.

2. Warga Negara

Pasal 26 ayat (1) UUD 1945, ditegaskan bahwa yang menjadi warga

negara ialah orang-orang bangsa indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang

disahkan dengan undang-undnag sebagai waega negara. Ketentuan ini

menegaskan bahwa untuk orang-orang bangsa Indonesia asli secara otomatis

merupakan Warga Negara, sedangkan bagi orang-orang bangsa lain untuk

Universitas Sumatera Utara


17

menjadi Warga Negara Indonesia harus disahkan terlebih dahulu dengan undang-

undang

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang

Kewarganegaraan pengertian warga negara adalah warga suatu negara yang

ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan. Yang menjadi warga

negara Indonesia menurut Pasal 2 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang

Kewarganegaraan adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang

bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara.

Hak dan kewajiban warga negara ini diatur dalam Pasal 27 – Pasal 34

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Hak dan

kewajiban warga negara Indonesia yaitu :

a. Hak warga negara

Pengaturan Undang-Undang Dasar Negara Republik Imdonesia tahun

1945 telah dinyatakan hak warga negara sebagai berikut:

1) Warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak.

2) Setiap warga negara berhak ikut serta dalam upaya pembelaan negara.

3) Berhak berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan

tulisan dan sebagainya ditetetapkan dengan undang-undang.

4) Berhak untuk hidup dan mempertahankan hidup dan kehidupannya

5) Berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui

perkawinan yang sah.

6) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang

serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi

Universitas Sumatera Utara


18

7) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan

dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan, ilmu pengetahuan dan

teknologi, seni dan budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya demi

kesejahteraan umat manusia.

8) Setiap orang berhak memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya

secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan negaranya

9) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian

hukum yang adil serta perlakuan yang sama di depan hukum.

10) Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapatkan imbalan dan

perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja.

11) Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam

pemerintahan

12) Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan

13) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadah menurut agamanya,

memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih

kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan

meninggalkannya serta berhak kembali.

14) Setiap orang berhak atas kebebasan menyakini kepercayaan, menyatakan

pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya.

15) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan

mengeluarkan pendapat.

16) Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi

untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak

Universitas Sumatera Utara


19

untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan

menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang

tersedia.

17) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan,

martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas

rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau

tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.

18) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlaskuan yang

merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka

politik negara lain.

19) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan

mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak

memperoleh pelayanan kesehatan.

20) Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk

memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai guna

mencapai persamaan dan keadilan.

21) Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan

pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat.

22) Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut

tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapapun.

23) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan

hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui

sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar

Universitas Sumatera Utara


20

hukum yang berlaku surut adalah HAM yang tidak dapat dikurangi dalam

keadaan apapun.

24) Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas

dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan

yang bersifat diskriminatif itu.

25) Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan

perkembangan zaman dan peradaban.

b. Kewajiban warga negara adalah:

1) Wajib menjunjung hukum dan pemerintah

2) Wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara

3) Setiap warga negara wajib ikut serta dalam pembelaan negara

4) Setiap orang wajib menghomati hak asasi manusia orang lain dalam tertib

kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

5) Setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan

undang-undang untuk dengan maksud semata-mata untuk menjamin

pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan

untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral,

nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu

masyarakat demokratis.

6) Tiap warga negara wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan

negara.

7) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar.

3. Pandemi Virus Corona

Universitas Sumatera Utara


21

Covid-19 merupakan penyakit yang diidentifikasikan penyebabnya adalah

virus Corona yang menyerang saluran pernapasan. Penyakit ini pertama kali

dideteksi kemunculannya di Wuhan, Tiongkok. 23 Karena COVID-19 merupakan

pandemi global yang belum ditemukan vaksinnya hingga saat ini, maka

pembiayaan perawatan dan penyembuhan pasien harus ditanggung oleh negara.

Seluruh provinsi telah terdampak wabah, maka layanan kesehatan juga harus

menyeluruh dan menjangkau seluruh wilayah Indonesia, baik yang potensial

terdampak maupun yang telah dinyatakan sebagai zona merah penyebaran virus.

Jakarta memang menjadi episenter (lebih dari 40% kasus ada di sana), namun ada

potensi pergerakan orang dari Jakarta ke berbagai wilayah di Indonesia. Ketiga,

pemerintah wajib memastikan bahwa layanan dan fasilitas kesehatan memenuhi

standar (quality) kesehatan. Dokter, perawat, obat, alat kesehatan, termasuk alat

pelindung diri yang berkualitas perlu dijaga.24

F. Metode Penelitian

1. Jenis dan sifat penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian normatif. Penelitian

hukum normatif adalah penelitian hukum yang meletakkan hukum sebagai sebuah

bangunan sistem norma. Sistem norma yang dibangun adalah mengenai asas-asas,

23
Heldavidson ,First Covid-19 case happened in November, China government records
show – report2020, diakses dari https://www.theguardian.com/world/2020/mar/13/first-covid-19-
case-happened-in-november-china-government-records-show-report Pada 20 Maret 2020/diakses
tanggal 8 Oktober 2020, Pukul 20.07 Wib
24
https://theconversation.com/yang-luput-dari-psbb-kewajiban-pemerintah-untuk-penuhi-
hak-kesehatan-warga-136747/diakses tanggal 8 Oktober 2020, Pukul 21.01 Wib

Universitas Sumatera Utara


22

norma, kaidah dari peraturan perundangan, putusan pengadilan, peranjian, serta

doktrin (ajaran).25

Sifat dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik. Spesifikasi penelitian

yang digunakan adalah deskriptif-analitis, yaitu dengan menggambarkan

peraturan perundang-undangan yang berlaku dikaitkan dengan teori-teori hukum

dan praktek pelaksanaan hukum positif yang berkaitan dengan permasalahan.26

Penelitian deskriptif analitis sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis,

karena dalam penelitian ini penulis berusaha menguraikan kenyataan-kenyataan

yang ada atau fakta yang ada dan mendeskripsikan sebuah masalah yang terdapat

pada Analisis Yuridis Hak Atas Pangan Bagi Warga Negara Di Masa Pandemi

Virus Corona.

2. Sumber data

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari hasil penelaahan

kepustakaan atau penelaahan terhadap berbagai literatur atau bahan pustaka yang

berkaitan dengan masalah atau materi penelitian.27

a. Bahan hukum primer. Bahan hukum primer terdiri atas peraturan perundang-

undangan, yurisprudensi, atau putusan pengadilan. Bahan hukum primer

adalah bahan hukum yang bersifat otoritatif yang artinya mempunyai

otoritas.28 Bahan hukum primer yang digunakan dalam penelitian ini antara

lain :

25
Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris,
Cetakan IV, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2017), hlm.33
26
Ronny Haniatjo Soemitro, Metode Penelitian Hukum dan Jurumetri, (Jakarta: Ghalia
Indonesia, 2001),hlm. 97-98
27
Mukti Fajar, Yulianto Achmad, Op. Cit., hlm. 156.
28
Ibid

Universitas Sumatera Utara


23

1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

2) Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

3) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pangan

4) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan

5) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2018 Tentang

Kekarantinaan Kesehatan

b. Bahan hukum sekunder. Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang

dapat memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer. Bahan hukum

sekunder tersebut adalah Buku-buku ilmiah yang terkait dan hasil penelitian.29

c. Bahan hukum tersier. Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang dapat

memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer maupun bahan hukum

sekunder. Bahan hukum tersier tersebut adalah media internet.30

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi kepustakaan. Data

sekunder sebagai data utama dalam penelitian, dilakukan dengan studi

dokumentasi yang berhubungan dengan penelitian, didapat dari perpustakaan serta

dokumen ataupun artikel melalui penelusuran internet.

4. Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan

metode kualitatif, yaitu metode analisis data dengan cara mengelompokkan dan

menseleksi data yang diperoleh dari penelitian lapangan menuru tkualitas dan

kebenarannya kemudian disusun secara sistematis, yang selanjutnya dikaji dengan

29
Roni Hanitjo Soemitro, Op.Cit, hlm 20
30
Ibid.

Universitas Sumatera Utara


24

metode berfikir secara deduktif dihubungkan dengan teori-teori dari studi

kepustakaan (data sekunder).31

G. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab yang disusun secara sistematis,

yang mana antar bab demi bab saling terkait sehingga merupakan suatu rangkaian

yang berkesinambungan. Untuk mengetahui isi dari penulisan skripsi ini, dengan

demikian disusunlah sistimatis penulisan skripsi yang terdiri dari 5 (lima) bab,

yaitu:

Bab I, Pendahuluan, bab ini berisikan latar belakang, perumusan masalah,

tujuan dan manfaat penelitian, keaslian penulisan, tinjauan pustaka dan metode

penelitian serta sistematika penulisan

Bab II, tanggung jawab negara atas warga negara, bab ini kewajiban

negara atas warga negara. Ruang lingkup tanggungjawab negara atas warga

negara dan bentuk tanggung jawab negara atas warga negara.

Bab III, pengaturan dan penjabaran hak atas pangan warga negara, bab ini

berisikan Peraturan Perundang-undangan berkaitan dengan Ketahanan Pangan.

Pengaturan Kebijakan Terhadap Pemenuhan Hak Atas Pangan Warga Negara

Indonesia dan Pengaturan Keputusan Terhadap Pemenuhan Hak Atas Pangan

Warga Negara Indonesia.

Bab IV, hak atas pangan bagi warga negara di masa pandemi virus corona,

bab ini berisikan Hak Atas Pangan Warga Negara pada Masa Pandemi Virus

31
Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum. (Bandung: Citra Aditya Bakti,
2004), hlm. 50

Universitas Sumatera Utara


25

Corona. Kewajiban Negara Terhadap Pemenuhan Hak Atas Pangan Warga

Negara dan Kewajiban Negara atas Pangan Warga Negara pada Masa Pandemi

Virus Corona.

Bab V, Bab ini berisi kesimpulan dan saran terhadap hasil analisis yang

dilakukan.Kesimpulan merupakan intisari dari pembahasan terhadap

permasalahan yang diajukan dalam skripsi ini, sedangkan saran yang ada

diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca dan dapat berguna

bagi pemerintah.

Universitas Sumatera Utara


BAB II
TANGGUNG JAWAB NEGARA ATAS WARGA NEGARA

A. Kewajiban Negara Atas Warga Negara

Sebagai subjek hukum, negara merupakan suatu organisasi besar dan

kompleks, terdiri atas unsur-unsur yang membentuknya, meliputi (a) adanya unsur

wilayah negara, (b) unsur warga negara dan penduduk, dan (c) unsur

pemerintahan yang sah dan efektif menjalankan tugasnya, serta (iv) unsur

pengakuan internasional atas kemerdekaan dan kedaulatan negara yang

bersangkutan. Status kewarganegaraan merupakan hak asasi manusia yang

bersifat universal yang dalam Pasal 28D ayat (4) UUD 1945 juga diakui sebagai

hak setiap orang.

Negara memiliki kewajiban untuk menjamin terpenuhinya hak atas pangan

bagi warga negaranya. Dalam memenuhi hak atas pangan bagi warga negara,

terdapat empat tipe kewajiban negara. Yang pertama ialah “respect”, merupakan

negara harus menghormati hak asasi manusia dengan mengurangi kekuasaan

negara. Yang kedua ialah “protect”, yaitu negara harus melaksanakan kebijakan

yang mengatur keterlibatan pihak bukan negara. Kewajiban ketiga ialah “fulfill”

ialah negara wajib melakukan realisasi yang menitikberatkan pada kelompok yang

paling rentan. Kewajiban keempat ialah “promote” yang berarti pemerintah harus

kebijakan-kebijakan yang memfasilitasi akses terhadap sumber produksi pangan. 32

Hak dan kewajiban warga negara dan hak asasi manusia dewasa ini menjadi amat

penting untuk dikaji lebih mendalam mengingat negara kita sedang

32
Amalia Zuhra, Op.Cit, hlm 991-100

25

Universitas Sumatera Utara


26

menumbuhkan kehidupan demokrasi. Betapa tidak, di satu pihak implementasi

hak dan kewajiban menjadi salah satu indikator keberhasilan tumbuhnya

kehidupan demokrasi. Di lain pihak hanya dalam suatu negara yang menjalankan

sistem pemerintahan demokrasi, hak asasi mnusia maupun hak dan kewajiban

warga negara dapat terjamin. Hak asasi manusia marupun hak dan kewajiban

warga negara sebagai salah satu elemen penting dari demokrasi disamping

supremasi hukum, telah diatur dalam UUD 1945. Pengaturan tersebut bersifat

pokok-pokok saja sehingga memerlukan penjabaran baik melalui ketetapan

Majelis Permusyarakatan Rakyat (MPR) maupun peraturan perundang-undangan

sebagai produk bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Presiden.33

Hak atas pangan dalam hukum internasional diatur dalam Deklarasi

Universal Hak Asasi Manusia yang dibuat tahun 1948. Deklarasi ini diratifikasi

oleh hampir semua negara di dunia.34

Hak dan kewajiban warga negara dalam kehidupan kenegaraan maupun

hak dan kewajiban seseorang dalam kehidupan pribadinya, secara historis tidak

pernah dirumuskan secara sempurna, karena organisasi negara tidak bersifat statis.

Artinya organisasi negara itu mengalami perkembangan sejalan dengan

perkembangan manusia. Kedua konsep hak dan kewajiban warga negara/manusia

berjalan seiring. Hak dan kewajiban asasi marupakan konsekwensi logis dari pada

hak dan kewajiban kenegaraan juga manusia tidak dapat mengembangkan hak

asasinya tanpa hidup dalam organisasi negara.35

33
Ibid, hlm 2-3
34
Amalia Zuhra, Loc.Cit.
35
Theo Huijbers Filsafat Hukum, (Yogyakarta: Kanisius, 1995), hlm 103

Universitas Sumatera Utara


27

Hak asasi manusia marupun hak dan kewajiban warga negara sebagai

salah satu elemen penting dari demokrasi disamping supremasi hukum, telah

diatur dalam UUD 1945. Pengaturan tersebut bersifat pokok-pokok saja sehingga

memerlukan penjabaran baik melalui ketetapan MPR maupun peraturan

perundang-undangan sebagai produk bersama DPR dan Presiden.36

Pengaturan HAM di dalam konstitusi menunjukkan bahwa HAM sudah

menjadi materi muatan konstitusi, sehingga mengikat semua pihak terkait

terutama penyelenggara negara dan pemerintahan baik di tingkat pusat maupun

daerah, baik eksekutif, legislatif, maupun yudikatif. Dalam hal ini, pemenuhan

HAM bukan hanya tanggung jawab penyelenggara negara dan pemerintahan

tersebut, tetapi juga semua orang dan warga negara. Namun demikan, di dalam

UUD 1945 sudah ditegaskan bahwa tanggung jawab dalam pelaksanaan HAM

berada pada pemerintah.37

Hak dan kewajiban warga negara dalam batas-batas tertentu telah

dipahami orang, akan tetapi karena setiap orang melakukan akitivitas yang

beraneka ragam dalam kehidupan kenegaraan, maka apa yang menjadi hak dan

kewajibannya seringkali terlupakan. Kehidupan kenegaraan kadang kala hak

warga negara berhadapan dengan kewajibannya. Bahkan tidak jarang kewajiban

warga negara lebih banyak dituntut sementara hak-hak warga negara kurang

mendapatkan perhatian dari pemerintah.

Banyak sekali kewajiban negara yang merupakan bagian tidak terpisahkan

hak dari pada warga negara (rakyat Indonesia) yang terjamin/tergaransi dalam
36
Ibid.
37
Hernadi Affandi, Hak Asasi Manusia, Pemerintahan yang Baik, dan Demokrasi di
Indonesia (Bandung: Kancana Salakadomas, 2013), hlm. 34.

Universitas Sumatera Utara


28

Konstitusi Republik Indonesia, terkait penyebaran hak-hak yang dimiliki oleh

warga negara, maka negara harus melaksanakan kewajiban tersebut, paling tidak

ada 2 (dua) mekanisme/jalur dalam melihat hak-hak warga negara untuk dijadikan

indikator parameter implementasi dalam kerangka HAM 38

Agar hak atas pangan dapat dipenuhi, dibutuhkan akses fisik dan ekonomi.

Aksesibilitas fisik berarti bahwa makanan harus dapat diakses oleh semua orang,

termasuk anak-anak, orang tua atau orang cacat, serta orang-orang yang tinggal di

tempat terpencil. Akses ekonomi berarti bahwa makanan harus terjangkau tanpa

mengorbankan kebutuhan dasar lainnya seperti biaya pendidikan, layanan medis,

atau perumahan. Namun, harga makanan terus meningkat sehingga banyak orang

Indonesia tidak selalu dapat menikmati makanan bergizi seimbang yang

memenuhi kebutuhan nutrisi minimum. Ini terutama berlaku untuk kaum miskin

di perkotaan, nelayan tradisional, masyarakat adat, dan petani subsisten.

Kewajiban dan tanggung jawab negara dalam UU Nomor 39 Tahun 1999


No Pasal/Ayat Butir Pasal/Ayat
1 Pasal 8 Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak
asasi manusia terutama menjadi kewajiban Pemerintah
2 Pasal 71 Pemerintah wajib dan bertanggungjawab menghormati,
melindungi, menegakan, dan memajukan hak asasi
manusia yang diatur dalam Undang Undang ini,
peraturan per undang undangan lain, dan hukum
internasional tentang hak asasi manusia yang diterima
oleh Negara Republik Indonesia
3 Pasal 72 Kewajiaban dan tanggung jawab pemerintah

38
Naya Amin Zaini, Politik Hukum Dan Ham (Kajian Hukum Terhadap Kewajiban
Pemenuhan dan Perlindungan Hak Asasi Manusia Dalam Konstitusi Indonesia), Jurnal Panorama
Hukum, Vol. 1 No. 2 Desember 2016, hlm 3

Universitas Sumatera Utara


29

sebagaimana tercantum dalam pasal 71, meliputi langkah


yang efektif dalam bidang hukum, politik, ekonomi,
soial, budaya, pertahanan keamanan negara, dan bidang
lain

Kewajiban negara yang merupakan bagian tidak terpisahkan hak dari pada

warga negara yang terjamin/tergaransi dalam konstitusi republik Indonesia, terkait

penyebaran hak-hak yang dimiliki oleh warga negara, maka negara harus

melaksanakan kewajiban tersebut, paling tidak ada dua mekanisme/jalur dalam

melihat hak-hak warga negara untuk dijadikan indikator parameter praktik dalam

kerangka hak asasi manusia39, yaitu paradigma HAM melihat hak sebagai nilai

yang harus dipenuhinya dalam hal ini adalah hak-hak dasar yang berkaitan dengan

hak ekonomi, sosial, budaya dengan mengandung konsekuensi apabila tidak

dipenuhi, maka akan sangat mempengaruhi kualitas hidup warga negara, hak

ekonomi, sosial, budaya yang harus dipenuhi paling tidak ada beberapa contoh

yang fundamental yakni: hak mendapatkan pendidikan yang terjangkau, hak

mendapatkan/menyediakan lapangan pekerjaan untuk bekerja yang terserap dan

layak di dalam negeri, hak mendapatkan kesehatan yang terjangkau/murah/gratis,

hak mendapatkan kemakmuran, kesejahteraan dari sumber daya alam yang kaya

dan “ruah melimpah” di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Paradigma

HAM melihat hak sebagai nilai yang harus dilindunginya, dilindungi dalam hal ini

adalah hak-hak dasar yang berhubungan/berkaitan dengan hak sipil dan politik,

dengan mengandung konsekuensi jika tidak dilindungi maka akan tercipta.40

39
Ibid.
40
Ibid.

Universitas Sumatera Utara


30

Kewajiban melindungi berarti negara harus mengeluarkan peraturan-

peraturan atau instrumen-instrumen hukum berkaitan pemenuhan hak atas pangan

warganya yang berwawasan pada kepentingan masyarakat secara umum, bukan

hanya menguntungkan individu atau kelompok tertentu, serta melaksanakannya

dengan dengan konsisten. Kewajiban guna memenuhi, secara singkat berarti

negara harus berperan aktif membantu warganya dalam upaya memenuhi hak atas

pangannya, dengan tidak mengurangi hak atas pangan warganya yang lain.

Negara harus memastikan setiap individu dalam wilayah hukumnya mendapatkan

kesempatan yang sama untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, jika hal tersebut

tidak dapat dilakukan mereka sendiri.41

Kovenan internasional hak-hak Ekosob, terdapat empat kategori utama

pemegang kewajiban pemenuhan hak atas pangan yang layak, yaitu (a) negara-

negara dalam kaitannya dengan kewajiban domestik mereka; (b) negara-negara

dalam kaitannya dengan kewajiban eksternal mereka; (c) individu, dan (d)

komunitas internasional. Bila mengikuti kategori kewajiban tersebut, maka dapat

dikategorikan jenis kewajiban dalam konteks hak atas pangan

ini. Pertama, kewajiban untuk tidak meniadakan satu-satunya sarana penghidupan

yang tersedia bagi seseorang, atau kewajiban untuk menghindari perampasan

hak. Kedua, kewajiban untuk melindungi orang-orang dari perampasan oleh orang

lain atas satu-satunya sarana penghidupan yang ada, atau kewajiban untuk

melindungi dari perampasan hak. Ketiga, kewajiban untuk menyediakan sarana

41
https://binadesa.org/ kewajiban-negara-dalam-hak-atas-pangan/diakses tanggal 21
November 2020, Pukul 21.01 Wib

Universitas Sumatera Utara


31

bagi penghidupan masyarakat yang tidak mampu menyediakan untuk diri sendiri,

atau kewajiban membantu yang terampas haknya.42

Tujuan negara Indonesia sebagai negara hukum yang bersifat formal

tersebut mengandung konsekuensi bahwa negara berkewajiban untuk melindungi

seluruh warganya dengan suatu undang-undang terutama melindungi hak-hak

asasinya demi kesejahteraan hidup bersama.43

Tujuan negara Indonesia, sebagaimana tercantum dalam alenia keempat

Pembukaan UUD 1945, adalah: “…Melindungi segenap bangsa Indonesia dan

seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,

mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan keteriban dunia yang

berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial…” Negara

Indonesia sebagai negara hukum kesejahteraan adalah tidak jauh berbeda dengan

negara kesejahteraan pada umumnya. Untuk mencapai tujuan negara sebagai

organisasi kekuasaan, pemerintah menempati kedudukan yang istimewa. Hal ini

di sebabkan pemerintah diatur oleh hukum khusus yaitu hukum administrasi

sebagai instrumen pemerintah untuk secara aktif turut campur dalam kehidupan

bersama masyarakat sekaligus hukum yang memberikan perlindungan kepada

anggota kehidupan bersama itu.

Negara hadir dan memiliki sebuah fungsi. Fungsi tersebut untuk

menertibkan kekacauan (chaos) dalam masyarakat. Walaupun negara adalah

bentukan dari suatu rakyat, namun kedudukan negara adalah sebagai

penyelenggara ketertiban dalam masyarakat agar tidak terjadi konflik dalam


42
Ibid.
43
Kaelan dan Achmad Zubaidi, Pendidikan Kewarganegaraan, Yogyakarta: Paradigma,
2007, hlm. 103.

Universitas Sumatera Utara


32

kehidupan masyarakat. Untuk menciptakan ketertiban dan kedamaian dalam

kehidupan masyarakat maka hak dan kewajiban harus dijalankan secara seimbang.

Seseorang tidak bisa meminta haknya apabila ia belum melaksanakan

kewajibannya.44

Negara dan warga negara memiliki hak dan kewajiban masing-masing di

antara keduanya. Persoalan yang paling mendasar adalah bagaimana hak dan

kewajiban itu terpenuhi oleh masing-masing pihak,baik oleh negara dan warga

negara serta hubungan timbal balik diantara keduanya. Banyak tipe-tipe

kepribadian orang yang menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi

terpenuhinya hak dan kewajiban seseorang. Hak dan kewajiban negara beserta

warga negara di atur dalam Undang-undang nomor 39 tahun 1999 tentang Hak

Asasi Manusia Pasal 1 yakni; hak asasi merupakan seperangkat hak yang melekat

pada hakikat dan keberadaan Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerahnya

yang wajib dihormati,, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, dan

pemerintahan, dan setiap orang demi kehormatan serta untuk melindungi harkat

dan martabat manusia.45

Di dalam UUD 1945 tersebut, terselip konsepsi tanggung jawab negara

dalam hak asasi manusia, sebagaimana terlihat dalam Pasal 28I (4) dan (5), yang

menyatakan “Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi

manusia adalah tanggung jawab negara, terutama pemerintah dan untuk

menegakkan dan melindungi HAM sesuai dengan prinsip negara hukum yang

44
Gustiayuoktavianihttps://www.kompasiana.com/9853/5eb28b1ed541df5dd602f262/hak
-dan-kewajiban-negara-beserta-warga-negara?page=all/diakses tanggal 1 November 2020. Pukul
20.10 Wib.
45
Ibid.

Universitas Sumatera Utara


33

demokratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, diatur, dan dituangkan

dalam peraturan perundang-undangan.” Keduanya, merupakan kunci dalam

melihat tanggung jawab konstitutional yang harus dilakukan oleh negara, dalam

hal ini pemerintah, guna melaksanakan upaya-upaya pemajuan hak asasi

manusia.46

Kewajiban melindungi berarti negara harus mengeluarkan peraturan-

peraturan atau instrumen-instrumen hukum berkaitan pemenuhan hak atas pangan

warganya yang berwawasan pada kepentingan masyarakat secara umum, bukan

hanya menguntungkan individu atau kelompok tertentu, serta melaksanakannya

dengan dengan konsisten. Kewajiban untuk memenuhi, secara singkat berarti

negara harus berperan aktif membantu warganya dalam upaya memenuhi hak atas

pangannya, dengan tidak mengurangi hak atas pangan warganya yang lain.

Negara harus memastikan setiap individu dalam wilayah hukumnya mendapatkan

kesempatan yang sama untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, jika hal tersebut

tidak dapat dilakukan mereka sendiri.47

Sebagaimana yang diuraikan dalam Kovenan Internasional Hak-hak

Ekosob, terdapat empat kategori utama pemegang kewajiban pemenuhan hak atas

pangan yang layak, yaitu (a) negara-negara dalam kaitannya dengan kewajiban

domestik mereka; (b) negara-negara dalam kaitannya dengan kewajiban eksternal

mereka; (c) individu, dan (d) komunitas internasional. Bila mengikuti kategori

46
R.Herlambang Perdana Wiratraman, Konstitusionalisme dan Hak Asasi Manusia
(Konsepsi Tanggung Jawab Negara dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia)‖ , dalam Jurnal
Hukum Yuridika Fakultas Hukum Universitas Airlangga, Vol. 20 No. 1, Januari-Februari 2005,
hlm 9
47
https://binadesa.org/kewajiban-negara-dalam-hak-atas-pangan/diakses tanggal 1
November 2020. Pukul 21.06 Wib

Universitas Sumatera Utara


34

kewajiban tersebut, maka dapat dikategorikan jenis kewajiban dalam konteks hak

atas pangan ini. Pertama, kewajiban untuk tidak meniadakan satu-satunya sarana

penghidupan yang tersedia bagi seseorang, atau kewajiban untuk menghindari

perampasan hak. Kedua, kewajiban untuk melindungi orang-orang dari

perampasan oleh orang lain atas satu-satunya sarana penghidupan yang ada, atau

kewajiban untuk melindungi dari perampasan hak. Ketiga, kewajiban untuk

menyediakan sarana bagi penghidupan mereka yang tidak mampu menyediakan

untuk diri sendiri, atau kewajiban membantu yang terampas haknya. 48

Kewajiban HAM atas pangan ini meliputi menghormati, melindungi, dan

memenuhi. Pada gilirannya, kewajiban untuk memenuhi mencakup kewajiban

untuk memfasilitasi serta kewajiban menyediakan. Kewajiban melindungi berarti

negara harus mengeluarkan peraturan-peraturan atau instrumen-instrumen hukum

berkaitan pemenuhan hak atas pangan warganya yang berwawasan pada

kepentingan masyarakat secara umum bukan hanya menguntungkan individu atau

kelompok tertentu, serta melaksanakannya dengan dengan konsisten. Kewajiban

untuk memenuhi, secara singkat berarti negara harus berperan aktif membantu

warganya dalam upaya memenuhi hak atas pangannya, dengan tidak mengurangi

hak atas pangan warganya yang lain. Negara harus memastikan setiap individu

dalam wilayah hukumnya mendapatkan kesempatan yang sama untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya, jika hal tersebut tidak dapat dilakukan mereka sendiri.49

Pengaturan HAM maupun hak dan kewajiban warga negara secara lebih

operasional ke dalam pelbagai peraturan perundang-undangan amat bermanfaat.

48
Ibid.
49
Ibid

Universitas Sumatera Utara


35

Pengaturan demikian itu akan menjadi acuan bagi penyelenggara negara agar

terhindar dari tindakan sewenang-wenang tatkala mengoptimalisasikan tugas

kenegaraan. Bagi warga negara hal itu merupakan pegangan/pedoman dalam

mengaktualisasikan hak-haknya dengan penuh rasa tanggung jawab.50

B. Ruang Lingkup Tanggungjawab Negara Atas Warga Negara

Tanggung jawab negara dalam pemenuhan hak warga negara tidak bisa

dilepaskan dari kekuasaan yang dimiliki oleh negara. Kekuasaan negara

berlandaskan pada konsepsi kedaulatan. Konsepsi kedaulatan berkenaan dengan

pemegang kekuasaan tertinggi. Kekuasaan ini bisa dipandang dari kekuasaan di

bidang politik dan kekuasaan di bidang ekonomi. Dalam konsespsi kedaulatan

raja misalnya kedaulatan yang dimiliki oleh raja dari segi politik adalah

kedaulatan atas rakyatnya sementara dari segi ekonomi adalah kedaulatan atas

kekayaan atau harta benda sebagaimana dalam konsep perdata termasuk kekayaan

atas tanah dan air sebagai sumber penghidupan.51

Kekuasaan negara berkaitan dengan tanggung jawab dan kewajiban.

Dilihat dari segi perkembangan negara demokrasi, dua hal ini merupakan unsur

dari kesatuan pengertian kekuasaan. Dewasa ini hampir tidak ada suatu kekuasaan

yang tidak diikuti oleh tanggung jawab dan kewajiban. Sebab bila tidak, hal

demikian mengarah kepada negara totaliter. Dengan demikian kekuasaan akan

diikuti kemudian, baik dengan kewajiban maupun tanggung jawab, karena

keduanya memiliki hubungan konsekuensi. Dalam demokrasi, kemampuan

manajemen pemerintahan biasanya diukur oleh dua hal kemampuan mengelola


50
Theo Huijbers, Op.Cit, hlm 106
51
Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, (Jakarta: Sekretariat
Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, 2005), hlm. 147.

Universitas Sumatera Utara


36

dukungan politik bagi pemerintahan dan kemampuan mengelola kebijakan hingga

dirasakan oleh orang banyak.52

Tanggungjawab yang dimiliki oleh negara kesejehteraan dan negara

demokrasi, kesejahteraan rakyat merupakan tujuan utama.53 Tanggung jawab

negara menurut Hingorani54 muncul sebagai akibat dari adanya prinsip persamaan

dan kedaulatan negara (equality and sovereignty of state) yang terdapat dalam

hukum internasional. Pertanggungjawaban negara yaitu kewajiban negara

memberikan jawaban yang merupakan perhitungan atas suatu hal yang terjadi dan

kewajiban untuk memberikan pemulihan atas kerugian yang mungkin

ditimbulkan.55

Tanggung jawab negara bersifat melekat pada negara, artinya suatu negara

memiliki kewajiban guna memberikan ganti rugi manakala negara tersebut

menimbulkan atau menyebabkan kerugian kepada negara lain atau korban

pelanggaran HAM yang harus mendapatkan pemulihan efektif, meskipun

pelanggaran tersebut dilakukan oleh pejabat resmi negara. Ini mewajibkan negara

untuk mengizinkan aksi sipil dalam bentuk mengganti kerugian terhadap

pelanggaran yang dilakukannya tergolong kejahatan terhadap kemanusiaan.

Sebab, diyakini tidak ada vonis pengadilan yang dapat menghukum secara efektif

kejahatan seperti itu.

52
Eep Saefulloh Fatah, “Betapa Lemahnya Pemerintah”, Kompas, 6 September 2006,
hlm 5
53
Darmawan T dan Sugeng B, Memehami Negara Kesejahteraan: beberapa catatan bagi
Indonesia, Jurnal politika, 2006, hlm 21
54
Elizabeth A. Martin ed., A Dictionary of Law (Oxford University Press 2002), hlm 477
55
Sugeng Istanto, Hukum Internasional, (Yogyakarta: Atma Jaya Yogyakarta, 1998), hlm
105

Universitas Sumatera Utara


37

Negara sebagai suatu entitas abstrak tidak mungkin dapat melakukan

tindakan sendiri dan dimintai tanggung jawab atas tindakannya. Berkaitan dengan

masalah tanggung jawab negara, dikenal doktrin imputabilitas (doctrine of

imputability) yang menyatakan bahwa suatu negara bertanggung jawab atas

kesalahan yang ditimbulkan organnya.

Prinsipnya persoalan perlindungan dan pemenuhan HAM dalam semua

aspek termasuk hak ekonomi, sosial dan budaya (ekosob) merupakan bagian dari

tujuan pendirian suatu negara, bahkan dalam perspektif teori Locke Perlindungan

hak-hak Kodrati (hak asasi manusia) merupakan dasar pendirian suatu negara.56

Hak asasi manusia terbagi menjadi tiga generasi hak asasi manusia yaitu

hak sipil dan politik, hak ekonomi, sosial dan budaya, hak dalam pembangunan.

Hak tersebut memiliki keterikatan untuk menjaga keseimbangan kehidupan

masyarakat dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Pemenuhan hak sipil dan

politik tidak dapat berjalan dengan baik tanpa terpenuhinya hak ekonomi, sosial

dan budaya, begitu pula dengan hak atas pembangunan. Indonesia terikat dengan

hukum internasional sebagai pemenuhan hak ekonomi dan sosial bagi masyarakat

indonesia.57

Komitmen negara Republik Indonesia untuk menghormati dan

menjunjung tinggi HAM telah ditegaskan dalam UUD 1945. Disamping itu diatur

mengenai HAM sebagai hak konstitusional bagi setiap orang, penduduk dan

Warga Negara Indonesia, UUD 1945, ditentukan dalam Pasal 28I ayat (4) juga

56
Yahya Ahmad Zein, Problematika Hak Asasi Manusia (HAM), (Yogyakarta: Liberty
2012), hlm. 57
57
Y Gunawan, Endyka Yovi Cajapa, The Protection of Small and Medium Enterprises in
Yogyakarta: The Challenges of ASEAN Economic Community, Pertanika J. Soc. Sci. & Hum. 25
(2017), hlm 24

Universitas Sumatera Utara


38

menegaskan mengenai kewajiban/tanggung jawab konstitusional yang

diamanatkan kepada penyelenggara negara terutama pemerintah58 untuk

menghormati, melindungi, memajukan, menegakkan dan memenuhi HAM.

Kewajiban Pemerintah dalam pemajuan, perlindungan dan pemenuhan HAM juga

bisa dilihat dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999, sebagai berikut :

1. Pasal 8

Perlindungan, pemajuan, penegakan dan pemenuhan HAM terutama menjadi

tanggung jawab Pemerintah.

2. Pasal 71

Pemerintah wajib dan bertanggung jawab menghormati, melindungi,

menegakkan, dan memajukan HAM yang diatur dalam undang-undang ini,

peraturan perundang-undangan lain, dan hukum internasional tentang HAM

yang diterima oleh Republik Indonesia.

3. Pasal 72

Kewajiban Pemerintah meliputi langkah-langkah implementasi yang efektif

dalam bidang hukum, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan keamanan

Negara dan bidang lain. Komitmen Indonesia untuk mengormati dan

menjunsjung tinggi HAM tidak hanya dalam konteks nasional melainkan juga

dalam konteks internasional yang ditunjukkan dengan peranan aktif Indonesia

di PBB termasuk di Dewan HAM dan juga keikutsertaan Indonesia

meratifikasi instrumen HAM.

58
Hesti Armiwulan, Reformasi Birokrasi Wujud Tanggung Jawab Negara Atas Hak
Asasi Manusia, Rechtldee Jurnal Hukum, Vol. 8. No. 1, Juni 2013, hlm 112-122

Universitas Sumatera Utara


39

C. Bentuk Tanggung jawab Negara atas Warga Negara

Menurut Sapriya mengemukakan bahwa sedikitnya ada dua pengertian

tanggung jawab, yaitu tanggung jawab adalah kewajiban atau keharusan

seseorang untuk melakukan sesuatu atau berperilaku menurut cara tertentu.

Tanggung jawab adalah kewajiban atau keharusan seseorang untuk tidak

melakukan sesuatu atau tidak berperilaku menurut cara tertentu.59

Selanjutnya menurut Ridwan Halim dalam Nurmalina dan Syaifullah

menyatakan “tanggung jawab adalah suatu akibat lebih lanjut dari pelaksanaan

peranan, baik peranan itu merupakan hak maupun kewajiban atau pun

kekuasaan”60. Pelaksanaan hak dan kewajiban itu maka timbullah tanggung

jawab. Orang yang bertanggung jawab adalah orang yang mampu melaksanakan

hak dan kewajibannya sebagai warga negara.

Tanggung jawab negara dapat diartikan sebagai kewajiban untuk

melakukan perbaikan (reparation) yang timbul ketika suatu negara melakukan

kesalahan untuk mematuhi kewajiban hukum berdasarkan hukum internasional.

Sedangkan dalam Black’s Law Dictionary hanya terdapat pengertian tanggung

jawab secara sempit yaitu answerability or accountability.61

Pasca amandemen UUD 1945, tujuan negara yang termaktub dalam

Pembukaan UUD 1945, tetap tidak mengalami pengubahan dalam amandemen I-

IV yang dilakukan sejak tahun 1999-2002. Artinya, meskipun pasal-pasal atau

59
Sapriya. Konsep Dasar Pendidikan Kewarganegaraan. (Bandung: Laboratorium PKn
UPI Press, 2010), hlm 17
60
Nurmalina dan Syaifullah. Memahami Pendidikan Kewarganegaraan. (Bandung: Lab
PKn, 2010), hlm 43
61
Bryan A. Garner, Black’s Law Dictionary, Edisi Kesepuluh, (New York: Claitors Pub
Division, 2014), hlm. 211

Universitas Sumatera Utara


40

dulu disebut batang tubuh UUD 1945 mengalami banyak perubahan, konsepsi

tujuan negara tersebut tetap dipergunakan sebagai landasan setiap penyelenggaran

kehidupan negara dan bangsa Indonesia. Tetapi, dalam pasal-pasalnya, pengaturan

hak-hak asasi manusia yang terdapat dalam UUD 1945 pasca amandemen

mengalami banyak sekali perubahan dan tambahan, yang tampak mencolok dan

sangat berkeinginan untuk memasukkan segala hak-hak yang diakui secara

universal dalam Universal Declaration of Human Rights 1948.62

Di dalam UUD 1945 tersebut, terselip konsepsi tanggung jawab negara dalam hak

asasi manusia (state responsibilities), sebagaimana terlihat dalam Pasal 28I ayat

(4) dan (5), yang menyatakan “Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan

pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung jawab negara, terutama

pemerintah dan untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai

dengan prinsip negara hukum yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi

manusia dijamin, diatur, dan dituangkan dalam peraturan perundang-undangan.”

Keduanya, merupakan kunci dalam melihat tanggung jawab konstitutional yang

harus dilakukan oleh negara, dalam hal ini pemerintah, untuk melaksanakan

upaya-upaya pemajuan hak asasi manusia.63

Pertanggungjawaban negara, sebagaimana dikemukakan oleh Shaw

melihat ciri-ciri penting tentang pertanggungjawaban yang kemudian disebut

sebagai faktor dasar, yaitu: adanya kewajiban hukum internasional yang masih

berlaku di antara kedua negara yang bersangkutan telah terjadi suatu perbuatan

atau kelalaian yang melanggar kewajiban itu dan mewajibkan negara tersebut

62
R. Herlambang Perdana Wiratraman, Op.Cit, hlm. 9
63
Ibid.

Universitas Sumatera Utara


41

bertanggung jawab; dan perbuatan melanggar hukum atau kelalaian tersebut

menimbulkan kehilangan atau kerugian.64

Suatu negara dapat dimintai pertanggungjawabannya jika aktivitas-

aktivitasnya merugikan negara lain. Jika karakteristik untuk adanya tanggung

jawab negara telah dipenuhi, maka negara penerima dalam hal ini dapat diminta

pertanggungjawabannya. Macam-macam tanggung jawab negara :

1. Tanggung jawab terhadap perbuatan melawan hukum (delictual liability).

Tanggung jawab ini timbul dari setiap kesalahan atau kelalaian yang

dilakukan oleh suatu negara terhadap orang asing di dalam wilayahnya atau

wilayah negara lain.

2. Tanggung jawab atas pelanggaran perjanjian (contractual liability).

Tanggung jawab ini terjadi jika suatu melanggar perjanjian atau kontrak yang

telah dibuatnya dengan negara lain dan pelanggaran itu mengakibatkan

kerugian terhadap negara lainnya.

3. Tanggung jawab atas konsesi. Perjanjian konsesi antara Negara dengan warga

Negara (korporasi asing) dikenal adanya Clausula Alvo yang menetapkan

bahwa penerima konsesi melepaskan perlindungan pemerintahannya dalam

sengketa yang timbul dari perjanjian tersebut dan sengketa yang timbul itu

harus diajukan ke peradilan nasional negara pemberi konsesi dan tunduk pada

hukum nasional negara tersebut.

4. Tanggung jawab atas ekspropriasi, yaitu pencabutan hak milik perorangan

untuk kepentingan umum yang disertai dengan pemberian ganti rugi.

64
Mardiyono, Tanggung Jawab Negara Dan Mekanisme Penyelesaian Extrajudicial
Killings 1965, Refleksi Hukum, Vol. 1 No. 1 tahun 2016, hlm 33

Universitas Sumatera Utara


42

5. Tanggung jawab atas kejahatan internasional. Kejahatan internasional adalah

semua perbuatan melawan hukum secara internasional yang berasal dari

pelanggaran suatu kewajiban internasional yang penting guna perlindungan

terhadap kepentingan fundamental sebagai suatu kejahatan oleh masyarakat.65

Masalah pangan merupakan keadaan kekurangan, kelebihan, dan/atau

ketidakmampuan perseorangan atau rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan

pangan dan keamanan pangan, dalam situasi seperti saat ini maka bisa dipastikan

banyak rumah tangga atau masyarakat yang mengalami masalah pangan seperti

yang tercantum dalam dalam UU No 18 tahun 2012, karena itu sudah menjadi

kewajiban bagi negara untuk tetap menjamin terpenuhinya kebutuhan akan

pangan bagi setiap warga negaranya dalam hal ini tentu harus dilakukan oleh

pemerintah.66

Masa pandemi COVID-19 tentu memberikan pemerintah tanggung jawab

atas ketertiban, keamanan, kenyamanan, dan kesejahteraan masyarakat. Tanggung

jawab negara dapat dilihat dalam alinea ke-IV Pembukaan UUD 1945 yaitu

melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,

memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut

melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi

dan keadilan sosial. Empat tanggung jawab di atas merupakan amanah oleh para

pendiri bangsa bagi para penyelenggaraan negara. Kemudian, telah kita ketahui

bersama, bahwa Indonesia merupakan negara yang berdiri berdasarkan atas

65
Widya Krulinasari, Tanggung Jawab Negara Dalam Upaya Pencegahan Global
Warming Akibat Dari Pencemaran Udara Lintas Batas Negara, Fiat Justisia Jurnal Ilmu Hukum
Volume 5 No.3, September – Desember 2011,hlm 241
66
Iin Karita Sakharina, Op.Cit, hlm 381

Universitas Sumatera Utara


43

hukum (rechtsstaat) bukan berdasarkan kekuasaan semata. UUD 1945 memiliki

posisi yang prinsipil sebagai pedoman atas tata dan laksana kehidupan

kenegaraan, pemerintahan, dan kemasyarakatan, tak terkecuali menegaskan

eksistensi konsep negara.67

Tanggung jawab moral dan hukum kepada masyarakat masih berada

dalam pundak pemerintah. Meski pada saat pandemi COVID-19, negara wajib

setia menjalankan aktivitas berbangsa dan bernegara dengan pertimbangan nurani

dan nilai-nilai moral yang tumbuh dan berkembang di masyarkat guna

mewujudkan cita-cita hukum yaitu Pancasila. Masa pandemi COVID-19 tentu

memberikan pemerintah tanggung jawab atas ketertiban, keamanan, kenyamanan,

dan kesejahteraan masyarakat. Tanggung jawab negara dapat dilihat dalam alinea

ke-IV Pembukaan UUD 1945 yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan

seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan

kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan

kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial68

Empat tanggung jawab diatas merupakan amanah oleh para pendiri bangsa

bagi para penyelenggaraan negara. Kemudian, telah kita ketahui bersama, bahwa

Indonesia merupakan negara yang berdiri berdasarkan atas hukum (rechtsstaat)

bukan berdasarkan kekuasaan semata. UUD 1945 memiliki posisi yang prinsipil

sebagai pedoman atas tata dan laksana kehidupan kenegaraan, pemerintahan, dan

kemasyarakatan, tak terkecuali menegaskan eksistensi konsep negara. Hal tersebut

67
Fradhana Putra Disantara, Tanggung Jawab Negara Dalam Masa Pandemi Covid-19
Jurnal Cendekia Hukum: Vol. 6, No 1, September 2020, hlm 51
68
Ibid, hlm 49

Universitas Sumatera Utara


44

telah ditegaskan pada Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 yang berbunyi bahwa “Negara

Indonesia adalah negara hukum”. Implikasinya, segala tindakan penyelenggaraan

negara harus didasarkan atas instrumen hukum yang bermuara pada tujuan negara,

yakni melindungi dan mensejahterakan.69

Hakikatnya, pertanggung jawaban negara harus tetap setia bersama

masyarakat baik dalam kondisi normal maupun tidak normal, seperti halnya pada

pandemi COVID-19 ini. Pertanggung jawaban tersebut diutamakan pada lini

masyarakat yang terkena dampak dengan adanya pandemi COVID-19 maupun

kebijakan pemerintah dalam penanganan COVID-19. 70

69
Ibid
70
Ibid, hlm 52

Universitas Sumatera Utara


BAB III
PENGATURAN DAN PENJABARAN HAK ATAS PANGAN
WARGA NEGARA

A. Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang No. 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang Undangan-undangan, menyebutkan bahwa: Peraturan perundang-

undangan adalah peraturan tertulis yang memuat norma hokum yang mengikat

secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat yang

berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam peraturan perundang-

undangan.71

Dalam konteks hak atas pangan, negara dibebani kewajiban untuk

memenuhinya sebagaimana hak asasi manusia lainnya. Negara dibebani

kewajiban untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan pangan dan gizi yang

terjangkau dan memadai. Oleh karena itu, pengabaian terhadap pangan dan gizi

ini sendirinya bisa dianggap sebagai pelanggaran hak-hak asasi manusia oleh

negara. Bahkan, ketika hak atas pangan diabaikan secara terus menerus, maka

pelanggaran tersebut bisa disamakan dengan pemusnahan generasi secara

laten (silent genocide).72Di Indonesia, realisasi hak atas pangan juga merupakan

kewajiban konstitusional negara. Tugas pokok negara sudah jelas telah termaktub

dalam UUD 1945, yaitu untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan

71
Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan
72
https://binadesa.org/Loc.Cit

46

Universitas Sumatera Utara


47

kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan pada

kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.73

Indonesia juga telah meratifikasi Deklarasi universal hak asasi manusia

(DUHAM), Konvenan Internasional tentang hak sipil dan politik serta Konvenan

Internasional tentang hak ekonomi, sosial dan budaya dalam UU Nomor 11 Tahun

2005 dan UU Nomor 12 Tahun 2005, yang mana dalam Pasal 23 ayat (1)

DUHAM menyebutkan “setiap orang berhak atas tingkat hidup yang memadai

untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya, termasuk hak atas

pangan, pakaian, perumahan, dan perawatan kesehatan serta pelayanan sosial

yang diperlukan, dan berhak atas jaminan pada saat menganggur, menderita sakit,

cacat, menjadi janda atau duda, mencapai usia lanjut atau keadaan lainnya yang

mengakibatkan kekurangan nafkah yang berada diluar kekuasaannya. 74

Sifat perwujudan bertahap membebankan kewajiban bagi negara untuk

bergerak secara cepat dan seefektif mungkin menuju terpenuhinya perwujudan

hak yang ada dalam Kovenan. Segala tindakan yang bersifat retrogresif

(kemunduran) hanya dapat dilakukan dengan pertimbangan yang hati-hati dan

dapat dibenarkan dengan acuan keseluruhan hak yang diatur dalam Kovenan dan

dalam konteks bahwa seluruh sumber daya yang tersedia telah dipergunakan.75

Negara harus secara serius melaksanakan kewajibannya dengan memanfaatkan

semaksimal mungkin sumber daya yang ada. Cara-cara yang digunakan untuk

memenuhi kewajiban "mengambil langkah-langkah" ini dicantumkan dalam Pasal

73
Ibid
74
https:// pedomanbengkulu.com/2020/04/negara-tidak-siap/diakses tanggal 20
November 2020
75
HRI/GEN/l/Rev.7, Komite Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya, Komentar Umum No. 3
mengenai Sifar-Sifat Kewajjiban Negara, paragraf 9

Universitas Sumatera Utara


48

2 ayat (1), Kovenan yaitu "semua cara yang dianggap layak, termasuk khususnya

pengambilan tindakan-tindakan legislatif". Ketentuan Pasal 2 ayat (1) Kovenan

yang menyatakan bahwa negara berjanji "untuk mengambil langkah-langkah",

yang dalam arti sesungguhnya tidak dapaf dibatasi oleh penafsiran-penafsiran

yang lain.76

Konteks HAM negara menjadi subjek hukum utama, karena negara

merupakan entitas utama yang bertanggung jawab melindungi, menegakkan, dan

memajukan hak asasi manusia, setidaknya untuk warga negaranya masing-

masing.Ironisnya sejarah mencatat pelanggaran HAM biasanya justru dilakukan

oleh negara, baik secara langsung melalui tindakan-tindakan yang termasuk

pelanggaran HAM terhadap warga negaranya atau warga negara lain, maupun

secara tidak langsung melalui kebijakan-kebijakan ekonomi politik baik di level

nasional maupun internasional yang berdampak pada tidak terpenuhinya atau

ditiadakannya HAM warga negaranya atau warga negara lain.77

Konsiderans menimbang disebutkan bahwa negara berkewajiban

mewujudkan ketersediaan, keterjangkauan, dan pemenuhan konsumsi Pangan

yang cukup, aman, bermutu, dan bergizi seimbang, baik pada tingkat nasional

maupun daerah hingga perseorangan secara merata di seluruh wilayah NKRI

sepanjang waktu dengan memanfaatkan sumber daya, kelembagaan, dan budaya

lokal. Selanjutnya ditegaskan bahwa dengan sumber daya alam dan sumber

76
Ibid.
77
Maidah Purwanti dan Widyaiswara, Kewajiban Dan Tanggung Jawab Negara Dalam
Pemenuhan Hak Asasi Manusia, Kementerian Hukum dan HAM, Legal Smart Channel - Artikel
Site (bphn.go.id)/diakses tanggal 21 November 2020, Pukul 21.00 Wib

Universitas Sumatera Utara


49

pangan yang beragam, Indonesia mampu memenuhi kebutuhan pangannya secara

berdaulat dan mandiri.78

Karantina kesehatan sendiri merupakan sebuah peraturan yang telah diatur

dalam undang-undang. Termaktub dan tercantum jelas bahwa karantina kesehatan

sendiri merupakan cara yang efektif di saat terjadi kedaduratan bencana seperti

wabah yang dapat menimbulkan dampak dan kerugian besar bagi negara. UU

Nomor 6 Tahun 2018 Tentang Kekarantinaan Kesehatan dengan jelas

menerangkan tentang adanya pembatasan masuk-keluarnya individu ke suatu

daerah yang telah dinyatakan sumber wabah, termasuk mengatur pula tentang

adanya perintah untuk melakukan isolasi, karantina wilayah, vaksinasi dan lain

sebagainya untuk menghentikan penyebaran wabah yang terjadi di Indonesia.79

B. Pengaturan Kebijakan Terhadap Pemenuhan Hak Atas Pangan Warga

Negara Indonesia

Kebutuhan pangan merupakan kebutuhan pokok bagi setiap lapisan

masyarakat selain sandang dan papan. Kebutuhan pangan merupakan kebutuhan

dasar manusia untuk dapat melangsungkan hidupnya. Undang-Undang Nomor 18

Tahun 2012 tentang Pangan menyebutkan bahwa pangan merupakan kebutuhan

dasar manusia yang paling utama dan pemenuhannya merupakan bagian dari hak

asasi manusia yang dijamin dalam UUD 1945 sebagai komponen dasar untuk

mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Hal tersebut mengisyaratkan

78
Pocut Eliza, Laporan Akhir Analisis Dan Evaluasi Hukum Dalam Rangka Peningkatan
Kedaulatan Pangan, (Jakarta: Pusat Analisis Dan Evaluasi Hukum Nasional Badan Pembinaan
Hukum Nasional Kementerian Hukum Dan HAM RI Tahun 2016), hlm 18
79
Yusufa Ibnu Sina Setiawan, Penetapan Karantina Wilayah Menurut Pandangan Legal
Positivisme Dalam Rangka Pencegahan dan Pemberantasan Pandemi Coronavirus Disease
(Covid)-19, Program Studi Magister Ilmu Hukum Universitas Muhammadiyah Malang, 2020, hlm
2

Universitas Sumatera Utara


50

kita betapa pentingnya masalah pangan ditangani dan merupakan tanggung jawab

bersama. Kebutuhan pangan di Indonesia memang sangat besar mengingat jumlah

penduduk yang besar pula.80

Pangan dibutuhkan oleh setiap individu, hal ini memacu sebagian besar

masyarakat berprofesi sebagai pengusaha atau produsen makanan. Pertumbuhan

dan perkembangan industri barang dan jasa di satu pihak membawa dampak yang

positif, antara lain dapat disebutkan: tersedianya kebutuhan dalam jumlah yang

mencukupi, mutunya yang lebih baik, serta adanya alternatif pilihan bagi

konsumen dalam pemenuhan kebutuhannya.81

Pangan merupakan kebutuhan dasar bagi warga negara. Pemenuhan

pangan bagi warga negara adalah bagian dari hak asasi manusia yang dijamin di

dalam UUD 1945. Hal ini berarti ketersediaan bahan pangan harus dapat diakses

bagi warga negara. Tidak hanya sampai pada ketersediaan, jumlah dan kualitas

pangan menjadi kriteria penting untuk jaminan hak tersebut. Pemerintah Indonesia

telah mengupayakan ketersediaan pangan terjamin bagi warganya. UU No 18

tahun 2012 adalah wujud komitmen pemerintah untuk menjamin ketersediaan

pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi,

merata, terjangkau dan tidak bertentangan dengan agama, kepercayaan serta

kebudayaan masyarakat. Kendatipun demikian, apabila dilihat ketersediaan

pangan di daerah-daerah, kita akan menemui beberapa daerah yang mengalami

80
Dian Lestari Hura, Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Terhadap Makanan Olahan
Mengandung Bahan Berbahaya Di Jawa Tengah, DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5,
Nomor 4, Tahun 2016, hlm 2
81
Ibid

Universitas Sumatera Utara


51

kerentanan pangan.82Ketersediaan pangan yang cukup jumlah dan cukup mutu

menjadi persoalan yang masih menghantui bangsa saat ini. Berbagai kebijakan

sebenarnya telah dibuat oleh pemerintah untuk menyelesaikan persoalan pangan.

Universal Declaration of Human Rights (UDHR), sebuah instrumen yang

dibuat oleh PBB pada bulan Desember 1948 dan diratifikasi oleh hampir semua

negara, hak asasi manusia yang sangat mendasar diproklamasikan. UDHR diakui

sebagai standar umum pencapaian untuk semua orang dan semua bangsa dalam

hal hak asasi manusia. UDHR menyebutkan hak atas makanan dalam Pasal 25,

yakni bahwa setiap orang memiliki hak atas standar kehidupan yang memadai

untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya, termasuk makanan.83

Di tengah pandemi COVID-19, segala aspek kehidupan cenderung

mengarah pada situasi normal baru. Himbauan pemerintah kepada masyarakat

untuk melakukan pekerjaan dari rumah (working for home) dan menjaga jarak

secara fisik (social/physical distancing) serta kebijakan beberapa pemerintah

daerah yang mengimplementasikan karantina wilayah secara parsial dan

melakukan pembatasan kegiatan di keramaian, telah membuat perubahan situasi

yang baru di hampir semua aspek kehidupan, termasuk perubahan pola rantai

pasok pangan. Sistem atau pola kerja di sektor pangan memang tampaknya

berubah sangat signifikan di tengah pandemi COVID-19 ini, mulai dari proses

produksi hingga konsumsi, dari hulu hingga hilir.84

82
https:// kedaulatanpangan.org/hak-atas-pangan/diakses tanggal 19 November 2020,
Pukul 21.09 Wib
83
Amalia Zuhra, Op.Cit, hlm 101
84
Fajar B. Hirawan, Kebijakan Pangan di Masa Pandemi COVID-19, CSIS
Commentaries DMRU-048-ID 14 April 2020, hlm 2

Universitas Sumatera Utara


52

Kondisi terpenuhinya pangan bagi negara hingga tingkat individu disebut

dengan tercapainya kondisi Ketahanan Pangan, sebagaimana yang di atur dalam

UU Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, bahwa ketahanan pangan adalah

kondisi terpenuhinya Pangan bagi Negara sampai dengan perseorangan, yang

tercermin dari tersedianya Pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya,

aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau. 85

Krisis pangan menjadi salah satu persoalan yang kini dihadapi oleh

masyarakat dunia, termasuk Indonesia. Sayangnya, ditengah krisis pangan yang

terjadi, pemerintah Indonesia belum memiliki kebijakan yang dapat mendorong

terjadinya kedaulatan pangan. krisis beras dijawab dengan impor beras, yang tentu

saja semakin membuat petani kita semakin tak berdaya menghadapi situasi krisis

ini. Disituasi yang lain, lahan-lahan sumber pangan petani semakin terhimpit dan

mengecil, digerus oleh semakin lajunya gempuran industri ekstraktif seperti

tambang dan perkebunan besar kelapa sawit. Di tengah situasi sulit ini, kebijakan

tentang pangan saat in sedang dibahas oleh DPR. Rancangan Undang-Undang

Pangan ini masih belum banyak diketahui oleh publik. Padahal, RUU ini akan

menentukan nasib hidup rakyat Indonesia dan menentukan bagaimana pilihan-

pilihan yang dapat mengeluarkan rakyat Indonesia dari ancaman krisis pangan ini

dan sekaligus dapat berdaulat menentukan produksi dan konsumsi pangan negara

sendiri.86

85
https://kabarpublik.id/ 2020/05/06/opini-ketersediaan-pangan-di-tengah-pandemi-
covid-19-refleksi-pemberlakuan-psbb-di-provinsi-gorontalo/diakses tanggal 21 November 2020,
Pulkul 14.02 Wib
86
https://pusaka.or.id/2011/09/ menanti-kedaulatan-pangan/diakses tanggal 21 November
2020. Pukul 20.10 Wib

Universitas Sumatera Utara


53

Hak atas pangan merupakan hak yang melekat pada diri setiap manusia

yang tidak dapat dicabut oleh siapapun. Selanjutnya, United Nations Special

Rapporteur on The Right to Food mendefinisikan hak atas pangan “the right to

have regular, permanent and unrestricted access, either directly or by means of

financial purchases, to qualitatively adequate and sufficient food corresponding

to the cultural traditions of the people to which the costumer belongs, and which

ensure a physical and mental, indiviual and collective, fulliling and dignified life

free of fear”. 87

Di masa pandemi ini, di mana semua sektor kehidupan terdampak,

tentunya pemenuhan hak atas pangan bagi masyarakat juga akan sangat besar

dampaknya, bagi sebagian masyarakat Indonesia terutama masyarakat pada level

ekonomi menengah ke bawah. Hal ini disebabkan karena adanya penutupan besar-

besaran sejumlah toko, pabrik, tempat usaha dan sebagainya yang tentu saja

berdampak pada kegiatan ekonomi di tengah masyarakat dan tentunya

mengakibatkan banyak sejumlah orang yang terpaksa harus diberhentikan dari

pekerjaanya atau kehilangan pekerjaan.88

Segala kebijakan hukum yang dipilih oleh pemerintah tentu harus

bertujuan untuk kemaslahatan masyarakat terutama di bidang kesehatan. Dalam

wabah ini kesehatan dan keselamatan masyarakat sangat terancam sehingga

Pemerintah harus sangat hati-hati mengambil tindakan apa pun agar tidak

berimbas pada kerugian masyarakat.89

87
Dyana Lifiani Patriana Bhakti, Pemenuhan Hak Ekosob Dibidang Pekerjaan, Pangan
Dan Perumahan Bagi Masyarakat Miskin Kelurahan Pucangsawit Kota Surakarta,
88
Iin Karita Sakharina, Op.Cit, hlm 377-378
89
Siti Nurhalimah, Op.Cit, hlm 551

Universitas Sumatera Utara


54

Kedaulatan pangan yang dimaksud Undang-Undang ini adalah

sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 1 angka 2, yaitu hak negara dan bangsa

yang secara mandiri menentukan kebijakan Pangan yang menjamin hak atas

Pangan bagi rakyat dan yang memberikan hak bagi masyarakat untuk menentukan

sistem Pangan yang sesuai dengan potensi sumber daya lokal.90

Kebijakan yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia, sama halnya dengan

kebijakan yang diilakukan oleh negara-negara lain tentu berdampak besar bagi

kehidupan masyarakatnya, ditutupnya sejumlah toko, pabrik, perusahaan secara

tidak langsung berdampak pada kehidupan ekonomi sebagaian masyarakatnya

yang menyebabkan banyaknya masyarakat yang kehilangan pekerjaan, hilangnya

pekerjaan sudah pasti berdampak pada kelangsungan hidup sehari-hari terutama

pada pemenuhan hak atas pangan warga negara. Sebelum ini jumlah orang miskin

yang tercatat dalam Badan Pusat Statistik Nasional adalah mencapai 25,14 juta

jiwa atau sekitar 9,82% dari total penduduk.91

C. Pengaturan Keputusan Terhadap Pemenuhan Hak Atas Pangan Warga

Negara Indonesia

Dalam hukum nasional Indonesia, penghormatan terhadap HAM sudah

sangat jelas diatur dalam konstitusi Negara, yaitu UUD 1945. Didalam UUD 1945

yang telah diamandemen terdapat ketentuan yang tegas dan jelas mengenai hak

asasi manusia dibidang sipil, politik, ekonomi, sosial, budaya, maupun

pembangunan. Hak-hak tersebut dijelaskan dalam pembukaan dan tersebar

90
Iin Karita Sakharina, Loc.Cit
91
Ibid, hlm 370

Universitas Sumatera Utara


55

didalam beberapa pasal didalam UUD 1945 terutama didalam Pasal 28 dalam Bab

mengenai HAM.

Covid-19 adalah penyakit Coronavirus Disease-2019 yang ditemukan pada

manusia sejak kejadian luar biasa muncul di Wuhan Cina, pada Desember 2019.

Covid-19 memiliki penyebaran yang lebih luas dan sangat cepat ke hampir semua

Negara termasuk Indonesia. Sampai saat ini belum ada vaksin untuk mencegah

Covid-19, itulah sebabnya mengapa kita dianjurkan melakukan pencegahan

penyebaran covid-19 dengan menggunakan masker, rajin cuci tangan, tingkatkan

daya tahan tubuh, bahkan dianjurkan untuk menerapkan social

distancing dan physical distancing yaitu menjaga jarak minimal satu meter dari

orang lain, dan tidak keluar rumah kecuali ada keperluan mendesak atau stay at

home.92

Meluasnya wabah yang disebabkan oleh virus corona atau disebut dengan

Covid-19 memberikan dampak krisis secara global, termasuk Indonesia. Krisis

yang ditimbulkan, tidak hanya krisis kesehatan, Covid-19 juga memberikan

dampak serius terhadap segala sektor kehidupan. Perekonomian anjlok, psikologi

masyarakat dibayang-banyangi ancaman, dan pembangunan yang mandeg. Situasi

dengan segala sisi menjadi terhenti dan tidak pasti, membuat social shock di

tengah-tengah masyarakat. Keadaan seperti ini, pangan harus tetap dipenuhi dan

tidak bisa ditunda. “Pangan merupakan hak asasi bagi semua warga negara.

Pemenuhan pangan menjadi tanggung jawab negara sebagai bagian dari hak

ekonomi, sosial dan budaya. Pengabaian terhadap hak atas pangan dapat dianggap

92
https://kabarpublik.id/Loc.Cit

Universitas Sumatera Utara


56

sebagai pelanggaran HAM oleh negara. Bahkan apabila hal ini diabaikan dan

berdampak serius maka sama saja dengan silent genocide. Pemenuhan hak atas

pangan harus dilakukan dalam situasi apapun, termasuk saat wabah melanda suatu

negara.93

Pemerintah telah memutuskan untuk menerapkan Kebijakan Pembatasan

Sosial Berskala Besar (PSBB) di Jakarta dan beberapa kota besar lainnya untuk

menekan meluasnya outbreak virus corona. Kampanye bekerja di rumah saja juga

masih secara terus-menerus disuarakan di media-media. “kebijakan ini bukan

tanpa resiko, pergerakan masyarakat yang dibatasi dan bahkan terhenti, membuat

aliran/distribusi bahan pangan terhenti juga. Situasi wabah seperti ini,

sesungguhnya diperlukan dukungan struktur kebijakan pangan lokal yang kokoh

agar tahan terhadap tekanan krisis dan memiliki daya pulih yang cepat setelah

wabah berlalu,94

Pemenuhan hak sosial ekonomi, adalah satu kesatuan proses yang

memberikan dan menyedian kebebasan dan kemandirian bagi pemegang hak,

maka secara berkelanjutan standar menjadi kesempatan untuk memperbaiki

kualitas kehidupan. Contoh standar kumulatif tentang prinsip hidup layak warga

negara. Prinsip hidup layak dapat dikatakan telah terpenuhi jika tersedia dan

terpenuhinya akses kesehatan; tersedia dan terpenuhinya aspek ekonomi rakyat;

tersedia dan terpenuhinya akses kesehatan rakyat. Ketiga poin tersebut wajib

dipenuhi untuk mencapai kehidupan layak yang ideal. Kedudukan standar dalam

93
https://kedaulatanpangan.org/ lumbung-komunitas-menjaga-pangan-tersedia-di-saat-
pandemi-covid-19/diakses tanggal 21 November 2020, Pukul 17.08 Wib
94
Ibid.

Universitas Sumatera Utara


57

kondisi demikian tidak cukup untuk dapat memberikan kepastian pelaksanaan

prinsip dalam lapangan kenyataan masyarakat.95

Pasal 23 ayat (1) DUHAM menyebutkan: Setiap orang berhak atas tingkat

hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya,

termasuk hak atas pangan, pakaian, perumahan, dan perawatan kesehatan serta

pelayanan sosial yang diperlukan, dan berhak atas jaminan pada saat menganggur,

menderita sakit, cacat, menjadi janda/duda, mencapai usia lanjut atau keadaan

lainnya yang mengakibatkan kekurangan nafkah, yang berada di luar

kekuasaannya.96

Dalam Pasal 12 Konvenan Hak Ekosob, salah satu ketentuannya juga

menyatakan bahwa negara pihak harus melakukan segala sesuatu yang diperlukan

untuk mengupayakan: Pencegahan, pengobatan, dan pengendalian segala penyakit

menular, endemik, penyakit lainnya yang berhubungan dengan pekerjaan.97

Pangan adalah makanan dan bahan pangan untuk pasien/terdampak

COVID-19. Penggunaan Belanja Tidak Terduga untuk pemenuhan kebutuhan

pangan meliputi:

a. Pengadaan pangan, berupa makanan siap saji dan penyediaan bahan makanan.

1) Makanan siap saji seperti nasi bungkus, roti dan sejenisnya;

2) Penyediaan pangan perlu diperhatikan keperluan pangan khusus untuk

bayi, ibu hamil, ibu menyusui, dan lansia.

95
James Reinaldo Rumpia, Hukum dan Bahasa: Refleksi dan Transformasi Pemenuhan
Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya, Intera Hukum, Volume 5 Issue 2 (2018), hlm 250
96
https://news.detik.com/ kolom/d-4942715/wabah-corona-dan-tanggung-jawab-
negara/diakses tanggal 21 November 2020, Pukul 20.01 Wib
97
Ibid.

Universitas Sumatera Utara


58

b. Pengadaan segala bentuk suplemen dan vitamin kepada tenaga medis dan

pasien

c. Pengadaan dapur umum, berupa dapur lapangan siap pakai, alat dan bahan

pembuatan dapur umum seperti batu bata, semen, tenda, dan perlengkapan

dapur umum lainnya, termasuk didalamnya adalah pengadaan perlengkapan

makan darurat;

d. Transportasi untuk distribusi bantuan pangan, berupa sewa sarana transportasi

darat, air, udara, dan atau pembelian bahan bakar minyak. Sarana transportasi

tersebut diperlukan untuk pengiriman pangan dari tempat lain ke lokasi

kejadian, maupun dari dapur umum ke tempat pengungsian dan atau tempat

terisolir, termasuk pengiriman alat dan bahan pengadan dapur umum.98

Di tengah pandemi COVID-19, segala aspek kehidupan cenderung

mengarah pada situasi normal baru. Himbauan pemerintah kepada masyarakat

untuk melakukan pekerjaan dari rumah (working for home) dan menjaga jarak

secara fisik (social/physical distancing) serta kebijakan beberapa pemerintah

daerah yang mengimplementasikan karantina wilayah secara parsial dan

melakukan pembatasan kegiatan di keramaian, telah membuat perubahan situasi

yang baru di hampir semua aspek kehidupan, termasuk perubahan pola rantai

pasok pangan. Sistem atau pola kerja di sektor pangan memang tampaknya

berubah sangat signifikan di tengah pandemi COVID-19 ini, mulai dari proses

produksi hingga konsumsi, dari hulu hingga hilir. Dari perspektif produksi atau

hulu, para petani dan produsen makanan mulai merasakan perubahan terkait

98
Safrizal, Pedoman Umum Menghadapi Pandemi Covid 19 Bagi Pemerintah Daerah
(Jakarta: 2020 Kementerian Dalam Negeri, 2020), hlm 81-82

Universitas Sumatera Utara


59

pasokan input dan juga harus menyesuaikan protokol berproduksi untuk

menjamin kualitas dan keamanan pangan di tengah pandemi COVID-19,

khususnya di wilayah yang sudah terkontaminasi99

Kovenan Internasional Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya telah

memberikan arahan bagaimana pemenuhan dan perlindungan hak atas pangan

itu harus dilakukan. Menjadi penting agar Undang-Undang Nomor 7 Tahun

1996 disinkronkan atau direvisi dengan mengacu kepada Kovenan Internasional

Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya. Pengesahan Kovenan membawa konsekuensi

hukum bagi Indonesia. Hal itu tertuang dalam Pasal 2 Kovenan tersebut, yakni

segera setelah negara pihak melakukan ratifikasi kovenan ini maka negara pihak

dikenakan kewajiban untuk meninjau berbagai produk perundang-undangan

nasional untuk memastikan bahwa produk perundang-undangan tersebut sesuai

dengan prinsip pemenuhan dan perlindungan hak asasi manusia.

Standar pada sisi lain perlu dibangun dalam kerangka relasional, dan

kesatuan. Keberadaan standar sebagai ukuran pemenuhan hak memerlukan

kesatuan dalam bentuk atau konsep. Konsep digambarkan sebagai medium,

relasional dan kesatuan dari standar.100

Peran negara menetapkan arah dan tujuan pemenuhan hak ekosob.

Tantangan yang muncul adalah pada kesesuaian standar dan cara yang

dipergunakan untuk memenuhi hak. Negara tak jarang terjebak pada standar kaku

yang justru membelenggu atau bahkan menutupi kebutuhan masyarakat yang

sesungguhnya.

99
Fajar B. Hirawan, Op.Cit, hlm 2
100
James Reinaldo Rumpia, Loc.Cit

Universitas Sumatera Utara


60

Hak atas pangan yang layak, juga diatur dalam Deklarasi Umum Hak

Asasi Manusia (Universal Declaration of Human Rights), Pasal 25 ayat (1)

bahwa: “Everyone has the right to a standard of living adequate for health and

well being of himself and of his family, including food, clothing, housing and

medical care and necessary social services, and the right to security in the event

of unemployment, sickness, disability, widowhood, old age or other lack of

livelihood in circumstances beyond his control. Terjemahannya Deklarasi

Universal Hak Asasi Manusia), Pasal 25 ayat (1) bahwa: “Setiap orang berhak

atas taraf hidup yang layak untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan

keluarganya, termasuk pangan, sandang, papan dan perawatan medis serta

kebutuhan sosial layanan, dan hak atas keamanan jika terjadi pengangguran, sakit,

cacat, janda, usia tua atau kurangnya mata pencaharian dalam keadaan di luar

kendalinya.101

101
Iin Karita Sakharina, Op.Cit, hlm 376-377

Universitas Sumatera Utara


BAB IV
HAK ATAS PANGAN BAGI WARGA NEGARA DI MASA
PANDEMI VIRUS CORONA

A. Hak Atas Pangan Warga Negara pada Masa Pandemi Virus Corona

Indonesia sejak bulan Maret mengganggu banyak sekali sektor-sektor

yang menyokong kehidupan masyarakat, diantaranya sektor pertanian. Sektor

pertanian menjadi sorotan karena memiliki kaitan erat dengan ketahanan pangan

nasional. Tentunya pada masa pandemi yang sulit seperti sekarang ini ketahanan

pangan menjadi sesuatu yang harus diupayakan untuk menghindar dari krisis

pangan yang seakan menghantui Indonesia.102

Pandemi Covid-19 telah membatasi ruang gerak manusia di berbagai

belahan dunia. Termasuk Indonesia. Namun kepentingan untuk tetap

mempertahankan dan memperjuangkan nilai-nilai keadilan, HAM dan Demokrasi

sebagai pijakan membangun peradaban berbangsa dan bernegara tidak boleh

melemah. Bahkan sebaliknya harus semakin kuat dijunjung dan ditegakkan.103

Pemerintah sebagai pemangku utama yang berkewajiban melindungi dan

memenuhi hak asasi setiap warga yang tertuang dalam berbagai instrument hukum

Internasional maupun Nasional termasuk dalam UUD 1945 dan berbagai

peraturan perundang-undangan di bawahnya. Apa lagi di tengah kondisi pandemi

Covid-19 saat ini, pemerintah (pusat dan daerah) tidak sekadar wajib memberikan

perlindungan warganya dari ancaman infeksi Covid-19 yang merupakan bagian

102
https://dialeksis.com/dialog/t-saiful-bahri-ketahanan-pangan-di-masa-pandemi/diakses
tanggal 11 November 2020, Pukul 23.01 Wib
103
https://lbhmakassar.org/ publikasi/opini/mengurai-pelanggaran-ham-di-masa-pandemi-
covid-19/diakses tanggal 21 November 2020, Pukul 21. 01 Wib

61

Universitas Sumatera Utara


62

dari hak atas kesehatan namun harus juga menjamin pemenuhan hak asasi lainnya

yang dibutuhkan secara mendasar dan sehari-hari oleh warganya dengan prinsip

non-diskriminasi, partisipatif, pemberdayaan dan akuntabel.104

Konsep sistem ketahanan pangan menurut Maxwell 1990, menyatakan

bahwa ketahanan pangan rumah tangga disamping faktor ketersediaan dan daya

beli juga ditentukan oleh faktor akses pangan itu sendiri. Ada 4 (empat)

komponen yang harus dipenuhi untuk mencapai kondisi ketahanan pangan yaitu:

1) ketersediaan pangan (availability);

2) aksesibilitas pangan (accessibility);

3) penerimaan pangan (acceptability), dan

4) Kualitas/keamanan pangan (quality). Tercermin dari tersedianya pangan

yang cukup, baik jumlah dan mutunya, aman, terjangkau dan merata.105

Terpenuhinya pangan dengan kondisi ketersediaan yang cukup, mencakup

pangan yang berasal dari tanaman, ternak, dan ikan untuk memenuhi kebutuhan

atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral yang bermanfaat bagi

pertumbuhan kesehatan manusia. Kondisi pangan aman, bebas dari bahan kimia

yang dapat merugikan dan membahayakan kesehatan. Ketersediaan pangan yang

mudah dijangkau dan diperoleh rumah tangga dengan harga yang juga mudah

terjangkau. Selain itu, terpenuhinya pangan yang tersedia setiap saat dan merata di

seluruh lapisan masyarakat tanpa terkecuali.106

Pasal 1 ayat (27), Undang-Undang Pangan Nomor 18 tahun 2012

mengenai bantuan pangan bahwa: “Bantuan Pangan adalah Bantuan Pangan


104
Ibid.
105
https://kabarpublik.id/ 2020/05/06/Op.Cit, hlm 21
106
Ibid

Universitas Sumatera Utara


63

Pokok dan Pangan lainnya yang diberikan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah,

dan/atau masyarakat dalam mengatasi Masalah Pangan dan Krisis Pangan,

meningkatkan akses Pangan bagi masyarakat miskin dan/atau rawan Pangan dan

Gizi, dan kerja sama internasional”. Pasa masa pandemi ini di mana sebagian

masyarakat mengalami kesulitan akan akses terhadap pemenuhan hak atas pangan

dikarenakan tidak adanyanya pekerjaan, seperti yang telah dipaparkan di halaman

sebelumnya, maka Bantuan Pangan terutama bantuan bahan makan pokok, kepada

masyarakat wajib diberikan oleh pemerintah, untuk mengurangi atau mencegah

terjadinya kelaparan di masyarakat. Karena terjadinya kelaparan dapat

dikategorikan sebagai Pelanggaran HAM, baik yang sifatnya omission. 107

B. Kewajiban HAM Negara Terhadap Pemenuhan Hak Atas Pangan

HAM adalah seperangkat hak-hak dasar yang melekat pada setiap orang.

Meskipun kemunculan HAM adalah reaksi dari berbagai tindakan yang

mengancam kehidupan manusia, bukan berarti menafikan bahwa eksistensi hak

itu ada ketika manusia ada di muka bumi dan diakui manusia itu sendiri secara

universal, maka karena itu perlu adanya jaminan konstitusional sebagai bentuk

pengakuan negara atas HAM. 108

Pemenuhan HAM bukan hanya tanggung jawab penyelenggara negara dan

pemerintahan tersebut, tetapi juga semua orang dan warga negara. Namun

demikan, di dalam UUD 1945 sudah ditegaskan bahwa tanggung jawab dalam

pelaksanaan HAM berada pada pemerintah3 Indonesia sebagai bagian dari

107
Iin Karita Sakharina, Op.Cit, hlm 380-381
108
Majda El-Muhtaj, Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi Indonesia, (Jakarta: Prenada
Media, 2017), hlm. 6.

Universitas Sumatera Utara


64

masyarakat internasional harus menghormati, menghargai, dan menjunjung tinggi

prinsip dan tujuan DUHAM.109

Pengaturan HAM di dalam konstitusi suatu negara. Secara umum, terdapat

kaitan yang erat antara HAM dengan konstitusi di mana konstitusi akan

memberikan jaminan atas HAM, sedangkan HAM selalu menjadi materi muatan

konstitusi. Oleh karena itu, konstitusi selalu mengatur masalah HAM di dalamnya

agar tersedia jaminan dan perlindungan bagi warga negaranya. Kehadiran

konstitusi yang bernuansa HAM akan memberikan perlindungan kepada warga

negara dan memberikan tanggung jawab kepada negara dalam pemenuhan atau

pelaksanaannya.110

Hak asasi manusia merupakan hak dasar seluruh umat manusia tanpa ada

perbedaan . Mengingat hak dasar merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha

Esa, maka pengertian hak asasi manusia adalah hak sebagai anugerah Tuhan Yang

Maha Esa yang melekat pada diri manusia, bersifat kodrati, universal dan abadi,

berkaitan dengan harkat dan martabat manusia.111

Deklarasi Universal Hak Azasi Manusia oleh Perserikatan Bangsa Bangsa

(PBB) Tahun 1948 (Indonesia ikut menandatanganinya) dan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada Pasal 28 H, menetapkan

bahwa kesehatan adalah hak dasar setiap individu dan semua warga negara. Oleh

sebab itu, dalam perspektif pemenuhan hak dasar warga negara atas kesehatan,

109
Hernadi Affandi, Op.Cit, hlm. 223
110
Hernadi Affandi, Tanggung Jawab Negara Dalam Pemenuhan Hak Atas Pendidikan
Menurut Undang-Undang Dasar Tahun 1945, Jurnal Hukum POSITUM Vol. 1, No. 2, Juni 2017,
hlm 221
111
Satya Arinanto, Indonesia, Hak Asasi Manusia dalam Transaksi Politik di Indonesia
(Jakarta: Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2018), hlm 52.

Universitas Sumatera Utara


65

pemerintah terikat tanggung jawab untuk menjamin akses yang memadai bagi

setiap warga negara atas pelayanan kesehatan yang layak dan optimal. Sebagai

upaya untuk menghormati (to respect), melindungi (to protect) dan memenuhi (to

fulfil) kewajiban negara mengimplementasikan norma-norma HAM pada hak atas

kesehatan, harus memenuhi prinsip-prinsip: (1). Ketersediaan pelayanan

kesehatan; (2) Aksesibilitas; (3) Penerimaan ; dan (4) Kualitas. 112

Pemerintah Indonesia meratifikasi Kovenan Internasional tentangi Hak

Ekonomi Sosial dan Budaya ini kedalam Undang-Undang Nomor 11 tahun 2005

bersamaan dengan Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik kedalam Undang-

Undang No 12 tahun 2005. Kovenan ini memang sering disebut kovenan kembar,

karena keduanya merupakan dua Instrumen penting dari HAM yang mengikat

secara hukum dan biasa disebut dengan bill of rights, kovenan ini memang

dikeluarkan secara bersamaan oleh Komisi HAM PBB dan di sahkan secara

bersamaan oleh Majelis Umum PBB melalui Resolusi Majleis Umum 2200 (xxi)

tertanggal 16 Desember 19776 dan mulai berlaku pada tanggal 23 Maret 1976. 113

Kewajiban HAM atas pangan ini meliputi menghormati, melindungi, dan

memenuhi. Pada gilirannya, kewajiban untuk memenuhi mencakup kewajiban

untuk memfasilitasi serta kewajiban menyediakan. Kewajiban melindungi berarti

negara harus mengeluarkan peraturan-peraturan atau instrumen-instrumen hukum

berkaitan pemenuhan hak atas pangan warganya yang berwawasan pada

kepentingan masyarakat secara umum, bukan hanya menguntungkan individu atau

kelompok tertentu, serta melaksanakannya dengan dengan konsisten. Kewajiban


112
Dedi Afandi, Hak Atas Kesehatan Dalam Perpektif HAM, Jurnal Ilmu Kedokteran,
Jilid 2 Nomor 1 - Maret 2008, hlm 21
113
Iin Karita Sakharina, Op.Cit, hlm 375

Universitas Sumatera Utara


66

untuk memenuhi, secara singkat berarti negara harus berperan aktif membantu

warganya dalam upaya memenuhi hak atas pangannya, dengan tidak mengurangi

hak atas pangan warganya yang lain. Negara harus memastikan setiap individu

dalam wilayah hukumnya mendapatkan kesempatan yang sama untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya, jika hal tersebut tidak dapat dilakukan mereka sendiri.114

C. Kewajiban Negara atas Pangan Warga Negara pada Masa Pandemi

Virus Corona

Hampir seluruh negara di dunia terkena dampak Covid-19. Salah satu

dampak langsung dari pandemik Covid-19 adanya perubahan tatanan kehidupan

sosial dan perekonomian baik skala individu, rumah tangga, pelaku usaha,

wilayah, negara bahkan skala dunia. Sampai saat ini vaksin atau obat Covid-19

masih belum ditemukan, sehingga tatanan atau protokoler kesehatan individu

(pribadi) dan sosial sebagai upaya pencegahan (Preventif) harus tetap

dilakukan.115

Setelah wabah COVID-19 dinyatakan sebagai bencana nasional dan

pandemi, beberapa wilayah melakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB)

guna mencegah penyebaran yang lebih banyak. Hal ini menyebabkan dampak

yang cukup signifikan terhadap kelangsungan kehidupan masyarakat, karena

interaksi sosial masyarakat terbatasi yang akhirnya membuat aktivtas ekonomi

terganggu, pekerjaan harian menjadi tidak dapat dilakukan, dan banyaknya

gelombang PHK oleh perusahaan karena ketidakmampuan perusahaan

114
Ibid, hlm 375-376
115
Dishanpangternak/pelayanan keamanan pangan dimasa pandemi covid-19 – dinas
ketahanan pangan dan peternakan (sumutprov.go.id)/diakses tanggal 1 Desember 2020, Pukul
20.29 Wib

Universitas Sumatera Utara


67

mempertahankan karyawan dalam situasi pandemi. Belum lagi akibat penurunan

penghasilan tersebut, angka kriminalitas bertambah sehingga pemerintah akhirnya

memilih kebijakan untuk memberikan bantuan sosial sebagai bentuk tanggung

jawab negara kepada masyarakat untuk mengantisipasi semua permasalahan sosial

ekonomi terkait COVID-19.116

Penanganan dampak kemunduruan ekonomi segera dilakukan oleh

pemerintah, seperti pemberian bantuan sosial kepada masyarakat dilakukan

dengan mengeluarkan kebijakan keuangan sebagai langkah cepat dan luar biasa

dalam menghadapi COVID-19. Kementerian Dalam Negeri mengeluarkan

Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 20 tahun 2020 tentang

Penanganan COVID-19. Bagi pemerintah daerah, peraturan tersebut merupakan

tindak lanjut dari instruksi Presiden yang menginstruksikan Menteri Dalam

Negeri untuk mengambil langkah lebih lanjut dalam rangka mempercepat

penggunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Peraturan ini

memberikan landasan hukum kepada pemerintah daerah untuk mengubah

peraturan kepala daerah mengenai elaborasi APBD untuk mempercepat

penanganan COVID-19. Dalam peraturan Menteri Dalam Negeri tersebut,

dijelaskan bahwa Pemerintah Daerah perlu memprioritaskan penggunaan APBD

untuk mengantisipasi dan mengelola dampak transmisi COVID-19 khususnya

pemberian bantuan sosial kepada masyarakat terdampak.117

116
Wildan Rahmansyah, Pemetaan Permasalahan Penyaluran Bantuan Sosial Untuk
Penanganan Covid-19 Di Indonesia, hlm 91 http://www.aeaweb.org/jel/guide/jel.php]/diakses
tanggal 1 Desember 2020, Pukul 20.28 Wib
117
Ibid, 91-92

Universitas Sumatera Utara


68

Pemerintah seakan tidak pernah menyangka penyebaran virus ini akan

sampai kepada penduduk Indonesia. Tidak berlebihan jika sebagian kalangan

menyatakan bahwa pemerintah tidak sedikit pun melakukan antisipasi dari wabah

yang telah diketahui sejak awal Desember 2019 tersebut. Gerak lambat

Pemerintah Indonesia merespon pandemi corona kemudian menuai pertanyaan,

bahkan Direktur Jenderal WHO mempertanyakan kesiapan negara Indonesia atasi

pandemi global melalui surat tertanggal 10 Maret 2020 kepada Presiden Republik

Indonesia, disamping mempertanyakan sejauh mana keterbukaan pemerintah

kepada masyarakat mengenai penanganan yang telah dilakukan, serta

menitikberatkan apa saja pendekatan yang digalakkan pemerintah untuk

mendeteksi kasus corona di Indonesia.118

Pandemi COVID-19 menghadirkan tantangan yang tidak biasa dan belum

pernah terjadi sebelumnya bagi otoritas yang bertanggung jawaba atas sistem

pengawasan keamanan pangan nasionalb untuk terus melakukan fungsi dan

kegiatan rutin sesuai dengan peraturan nasional dan rekomendasi internasional. Di

banyak negara, sebagian besar staf otoritas yang berwenang bekerja dari rumah,

teleworking menjadi praktik normal, dan semua pertemuan tatap muka dibatalkan

atau dijadwalkan ulang menjadi konferensi jarak jauh. Mempertahankan kegiatan

rutin seperti inspeksi untuk bisnis makanan, sertifikasi ekspor, kontrol produk

pangan impor, pemantauan dan pengawasan keamanan rantai pasokan,

pengambilan sampel dan analisis pangan, pengelolaan insiden, memberikan saran

tentang keamanan pangan, peraturan untuk industri pangan, dan berkomunikasi

118
Siti Nurhalimah, Op.Cit, hlm 545

Universitas Sumatera Utara


69

tentang masalah keamanan pangan dengan publik tanpa ada kendala menjadi

tantangan.119

Untuk menjaga integritas sistem pengawasan keamanan pangan nasional

dan untuk mendukung perdagangan internasional dan rantai pasokan pangan,

setiap otoritas yang berwenang perlu memprioritaskan layanan yang penting

selama pandemi COVID-19, seperti menghentikan sementara kegiatan

pengendalian risiko rendah yang sekiranya kurang berpengaruh terhadap

keamanan pasokan pangan. Penghentian sementara kegiatan-kegiatan

pengendalian risiko rendah akan memungkinkan pihak berwenang untuk terus

menjaga kesehatan dan keselamatan para staf sambil memfokuskan kembali upaya

di bidang-bidang yang mempunyai risiko lebih tinggi dan kegiatan-kegiatan yang

sangat penting bagi keamanan pangan. Sesuai prioritas nasional, beberapa otoritas

yang berwenang dapat memprioritaskan sejumlah kegiatan seperti inspeksi

industri pangan berisiko tinggi, sertifikasi ekspor, layanan kontrol impor,

manajemen insiden keamanan pangan atau penyelidikan keluhan konsumen.

Penting bahwa otoritas yang berwenang terus memantau perkembangan pandemi

Covid19 dan merespons dengan membuat penyesuaian yang diperlukan untuk

program kerja mereka dan terus memberikan layanan penting yang menjaga

integritas sistem keamanan pangan mereka. 120

Masalah pangan adalah keadaan kekurangan, kelebihan, dan/atau

ketidakmampuan perseorangan atau rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan

Pangan dan Keamanan Pangan, dalam situasi seperti saat ini maka bisa dipastikan
119
WHO, Sistem Pengawasan Keamanan Pangan Nasional dijelaskan dalam Codex
Guidelines for the Validation of Food Safety Control Measures (CAC/GL 69-2008), hlm 1
120
Ibid.

Universitas Sumatera Utara


70

banyak rumah tangga atau masyarakat yang mengalami masalah pangan seperti

yang tercantum dalam dalam UU No 18 tahun 2012, karena itu sudah menjadi

kewajiban bagi Negara untuk tetap menjamin terpenuhinya kebutuhan akan

pangan bagi setiap warga negaranya dalam hal ini tentu harus dilakukan oleh

Pemerintah.121

Kebutuhan pangan Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar tentu

saja memerlukan pasokan pangan yang terus meningkat, sementara itu kapasitas

Indonesia dalam memproduksi pangan cenderung menurun karena berbagai

faktor, mulai dari keterbatasan lahan pertanian, berkurangnya tenaga kerja di

sektor pertanian, penurunan kesuburan tanah dan perubahan iklim global sehingga

berdampak pula pada pasokan pangan dunia yang semakin langka dan terbatas.

Kelangkaan pangan di pasar dunia merupakan konsekuensi dari pasar pangan

dunia yang bersifat residual.122

Sejauh ini, masih banyak perbaikan yang perlu pemerintah lakukan untuk

memenuhi kewajibannya selama pandemi. Pertama, pemerintah berkewajiban

memastikan bahwa fasilitas dan layanan kesehatan tersedia (available). Hingga

saat ini, pemerintah belum berhasil melakukan ini secara baik. Berbagai media

telah melaporkan mengenai kelangkaan Alat Pelindung Diri (APD), obat-obatan,

serta fasilitas medis yang lain. Kedua, pemerintah wajib memastikan bahwa

seluruh layanan dan fasilitas kesehatan dapat diakses oleh semua orang baik dari

sisi biaya, geografis maupun budaya. Masyarakat miskin, misalnya, masih

menghadapi kesulitan mengakses tes COVID-19. Karena COVID-19 adalah


121
Iin Karita Sakharina, Op.Cit, hlm 381
122
Sulaiman, A. A., dkk. Sukses Swasembada Indonesia Menjadi Lumbung Pangan
Dunia 2045. (Jakarta: IAARD Press, 2018), hlm 104

Universitas Sumatera Utara


71

pandemi global yang belum ditemukan vaksinnya hingga saat ini, maka

pembiayaan perawatan dan penyembuhan pasien harus ditanggung oleh negara. 123

Seluruh provinsi telah terdampak wabah, maka layanan kesehatan juga

harus menyeluruh dan menjangkau seluruh wilayah Indonesia, baik yang potensial

terdampak maupun yang telah dinyatakan sebagai zona merah penyebaran virus.

Jakarta memang menjadi episenter (lebih dari 40% kasus ada di sana), namun ada

potensi pergerakan orang dari Jakarta ke pelbagai wilayah di Indonesia apalagi

menjelang Tahun baru 2020. Ketiga, pemerintah wajib memastikan bahwa

layanan dan fasilitas kesehatan memenuhi standar (quality) kesehatan. Dokter,

perawat, obat, alat kesehatan, termasuk alat pelindung diri yang berkualitas perlu

dijaga. Faktanya, puluhan dokter meninggal diduga karena terpapar virus. Situasi

ini menuntut tindakan lebih dari pemerintah. Keempat, pemerintah wajib

memastikan bahwa layanan dan fasilitas kesehatan diberikan tepat sasaran dan

tidak memunculkan diskriminasi (equality).Akses masyarakat miskin pada

layanan tes masih terbatas. Kelompok rentan, seperti penyandang disabilitas, juga

semakin terpojokkan.124

Negara memiliki kewajiban untuk memenuhi hak atas pangan

masyarakatnya sebagaimana hak asasi manusia lainnya. Negara dibebani

kewajiban untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan pangan dan gizi yang

terjangkau dan memadai. Oleh karena itu, pengabaian terhadap pangan dan gizi

123
https://theconversation. com/yang-luput-dari-psbb-kewajiban-pemerintah-untuk-
penuhi-hak-kesehatan-warga-136747/diakses tanggal 21 November 2020, Pukul 21. 19 Wib
124
Ibid.

Universitas Sumatera Utara


72

ini sendirinya bisa dianggap sebagai pelanggaran hak-hak asasi manusia oleh

negara.125

Kewenangan lockdown berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun

2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan merupakan wewenang absolut Pemerintah

Pusat. Pasal 1 angka 1 dinyatakan bahwa kekarantinaan kesehatan dilakukan

untuk mencegah dan menangkal keluar atau masuknya penyakit dan/atau faktor

risiko kesehatan masyrakat yang berpotensi menimbulkan kedaruratan

kesehatan masyarakat.” Maka dari itu jika ada pemerintah daerah yang merasa

daerahnya memiliki situasi kedaruratan dan hendak melakukan lockdown,

tentunya hal ini inkonstitusional dan perlu adanya konsul dari kepala daerah

dengan pemerintah pusat sebelum mengambil kebijakan terkait.

125
Iin Karita Sakharina,Op.CIt, hlm 373

Universitas Sumatera Utara


73

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari uraian pembahasan sebelumnya, maka dapat dikemukakan beberapa

kesimpulan sebagai berikut :

1. Tanggung jawab negara atas warga negara, terhadap pemenuhan hak atas

pangan rakyat adalah tanggung jawab negara. Ketahanan pangan hanya bisa

dicapai jika ada kecukupan lahan bagi produksi pangan, distribusi yang baik,

produksi pangan dan ketersediaan pangan yang dikonsumsi. Sementara

ketahanan pangan diartikan sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah

tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik mutu dan

jumlahnya, aman, merata dan terjangkau. Pemenuhan hak atas pangan rakyat

adalah tanggung jawab negara. Ketahanan pangan hanya dapat dicapai apabila

ada kecukupan lahan bagi produksi pangan, distribusi yang baik, produksi

pangan dan ketersediaan pangan yang dikonsumsi. Sementara ketahanan

pangan diartikan sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga

yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik mutu dan

jumlahnya, aman, merata dan terjangkau.

2. Pengaturan dan penjabaran hak atas pangan warga negara, Hak konstitusional

adalah hak warga negara yang dijamin dalam UUD 1945. Hak warga negara

timbul karena adanya jaminan UU dan peraturan di bawah Undang-Undang.

Universitas Sumatera Utara


74

Dalam Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 berbunyi “Tiap-tiap warga negara berhak

atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

3. Hak atas pangan bagi warga negara di masa pandemi virus corona, di masa

pandemi Covid-19 ini, masyarakat dan pemerintah memiliki hak dan

kewajiban masing-masing. Pemerintah memiliki hak untuk membuat dan

melaksanakan peraturan dalam menghadapi pandemi Covid-19.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, ada saran yang dapat diberikan dalam

penelitian ini adalah

1. Hendaknya warga negara meningkatkan pemahaman dan pelaksanaan HAM,

hak dan kewajibannya dengan mengacu pada seluruh peraturan perundang-

undangan yang bersifat responsive.

2. Adanya pengaturan dan penjabaran pangan bagi warga negara, pemerintah

sudah seharusnya memberikan gratis pangan kepada kaum yang kurang

mampu khususnya pada masa pandemi secara bertahap hingga warga tersebut

mampu untuk memenuhi kebutuhannya.

Universitas Sumatera Utara


75

DAFTAR PUSTAKA

Buku

A, Elizabeth A. Martin ed., A Dictionary of Law, Oxford University Press 2002.

Affandi, Hernadi, Hak Asasi Manusia, Pemerintahan yang Baik, dan Demokrasi
di Indonesia, Bandung: Kancana Salakadomas, 2013.

Asshiddiqie, Jimly Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, Jakarta:


Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, 2005.

Arifin, Bustanul. Analisis Ekonomi Pertanian Indonesia. Jakarta: Buku Kompas,


2004
El-Muhtaj, Majda, Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi Indonesia, Jakarta:
Prenada Media, 2017.

Fajar, Mukti dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan
Empiris, Cetakan IV, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2017.

Garner, Bryan A. . Black’s Law Dictionary, Edisi Kesepuluh, New York: Claitors
Pub Division, 2014.

Hasani, Ismail. Dinamika Perlindungan Hak Konstitusional Warga: Mahkamah


Konstitusi Sebagai Mekanisme Nasional Baru Pemajuan dan
Perlindungan Hak Asasi Manusia, Jakarta, Pustaka Masyarakat Setara,
2013.

Huijbers, Theo Filsafat Hukum, Yogyakarta: Kanisius, 1995.

Karsin, ES. Peranan Pangan dan Gizi dalam Pembangunan dalam Pengantar
Pangan dan Gizi. Jakarta: Penebar Swadaya, 2004.

Istanto, Sugeng. Hukum Internasional, Yogyakarta: Atma Jaya Yogyakarta, 1998.

Kaelan dan Achmad Zubaidi, Pendidikan Kewarganegaraan, Yogyakarta:


Paradigma, 2007.

Muhammad, Abdulkadir. Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung: Citra Aditya


Bakti, 2004.

Nurmalina dan Syaifullah. Memahami Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung:


Lab PKn, 2010

Sapriya. Konsep Dasar Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Laboratorium


PKn UPI Press, 2010

Universitas Sumatera Utara


76

Safrizal, Pedoman Umum Menghadapi Pandemi Covid 19 Bagi Pemerintah


Daerah, Jakarta: 2020 Kementerian Dalam Negeri, 2020.

Soemitro, Ronny Haniatjo. Metode Penelitian Hukum dan Jurumetri, Jakarta:


Ghalia Indonesia, 2001

Sulaiman, A. A., dkk. Sukses Swasembada Indonesia Menjadi Lumbung Pangan


Dunia 2045. Jakarta: IAARD Press, 2018.

Zein, Yahya Ahmad Problematika Hak Asasi Manusia (HAM), Yogyakarta:


Liberty 2012.

Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pangan

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan

Jurnal/Artikel/Skripsi

Adrianus Suyadi , “Krisis Pangan dan Solidaritas”, Kompas No. 43, Th. XLIII,
Sabtu, 14 Juni 2008.

Dedi Afandi, Hak Atas Kesehatan Dalam Perpektif HAM, Jurnal Ilmu
Kedokteran, Jilid 2 Nomor 1 - Maret 2008.

Dian Lestari Hura, Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Terhadap Makanan


Olahan Mengandung Bahan Berbahaya Di Jawa Tengah, DIPONEGORO
LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016
Amalia Zuhra, Ketahanan Pangan Dan Tanggung Jawab Negara Saat Konflik
Bersenjata: Sebuah Tinjauan Hukum, Vol 1 No. 1 Tahun 2019.

Darmawan T dan Sugeng B, Memehami Negara Kesejahteraan: beberapa catatan


bagi Indonesia, Jurnal politika, 2006.

Dyana Lifiani Patriana Bhakti, Pemenuhan Hak Ekosob Dibidang Pekerjaan,


Pangan Dan Perumahan Bagi Masyarakat Miskin Kelurahan Pucangsawit
Kota Surakarta,

Eep Saefulloh Fatah, “Betapa Lemahnya Pemerintah”, Kompas, 6 September


2006.

Universitas Sumatera Utara


77

Fajar B. Hirawan, Kebijakan Pangan di Masa Pandemi COVID-19, CSIS


Commentaries DMRU-048-ID 14 April 2020.

Fradhana Putra Disantara, Tanggung Jawab Negara Dalam Masa Pandemi Covid-
19 Jurnal Cendekia Hukum: Vol. 6, No 1, September 2020.

Hernadi Affandi, Tanggung Jawab Negara Dalam Pemenuhan Hak Atas


Pendidikan Menurut Undang-Undang Dasar Tahun 1945, Jurnal Hukum
POSITUM Vol. 1, No. 2, Juni 2017.
Hesti Armiwulan, Reformasi Birokrasi Wujud Tanggung Jawab Negara Atas Hak
Asasi Manusia, Rechtldee Jurnal Hukum, Vol. 8. No. 1, Juni 2013.

Iin Karita Sakharina, Hak Atas Pangan di Masa Pandemi Coronavirus Disease
Covid-19, Jurnal Legislatif, Vol. 3 No. 2 Tahun 2020.

James Reinaldo Rumpia, Hukum dan Bahasa: Refleksi dan Transformasi


Pemenuhan Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya, Intera Hukum, Volume 5
Issue 2 (2018).

Latipah Nasution, Hak Kesehatan Masyarakat dan Hak Permintaan


Pertanggungjawaban Terhadap Lambannya Penanganan Pandemi Global
Coranavirus Covid-19, Buletin Hukum dan Keadilan Volume 4 Nomor 1
(2020).

Mardiyono, Tanggung Jawab Negara Dan Mekanisme Penyelesaian Extrajudicial


Killings 1965, Refleksi Hukum, Vol. 1 No. 1 tahun 2016.

Naya Amin Zaini, Politik Hukum Dan Ham ( Kajian Hukum Terhadap Kewajiban
Pemenuhan dan Perlindungan Hak Asasi Manusia Dalam Konstitusi
Indonesia ), Jurnal Panorama Hukum, Vol. 1 No. 2 Desember 2016.

Pocut Eliza, Laporan Akhir Analisis Dan Evaluasi Hukum Dalam Rangka
Peningkatan Kedaulatan Pangan, (Jakarta: Pusat Analisis Dan Evaluasi
Hukum Nasional Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementerian Hukum
Dan HAM RI Tahun 2016).

R.Herlambang Perdana Wiratraman, ―Konstitusionalisme dan Hak Asasi


Manusia (Konsepsi Tanggung Jawab Negara dalam Sistem Ketatanegaraan
Indonesia)‖ , dalam Jurnal Hukum Yuridika Fakultas Hukum Universitas
Airlangga, Vol. 20 No. 1, Januari-Februari 2005.

Satya Arinanto, Indonesia, Hak Asasi Manusia dalam Transaksi Politik di


Indonesia (Jakarta: Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum
Universitas Indonesia, 2018).

Universitas Sumatera Utara


78

Siti Nurhalimah, Covid-19 dan Hak Masyarakat atas Kesehatan , Jurnal Sosial
dan Budaya Syar-i. Volume 7 Nomor 6 (2020).

Sudiyana, Suswoto. Kajian Kritis Terhadap Teori Positivisme Hukum Dalam


Mencapai Keadilan Substansif. Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum QISTIE Vol 11
No. 1, 01 Mei 2018

Tri Rini Puji Lestari , Upaya Penerapan Protokol Kesehatan dalam Percepatan
Penanganan Pandemi Covid-19, Parliamentary Review, Vol. II No. 3
(September 2020)

WHO, Sistem Pengawasan Keamanan Pangan Nasional dijelaskan dalam Codex


Guidelines for the Validation of Food Safety Control Measures (CAC/GL
69-2008), hlm 1

Widya Krulinasari, Tanggung Jawab Negara Dalam Upaya Pencegahan Global


Warming Akibat Dari Pencemaran Udara Lintas Batas Negara, Fiat
Justisia Jurnal Ilmu Hukum Volume 5 No.3, September – Desember 2011

Yusufa Ibnu Sina Setiawan, Penetapan Karantina Wilayah Menurut Pandangan


Legal Positivisme Dalam Rangka Pencegahan dan Pemberantasan
Pandemi Coronavirus Disease (Covid)-19, Program Studi Magister Ilmu
Hukum Universitas Muhammadiyah Malang, 2020.

Y Gunawan, Endyka Yovi Cajapa, The Protection of Small and Medium


Enterprises in Yogyakarta: The Challenges of ASEAN Economic
Community, Pertanika J. Soc. Sci. & Hum. 25 (2017)

Website
https://kabarpublik.id/2020/05/06/opini-ketersediaan-pangan-di-tengah-pandemi-
covid-19-refleksi-pemberlakuan-psbb-di-provinsi-gorontalo/diakses
tanggal 8 Oktober 2020, Pukul 21.07 Wib

Anururrochman/
https://www.kompasiana.com/00472/5f0c0992d541df563e5c6b84/
ketahanan-pangan -untuk- kesejahteraan-di-masa-pandemi-covid-
19/diakses tanggal 8 Oktober 2020, Pukul 20.01 Wib.

https://www.umy.ac.id/ketahanan-pangan-indonesia-di-masa-
pandemi.html/diakses tanggal 9 Oktober 2020.

https://www. mongabay.co.id/2020/04/15/ pandemi-corona-akankah-terjadi-


krisis-pangan-di-indonesia/diakses tanggal 20 November 2020, Pukul
17.01 Wib

Universitas Sumatera Utara


79

Heldavidson ,First Covid-19 case happened in November, China government


records show – report2020, diakses dari
https://www.theguardian.com/world/2020/mar/13/first-covid-19-case-
happened-in-november-china-government-records-show-report Pada 20
Maret 2020/diakses tanggal 8 Oktober 2020, Pukul 20.07 Wib
https://theconversation.com/yang-luput-dari-psbb-kewajiban-pemerintah-untuk-
penuhi-hak-kesehatan-warga-136747/diakses tanggal 8 Oktober 2020,
Pukul 21.01 Wib
https://binadesa.org/ kewajiban-negara-dalam-hak-atas-pangan/diakses tanggal 21
November 2020, Pukul 21.01 Wib

Gustiayuoktavianihttps://www.kompasiana.com/9853/5eb28b1ed541df5dd602f26
2/hak-dan-kewajiban-negara-beserta-warga-negara?page=all/diakses
tanggal 1 November 2020. Pukul 20.10 Wib.

https://binadesa.org/kewajiban-negara-dalam-hak-atas-pangan/diakses tanggal 1
November 2020. Pukul 21.06 Wib

https:// pedomanbengkulu.com/2020/04/negara-tidak-siap/diakses tanggal 20


November 2020
1
HRI/GEN/l/Rev.7, Komite Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya, Komentar Umum
No. 3 mengenai Sifar-Sifat Kewajjiban Negara, paragraf 9

Maidah Purwanti dan Widyaiswara, Kewajiban Dan Tanggung Jawab Negara


Dalam Pemenuhan Hak Asasi Manusia, Kementerian Hukum dan HAM,
Legal Smart Channel - Artikel Site (bphn.go.id)/diakses tanggal 21
November 2020, Pukul 21.00 Wib

https:// kedaulatanpangan.org/hak-atas-pangan/diakses tanggal 19 November


2020, Pukul 21.09 Wib

https://kabarpublik.id/ 2020/05/06/opini-ketersediaan-pangan-di-tengah-pandemi-
covid-19-refleksi-pemberlakuan-psbb-di-provinsi-gorontalo/diakses
tanggal 21 November 2020, Pulkul 14.02 Wib
https://pusaka.or.id/2011/09/ menanti-kedaulatan-pangan/diakses tanggal 21
November 2020. Pukul 20.10 Wib

https://kedaulatanpangan.org/ lumbung-komunitas-menjaga-pangan-tersedia-di-
saat-pandemi-covid-19/diakses tanggal 21 November 2020, Pukul 17.08
Wib

https://news.detik.com/ kolom/d-4942715/wabah-corona-dan-tanggung-jawab-
negara/diakses tanggal 21 November 2020, Pukul 20.01 Wib

Universitas Sumatera Utara


80

https://dialeksis.com/dialog/t-saiful-bahri-ketahanan-pangan-di-masa-
pandemi/diakses tanggal 11 November 2020, Pukul 23.01 Wib

https://lbhmakassar.org/ publikasi/opini/mengurai-pelanggaran-ham-di-masa-
pandemi-covid-19/diakses tanggal 21 November 2020, Pukul 21. 01 Wib

https://theconversation. com/yang-luput-dari-psbb-kewajiban-pemerintah-untuk-
penuhi-hak-kesehatan-warga-136747/diakses tanggal 21 November 2020,
Pukul 21. 19 Wib

https://www.who.int/docs/default-source/searo/ indonesia/covid19/covid-19-dan-
keamanan-pangan.pdf/diakses tanggal 1 Desember 2020, Pukul 20.21 Wib

Wildan Rahmansyah, Pemetaan Permasalahan Penyaluran Bantuan Sosial


UntukPenanganan Covid-19 Di Indonesia, hlm 91
http://www.aeaweb.org/jel/guide/jel.php]/diakses tanggal 1 Desember
2020, Pukul 20.28 Wib

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai