Secara umum jika kita kaji mengenai Isi atau bagian-bagian dari suatu Putusan,
maka hal ini diatur dalam Pasal 109 ayat (1) UU Peradilan Tata Usaha Negara,
yaitu memuat:
Menurut hemat Saya, Putusan Pengadilan Tata Usaha Negera Jambi Nomor: 01/
G/ TUN/ 2003/ PTUN.JBI secara keseluruhan sudah memuat semua bagian-
bagian isi dari suatu putusan sesuai Pasal 109 ayat (1) di atas.
A. Kompetensi Mengadili
Sengketa Tata Usaha Negara pada contoh salinan Putusan Pengadilan Tata Usaha
Negara Jambi di atas, Saya sependapat dengan eksepsi Tergugat dan putusan
Hakim, karena jenis sengketa tersebut adalah sengketa kepegawaian, sehingga
berdasarkan pada Pasal 48 Jo Pasal 51 ayat(3) Undang-Undang No.5 Tahun 1986
seharusnya gugatan tersebut di ajukan ke Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara.
Maka Pengadilan Tata Usaha Negara Jambi tidak berwenang memeriksa perkara
tersebut.
B. Subjek Sengketa
Pada contoh kasus sengketa tata usaha di atas pihak yang berperkara adalah:
1. Penggugat
Nama : Sudjarwo
Kewarganegaraan : Indonesia
Berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor: 05/ TUN/ LBHDB/ II/ 2003 tanggal 4
Februari 2003 memberikan kuasa kepada Faidillah Darma SH, Budi Asmara SH,
dan Alimin SH, Advokat/Pengacara yang tergabung dalam Lembaga Bantuan
Hukum Darma Bakti.
2. Tergugat
C. Objek Sengketa
Berdasarkan hal tersebut, Maka benarlah bahwa kasus tersebut termasuk kedalam
objek sengketa tata usaha negara, tepatnya sengketa kepegawaian yang dapat
diperiksa di Pengadilan Tata Usaha Negara Jambi, karena selain merupakan suatu
penetapan tertulis yang bersifat individual, konkret, dan final, juga pihak
Penggugat merasa dirugikan oleh keputusan tersebut.
Seperti yang telah diketahui bahwasanya pada penulisan ini Penulis sedang
menganalisis sebuah Putusan Tata Usaha Negara. Suatu Putusan Pengadilan Tata
Usaha Negara akan berisikan rangkuman secara keseluruhan dari pemeriksaan-
pemeriksaan yang telah dilakukan selama persidangan sesuai isi/sistematika
putusan yang telah ditentukan undang-undang. Walaupun pada dasarnya Posita
dan Petitum gugatan berawal dari suatu surat gugatan, namun hal itu tidak
menghalangi kita untuk dapat mengetahui apa yang menjadi Posita maupun
Petitum dari gugatan Penggugat, karena hal tersebut tetap dicantumkan pada suatu
Putusan Tata Usaha.
1. Posita
Bertitik tolak kepada ketentuan Pasal 53 ayat (2) Undang-Undang No.9 Tahun
2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No.5 Tahun 1986, bahwa alasan-
alasan Penggugat untuk menggugat adalah:
Pada contoh salinan Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Jambi di atas, alasan
Penggugat mengatakan KTUN tersebut bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan adalah karena penerbitan SK Bupati Merangin Nomor 335
Tahun 2002 tanggal 3 Desember 2002 tersebut adalah bertentangan dengan
Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara No. 13 Tahun 2002 yang
merupakan ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000
yang menyebutkan bahwa untuk menjamin pembinaan karir yang sehat tidak
diperbolehkan perpindahan jabatan struktural dari eselon yang lebih tinggi
kedalam eselon yang lebih rendah.
b. Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu bertentangan dengan azas-
azas umum pemerintahan yang baik
Pada contoh salinan Putusan PTUN di atas, hal ini dapat dilihat atau dibuktikan
pada penjabaran duduk perkara point ke 16-17, yang menyebutkan bahwa
mutasi yang dirasa merugikan Penggugat tersebut dinilai melanggar atau tidak
sesuai dengan azas kepatutan kepegawaian yang berlaku umum dan azas larangan
berbuat sewenang-wenang.
2. Petitum
Yang menjadi tuntutan Penggugat untuk diputuskan oleh Hakim terhadap perkara
gugatan dalam sengketa tata usaha negara tersebut adalah:
E. Tenggang Waktu
Tenggang waktu gugatan adalah batas waktu atau kesempatan yang diberikan
oleh undang-undang kepada seseorang atau badan hukum perdata untuk
memperjuangkan haknya dengan cara mengajukan gugatan melalui Peradilan Tata
Usaha Negara.
Dalam contoh kasus sengketa tata usaha negara di atas, Surat Keputusan (SK)
Bupati Merangin No. 335 tahun 2002 yang diterbitkan tanggal 3 Desember 2002,
Sudjarwo sebagai pihak yang merasa dirugikan (Penggugat) baru mengetahui
mengenai Surat Keputusan (SK) pemutasiannya dari Kepala Dinas Tata Kota
Kabupaten Merangin (eselon II/b) menjadi Kepala Bagian Tata Usaha Dinas
Pariwisata Kabupaten Merangin (eselon III/a) pada tanggal 30 Desember 2002
dan baru menerimanya tanggal 6 Januari 2003.
Dari uraian di atas dan berdasarkan pada Pasal 48 ayat (2) Pengadilan baru
berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) jika seluruh upaya administratif yang
bersangkutan telah digunakan, Maka dapat dikatakan bahwa sengketa Tata Usaha
Negara pada contoh Putusan di atas, Pengadilan yang ditujukan Penggugat untuk
mengajukan gugatan tidaklah berwenang dan gugatan tersebut Prematur (belum
waktunya mengajukan gugatan).
F. Pembuktian
Pembuktian merupakan pengujian terhadap ada atau tidaknya suatu fakta, dapat
berupa fakta hukum yaitu kejadian-kejadian atau keadaan-keadaan yang
keberadaannya tergantung dari penerapan suatu peraturan perundang-undangan,
dan fakta biasa yaitu kejadian-kejadian atau keadaan-keadaan yang juga ikut
menentukan adanya fakta hukum tertentu (Wiyono, 2007: 148). Fakta-fakta yang
disebutkan di atas akan menjadi bahan pertimbangan Hakim dalam menentukan
putusan akhir.
Jika mencermati contoh putusan di atas, yang menjadi fakta biasa dalam sengketa
Tata Usaha Negara tersebut berdasarkan pada bukti-bukti yang ada diantaranya
adalah bahwa kinerja Penggugat (Sujdarwo) ketika menjabat sebagai Kepala
Dinas Tata Kota adalah kurang baik, hal ini dapat dilihat pada halaman ke-34
Putusan tersebut terkait pertimbangan Hakim menyebutkan Menimbang, bahwa
dari semua saksi yang diajukan oleh Tergugat sebanyak 4 (empat) orang
kesemuanya menerangkan kinerja Penggugat sebagai Kepala Dinas Tata Kota
adalah kurang baik. Sedangkan yang menjadi Fakta hukum dari sengketa Tata
Usaha Negara yang timbul dari adanya fakta biasa di atas diantaranya adalah
dengan dikeluarkannya Keputusan Tata Usaha Negara oleh Tergugat (Bupati
Merangin) berupa Surat Keputusan(SK) Bupati Merangin Nomor 335 Tahun 2002
tanggal 3 Desember 2002 tentang Pemberhentian, Pemindahan, dan Pengangkatan
Penggugat ( Sudjarwo) dari Kepala Dinas Tata Kota Kabupaten Merangin(eselon
II/b) menjadi Kepala Bagian Tata Usaha Dinas Pariwisata, Seni, dan Budaya
Kabupaten Merangin(eselon III/a).
Pada Pasal 107 Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha
Negara menyebutkan Hakim menetukan apa yang harus dibutikan, beban
pembuktian beserta penilaian pembuktian, dan untuk sahnya pembuktian
diperlukan sekurang-kurangnya dua alat bukti berdasarkan keyakinan Hakim.
Dengan demikian Hakim dalam memeriksa, memutus, dan menyelesaikan
sengketa Tata Usaha Negara memiliki kebebasan atau dapat menentukan sendiri
siapa yang harus dibebani pembuktian, serta Hakim tidak tergantung atau terikat
pada fakta dan hal yang diajukan oleh para pihak yang bersengketa.
a. Surat atau tulisan ; Bukti ini dapat diperhatikan dari uraian bukti-bukti surat
yang diajukan oleh Penggugat maupun Tergugat berupa foto copy yang telah
dilegalisir, bermaterai cukup atau dengan kata lain surat-surat yang sudah
dianggap sah dan dapat dipergunakan di Pengadilan.
b. Keterangan ahli ; Pada persidangan sengketa tata usaha negara tersebut pihak
Penggugat telah mengajukan 1 (satu) orang saksi ahli untuk diperdengarkan
kesaksiannya di depan Hakim tentang hal yang diketahuinya berdasarkan
pengalaman dan pengetahuannya.
c. Keterangan saksi ; Pada persidangan sengketa tata usaha negara tersebut juga
diperdengarkan keterangan dari saksi-saksi (saksi fakta) yang diajukan oleh
Penggugat dan Tergugat.
d. Pengetahuan Hakim ; Dalam hal ini adalah pengetahuan hakim mengenai azas-
azas dan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan pemeriksaan dan
penyelesaian suatu sengketa tata usaha negara, misalnya pada sengketa TUN
dalam Putusan di atas adalah sehubungan dengan pertimbangan Hakim untuk
mencabut Penetapan Ketua Pengadilan TUN Jambi mengenai Penangguhan
Pelaksanaan Keputusan Tata Usaha Negara yang disengketakan karena
berdasarkan fakta yang ada bahwa jabatan Dinas Tata Kota merupakan institusi
pelayanan publik yang harus terus berjalan dan tidak boleh dibiarkan kosong.
Maka disinilah letak pertimbangan Hakim yang sesuai dengan pengetahuannya,
yaitu berdasarkan pada azas penyelenggaraan kepentingan umum dan Pasal 67
ayat (4) huruf b yang menyebutkan bahwa permohonan penundaan pelaksanaan
Keputusan Tata Usaha Negara tidak dapat dikabulkan apabila kepentingan umum
dalam rangka pembangunan mengharuskan dilaksanakannya keputusan tersebut.
Dari penjelasan di atas,maka menurut Saya dengan adanya lebih dari dua alat
bukti yang digunakan sebagai pertimbangan Majelis Hakim dalam memutus
perkara, maka amar/putusan yang ditetapkan atau diambil oleh Hakim nantinya
tidak akan diragukan lagi ketepatan putusannya.
Diktum atau Amar Putusan adalah apa yang diputuskan secara final oleh
pengadilan dan merupakan titik akhir yang terpenting bagi Penggugat atau
Tergugat, dengan kata lain Diktum atau amar putusan juga dapat dikatakan
jawaban atau tanggapan dari petitum.
Putusan akhir adalah putusan yang dijatuhkan oleh Hakim setelah pemeriksaan
sengketa Tata Usaha Negara selesai yang mengakhiri sengketa tersebut pada
tingkat pengadilan tertentu. Berdasarkan Pasal 97 ayat (7) bentuk Putusan
pengadilan dapat berupa:
1. Gugatan ditolak
2. Gugatan dikabulkan
4. Gugatan gugur.
Pada contoh sengketa Tata Usaha Negara dalam Putusan Pengadilan Tata Usaha
Negara Jambi Nomor: 01/ G/ TUN/ 2003/ PTUN.JBI di atas yang menjadi Diktum
atau Amar putusan yang diputuskan dalam Rapat Permusyawaratn Majelis Hakim
pada hari Rabu tanggal 7 Mei 2003 yaitu, mengadili:
2. Mencabut Penetapan Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara Jambi Nomor: 01/
G/ TUN/ 2003/ PTUN.JBI. tanggal 24 Januari 2003
c. Biaya pemeriksaan di tempat lain dari ruangan sidang dan biaya lain yang
diperlukan bagi pemutusan sengketa atas perintah Hakim Ketua Sidang.
Yang perlu ditekankan dalam penjatuhan putusan adalah bahwa Majelis Hakim
wajib menjatuh putusan terhadap semua petitum dan dilarang menjatuhkan
putusan di luar atau melebihi petitum.
Pasal 108 ayat(1) dan(2) Undang-Undang No.5 Tahun 1986 mengatur bahwa
Putusan Pengadilan harus diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum dan jika
hal tersebut tidak terpenuhi maka akan mengakibatkan putusan Pengadilan tidak
sah dan tidak mempunyai kekuatan hukum. Jika berpandangan pada pasal
tersebut, contoh Putusan sengketa Tata Usaha Negara di atas adalah sah dan
mempunyai kekuatan hukum, karena putusan tersebut diucapkan dalam sidang
yang dinyatakan terbuka untuk umum pada hari Kamis tanggal 8 Mei 2003 oleh
Majelis Hakim dan dibantu oleh Bowo Winoto, SH sebagai Panitera sidang yang
dihadiri oleh Kuasa Penggugat dan Kuasa Tergugat.
Kekuatan hukum dari Putusan sengketa Tata Usaha Negara di atas adalah
mengikat semua yang berkepentingan untuk menaati dan melaksanakannya, yaitu
semua orang dan/atau semua badan hukum, baik badan hukum perdata maupun
badan hukum publik, karena Putusan Hakim di lingkungan Peradilan Tata Usaha
Negara mengikuti azas Erga Omnes, yang artinya putusan berlaku bagi semua
orang.
KESIMPULAN
Dari uraian analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa Putusan Tata Usaha
Negara Jambi Nomor: 01/ G/ TUN/ 2003/ PTUN.JBI. terkait sengketa Tata Usaha
Negara antara Sudjarwo(Penggugat) yang menggugat Surat Keputusan Bupati
Merangin No.335 Tahun 2002 yang dikeluarkan oleh Bupati Merangin(Tergugat)
secara keseluruhan sudah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan, baik dari segi isi putusan maupun maupun sistematika putusan, begitu
juga dengan Subjek, Objek, Kompetensi, tenggang waktu mengajukan gugatan
sudah tepat. Sehingga hal tersebut mengindikasikan bahwa Putusan Tata Usaha
Negara tersebut dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.