Anda di halaman 1dari 8

UNDANG – UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 5 TAHUN 2020


TENTANG
PEMBATASAN TANAH DALAM KOTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. Karena pertumbuhan penduduk secara Nasional dan dalam


perkotaan meningkat terus menerus, maka perlu upaya untuk
mencegah kepemilikan tanah yang terpusat pada sebagian
besar masyarakat.
b. Lahan atau luas kota yang terbatas dibandingkan dengan
kepadatan penduduk yang sudah tidak dapat dibendung atau
di cegah.
c. Maka perlu diatur agar terjadi upaya mensejahterakan dalam
bidang kesempatan mendapatkan hak atas tanah.

Mengingat : a. Pertimbangan point A dan B diatas maka dipandang perlu


pembatasan penguasaan dan pemilikan tanah di perkotaan.
b. Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 Undang – Undnag Dasar 1945.
c. Pasal 5 telah di realisasikan dalam Pasal 17.
d. Pasal 17 tersebut dibuat dalam undang – undang agar tidak
melanggar HAM.

Dengan Persetujuan Bersama


DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
dan
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN :

Menetapkan : UNDANG – UNDANG TENTANG TATA RUANG UNDANG –


UNDANG NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG TATA
RUANG

BAB I
KETENTUAN UMUM
PENGERTIAN
Pasal 1

1. Tanah adalah bagian kerak bumi yang tersusun dari mineral dan bahan
organik. Tanah sangat vital peranannya bagi semua kehidupan di bumi karena
tanah mendukung kehidupan tumbuhan dengan menyediakan hara dan air
sekaligus sebagai penopang akar.
2. Kota adalah pusat permukiman dan kegiatan penduduk yang mempunyai batas
wilayah administrasi yang diatur dalam peraturan perundang-undangan serta
pemukiman yang telah memperlihatkan watak dan ciri kehidupan perkotaan.
3. Hak milik adalah hak turun-temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat
dipunyai orang atas tanah.
4. Hak bangunan adalah berhak memiliki dan mendirikan bangunan di atas tanah
yang bukan kepunyaan pemilik bangunan.
5. Hak pakai adalah hak untuk menggunakan tanah kepada pihak lain untuk
dikembangkan baik untuk dibangun properti atau lainnya yang sebelumnya
dimiliki oleh negara atau tanah milik orang lainnya.
6. Subjek dari Hak Milik atas tanah adalah warga negara Indonesia dan badan-
badan hukum yang tetapkan oleh pemerintah berdasarkan syarat-syarat dari
ketentuan yang berlaku.
7. Perorangan adalah manusia.
8. Badan hukum adalah perkumpulan yang didirikan dengan akta yang otentik
dan dalam hukum diperlakukan sebagai orang yang memiliki hak dan
kewajiban atau disebut juga dengan subyek hukum.
9. Warga Negara Indonesia (WNI) adalah orang yang diakui oleh undang-
undang sebagai warga negara Republik Indonesia. 
10. Warga Negara Asing (WNA) adalah seseorang yang tinggal dan menetap di
sebuah negara tertentu namun bukan berasal dari negara tersebut juga tidak
secara resmi terdaftar sebagai warga negara, yang memiliki tujuan yang
beragam, misalnya dalam rangka menempuh pendidikan, bisnis maupun hal
lainnya.

Pasal 2

Dengan Undang – Undang ini dibentuk kepemilikan atas tanah dalam kota
maksimum adalah 5.000 m2 atau 5.000 persal.

BAB II
ASAS PELAKSANAAN PEMBATASAN TANAH DALAM KOTA

Pasal 3
Pembatasan Tanah dalam Kota dilaksanakan berdasarkan asas :
a. Kedaulatan;
b. Kebangsaan;
c. Keadilan;
d. Keamanan;
e. Ketertiban dan kepastian hukum;
f. Kerjasama;
g. Kemanfaatan; dan
h. Pengayoman.

BAB III
PELAKSANAAN PEMBATASAN TANAH DALAM KOTA

Pasal 4

1. Dalam upaya mencrgah meluasnya pembelian tanah dalam kota diberlakukan


Undang - Undang tentang Pembatasan Tanah Dalam Kota dalam Undang -
Undang Nomor 5 Tahun 2020.
2. Undang – Undang ini di buat dengan maksud untuk meminimalisir pembelian
tanah dalam kota.
3. Koordinasi, Pengerahan dan Operasional Pelaksanaan Undang – Undang ini
diatur oleh Presiden Republik Indonesia.
4. Maksimal kepemilikan atas tanah sebagaimana dimaksud dalam pasal 2
kepemilikan tanah dalam kota maksimum adalah 5.000 m2 atau 5.000 persal.

Pasal 5

Masyarakat yang berdomisili dan / atau yang bertempat tinggal di Republik


Indonesia wajib mematuhi ketentuan pelaksanaan pembatasan tanah dalam
kota sesuai dengan ketemtuan Peraturan Perundang – undangan.

BAB IV
MAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 6
Maksud dibentuknya peraturan ini sebagaimana yang telah tercantum dalam
Pasal 3 ayat (2) adalah untuk meminimalisir pembelian tanah dalam kota dan
sebagai pedoman pelaksanaan pembatasan tanah dalam kota dalam rangka
meminimalisir terjadinya kepadatan penduduk.

Pasal 7

Tujuan dibentuknya peraturan ini adalah sebagai berikut :


a) Membatasi kepemilikan tanah dalam kota yang telah melebihi batas
maksimum sebagaimana dimaksud dalam pasal 2.
b) Meningkatkan antisipasi atas kepadatan penduduk.
c) Menangani dampak sosial dan ekonomi dari kepadatan penduduk.

Pasal 8

Pemerintahan Daerah Kota dapat melakukan kolaborasi kelembagaan dalam


pelaksanaan pembatasan tanah dalam kota dengan berbagai pihak sesuai
dengan peraturan perundang – undangan.

Pasal 9

Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana yang tercantum didalam pasal 2


dapat dikenakan sanksi administratif.

Pasal 10
Untuk mencegah kepemilikan tanah dalam kota yang telah melebihi batas
maksimum Gugus Tugas Tingkat Kota dapat membatasinya dengan
menegaskan peraturan perundang undangan sebagaimana yang tercantum
dalam pasal 2 dan sanksi yang sudah di tentukan sebagaimana dalam pasal 8.

Pasal 11

Atas pemberlakuan Undang – Undang ini, seluruh masyarakat / Penduduk


Wajib Mematuhi seluruh ketentuan di dalam pelaksanaan pembatasan tanah
dalam kota.

BAB V
RUANG LINGKUP PEMBATASAN TANAH DALAM KOTA

Pasal 12

Kota meliputi pusat permukiman dan kegiatan penduduk yang mempunyai


batas wilayah administrasi yang diatur dalam peraturan perundang-undangan
serta pemukiman yang telah memperlihatkan watak dan ciri kehidupan
perkotaan.
Pasal 13

Pembatasan Tanah dalam Kota yaitu meliputi kota – kota besar yang padat
penduduk.

Pasal 14

Pembatasan Tanah sebagaimana dimaksud dalam pasal 13, meliputi:


a. Jakarta;
b. Bogor;
c. Depok;
d. Tangerang;
e. Bekasi; dan
f. Bandung.

BAB VI
KEWENANGAN

Pasal 15

Pemerintah dan Pemerintah daerah berwenang mengatur pengelolaan dan


pembatasan tanah dalam kota khususnya kota yang telah disebutkan di dalam
pasal 14.
Pasal 16
Dalam Pengelolaan dan Pembatasan Tanah dalam kota , Pemerintah
berwenang:
a. Melakukan pendataan terhadap kepemilikan tanah di setiap wilayah;
b. Melaksanakan pengawasan terhadap tanah – tanah di kota untuk
mencegah pelanggaran dan menghukum pelanggar peraturan mengenai
pembatasan tanah dalam kota; dan
c. Menjaga keutuhan, kedaulatan, keadilan, dan keamanan pembatasan
tanah di kota.
BAB VII
PERAN SERTA MASYARAKAT

Pasal 17
Peran serta masyarakat dalam pembatasan tanah di kota dilakukan dalam
bentuk menjaga serta menaati segala peraturan mengenai pembatasan tanah
yang telah di tetapkan.
Pasal 18
Untuk melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud pada Pasal 17 ,
Pemerintah daerah melibatkan masyarakat untuk ikut berperan serta dalam
pembatasan tanah di kota
Pasal 19

Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada Pasal 18, dilaksanakan


sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan.

Pasal 20
Masyarakat harus berperan aktif melaporkan kepemilikan hak atas tanah nya
kepada pemerintah daerah setempat.

Anda mungkin juga menyukai