Kelompok 2
Nasyata Mawaddah 2003101010003
Nadia Amelia 2003101010009
Putri Dania 2003101010047
Maulida Handayani 2003101010050
Wirda Putri Oktaviani 2003101010108
Rayyan Ramadhia 2003101010116
Rizki Navalia 2003101010217
Suci Nazilla 2003101010284
Fadhilla Rahmah 2003101010370
Chairunnisa Putri 2003101010428
3. Adanya penghibah
Pada dasarnya setiap orang berhak untuk melakukan penghibahan kecuali orang-orang yang
dinyatakan tidak cakap untuk itu oleh undang-undang. KUHPerdata memberikan syarat-syarat
kepada pemberi hibah sebagai berikut :
a. Pemberian hibah diisyaratkan sudah dewasa yaitu mereka yang telah mencapai umur 21
(dua puluh satu) tahun atau sudah penah menikah.
b. Hibah itu diberikan saat pemberi hibah masih hidup
c. Tidak mempunyai hubungan perkawinan sebagai suami istri dengan menerima hibah
dengan kata lain hibah antara suami istri selama perkawinan tidak diperbolehkan menurut
Pasal 1678 Ayat (1) KUHPer, tetapi KUHPer masih memperbolehkan hibah yang
dilakukan antara suami istri terhadap benda-benda yang harganya tidak terlalu tinggi
sesuai dengan kemampuan penghibah (Pasal 1678 Ayat (2) KUHPer) dalam hal ini tidak
ada penjabaran lebih lanjut tentang batasan nilai atau harga benda-benda yang dihibahkan
itu, jadi ukuran harga yang tidak terlalu tinggi itu sangat tergantung kondisi ekonomi serta
kedudukan sosial mereka dalam masyarakat.
Penarikan atau pembatalan hibah hanya dapat dilakukan dengan alasan tertentu dengan dasar
hukum Pasal 1688 KUHPerdata yaitu sebagai berikut :
a. Tidak terpenuhinya syarat-syarat dengan mana penghibahan telah dilakukan.
Perjanjian hibah hanya dapat dilakukan antara orang yang masih hidup (Pasal 1666
ayat 2 KUHPerdata)
perjanjian hibah hanya dibolehkan terhadap barang-barang yang sudah ada pada saat
penyibahan terjadi (Pasal 1667 KUHPerdata)
perjanjian hibah harus dilakukan dengan akta notaris (Pasal 1682 KUHPerdata)
b. Penerima hibah telah dinyatakan bersalah melakukan kejahatan yang bertujuan untuk
mengambil nyawa si penghibah.
c. Penerima hibah menolak memberikan tunjangan nafkah kepada si penghibah, setelah si
pemberi hibah ini jatuh dalam keadaan miskin atau pailit.
Hal-hal di atas membatasi tindakan pemberi hibah agar tidak bertindak seenaknya
membatalkan hibah yang telah dilakukannya. Perlu ditegaskan bahwa hal-hal di atas bukan
bersifat kumulatif, melainkan bersifat alternatif artinya jika ada salah satu saja alasan di atas
terpenuhi, maka suatu tindakan hibah dapat ditarik kembali.
2. Hibah Manfaat, yaitu ketika pemberi hibah memberikan harta atau barang kepada penerima,
namun barang tersebut masih menjadi milik si pemberi. Dengan harapan, barang yang
diberikan akan dimanfaatkan oleh penerima. Dalam hal ini, penerima hanya memiliki hak
guna atau hak pakai saja.
Jenis hibah berdasarkan perjanjian hibah
1. Hibah Wasiat, yaitu beralihnya hak atas benda hibah itu kepada penerima hibah adalah pada
seketika penghibaan itu dilaksanakan dan pada saat pihak pemberi hibah meninggal dunia.
Dalam hal ini hibah dapat ditarik kembali baik secara diam-diam maupun langsung oleh
pemberi hibah dengan langsung mendatangi pihak notaris untuk merubah isi hibah wasiat
tersebut.
2. Hibah bersyarat, yaitu beralihnya hak atas benda hibah kepada si penerima hibah dengan
syarat-syarat yang ditentukan oleh si pemberi hibah misalnya si pemberi hibah memberikan
benda hibah jika benda hibah itu dipergunakan untuk dirinya sendiri dan tidak boleh menjual
benda hibah itu
Daftar Pustaka
Warmiyana Zairi, A. (2015). Peralihan Hak Atas Tanah Karena Hibah (Disiplin Vol.20 No.07).
Stihpada.ac.id
Subekti, R. dan Tjitro Sudibyo, R. (1978). Kitab Undang – Undang Perdata. Paramita, Jakarta.
Jinner Sidauruk, Lenny Verawaty, S. (2011). Tinjauan Hukum Tentang Hibah Sebagai Salah Satu
Cara Perlahian Hak Menurut KUHPerdata. Universitas HKBP Nommensen, Medan.
Febrina Evananda YH, F. E. Y. (2016). Pelaksanaan Peralihan Hak Milik Atas Tanah Melalui
Hibah (Studi di Kabupaten Lombok Barat). Doctoral dissertation, Universitas Mataram.