Anda di halaman 1dari 9

HIBAH

Kelompok 2
Nasyata Mawaddah 2003101010003
Nadia Amelia 2003101010009
Putri Dania 2003101010047
Maulida Handayani 2003101010050
Wirda Putri Oktaviani 2003101010108
Rayyan Ramadhia 2003101010116
Rizki Navalia 2003101010217
Suci Nazilla 2003101010284
Fadhilla Rahmah 2003101010370
Chairunnisa Putri 2003101010428

1.1 Pengertian hibah


Pada dasarnya hibah diatur dalam Pasal 1666 - Pasal 1693 KUHPerdata. Pengertian hibah
berdasarkan Pasal 1666 KUHPerdata yaitu Hibah adalah suatu perjanjian dengan mana si
penghibah, di waktu hidupnya, dengan cuma-cuma, dan dengan tidak dapat ditarik kembali,
menyerahkan sesuatu benda guna keperluan si penerima hibah yang menerima penyerahan itu.
Selain itu ada beberapa pengertian lain mengenai hibah menurut para ahli hukum yakni sebagai
berikut :
a. Menurut Abdul Ghofur Anshori
Hibah dalam hukum adat dikenal dengan “beri-memberi” atau be-ulah be-atei (berkarya hati)
yang memiliki makna memberi orang lain barang-barang untuk menunjukkan belas kasih,
harga menghargai, tanda ingat, tanda hormat, tanda terima kasih, tanda akrab, tanda prihatin
dan sebagainya.
b. Menurut Kansil
Hibah adalah suatu perjanjian di mana pihak pertama akan menyerahkan suatu benda karena
kebaikannya kepada pihak lain yang menerima kebaikannya itu.
c. Menurut R. Subekti
Hibah adalah perjanjian “dengan cuma-cuma” (bahasa Belanda: “omniet”), dimana perkataan
“dengan cuma-cuma” itu ditujukan pada hanya adanya prestasi dari satu pihak saja, sedang
pihak yang lainnya tidak usah memberikan kontra-prestasi sebagai imbalan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpilkan bahwa hibah merupakan suatu perjanjian di mana
salah satu pihak menjanjikan suatu barang dengan tanpa imbalan kepada pihak lainnya.
1.2 Unsur-Unsur Hibah
Berdasarkan Pasal 1666 KUHPerdata maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa unsur didalam
hibah, diantaranya yaitu :
1. Di antara orang-orang yang hidup,
Artinya pengibahan ini hanya dapat dilakukan pada saat si penerima hibah dan si penghibah
masih hidup, berarti apabila penghibahan terjadi pada saat salah satu pihak telah meninggal
dunia maka hibah yang demikian adalah batal atau dianggap tidak pernah terjadi pengibahan.

2. Suatu perjanjian cuma-cuma


Suatu perjanjian dengan cuma-cuma adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu
memberikan suatu keuntungan kepada pihak yang lain, tanpa menerima suatu imbalan bagi
dirinya sendiri.

3. Adanya penghibah
Pada dasarnya setiap orang berhak untuk melakukan penghibahan kecuali orang-orang yang
dinyatakan tidak cakap untuk itu oleh undang-undang. KUHPerdata memberikan syarat-syarat
kepada pemberi hibah sebagai berikut :
a. Pemberian hibah diisyaratkan sudah dewasa yaitu mereka yang telah mencapai umur 21
(dua puluh satu) tahun atau sudah penah menikah.
b. Hibah itu diberikan saat pemberi hibah masih hidup
c. Tidak mempunyai hubungan perkawinan sebagai suami istri dengan menerima hibah
dengan kata lain hibah antara suami istri selama perkawinan tidak diperbolehkan menurut
Pasal 1678 Ayat (1) KUHPer, tetapi KUHPer masih memperbolehkan hibah yang
dilakukan antara suami istri terhadap benda-benda yang harganya tidak terlalu tinggi
sesuai dengan kemampuan penghibah (Pasal 1678 Ayat (2) KUHPer) dalam hal ini tidak
ada penjabaran lebih lanjut tentang batasan nilai atau harga benda-benda yang dihibahkan
itu, jadi ukuran harga yang tidak terlalu tinggi itu sangat tergantung kondisi ekonomi serta
kedudukan sosial mereka dalam masyarakat.

4. Adanya objek hibah


Benda yang dihibahkan harus merupakan benda yang sudah ada saat penghibahan itu
dilakukan. Suatu hibah adalah batal atau tidak sah apabila dilakukan terhadap barang-barang
yang belum ada atau baru akan ada dikemudian hari (Pasal 1667 KUHPerdata). Dan untuk
barang yang dihibahkan, dapat terdiri atas segala barang, baik yang bergerak maupun yang
tidak bergerak, bahkan manfaat (hibah utama) atau hasil sesuatu barang dapat dihibahkan.

5. Adanya penerima hibah


Syarat-syarat penerima hibah menurut KUHPerdata, yaitu:
a. Penerima hibah sudah ada pada saat terjadinya penghibahan atau bila ternyata
kepentingan si anak yang ada dalam kandungan menghendakinya, maka undang-undang
dapat menganggap anak yang ada di dalam kandungan itu sebagai telah dilahirkan (Pasal
2 KUHPerdata).
b. Lembaga-lembaga umum atau lembaga keagamaan juga dapat menerima hibah, asalkan
presiden atau penguasa yang ditunjuk olehnya yaitu Menteri Kehakiman, memberikan
kekuasaan kepada pengurus, lembaga-lembaga tersebut untuk menerima pemberian itu
(Pasal 1680 KUHPerdata).
c. Pemberian hibah bukan bekas wali dari pemberi hibah, tetapi apabila si wali telah
mengadakan perhitungan pertanggungjawaban atas perwaliannya, maka bekas wali itu
dapat menerima hibah (Pasal 904 KUHPerdata).
d. Penerima hibah bukanlah notaris yang dimana dengan perantaranya dibuat akta umum
dari suatu wasiat yang dilakukan oleh pemberi hibah dan juga bukan saksi yang
menyelesaikan pembuatan akta itu (Pasal 907 KUHPerdata).

6. Tidak dapat ditarik kembali.


Meskipun suatu penghibahan, sebagaimana halnya dengan suatu perjanjian pada
umumnya, tidak dapat ditarik kembali secara sepihak tanpa persetujuan pihak lawan, namun
undang-undang memberikan kemungkinan bagi si penghibah untuk dalam hal-hal tertentu
menarik kembali atau menghapuskan hibah yang telah diberikan kepada seorang.

Penarikan atau pembatalan hibah hanya dapat dilakukan dengan alasan tertentu dengan dasar
hukum Pasal 1688 KUHPerdata yaitu sebagai berikut :
a. Tidak terpenuhinya syarat-syarat dengan mana penghibahan telah dilakukan.
 Perjanjian hibah hanya dapat dilakukan antara orang yang masih hidup (Pasal 1666
ayat 2 KUHPerdata)
 perjanjian hibah hanya dibolehkan terhadap barang-barang yang sudah ada pada saat
penyibahan terjadi (Pasal 1667 KUHPerdata)
 perjanjian hibah harus dilakukan dengan akta notaris (Pasal 1682 KUHPerdata)
b. Penerima hibah telah dinyatakan bersalah melakukan kejahatan yang bertujuan untuk
mengambil nyawa si penghibah.
c. Penerima hibah menolak memberikan tunjangan nafkah kepada si penghibah, setelah si
pemberi hibah ini jatuh dalam keadaan miskin atau pailit.
Hal-hal di atas membatasi tindakan pemberi hibah agar tidak bertindak seenaknya
membatalkan hibah yang telah dilakukannya. Perlu ditegaskan bahwa hal-hal di atas bukan
bersifat kumulatif, melainkan bersifat alternatif artinya jika ada salah satu saja alasan di atas
terpenuhi, maka suatu tindakan hibah dapat ditarik kembali.

1.3 Jenis Hibah


1. Hibah Barang, yaitu ketika pemberi memberikan harta maupun barang yang memiliki manfaat
atau nilai kepada penerima dengan tanpa tendensi harapan apapun. Contohnya, seseorang
menghibahkan sepeda motor, mobil, pakaian, dan sebagainya.

2. Hibah Manfaat, yaitu ketika pemberi hibah memberikan harta atau barang kepada penerima,
namun barang tersebut masih menjadi milik si pemberi. Dengan harapan, barang yang
diberikan akan dimanfaatkan oleh penerima. Dalam hal ini, penerima hanya memiliki hak
guna atau hak pakai saja.
Jenis hibah berdasarkan perjanjian hibah
1. Hibah Wasiat, yaitu beralihnya hak atas benda hibah itu kepada penerima hibah adalah pada
seketika penghibaan itu dilaksanakan dan pada saat pihak pemberi hibah meninggal dunia.
Dalam hal ini hibah dapat ditarik kembali baik secara diam-diam maupun langsung oleh
pemberi hibah dengan langsung mendatangi pihak notaris untuk merubah isi hibah wasiat
tersebut.

2. Hibah bersyarat, yaitu beralihnya hak atas benda hibah kepada si penerima hibah dengan
syarat-syarat yang ditentukan oleh si pemberi hibah misalnya si pemberi hibah memberikan
benda hibah jika benda hibah itu dipergunakan untuk dirinya sendiri dan tidak boleh menjual
benda hibah itu

1.4 Tata Cara Pengibahan


Mengenai tata cara pengibahan menurut KUHPerdata diatur mulai dari Pasal 1682 sampai
dengan Pasal 1687 KUHPerdata yang secara umum dapat diuraikan sebagai berikut
Yang mana berdasarkan Pasal 1687 KUHPerdata berarti untuk sah suatu pengibahan maka hibah
tersebut harus dituangkan dalam bentuk akte autentik (akta notaris) yang dibuat dengan bentuk
sebagaimana ditetapkan oleh undang-undang atau notaris yang berwajib. Akan tetapi hibah yang
bertubuh atau surat-surat penagihan hutang kepada si penunjuk dari satu tangan ke tangan yang
lain maka menurut Pasal 1867 KUHPerdata hibah tersebut tidak perlu dibuat dalam bentuk
autentik melainkan cukup dengan menyerahkan benda secara langsung kepada penerima hibah.
Menurut Pasal 1685 ayat (1) KUH perdata apabila penghiban yang diberikan kepada seorang anak
yang belum dewasa yang dalam keadaan kekuasaan orang tua maka pengibahan harus diterima
oleh orang yang melakukan kekuasaan orang tua terhadap si anak, lebih lanjut pada Pasal 1685
ayat (2) KUHPerdata apabila pengibahan diberikan kepada anak yang belum dewasa berada di
bawah perwalian atau kepada anak dibawah pengampuan maka hibah tersebut harus diterima oleh
orang yang menjadi wali bagi si anak tersebut atau pengampuannya namun untuk itu harus
dibuktikan dengan adanya kuasa yang dikeluarkan oleh pengadilan negeri dalam wilayah domisili
yang bersangkutan.

1.5 Proses Penghibahan Tanah Melalui Hibah


Mekanisme peralihan Hak Milik atas Tanah karena Hibah pada prinsipnya, proses
pelaksanaan dan syarat-syarat pelaksanaan Hibah atas tanah dan bangunan tak jauh berbeda
dengan prosedur jual beli biasa.
pertama-tama diperlukan adanya data tanah dan data pemberi penerima hibah.
1. Data Tanah, Meliputi:
a. PBB Asli 5 Tahun terakhir berikut surat tanda terima setoran (brukti bayar);
b. Sertifikal Tanah Asli;
c. Izin Mendirikan Bangunan (IMB)asli;
d. Bukti pembayaran rekening listerik. telepon, dan air (bila ada);
e. Jika masih dibebani Hak Tanggungan (hipotek). harus dilampirkan pula sertifikat hak
tanggungan asli alas tanah dan bangunan dimaksud, yang dilengkapi dengan surat lunas
dan surat roya asli dari bank yang bersangkutan. Khusus apartermen atau rumah susun,
untuk peralihannya biasanya harus menyertakan surat persetujuan dari Ketua Perhimpunan
Penghuni.
2. Data Pemberian dan Penerimaan Hibah.
a. Fotocopy Kartu Tanda Penduduk suami' istri pemberian dan penerimaan hibah.
b. Fotocopy Akta Kelahiran penerima hibah jika pemberian hibah dalam garis keturunan lurus
ke atas dan ke bawah 1 derajiat misalnya orang tua pada anak atau sebaliknya.
Setelah data lengkap, lanjutkan dengan Proses
a. Pengecekan terhadap keaslian sertifikat hak atas tanah tersebut pada kantor pertanahan
setempat.
b. Pengurusan surat keterangan bebas pajak penghasilan (SKB PPh) untuk Hibah dalam garis
keturunan lurus keatas dan kebawah 1 derajat. pengurusan ini dilakukan dengan cara
mengajukan surat pemohonan ke kantor pelayanan pajak setempat.
c. Setelah mendapatkan SKB PPh, penerima Hibah harus melunasi BPHTB (Pajak
Penerimaan Tanah dan Bangunan). untuk hibah yang dilakukan oleh orang yang tidak
dalam garis keturunan lurus ke atas dan ke bawah 1 derajat, akan dikenai pajak yang sama
besarnya dengan pajak pada jual beli, Misalnya, pemberian Hibah dari kakek kepada
cucumya, atau sebaliknya.
d. Setelah data dilengkapi, setifikat tanah di cek ke asliannya, dan pajak-pajak dibayar serta
dilaporkan, maka PPAT dapat melangsungkan proses Hibah.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemberian Hibah:
a. Jika pemberi Hibah memiliki beberapa orang anak, sedangkan Hibah atas tanah dan
bangunan hanya diberikan kepada salah satu anaknya, Hibah tersebut sebaiknya mendapat
persetujuan dari anak-anaknya yang lain. ini demi mencegah terjadinya tuntutan dari
keturunnya di kemudian hari.
b. Pemberian hibah oleh pribumi yang beragama Islam harnıs taat pada ketentuan tentang
batas maksimum pemberian Hibah kepada orang sclain ahli warisnya, yaitu sebeser 1/3
(satu pertiga) dari seluruh harta pemberian hibah. Hal ini diatur dalam pasal 209 kompilasi
hukum Isllam dan ditegaskan dalam surat keputusan bersama ketua Mahkamah Agung
Republik Indonesia/Menteri Agama No. 07/KMH/1985 tertanggal 21 Maret 1985 Junto
AC AHZAB 33 ayat 4 dan 5 Pemberian Hibah menurut BW juga harus memperhatikan
hak mutlak dari waris lainya.
2.1 Contoh Kasus Peralihan Tanah Melalui Hibah
1. Melalui mediasi
Pemberian hibah yang terjadi di Desa Perampuan Kecamatan Labuapi Kabupaten Lombok
Barat berawal dari pemberian hibah oleh Halimah kepada Suhaili, pemberian tersebut berupa
sebidang tanah seluas 58,82 are. Pada tahun 2016 terjadilah proses penyerahan harta hibah
berupa tanah. Ketika pemberian hibah tersebut juga dihadiri oleh beberapa orang saksi. Pada
penyerahan hibah tanah pada bulan Juni 2016 menyatakan bahwa Halimah memberikan tanah
seluas 58,82 are.Dari pemberian tersebut kemudian Zubaidi (saudara penerima hibah)
keberatan atas pemberian tersebut karena tidak ada bukti surat dan juga saksi yang jelas,
akhirnya Zubaidi meminta agar tanah yang telah dihibahkan kepada saudaranya yaitu Suhaili
(penerima hibah) agar dibagi 2 (dua).
Penyelesaian
Dalam penyelesaian kasus hibah yang terjadi di Desa Perampuan Kecamatan Labuapi
Kabupaten Lombok Barat melalui beberapa tahapan, diantaranya:
Pertama, mediasi secara internal keluarga, dalam mediasi ini para pihak yang berperkara tidak
mau bertemu secara langsung, akibatnya kesulitan dalam proses mediasi, sehingga tidak ada
solusi antara para pihak yang bermasalah.
Kedua, mediasi secara Eksternal dengan melibatkan tokoh masyarakat dan tokoh agama.
Dalam penyelesaian permasalahan hibbah ,para pihak yang berperkara menempuh jalur
musyawarah atau mediasi untuk menyelesaiakan suatu permasalahan yang terjadi.
Ketiga, hasil mediasi kasus tanah hibbah ini adalah Pada tanggal 26 November 2020 para
pihak telah membagi tanah tersebut dengan masing-masing mendapat 29,41 are. Dalam hal
ini,dikarenakan salah satu dari pihak yang bermasalah mau mengalah karena dia belum
bersedia untuk di sumpah sebagai pembuktian atau sebagai pengganti dari pada saksi dalam
proses penyelesaian tanah hibah tersebut.

2. Melalui pengurusan di PPAT dan kantor pertanahan


Tuan Muji memiliki tanah dan bangunan toko di atasnya, seluas 200 meter persegi.
Letaknya di Jl. C. Simanjuntak nomor 20 Yogyakarta. Dikarenakan sudah terlalu tua dan tidak
bisa mengurusi toko tersebut pak muji menginginkan tanah beserta toko di atasnya tersebut
kepada Tuan Bambang selaku partner bisnisnya
Penyelesaian
Sebagaimana peralihan hak tanah lainnya proses hibah juga perlu disaksikan didampingi
serta dibuat oleh dan dihadapan PPAT harus ada akta PPAT di dalam proses ini sesuai dengan
ketentuan peraturan pemerintah nomor 37 tahun 1998 tentang peraturan jabatan pejabat
pembuat akta tanah. Proses yang harus dilakukan
Pertama, yaitu memenuhi syarat, prosedur, serta penyerahan dokumen yang wajib dilakukan
oleh tuan Muji dan tuan Bambang dalam pembuat akta tanah hibah di PPAT.
Yang mana jika semua syarat sudah terpenuhi dan masing-masing pihak sudah memastikan
bahwa tanah serta bangunan tidak dalam sengketa maka akta hibah akan dibuatkan oleh pihak
PPAT dengan disaksikan oleh dua orang saksi.
Kemudian setelah hibah resmi dilakukan serta telah ada akta hibah dan PPAT maka tuan
Bambang sebagai penerima hibah harus mengurus proses peralihan tanah di kantor pertanahan
agar status dari tanah hibah tersebut menjadi hak miliknya. Jika semua syarat dan prosedur di
atas telah diselesaikan maka proses hibah dan peralihan tanah dinyatakan sah secara hukum
dan dengan ini kemungkinan sengketa tanah yang akan terjadi di kemudian hari dapat
diminimalisir.
2.2 Contoh Surat Hibah Tanah Secara Umum
Kesimpulan
Penjelasan mengenai hibah diatur dalam Pasal 1666 – Pasal 1693 KUHPerdata yang mana
pada Pasal 1666 KUHPerdata dijelaskan mengenai pengertian hibah, yaitu Hibah
adalah suatu perjanjian dengan mana si penghibah, di waktu hidupnya, dengan cuma-cuma,
dan dengan tidak dapat ditarik kembali, menyerahkan sesuatu benda guna keperluan si
penerima hibah yang menerima penyerahan itu.
Dalam hibah sendiri terdapat beberapa unsur yang perlu diketahui diantaranya yaitu;
diantara orang-orang yang hidup yaitu pengibahan terjadi pada saat si penghibah dan si
penerima hibah masih hidup, suatu perjanjian cuma-cuma yaitu pengibahan tanpa adanya
timbal balik dari si penerima hibah, adanya penghibah yaitu adanya orang yang menghibahkan
barang atau tanahnya dengan syarat yang ditentukan, adanya objek hibah yaitu baik berupa
barang bergerak dan barang yang tidak bergerak, adanya penerima hibah yaitu orang atau pihak
kedua yang menerima barang atau tanah yang dihibahkan, tidak dapat ditarik kembali yaitu
pengibahan yang terjadi tidak dapat dibatalkan namun ada pengecualian yang dijelaskan dalam
pasal 1688 KUHPerdata.
Tata cara hibah juga sudah dijelaskan dalam KUHPerdata yang mana ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan terutama apabila penerima hibah adalah anak dibawah umur dan
dibawah pengampuan dan terdapat beberapa proses dan prosedur yang perlu dipenuhi agar
hibah dapat sah dimata hukum sehingga tidak terjadinya perselisihan di masa yang akan
datang.

Daftar Pustaka
Warmiyana Zairi, A. (2015). Peralihan Hak Atas Tanah Karena Hibah (Disiplin Vol.20 No.07).
Stihpada.ac.id
Subekti, R. dan Tjitro Sudibyo, R. (1978). Kitab Undang – Undang Perdata. Paramita, Jakarta.
Jinner Sidauruk, Lenny Verawaty, S. (2011). Tinjauan Hukum Tentang Hibah Sebagai Salah Satu
Cara Perlahian Hak Menurut KUHPerdata. Universitas HKBP Nommensen, Medan.
Febrina Evananda YH, F. E. Y. (2016). Pelaksanaan Peralihan Hak Milik Atas Tanah Melalui
Hibah (Studi di Kabupaten Lombok Barat). Doctoral dissertation, Universitas Mataram.

Anda mungkin juga menyukai