MENYEWA RUMAH
Hak opsi dalam bahasa belanda dikenal dengan istilah optierecht/recht van
optie diartikan sebagai hak untuk memilih secara bebas (untuk yang disenangi)
untuk membeli sesuatu atau untuk memperpanjang kontrak sewa.1 Pengertian hak
opsi dapat ditemukan dalam Kamus Bahasa Indonesia yang terdiri dari dua suku
kata yakni hak dan opsi. Hak dapat diartikan benar; milik, kepunyaan;
undang-undang, aturan, dsb); kekuasaan yang benar atas sesuatu atau untuk
kekuasaan atau hak memilih, kebebasan memilih; pilihan dari sejumlah alternatif. 3
Ketentuan hak opsi (option right) dalam terminologi hukum memiliki arti
hak menjual atau membeli.4 Sedangkan Hak opsi dalam kamus bahasa inggris
disebut option rights terdiri dari dua suku kata, yakni kata option5 berarti
1
A.A. Gede Djelantik, loc.cit.
2
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai
Pustaka, Jakarta, hal. 381-382
3
Ibid, hal. 800
4
I.P.M. Ranuhandoko, 2003, Terminologi Hukum Inggris-Indonesia, Sinar Grafika,
Jakarta, hal. 425
5
John M. Echols dan Hassan Shadily, 1988, Kamus Inggris Indonesia An English-
Indonesian Dictionary, PT. Gramedia, Jakarta, hal. 407
54
55
kebebasan; pilihan, boleh memilih, sedangkan rights6 berarti hak. Jadi hak opsi
Hak opsi dalam black’s law dictionary dikenal dengan istilah lease option
yang memiliki arti sebagai berikut In a contract for rental property, a clause that
gives the renter the right to buy the property at a fixed price, usually at or after a
fixed time.7 (dalam kontrak untuk property sewaan, klausul yang memberikan
penyewa hak untuk membeli property dengan harga tetap, yang biasanya pada
Selain itu, istilah hak opsi dapat ditemukan dalam bidang hukum
pembiayaan khususnya pada sewa guna usaha yang menggunakan hak opsi
(finance lease). Pada finance lease, lessee mempunyai hak opsi untuk membeli
barang modal pada akhir masa perjanjian sewa guna usaha. Besarnya harga
barang tersebut sesuai dengan nilai sisa (residual value) pada akhir masa kontrak.
Apabila lessee tidak menggunakan hak opsi ini, lessee dapat memperpanjang
perjanjian sewa guna usaha atau mengembalikan barang modal tersebut kepada
lessor.8
Akibat hukum adalah suatu akibat dari tindakan yang dilakukan, untuk
memperoleh suatu akibat yang diharapkan oleh pelaku hukum. Akibat yang
dimaksud adalah akibat yang diatur dalam hukum, sedangkan tindakan yang
6
Ibid, hal. 486
7
Bryan A.Garner, 2011, Black’s Law Dictionary, West Publishing.Co., hal.543
8
Sunaryo, op.cit., hal. 62
56
dilakukan merupakan tindakan hukum yaitu tindakan yang sesuai dengan hukum
yang berlaku.9
2) Lahir, berubah atau lenyapnya suatu hubungan hukum antara dua atau
lebih subyek hukum, dimana hak dan kewajiban pihak yang satu
akibat hukum dari hak opsi adalah pihak yang diberikan hak opsi dapat
9
R. Soeroso, 2006, Pengantar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, (selanjutnya disingkat
Soeroso II) hal. 295
10
Ibid
57
pihak lessee dapat menggunakan hak opsi (hak pilih) untuk membeli atau
sewa menyewa rumah, pihak penyewa dapat menggunakan hak opsi (hak pilih)
orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. 12
menentukan : “perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu pihak atau
menggambarkan tentang adanya dua pihak yang saling mengikatkan diri. Definisi
ini belum begitu lengkap, tetapi dengan pengertian ini, sudah jelas bahwa dalam
perjanjian itu terdapat satu pihak mengikatkan diri kepada pihak lain. Definisi
pada pasal ini seharusnya menerangkan mengenai adanya dua pihak yang saling
mengikatkan diri tentang sesuatu hal. Jika hanya disebutkan bahwa satu pihak
mengikatkan diri kepada pihak lain, maka tampak seolah olah yang dimaksud
hanyalah perjanjian sepihak, tetapi jika disebutkan pula mengenai adanya dua
11
Salim HS II, op.cit.,hal. 160.
12
Wayan Windia, 1995, Menjawab Masalah Hukum, BP, Denpasar, hal. 70
58
pihak yang saling mengikatkan diri, maka pengertian perjanjian ini meliputi baik
a. Hanya menyangkut sepihak saja. Hal ini dapat diketahui dari perumusan
“satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih
lainnya”. Kata “mengikatkan” sifatnya hanya untuk satu pihak, tidak dari
persetujuan.
13
Ahmadi Miru I, op.cit, hal. 64
14
Abulkadir Muhammad, 1990, Hukum Perikatan, PT. Citra Aditya, Bandung,
(selanjutnya disingkat Abdulkadir Muhammad II), hal 78
59
maka harus dicari dalam doktrin. Terdapat dua teori yang membahas mengenai
pengertian perjanjian yaitu teori lama dan teori baru. Menurut doktrin (teori
tersebut, telah tampak adanya asas konsensualisme dan timbulnya akibat hukum
oleh Van Dunne, perjanjian adalah suatu hubungan hukum antara dua pihak atau
Teori baru tidak hanya melihat perjanjian semata-mata, tetapi juga melihat
pihak;
15
Salim HS II, op.cit., hal. 161
16
Salim HS II, loc.cit.
60
Dalam ruang lingkup bisnis, istilah perjanjian juga sering disebut kontrak.
Promise or a set of promise for the breach of which the law gives a remedy or the
the term for agreement between two or more parties to exchange good or services
for money or other good or services.20 Istilah kontrak ini merujuk pada perjanjian
yang diadakan secara tertulis seperti yang dilakukan oleh kalangan bisnis (dunia
usaha).21
seseorang berjanji kepada orang lain, atau dimana dua orang saling berjanji untuk
17
Salim HS II., loc.cit.
18
Robert Duxbury, 2006, Contract Law, Thomson Sweet & Maxweel, London, hal. 1
19
Patrick Salim Atiyah, 1995, An Introduction to the Law of Contract, 5th Edition, Oxford
University Press, Oxford, hal. 37
20
David Scultz, 2002, Encyclopedia of American Law, Fact on Filem Inc, New York, hal.
109
21
Moch Chaidir Ali, Achmad Samsudin dan Mashudi, 1993, Pengertian-Pengertian
Elementer Hukum Perjanjian Perdata, Mandar Maju, Bandung, hal. 19
61
suatu persetujuan dengan mana dua orang atau lebih saling mengikatkan diri
pengertian suatu hubungan hukum kekayaan/harta benda antara dua orang atau
lebih yang memberi kekuatan hak pada satu pihak untuk memperoleh prestasi dan
24
sekaligus mewajibkan pada pihak lain untuk menunaikan prestasi. Selanjutnya
antara dua pihak atau lebih yang didasarkan pada kata sepakat untuk
perbuatan hukum mengenai harta kekayaan antara dua pihak, dalam mana satu
pihak berjanji atau dianggap berjanji untuk melakukan sesuatu hal atau tidak
untuk melakukan sesuatu hal, sedangkan pihak lain berhak menuntut pelaksanaan
26
janji itu. Menurut Sri Soedewi Masjchoen, perjanjian adalah suatu perbuatan
hukum, dimana seseorang atau lebih mengiatkan dirinya terhadap seorang lain
atau lebih.27
bahwa perjanjian adalah suatu peristiwa yang timbul dari adanya hubungan antara
22
Subekti, 2011, Pokok-pokok Hukum Perdata, PT. Interamasa, Jakarta (selanjutnya
disingkat Subekti III), hal. 36
23
Abdulkadir Muhammad II, op.cit., hal. 78
24
M. Yahya Harahap, op.cit., hal. 6
25
Sudikno Mertokusumo, 1991, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Liberty,
Yogyakarta (selanjutnya disingkat Sudikno Mertokusumo II), hal. 32
26
R. Wirjono Prodjodikoro II, op.cit., hal. 11
27
Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, 1972, Kumpulan Kuliah Hukum Perdata, Yayasan
Gajah Mada, Yogyakarta, hal. 25
62
dua orang atau lebih, saling mengikatkan dirinya untuk melaksanakan suatu hal
perjanjian diperlukan :
Untuk sahnya perjanjian, harus terpenuhi keempat syarat tersebut. Apabila salah
satu syarat atau beberapa syarat bahkan semua syarat tidak terpenuhi, maka
perjanjian tersebut tidak sah. Jadi syarat sahnya perjanjian berlaku secara
harus bersepakat setuju atau seia sekata mengenai hal-hal ppokok dari perjanjian
yang diadakan. Kesepakatan kedua belah pihak dalam perjanjian harus diberikan
secara bebas.28 Sepakat merupakan salah satu syarat penting dalam sahnya
cara :
a) Tertulis
b) Lisan
c) Diam-diam
28
Komariah,op.cit., hal. 174
63
d) Simbol-simbol tertentu.
akta di bawah tangan. Perbedaan antara akta otentik dengan di bawah tangan
a) Apabila akta otentik dibantah kebenarannya oleh pihak lawan, maka pihak
b) Sedangkan akta di bawah tangan jika dibantah oleh lawan, maka pihak
kesepakatan itu terjadi merupakan hal yang penting. Mengenai kapan terjadinya
kesepakatan sebagai saat lahirnya perjanjian,, terdapat berbagai teori mengenai hal
1) Teori kehendak
Contohnya mobil baru seharga Rp. 100 juta, dijual seharga Rp. 10
29
Ahmadi Miru, 2007,Hukum Kontrak, Perancangan Kontrak, Rajagraffindo Persada,
Jakarta (selanjutnya disingkat Ahmadi Miru II), hal. 15
30
I Ketut Artadi dan I Dewa Nyoman Rai Asmara Putra, 2010, Implementasi Ketentuan-
ketentuan Hukum Perjanjian kedalam Perancangan Kontrak, Udayana University Press,
Denpasar, hal. 53-54.
64
2) Teori pernyataan
100 juta dan pernyataan itu adalah wajar. Kemudian tanpa alasan
3) Teori kepercayaan
4) Teori pengiriman
pihak pada saat surat dikirim, meskipun belum diterima oleh pihak
yang menawarkan.
5) Teori penerimaan
menawarkan.
pengampuan.
ketentuan Pasal 433 KUHPerdata adalah orang dungu, sakit otak, mata
gelap dan boros. Kedunguan, sakit otak, mata gelap dan boros, harus
3. Hal tertentu
Hal tertentu artinya barang yang menjadi objek perjanjian paling sedikit
31
I Ketut Artadi dan I Dewa Nyoman Rai Asmara Putra, op.cit., hal.57
66
pokok perjanjian”. Hal itu berarti pokok perjanjian harus dinilia dengan uang, atau
setidaknya sanksi atas pelanggaran perjanjian adalah ganti rugi uang atau benda
perjanjian harus mempunyai sebagai pokok suatu barang yang paling sedikit
ditentukan jenisnya. Misalnya jenis barang yang tampak oleh mata dapat
menentukan kualitas. Sedangkan barang yang tidak dilihat oleh mata berupa jasa
diperjanjikan.33
Suatu sebab yang halal merupakan suatu sebab yang dibenarkan oleh
perjanjian tanpa sebab atau dibuat karena sebab yang palsu adalah termasuk
kedalam sebab yang tidak halal. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 1335
KUHPerdata. Berkaitan sebab yang tidak halal, dapat dijumpai dalam perjanjian-
kesusilaan (Pasal 1254, 1335, 1337 KUHPerdata) dan perjanjian yang dibuat
32
Komariah, op.cit., hal. 175
33
I Ketut Artadi dan I Dewa Nyoman Rai Asmara Putra, op.cit., hal 58
34
I Ketut Artadi dan I Dewa Nyoman Rai Asmara Putra, op.cit., hal. 59
67
maka dalam pembuatan suatu perjanjian tidak ada persyaratan suatu format
tertentu. Apabila terdapat suatu perjanjian yang dibuat seara tertulis dan memang
tidak dibuat secara tertulis, yang juga disebut perjanjian formal, maka perjanjian
tersebut biasanya telah ada format tertentu yang disiapkan notaris. Jika perjanjian
tersebut bukan merupakan perjanjian formal dalam arti tidak diwajibkan oleh
undang-undang dibuat secara tertulis, maka perjanjian ini yang biasanya dibuat
bersama oleh para pihak. Perjanjian yang terakhir ini merupakan perjanjian
dibawah tangan, meskipun demikian perjanjian yang dibuat secara sah berlaku
Bentuk perjanjian dibedakan menjadi dua macam yaitu perjanjian lisan dan
perjanjian tertulis. Perjanjian lisan adalah perjanjian yang dibuat oleh para pihak
dengan wujud lisan (cukup dengan kesepakatan para pihak), sedangkan perjanjian
tertulis adalah perjanjian yang dibuat oleh para pihak dalam bentuk tertulis.
tetapi tidak memiliki kekuatan mengikat kepada pihak ketiga. Dengan kata
lain apabila perjanjian tersebut disangka oleh pihak ketiga, maka para pihak
35
Soeroso I, op.cit., hal. 53
36
Salim HS II, op.cit., hal. 166-167
68
ketiga yang dimaksud adalah tidak berdasar dan tidak dapat dibenarkan.
2. Perjanjian dengan saksi notaris untuk melagalisir tanda tangan para pihak.
dari isi perjanjian. Salah satu pihak munggkin menyangkal isi perjanjian
3. Perjanjian yang dibuat dihadapan dan oleh notaris dalam bentuk akta
notaril. Akta notariil adalah akta yang dibuat dihadapan dan dimuka pejabat
yang berwenang untuk itu. Pejabat yang berwenang adalah notaris, camat,
PPAT, dll. Jenis dokumen ini merupakan alat bukti yang sempurna bagi
kedua belah pihak untuk dituangkan dalam perjanjian. Dalam substansi perjanjian
tercantum pasal-pasal yang mengatur tentang hak dan kewajiban para pihak,
Perjanjian sewa menyewa seperti halnya jual beli, suatu perjanjian yang
37
Tim Yustisia, 2017, Pedoman Menyusun Surat Perjanjian/Kontrak, Huta Publisher,
Depok, hal. 20
69
maupun jual beli merupakan suatu upaya yang sudah biasa dipergunakan oleh
persetujuan ini ialah bahwa dalam jual beli yang diserahkan oleh pemilik barang
adalah hak milik atas barang itu, sedangkan dalam hak sewa menyewa si pemilik
barang hanya menyerahkan pemakaian dan pemungutan hasil barang, padahal hak
hubungan hukum yang terjadi ikarenakan satu pihak memberikan satu kenikmatan
39
atas sesuatu (benda) kapda pihak lainnya membayar harga kenikmatan itu.
beberapa pendapat sarjana yang dianggap perlu guna memberikan gambaran lebih
jelas. Menurut Kansil, bahwa sewa menyewa adalah suatu perjanjian untuk
menyerahkan suatu barang untuk digunakan dalam waktu yang tertentu dan
suatu perjanjian dimana pihak yang satu menyanggupi akan menyerahkan suatu
benda untuk dipakai selama jangka waktu tertentu, sedangkan pihak lainnya
menyanggupi akan membayar harga yang telah ditetapkan untuk pemakaian itu
38
Djoko Prakoso,, Bambang Riyadilany, 2001, Dasar Hukum Persetujuan Tertentu di
Indonesia, Bina Aksara, Jakarta, hal. 56
39
Hilman Hadikusuma, 1979, Hukum Perjanjian Adat, Alumni, Bandung, (selanjutnya
disingkat hilman Hadikusuma I), hal. 97
40
C.S.T Kansil, 1998, Modul Hukum Perdata, PT. Pradnya Paramita, Jakarta, hal. 241
70
Sewa menyewa adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu
dari suatu barang selama satu waktu tertentu dan dengan sesuatu harga yang boleh
pihak tersebut berakhir ini disanggupi pembayarannya. Dari uraian tersebut diatas,
berikut :
a. Sewa menyewa ialah suatu perjanjian antara dua pihak. Maksudnya bahwa di
dalam perjanjian sewa menyewa itu ada dua pihak yang saling berhadap-
hadapan. Pihak yang satu disebut sebagai pihak penyewa, sedangkan pihak
kepada pihak yang lainnya, maksudnya ialah bahwa pihak yang menyewakan
atau dipergunakan oleh si penyewa dan bukan untuk dimiliki. Dengan kata
pemakaian atas sesuatu barang kepada penyewa dan hak milik atas barang
41
Subekti I, op.cit., hal. 139
71
c. Selain itu, suatu waktu tertentu, maksudnya adalah bahwa perjanjian sewa
artinya dalam sewa menyewa itu selalu ada tenggang waktu tertentu untuk
barang itu tidaklah selalu pemilik barang itu. Apabila seseorang diserahi suatu
barang untuk dipakai tanpa membayar suatu apapun, maka yang terjadi adalah
suatu perjanjian pinjam pakai. Menurut Subekti, jika si pemakai barang itu
diwajibkan membayar maka bukan lagi perjanjian pinjam pakai yang terjadi tetapi
dilakukan oleh pihak ketiga dengan tidak menunjukkan suatu hak atas barang
yang disewa, maka pihak penyewa dapat menuntut sendiri orang tersebut.
suatu hak dari orang ketiga itu maka pihak yang menyewakan tidak bertanggung
jawab atas perbuatan tersebut. Adanya kewajiban pokok dalam perjanjian sewa-
menyewa baik bagi pihak penyewa maupun yang menyewakan, maka bai pihak
42
Subekti I, op.cit., hal. 52
72
sesuai dengan jangka waktu yang telah oleh karena maksud dari perjanjian sewa-
menyewa ialah untuk dikemudian hari mengembalikan barang kepada pihak lain
dapat disewa juga, kalau yang dimaksud itu adalah suatu pemakaian istimewa
barang untuk diperlihatkan pada pameran, dalam hal mana buah-buahan itu akan
meneywa itu selalu disertai dengan adanya harga sewa. Pembayaran harga sewa
tersebut dilakukan oleh penyewa yang ditujukan kepada pihak yang menyewakan
(si pemilik) barang, guna sebagai pengganti atas penggunaan atau pemakaian
barang sewa. Pembayaran harga sewa adalah merupakan salah satu dari kewajiban
Dari uraian tersebut di atas dapat dikatakan bahwa yang penting dalam
perjanjian sewa menyewa adalah obyek perjanjian tersebut tidak musnah karena
pemakaian. Jadi semua benda atau barang baik yang bertubuh maupun yang tidak
menyewa asal tidak dilarang oleh undang-undang. Hal ini karena pengertian
43
Wirjono Projodikoro II, Op.cit., hal. 50
73
menyewa itu selalu disertai dengan adanya harga sewa. Pembayaran harga sewa
tersebut dilakukan oleh penyewa yang ditujukan kepada pihak yang menyewakan
(si pemilik) barang, guna sebagai pengganti atas penggunaan atau pemakaian
barang sewa. Pembayaran harga sewa adalah merupakan salah satu dari kewajiban
syarat-syarat tertentu. Dalam Pasal 1320 KUH Perdata menentukan empat syarat
oleh hukum, walaupun diakui oleh para pihak yang membuatnya. Selagi pihak-
mereka. Apabila sampai suatu ketika ada pihak yang tidak mengakuinya, sehingga
Untuk lebih jelasnya agar apa yang diuraikan di atas yaitu mengenai syarat
sahnya perjanjian sewa menyewa, maka akan diuraikan mengenai empat syarat
tersebut.
dikehendaki oleh pihak yang satu juga dikehendaki oleh pihak yang
perundingan. 46
1320 KUHPerdata meng takan harus bebas kehendak yang bebas itu tak
47
ada bila terdapat hal-hal seperti Dwaling, Dwang, Bedrog. Menurut
44
J. Satrio, 2001, Hukum Perikatan, Perikatan yang Lahir dari Perjanjian, Buku I,
Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, Bandung (Selanjutnya disingkat Satrio J I), hal.163
45
Ibid
46
Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum Perdata Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung (selanjutnya disingkat Abdulkadir Muhammad III), hal. 229
47
Mashudi, Moh Chidur Ali, 2001, Pengertian-Pengertian Elementer Hukum Perjanjian
Perdata, Mandar Maju, Bandung, hal. 110
75
tidak terikat oleh kontrak tersebut. Karena itu, pihak tersebut juga tidak
sifatnya bebas, artinya tidak ada paksaan, tekanan dari pihak manapun
49
juga, betul-betul atas kemauan sukarela pihak-pihak. Dalam pengertian
persetujuan kehendak termasuk juga tidak ada kekhilafan dan tidak ada
penipuan. Adapun paksaan yang dimaksud diatur dalam Pasal 1323 dan
48
Budiono Kusumoharmidjojo, 2001, Panduan untuk Merancang Kontrak, Gramedia
Widiasarana Indonesia, Jakarta, hal. 16
49
Abdulkadir Muhammad III, op.cit., hal. 229
76
orang yang berpikiran sehat, dan apabila perbuatan itu dapat menimbulkan
satu pihak tidak ada keliru mengenai pokok perjanjian atau sifat-sifat
perjanjian itu.
itu hanya terjadi mengenai dirinya orang dengan siapa seorang bermaksud
membuat suatu perjanjian, kecuali jika perjanjian itu telah dibuat terutama
perjanjian, atau menenai sifat khusus atau keahlian khusus diri orang
untuk pembatalan suatu perjanjian, apabila tipu muslihat itu dipakai oleh
salah satu pihak, adalah sedemikian rupa hingga terang dan nyata bahwa
pihak yang lain tidak telah membuat perikatan itu jika tidak dilakukan tipu
tenggang waktu lima tahun, dalam hal ada paksaan dihitung sejak hari
paksaan itu berhenti dalam hal ada kekhilafan dan penipuan dihitung sejak
2. Kecakapan pihak-pihak
berumur 21 tahun. 50
tidak cakap membuat perjanjian ialah orang yang belum dewasa, orang
50
C.S.T. Kansil, op.cit., hal. 225
78
Mereka yang tersebut diatas harus diwakili oleh wali mereka apabila akan
dilakukan istri tersebut sah menurut hukum dan tidak dapat dimintakan
adalah perjanjian yang telah dibuat oleh para pihak dapat dimintakan
oleh pihak yang berkepentingan, maka perjanjian itu tetap berlaku bagi
pihak-pihak.
dan prestasi yang wajib dipenuhi. 51 Prestasi yang dimaksud harus tertentu
pelaksanaan hak dan kewajiban para pihak jika pokok perjanjian, atau
objek perjanjian, atau prestasi itu tidak jelas/ kabur, sulit dan bahkan tidak
51
C.S.T. Kansil, op.cit., hal. 231
79
void).
tertentu” perlu dilihat kepada Pasal 1333 dan 1334 KUHPerdata, yang
52
merupakan penjabaran lebih lanjut dari Pasal 1320 sub 2 KUHPerdata.
52
J. Satrio, 2001, Hukum Perikatan, Perikatan yang Lahir dari Perjanjian, Buku II, citra
Aditya Bakti, Bandung, (selnjutnya disingkat J. Satrio II), hal. 31
53
Ibid
54
R. Setiawan, op.cit., hal. 4
55
Abdulkadir Muhammad, 1999, Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung, (selanjutnya
disingkat Abdulkadir Muhammad IV), hal. 95
80
ketertiban umum.
atau yang diawasi oleh undang-undang ialah “isi perjanjian itu”, yang
hak milik atas benda dan pihak penjual menghendaki sejumlah uang.
tidak halal ialah “batal” (nietig, void). Dengan demikian tidak ada dasar
yang menjadi subyek perjanjian. Jika syarat ini tidak dipenuhi, maka
ini tidak dipenuhi, perjanjian tersebut batal demi hukum. Kebatalan ini
dapat diketahui apabila perjanjian tidak mencapai tujuan karena salah satu
perjanjian sewa menyewa harus ada itikad baik yang dalam hal ini
Kepatutan dalam hal ini yaitu suatu penilaian baik terhadap tindak tanduk
diperhatikan, Pasal 1338 dan 1339 KUHPerdata adalah dasar yang dipakai
82
penyelesaian atas sengketa para pihak sudah adil dan sesuai dengan itikad
baik dan kepatutan. Dalam pasal-pasal tersebut itikad baik, kepatutan dan
para pihak.
hukum mengenai isi perjanjian yang tidak selalu dinyatakan dengan tegas.
tersebut.
undang-undang.
dalam mengadakan perjanjian tidak hanya terikat oleh apa yang seara
lazim dipakai dalam masalah yaitu menurut adat kebiasaan, maka janji-
dan yang diapakai dalam Pasal 1347 KUHPerdata, maka tampak sedikit
adanya suatu pertentangan antara kedua pasal tersebut. Dalam Pasal 1339
dari dua pasal tersebut, dalam Pasal 1339 KUHPerdata mengatakn adat
titik beratnya harus dikatakan pada maksud para pihak pada waktu
dalam suatu perjanjian tertentu adat kebiasaan yang termuat secara tegas
tegas dalam KUHPerdata. Sehingga perjanjian sewa menyewa dapat dibuat dalam
56
Wirjono Prodjodikoro, 1997, Azas Hukum Perdata, Sumur, Bandung, (selanjutnya
disingkat Wirjono Prodjodikoro III), hal. 97
85
bentuk tertulis atau lisan.57 Perjanjian sewa menyewa merupakan suatu perjanjian
Perjanjian sewa menyewa yang dibuat secara tertulis, akan berakhir demi
perjanjian sewa menyewa itu akan berakhir tanpa harus dilakukan pemberitahuan.
Sedangkan apabila perjanjian sewa menyewa dibuat secara lisan, maka perjanjian
sewa menyewa itu tidak akan berakhir pada waktu yang ditentukan, melainkan
jika ada pemberitahuan dari pihak yang menyewakan kepada si penyewa, bahwa
Peraturan sewa menyewa secara tertulis dapat dilihat pada Pasal 1570
KUHPerdata yang menentukan : jika sewa dibuat dengan tulisan, maka sewa itu
berakhir demi hukum, apabila waktu yang ditentukan telah lampau, tanpa
sewa menyewa lisan, dapat dilihat pada Pasal 1572 KUHPerdata yang
menentukan : “Jika sewa tidak dibuat dengan tulisan maka sewa itu tidak berakhir
pada waktu yang ditentukann, melainkan jika pihak lain bahwa ia hendak
57
Abdul R. Saliman, 2004, Esensi Hukum Bisnis Indonesia, Prenada Media, Jakarta, hal.
14
58
R. Subekti III, op.cit, hal. 15
86
tertulis dapat juga dilakukan melalui pembedaan perjanjian sewa menyewa dalam
bentuk akta autentik (authentieke akte) dengan perjanjian sewa menyewa dalam
bawah tangan maka bentuk akta tersebut tidak terikat bentuk formal. Akta di
bawah tangan dapat dibuat dengan bebas oleh subyek yang berkepentingan,
memiliki kekuatan pembuktian yang sempurna apabila diakui oleh para pihak
pihak yang membantah memikul beban pembuktian (the burden of proof) yang
2. Subyek hukum, yaitu para pihak yang terlibat dalam perjanjian sewa
menyewa;
59
Salim H.S, 2006, Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, Sinar
Grafika, Jakarta (selanjutnya disingkat Salim HS V), hal 59-60