Anda di halaman 1dari 22

STUDI PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SURABAYA DENGAN

NOMOR REGISTER PERKARA 127/Pdt.G.S/2020/PN.Sby MENGENAI


PEMBATALAN PERJANJIAN SEWA MENYEWA KAPAL ANTARA
PT. LINTAS NUSA LOGISTIK DENGAN PT. ARMADA MAJU
BERSAMA

Oleh Kelompok 4 :
1. Claudia Syahrani : 010002100098
2. Dewi Natasya Lestari : 010002100109
3. Dimas Dwi Prasetyo : 010002100116
4. Gibran Wistara Siregar : 010002100170
5. Ikhram Sukma Jati : 010002100185

Dosen Pengampu :
Sharda Abrianti, S.H., M.Hum

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TRISAKTI
2022

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI……………………………………………………….………….………. 2

BAB I PENDAHULUAN…………………………………….……………………….. 3

BAB II PEMBAHASAN……………………………………….………..……………. 6

BAB III ANALISIS………………………………….………………………..……… 13

BAB IV PENUTUP….…………………………………………………………..….. 20
A. Kesimpulan……………………………………………………………..……. 20
B. Saran……………………………………………………………………….…. 21

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….... 22
BAB I

PENDAHULUAN

Putusan hakim ialah suatu pernyataan yang oleh hakim, sebagai


pejabat negara yang diberi wewenang untuk itu, diucapkan di persidangan
dan bertujuan untuk mengakhiri atau menyelesaikan suatu perkara atau
sengketa antara para pihak. Tujuan suatu proses dimuka pengadilan
adalah untuk memperoleh putusan hakim yang berkekuatan hukum tetap.
Artinya suatu putusan hakim yang tidak dapat diubah lagi. Dengan putusan
ini, hubungan antara kedua belah pihak yang berperkara ditetapkan untuk
selama-lamanya dengan maksud apabila tidak ditaati secara sukarela,
dipaksakan dengan bantuan alat-alat negara.

Dengan putusan hakim itu misalnya ditetapkan bahwa hubungan


antara pihak penggugat dan tergugat adalah tergugat menurut hukum
berhutang sejumlah uang dari penggugat, sehingga hubungan mereka
adalah hubungan antara seorang debitur dan kreditur. 3 (tiga) prinsip dasar
yang harus dilaksanakan suatu negara hukum, pertama, supremasi hukum
(supremacy of law), kedua, kesetaraan di depan hukum (equality before the
law) dan ketiga, penegakan hukum dengan cara-cara yang tidak
bertentangan dengan hukum (due process of law). Pelaksanaannya
dijabarkan dalam bentuk, jaminan perlindungan hak asasi manusia,
kekuasaan kehakiman atau peradilan yang merdeka, dan legalitas hukum
dalam segala bentuknya.

Pesatnya perkembangan hukum perjanjian karena adanya asas


kebebasan berkontrak Pasal 1338 KUHPerdata, meskipun tetap harus
memperhatikan kepatutan, kebiasaan, undang-undang, kesusilaan,
ketertiban umum. Selain itu, pengaruh Buku III KUHPerdata menganut
sistem "terbuka" yang memungkinkan setiap orang mengadakan perjanjian
apapun juga baik yang diatur undang-undang, peraturan khusus maupun
perjanjian jenis baru yang belum ada ketentuannya, atau dengan kata lain
bahwa ketentuan-ketentuan yang ada di dalam Buku III KUHPerdata hanya

3
bersifat pelengkap/optional law. Asas keterbukaan memastikan kebebasan
masing-masing pihak saling mengikatkan dirinya (freedom to contract)
dalam suatu pemenuhan hak dan kewajiban antar mereka (party
autonomy).

Ada suatu kasus, bahwa PT Lintas Nusa Logistik diwakili oleh Rudy
Purwanto selaku Direktur PT Lintas Nusa Logistik selaku penggugat;
menandatangani kontrak dengan PT Armada Maju Bersama selaku
tergugat, sepakat untuk mengadakan Perjanjian Sewa Menyewa Kapal
yang dituangkan dalam suatu Perjanjian Sewa Menyewa Kapal nomor :
003/PSWK/AMB-LNL/XI/2020 tertanggal 09 November 2020 yang dalam
perjanjian tersebut ditandatangani oleh Rudy Purwanto selaku Direktur PT.
Lintas Nusa Logistik dan Made Megantara Balina SH., selaku Direktur
Utama PT. Armada Maju Bersama dengan objek perjanjian berupa Kapal
TB. Burung Camar 78 dan TK. Tri Nagabonar Perkasa.

PT Lintas Nusa Logistik selaku Penggugat melakukan kesepakatan


dalam bentuk Perjanjian sewa Menyewa Kapal dengan Tergugat karena
Penggugat mendapatkan pekerjaan self propelled mooring dari pihak ketiga
sehingga perlu untuk menyewa Kapal, PT Lintas Nusa Logistik telah
melakukan Down Payment sebesar 50% juga telah memberikan cek Bank
Mandiri tertanggal 26 November 2020. Setelah pembayaran tersebut
terjadi, diketahui bahwa Tug Boat Burung Camar 78 yang merupakan Tug
Boat yang dipergunakan dalam perjanjian itu tidak sesuai dengan pekerjaan
dari Penggugat karena bermesin tunggal dan karenanya Penggugat
meminta penggantian Tug Boat kepada Tergugat dengan Tug Boat yang
bermesin ganda tetapi hal ini tidak terpenuhi sampai dengan dibatalkannya
Perjanjian Sewa Menyewa Kapal.

Kejadian tersebut membuat PT Lintas Nusa Logistik mengajukan


surat kepada Pengadilan Negeri setempat yang inti suratnya mengatakan
bahwa permohonan kepada Pengadilan Negeri tersebut untuk
mengeluarkan penetapan yang menyatakan bahwa perjanjian tersebut
dibatalkan karena tidak memenuhi syarat perjanjian, pihak tergugat tidak
memenuhi isi perjanjian tersebut, sehingga pihak penggugat mempunyai
hak untuk meminta kepada pengadilan supaya perjanjian itu dibatalkan.

5
BAB II

PEMBAHASAN

Jika merujuk terhadap ketentuan yang tertuang dalam Pasal 1339


Kitab Undang Undang Hukum Perdata yang mendalilkan bahwa suatu
perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal hal yang dengan tegas
dinyatakan dalam suatu perjanjian, tetapi juga untuk segala sesuatu yang
menurut sifat perjanjian diharuskan atau diwajibkan oleh kepatutan,
kebiasaan, serta Undang Undang. Dengan demikian, setiap perjanjian
dilengkapi atau disempurnakan dengan segala bentuk aturan aturan yang
tecantum dalam Undang Undang, adat kebiasaan (di suatu tempat dan di
suatu kalangan tertentu) sedangkan kewajiban kewajiban yang yang
haruskan oleh kepatutan harus turut serta diindahkan dalam pelaksanaan
nya.
Dalam sebuah kesepakatan harus diberikan atau dilaksanakan
secara bebas. Sebab dalam Hukum Perjanjian terdapat tiga sebab yang
membuat perizinan tidak dapat dilaksanakan secara bebas, yaitu adanya
paksaan, kekhilafan serta terdapat unsur penipuan di dalam nya. Dengan
demikian adapun kesepakatan yang terjadi antara kedua belah pihak dalam
kasus ini yaitu PT Lintas Nusa Logistik selaku penggugat yang mengajukan
gugatan terhadap PT Armada Maju Bersama merupakan kesepakatan yang
dilaksanakan secara bebas, karena disepakati oleh pihak pihak yang
terlibat secara sadar dan tanpa adanya paksaan atau kekhilafan dan atau
intervensi dari pihak lain.
Dalam gugatan yang diajukan oleh PT Lintas Nusa Logistik terdapat
11 poin gugatan yang diajukan kepada Majelis Hakim agar mengabulkan
gugatan tersebut, yang mana diantara nya adalah menyatakan sah dan
terikatnya perjanjian sewa menyewa Kapal dengan No 003/PSWK/AMB-
LSL/XI/2020 tertanggal 09 november 2020 antara dua belah pihak yang
berperkara. Setelah diketahui bahwa Kapal Tug Boat Burung Camar 78
yang merupakan Tug Boat yang digunakan dalam perjanjian tersebut tidak
sesuai dengan pekerjaan dari penggugat karena bermesin tunggal dan
karena nya penggugat meminta pergantian Tug Boat kepada tergugat
dengan Tug Boat bermesin ganda tetapi hal tersebut tidak dipenuhi Maka
penggugat memohon kepada majelis untuk Menyatakan sah dan mengikat
demi hukum pembatalan Perjanjian Sewa Menyewa Kapal no :
003/PSWK/AMB-LSL/XI/2020 yang mana akibatnya penggugat wajib
membayarkan denda sebesar 25% akibat dari pembatalan perjanjian Sewa
Menyewa Kapal tersebut dari nilai sewa Kapal 1 bulan Time Charter (Rp.
270.000.000,00) atau sebesar Rp.67.500.000,00. Dari perjanjian sewa
menyewa yang disepakati oleh kedua belah pihak, yang mana Penggugat
sudah memberikan Down Payment atau uang muka sebesar
Rp135.000.000,00 dan cek Bank Mandiri no. GZ 450846 senilai
Rp290.000.000,00.

Selanjutnya, PT Lintas Nusa Logistik selaku penggugat mengajukan


gugatan kepada majelis hakim untuk menyatakan bahwa hukum denda
akibat pembatalan Surat Perjanjian Sewa Menyewa Kapal No :
003/PSWK/AMB-LSL/XI/2020 yang harus dibayarkan Penggugat kepada
Tergugat diambilkan dari uang Down Payment atau uang muka yang sudah
diterima Tergugat dan sisanya dikembalikan kepada Penggugat dengan
tanpa syarat yang kemudian tergugat diminta untuk mengembalikan sisa
pembayaran denda pembatalan Surat Perjanjian Sewa Menyewa Kapal No
: 003/PSWK/AMB-LSL/XI/2020 kepada Penggugat sebesar
Rp135.000.000,00 – Rp67.500.000,00 = Rp67.500.000,00 (enam puluh
tujuh juta lima ratus ribu rupiah) dan juga tergugat diminta untuk
mengembalikan Cek no. GZ 450846 tertanggal 26 November dengan nilai
Rp290.000.000,00 (dua ratus sembilan puluh juta rupiah) kepada
Penggugat dengan tanpa syarat, serta menghukum tergugat untuk
membayar biaya perkara.

Disamping itu hal yang mendasari Gugatan antara PT Lintas Nusa


Logistik melawan PT Armada Maju Bersama adalah ketika ketidaksesuaian
Jenis Kapal Tug Boat dengan kualifikasi Kapal yang di inginkan pihak

7
penggugat, yang mana pihak penggugat meminta kepada PT Armada Maju
Bersama kemudian diketahui jika Tug Boat Burung Camar 78 yang
merupakan Tug Boat yang dipergunakan dalam perjanjian itu tidak sesuai
dengan pekerjaan dari Penggugat karena bermesin tunggal dan karenanya
Penggugat minta penggantian Tug Boat kepada Tergugat dengan Tug Boat
yang bermesin ganda tetapi hal ini tidak terpenuhi sampai dengan
dibatalkannya Perjanjian Sewa Menyewa Kapal antara kedua belah pihak.

Kemudian Pada tanggal 20 November 2020 Tergugat mengirimkan


surat Nomor 099/AMB-LNU/SB-DRT/XI/20 sebagai tanggapan dari surat
Penggugat Nomor Nomor 209/QT/LNL/XI/2020 tertanggal 19 November
2020, perihal pembatalan kontrak yang dilakukan Penggugat sebagaimana
bukti T-10. Akibat pembatalan kontrak yang dilakukan oleh Penggugat
secara sepihak, Tergugat mengalami keugian karena kapal sudah on hire
sejak tanggal 10 November 2020 dimana Penggugat juga mengetahui
bahwa kapal sudah sandar, alat sudah dimuat dan kapal sudah dalam
posisi berlabuh, artinya disini sudah ada aktifitas ataupun pekerjaan yang
sudah dilakukan oleh Tergugat, maka terhadap pembatalan perjanjian yang
dilakukan oleh Tergugat secara sepihak, Tergugat mengalami kerugian
sementara sampai dengan tanggal 20 November 2020 sebesar
Rp249.170.000,00 (dua ratus empat puluh sembilan juta seratus tujuh
puluh ribu rupiah) dengan rincian sebagai berikut:

● Pembatalan sepihak 25% dari Rp270.000.000,00;


Rp67.500.000,00
● Sewa harian dari tanggal 10 November 2020 sampai dengan
20 November 11 hari x Rp15.000.000,00; Rp165.000.000,00;
● Solar Tugboat mulai tanggal 10 November 2020 2.000 liter x
6.500; Rp13.000.000,00;
● Premi Crew selama mulai tanggal 10 November 2020
Rp3.670.000,00; Total Rp249.170.000,00
Dua hari berselang yaitu pada 23 November 2020 Penggugat
mengirimkan surat permohonan kebijakan kepada Tergugat pada intinya
Penggugat menyatakan menyanggupi untuk membayar kerugian Tergugat
sebesar Rp138.800.000,00 (seratus tiga puluh delapan juta delapan ratus
ribu rupiah) sebagaimana bukti T-13, hal ini menunjukkan bahwa
Penggugat telah mengakui memiliki kekurangan bayar kepada Tergugat
dan meminta keringanan terhadap kewajiban kepada Tergugat. Satu hari
setelah nya yaitu pada tanggal 24 November 2020, Tergugat mengirimkan
surat balasan Nomor 011/AMB-LNU/SB-DRT/XI/20 pada pokoknya
Tergugat memiliki itikad baik dengan memberikan kebijakan pengurangan
pembayaran yang harus dilakukan Penggugat kepada Tergugat dari total
tagihan sementara sebesar Rp249.170.000,00 (dua ratus empat puluh
sembilan juta seratus tujuh puluh ribu rupiah) Tergugat hanya meminta
pembayaran sebesar Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah),
sebagaimana bukti T-14. Bahwa dengan kebijaksanaan yang diambil oleh
tergugat dengan mengurai beban pembayaran kerugian tergugat dengan
membayar sebesar Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) namun
penggugat tidak menyanggupi dengan dalih hanya mampu membayar
sejumlah maksimal Rp138.000.000.00 (seratus tiga puluh delapan juga
rupiah) yang mana hal tersebut mengindikasikan bahwa penggugat
memiliki kekurangan pembayaran atau kewajiban kepada tergugat atau
dalam arti lain bahwa penggugat mengakui memiliki kekurangan
pembayaran dengan tergugat. Dengan itikad baik yang ditawarkan
Tergugat tidak ditanggapi dengan baik oleh Penggugat, maka Tergugat
mengembalikan tagihan kerugian yang dialami Tergugat kepada
Penggugat sesuai dengan ketentuan kontrak tanggal 9 November 2020 dan
pekerjaan - pekerjaan yang sudah dilakukan oleh Tergugat atas perintah
Penggugat sebagaimana bukti T-6 tentang penunjukan keagenan, bukti T-
11 tentang penunjukan keagenan dan PBM Bongkar yang dikirmkan
Penggugat kepada Tergugat dan bukti berita acara on hire sebagaimana
bukti T-12.

9
Dalam hak tersebut maka Penggugat masih memiliki kewajiban yang
harus dibayarkan kepada Tergugat sebesar Rp191.000.000,00 (seratus
sembilan puluh satu juta rupiah) dengan perhitungan total nilai kerugian
Tergugat Rp326.000.000,00 (tiga ratus dua puluh enam juta rupiah) – DP
Penggugat Rp135.000.000,00 (seratus tiga puluh lima juta rupiah) =
Rp191.000.000,00 (seratus sembilan puluh satu juta) dalam hal ini
Penggugat tidak memahami isi perjanjian sewa kapal, perjanjian sewa
kapal apabila dibatalkan secara sepihak maka dikenakan biaya pembatalan
sebesar 25% dari nilai kontrak yang sudah disepakati, tetapi tidak termasuk
biaya-biaya bahan bakar, Premi Crew, Biaya Keagenan, Biaya
Bongkar/Muat dan biaya-biaya yang timbul dalam pengoperasionalan kapal
sebagaimana Pasal 6 perjanjian sewa kapal.

Sebagai pertimbangan hukum nya Bahwa isi gugatan Penggugat


terhadap Tergugat pada pokoknya mengenai Perjanjian Sewa Menyewa
Kapal Nomor: 003/PSWK/AMB-LNL/XI/2020 tanggal 9 Nopember 2020
yang telah disepakati oleh Penggugat dan Tergugat, dalam posisi
Penggugat sebagai pihak penyewa kapal TB. (Tug Boat) Burung Camar 78
– TK. (Tongkang) Tri Nagabonar Perkasa untuk pemakaian kegiatan proyek
di Pulau Bawean, Jawa Timur (self propelar mooring), dan Tergugat
sebagai pihak yang menyewakan kapal. Kemudian perjanjian tersebut
dibatalkan oleh Penggugat (pembatalan sepihak) sesuai Surat Penggugat
Nomor: 209/QT/LNL/XI/2020 tanggal 19 Nopember 2020 yang sudah
diterima oleh Tergugat dan kemudian dijawab oleh Tergugat melalui surat
balasan Nomor: 099/AMB-LNU/SB-DRT/XI/2020 tanggal 20 Nopember
2020, karena peruntukan kapal yang disewa tidak cocok dengan proyek
yang dikerjakan oleh Penggugat; serta beban pembayaran ganti rugi oleh
Penggugat kepada Tergugat akibat pembatalan perjanjian tersebut, yakni
menurut Penggugat telah membayar DP (down payment) / uang muka
sebesar 50% dari harga sewa sejumlah Rp270.000.000,00 =
Rp135.000.000,00 (seratus tiga puluh lima juta rupiah) dan sudah diterima
oleh Tergugat serta Penggugat telah menyerahkan Cek Bank Mandiri
nomor: GZ 450846 senilai Rp290.000.000,00 (dua ratus sembilan puluh
juta rupiah) tanggal 26 November 2020 kepada Tergugat.

Akibat pembatalan tersebut, sesuai perjanjian, Penggugat


mempunyai kewajiban membayar ganti kerugian kepada Tergugat yang
tidak bisa diganggu gugat hanya 25% dari nilai sewa 1 (satu) bulan (satu
bulan time charter) = sejumlah Rp67.500.000,00 (enam puluh tujuh juta lima
ratus ribu rupiah), sehingga dihitung dari pembayaran DP Penggugat
kepada Tergugat sejumlah Rp135.000.000,00 (seratus tiga puluh lima juta
rupiah) maka Penggugat masih mempunyai sisa uang yang harus
dikembalikan oleh Tergugat sejumlah Rp67.500.000,00 (enam puluh tujuh
juta lima ratus ribu rupiah) serta Cek Bank Mandiri senilai
Rp290.000.000,00 (dua ratus sembilan puluh juta rupiah).

Bahwa berdasarkan Pasal 163 HIR/1865 KUH. Perdata Penggugat


berkewajiban untuk membuktikan dalil-dalil gugatannya, sedangkan
Tergugat berkewajiban membuktikan dalil bantahannya. Dalam hal ini yang
mana penggugat untuk menguatkan dalilnya telah mengajukan bukti surat
bernomor P-1 sampai dengan P-7 serta pihak tergugat guna menguatkan
dalil sangkalan nya telah mengajukan bukti surat tertanda T-1 sampai
dengan T-16. Dengan demikian semua bukti surat yang diajukan oleh
Penggugat dan Tergugat telah bermeterai cukup, maka berdasarkan
ketentuan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 Tentang Bea Meterai,
bukti surat tersebut dapat diterima sebagai Alat Bukti. pokok persengketaan
yang digugat oleh Penggugat adalah soal kewajiban Penggugat membayar
jumlah ganti kerugian kepada Tergugat akibat pembatalan perjanjian sewa
menyewa kapal Nomor: 003/PSWK/AMB-LNL/XI/2020 tanggal 9 Nopember
2020 yang dilakukan oleh Penggugat, bahwa oleh karena itu Hakim
berpendapat gugatan yang diajukan oleh Penggugat dalam perkara ini
hanya terkait dengan Perjanjian Sewa Menyewa Kapal Nomor:
003/PSWK/AMB-LNL/XI/2020 tanggal 9 Nopember 2020 yang hanya
melibatkan Penggugat dan Tergugat dan tidak ada sangkut pautnya

11
dengan pihak lain yakni Patrick Ferryawan Halim, S.E., in casu Perjanjian
Sewa Peralatan Pulau Bawean-Jawa Timur, sehingga gugatan Penggugat
telah memenuhi syarat sebagai gugatan sederhana sebagaimana
ditentukan dalam Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor
4 Tahun 2019 Tentang Perubahan Atas Peraturan Mahkamah Agung
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Penyelesaian
Gugatan Sederhana.

Dalam amar putusan majelis hakim mengabulkan gugatan PT Lintas


Nusa Mandiri selaku penggugat untuk sebagian gugatan nya. Menyatakan
sah dan mengikat demi hukum Perjanjian Sewa Menyewa Kapal No.
003/PSWK/AMB-LNL/XI/2020 tertanggal 09 Nopember 2020 antara
Penggugat dan Tergugat. Selanjutnya majelis hakim Menyatakan bahwa
sah dan mengikat demi hukum pembatalan Perjanjian Sewa Menyewa
Kapal No. 003/PSWK/AMB-LNL/XI/2020. Menyatakan hukum Tergugat
telah menerima Down Payment atau uang muka sebesar
Rp135.000.000,00 (seratus tiga puluh lima juta rupiah) dan cek Bank
Mandiri no. GZ 450846 senilai Rp290.000.000,00 (dua ratus sembilan puluh
juta rupiah) dan Majelis Hakim Menghukum Penggugat untuk membayar
biaya perkara yang hingga kini diperhitungkan sejumlah Rp257.000,00 (dua
ratus lima puluh tujuh ribu rupiah) serta Majelis Hakim pun Menolak gugatan
Penggugat selain dan selebihnya.
BAB III

ANALISIS

Suatu perkara perdata yang diajukan kepada pengadilan bertujuan


untuk mencari keadilan pada konflik atau sengketa yang sedang terjadi dan
diharapkan penyelesaian yang dapat diterima oleh para pihak yang
berkonflik atau yang bersengketa. Dalam hal ini penggugat sebagai pihak
yang merasa dirugikan haknya mengajukan gugatan ke pengadilan
berharap untuk gugatannya dikabulkan seluruhnya atau sebagian, namun
tergugat sebagai pihak yang dirasa telah merugikan hak orang lain
berharap sebaliknya yaitu gugatan ditolak atau tidak diterima baik itu
seluruhnya maupun sebagian. Dengan hadirnya hakim dalam memeriksa
dan mengadili suatu perkara dapat membuat keputusan dari perkara
tersebut yang seadil-adilnya dan tidak memihak salah satu pihak saja agar
putusan yang diberikan dapat mencerminkan keadilan sebagaimana hukum
itu sebenarnya.

Dalam putusan Nomor 127/Pdt.G.S/2020/PN Sby, PT Lintas Nusa


Logistik selaku penggugat mengajukan gugatan terhadap PT Armada Maju
Bersama selaku tergugat, antara Penggugat dan Tergugat, sebelumnya
sepakat untuk mengadakan Perjanjian Sewa Menyewa Kapal yang
dituangkan dalam suatu Perjanjian Sewa Menyewa Kapal nomer :
003/PSWK/AMB-LNL/XI/2020 tertanggal 09 Nopember 2020. Dalam
perjanjian tersebut sewa kapal sebesar Rp270.000.000,00 (dua ratus tujuh
puluh juta rupiah) per bulan dan Penggugat sudah membayar 50% (lima
persen) dari nilai sewa yaitu sebesar Rp135.000.000,00 (seratus tiga puluh
lima juta rupiah) dan menyerahkan cek sebesar Rp290.000.000,00 (dua
ratus sembilan puluh juta rupiah) sebagai pelunasan. Penggugat karena
kapal Tug Boat Burung Camar 78 yang disewa dari Tergugat tidak
dikehendaki oleh pihak lain yang memberi pekerjaan pada Penggugat,
maka pihak lain tersebut membatalkan pekerjaan yang seharusnya
dikerjakan Penggugat dan atas dasar tersebut Penggugat membatalkan

13
perjanjian sewa menyewa kapal dengan Tergugat. Atas hal tersebut
adanya pembatalan dari Penggugat, maka Tergugat berhak menerima 25%
dari nilai uang sewa yaitu Rp67.500.000,00 (enam puluh tujuh juta lima
ratus ribu rupiah) dan Penggugat tidak mau menanggung kerugian yang
diderita Tergugat yang sudah terjadi.

Pada sengketa tersebut yang menjadi pokok permasalahan ialah


soal kewajiban Penggugat membayar jumlah ganti kerugian kepada
Tergugat akibat pembatalan perjanjian sewa menyewa kapal yang
dilakukan oleh Penggugat, sehingga gugatan Penggugat masuk dalam
klasifikasi wanprestasi.

Beberapa Ahli Hukum maupun Praktisi berpendapat bahwa


wanprestasi secara otomatis mengakibatkan batalnya perjanjian. Sehingga
wanprestasi dipandang sebagai syarat batal suatu perjanjian. Dalam hal ini
pasal 1266 KUH Perdata harus secara tegas dikesampingkan, beberapa
alasan yang mendukung pendapat ini misalnya pasal 1338 ayat 1 yang
menyebutkan bahwa setiap perjanjian yang dibuat secara sah berlaku
sebagai undang-undang bagi para pembuatnya, sehingga
pengesampingan pasal 1266 KUH Perdata ini harus ditaati oleh kedua
belah pihak, ditambah lagi bahwa jalan yang ditempuh melalui pengadilan
akan membutuhkan biaya yang besar dan waktu yang lama sehingga hal
ini tidak efisien bagi para pelaku bisnis.1 Disamping penentuan pemutusan
tidak lewat pengadilan, biasanya ditentukan juga pemutusan perjanjian oleh
para pihak tersebut.

Berkaitan dengan fakta kasus bahwa Penggugat yang membatalkan


perjanjian sewa menyewa kapal dengan Tergugat atas tuduhan
wanprestasi, tidak secara otomatis mengakibatkan batalnya perjanjian
tetapi harus dimintakan kepada hakim. Hal ini didukung oleh alasan bahwa
jika pihak debitur wanprestasi maka kreditur masih berhak mengajukan
gugatan agar pihak debitur memenuhi perjanjian. Selain itu berdasarkan

1
8 Suharnoko, Hukum perjanjian, Teori dan Analisa Kasus, Cet. 1, (Jakarta:Kencana,
2004), hal. 4
pasal 1266 ayat 4 KUH Perdata, hakim berwenang untuk memberikan
kesempatan kepada debitur, dalam jangka waktu paling lama satu bulan,
untuk memenuhi perjanjian meskipun sebenarnya debitur sudah
wanprestasi atau cidera janji. Dalam hal ini hakim mempunyai diskresi untuk
menimbang berat ringannya kelalaian debitur dibandingkan kerugian yang
diderita jika perjanjian dibatalkan.

Bahwa berdasarkan Pasal 163 HIR/1865 KUH. Perdata Penggugat


berkewajiban untuk membuktikan dalil-dalil gugatannya, sedangkan
Tergugat berkewajiban membuktikan dalil bantahannya. Bahwa karena
prestasi yang dilakukan oleh tergugat tidak sesuai, dalam hal ini karena
peruntukan kapal yang disewa tidak cocok dengan proyek yang dikerjakan
oleh Penggugat, maka Penggugat dibebani pembuktian untuk menyatakan
dalil-dalil gugatannya.

Itikad baik dalam dalam hukum perjanjian merupakan doktrin atau


asas yang berasal dari ajaran Bona Fides dalam Hukum Romawi. Inilah
yang menyebabkan asas itikad baik lebih memiliki kedekatan dengan
sistem civil law daripada dengan sistem common law fides berarti sumber
yang bersifat religius, yang bermakna kepercayaan yang diberikan kepada
seseorang kepada orang lainnya, atau suatu kepercayaan atas kehormatan
dan kejujuran seseorang kepada orang lainnya. Secara sederhana yang
dimaksud dengan itikad baik dalam suatu perjanjian merupakan suatu
perjanjian hendaklah dilaksanakan dengan jujur dan bersih, sehingga
pelaksanaannya nanti tercermin kepastian hukum dan rasa adil bagi para
pihak yang terikat dalam perjanjian tersebut.2 Rumusan itikad baik adalah
bahwa suatu perjanjian yang dibuat hendaknya dari sejak perjanjian ditutup,
perjanjian tersebut sama sekali tidak dimaksudkan untuk merugikan

2
Samuel M. P Hutabarat, Penawaran dan Penerimaan Dalam Hukum Perjanjian,
Grasindo,Jakarta, 2010, hlm. 45

15
kepentingan debitur maupun kreditur, maupun pihak lain atau pihak ketiga
lainnya diluar perjanjian.3

Diketahui dalam pokok perkara bahwa Tergugat telah menuntut


ganti rugi terlalu besar di samping beban ganti rugi yang telah disepakati
sebesar 25%, Tergugat bahkan menuntut adanya sewa harian 12 hari,
penggantian solar, premi crew dan hal-hal lain yang seharusnya sudah
diakomodir dalam resiko pembatalan yang telah disepakati sebesar 25%
dari nilai sewa 1 bulan time charter bahkan Tergugat masih berusaha untuk
mencairkan cek Bank Mandiri sebesar Rp 290.000.000,00 walaupun sudah
jelas-jelas telah ada pembatalan. Hal ini membuktikan adanya itikad yang
tidak baik dari pihak Tergugat. Apabila perjanjian sewa menyewa tersebut
telah disepakati untuk dibatalkan oleh kedua belah pihak, maka tidak
seharusnya Tergugat berusaha mencairkan cek tersebut. Hal ini
dikarenakan pemilikan cek tersebut merupakan wujud itikad baik
Penggugat dalam pembayaran sewa menyewa. Sehingga ketika perjanjian
sewa-menyewa tersebut batal, maka cek yang diberikan kepada Tergugat
sewajarnya bukan merupakan hak Tergugat lagi. Sehingga dalam hal ini
amar putusan pada poin ke-4 yang diputuskan hakim tidak koheren dengan
poin ke-2 dan poin ke-3.

Adapun seharusnya sesuai perjanjian harga sewa kapal sebesar


Rp270.000.000,00 (dua ratus tujuh puluh juta rupiah) per bulan dan
Penggugat sudah membayar 50% (lima persen) dari nilai sewa yaitu
sebesar Rp135.000.000,00 (seratus tiga puluh lima juta rupiah) dan
menyerahkan cek sebesar Rp290.000.000,00 (dua ratus sembilan puluh
juta rupiah) sebagai pelunasan. Namun disebabkan kesalahan berprestasi
yang dilakukan oleh Tergugat yang mana hal tersebut termasuk dalam
bentuk wanprestasi mengakibatkan Penggugat harus membatalkan
perjanjian tersebut. Jika mengacu pada perjanjian yang disepakati dengan
adanya pembatalan dari Penggugat, maka Tergugat berhak menerima 25%

3
Antari Innaka, Sa‟ida Rusdiana dan Sularto, Penerapan Asas Itikad Baik Tahap
Prakontraktual Pada Perjanjian Jual Beli Perumahaan, UII Press, Yogyakarta, 2011, hlm
248
dari nilai uang sewa yaitu Rp67.500.000,00 (enam puluh tujuh juta lima
ratus ribu rupiah). Diketahui dalam perkara tersebut Penggugat telah
membayar down payment sebesar Rp 135.000.000,00. Maka seharusnya
nilai ganti rugi sebesar Rp 67.500.000,00 tersebut dikurangkan dari down
payment yang telah dibayarkan oleh Penggugat dan sisanya harus
dikembalikan kepada Penggugat.

Oleh karena itu sebagaimana pasal 10 butir ke-4 (empat) Surat


Perjanjian Sewa Menyewa Kapal nomer : 003/PSWK/AMB-LNL/XI/2020
yang jelas jelas secara nyata dan terang menyebutkan denda sebesar 25%
dari nilai sewa 1 bulan time charter sehingga seharusnya Tergugat tidak
membebankan kerugian kepada Penggugat melebihi dari 25% nilai sewa 1
bulan time charter.

Hal ini merupakan salah satu upaya perlindungan hukum yang


diberikan kepada Penggugat mengingat Penggugat juga mengalami
kerugian berupa kapal Tug Boat Burung Camar 78 yang disewa dari
Tergugat tidak dikehendaki oleh pihak lain yang memberi pekerjaan pada
Penggugat, maka pihak lain tersebut membatalkan pekerjaan yang
seharusnya dikerjakan Penggugat dan atas dasar tersebut Penggugat
membatalkan perjanjian sewa menyewa kapal dengan Tergugat.

Keadilan dalam putusan dapat tercermin dari alasan (reasoning),


dasar hukum yang tepat dan benar, kepekaan nurani, serta profesionalitas
sehingga putusan tersebut dapat dilaksanakan secara tepat dan benar
pula.4 Hakim dalam putusan ini belum memberikan amar putusan yang
berkeadilan bagi Penggugat karena gugatan yang dikabulkan hanya
sebagian, sehingga hak yang seharusnya diperoleh Penggugat justru tidak
diperoleh yaitu denda akibat pembatalan Surat Perjanjian Sewa Menyewa
Kapal no : 003/PSWK/AMB-LSL/XI/2020 yang harus dibayarkan Penggugat
kepada Tergugat diambilkan dari uang Down Payment atau uang muka

4
Tata Wijayanta dan Hery Firmansyah, Perbedaan Pendapat dalam Putusan
Pengadilan,
Medpress Digital, Yogyakarta, 2013, h. 32

17
yang sudah diterima Tergugat dan sisanya dikembalikan kepada
Penggugat dengan tanpa syarat; serta tuntutan hukum kepada Tergugat
untuk mengembalikan sisa pembayaran denda pembatalan Surat
Perjanjian Sewa Menyewa Kapal no : 003/PSWK/AMB-LSL/XI/2020
kepada Penggugat sebesar Rp135.000.000,00 – Rp67.500.000,00 =
Rp67.500.000,00 (enam puluh tujuh juta lima ratus ribu rupiah); dan
tuntutan yang memerintahkan hukum kepada Tergugat untuk
mengembalikan Cek no. GZ 450846 tertanggal 26 Nopember dengan nilai
Rp290.000.000,00 (dua ratus sembilan puluh juta rupiah) kepada
Penggugat dengan tanpa syarat.

Amar putusan yang diberikan oleh Majelis Hakim secara tertulis


menyebutkan bahwa mengabulkan gugatan Penggugat sebagian, namun
dalam poin ke-4 hakim menyatakan bahwa:

“Menyatakan hukum Tergugat telah menerima Down Payment atau


uang muka sebesar Rp135.000.000,00 (seratus tiga puluh lima juta
rupiah) dan cek Bank Mandiri no. GZ 450846 senilai
Rp290.000.000,00 (dua ratus sembilan puluh juta rupiah).”

Sehingga dalam hal ini menjadi abu-abu mengenai amar putusan


hakim tersebut. Jika dicermati lebih jauh, petitum penggugat yang
dikabulkan hanya mengenai tuntutan untuk menyatakan sah perjanjian
tersebut dan menyatakan sah pembatalan perjanjian tersebut. Namun
dengan adanya poin ke-4 tersebut, perlindungan yang diberikan kepada
pihak Penggugat dalam poin ke-1 dan ke-2 menjadi ilusioner dan tidak
tercermin dalam putusan yang menyatakan bahwa Tergugat berhak atas
down payment dan pembayaran cek yang diberikan oleh Penggugat.
Sehingga atas putusan ini menjadi tidak tercapai perlindungan hukum bagi
Penggugat.

Hakim seharusnya mampu melihat kemungkinan-kemungkinan yang


akan terjadi dengan putusan yang dijatuhkan supaya setelah dijatuhkan,
para pihak dapat menyelesaikan sengketanya berdasarkan putusan
tersebut sesuai tujuan awal. Putusan Pengadilan untuk menyelesaikan
masalah, bukan malah menimbulkan masalah baru. Masalah baru yang
dimaksud tersebut adalah kerugian yang dialami Penggugat tidak terpenuhi
melalui amar putusan hakim tersebut karena hanya menang di atas kertas.

19
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam putusan Nomor 127/Pdt.G.S/2020/PN Sby, PT Lintas


Nusa Logistik selaku penggugat mengajukan gugatan terhadap PT
Armada Maju Bersama selaku tergugat. Pada sengketa tersebut
yang menjadi pokok permasalahan ialah soal kewajiban Penggugat
membayar jumlah ganti kerugian kepada Tergugat akibat
pembatalan perjanjian sewa menyewa kapal yang dilakukan oleh
Penggugat, sehingga gugatan Penggugat masuk dalam klasifikasi
wanprestasi. Dalam amar putusan nomor 127/Pdt.G.S/2020/PN.Sby
majelis hakim mengabulkan gugatan PT Lintas Nusa Mandiri selaku
penggugat untuk sebagian gugatannya. Hakim dalam putusan ini
belum memberikan amar putusan yang berkeadilan bagi Penggugat
karena gugatan yang dikabulkan hanya sebagian, sehingga hak
yang seharusnya diperoleh Penggugat justru tidak diperoleh yaitu
denda akibat pembatalan Surat Perjanjian Sewa Menyewa Kapal no:
003/PSWK/AMB-LSL/XI/2020 yang harus dibayarkan Penggugat
kepada Tergugat diambilkan dari uang Down Payment atau uang
muka yang sudah diterima Tergugat dan sisanya dikembalikan
kepada Penggugat dengan tanpa syarat; serta tuntutan hukum
kepada Tergugat untuk mengembalikan sisa pembayaran denda
pembatalan Surat Perjanjian Sewa Menyewa Kapal no :
003/PSWK/AMB-LSL/XI/2020 kepada Penggugat sebesar
Rp135.000.000,00 – Rp67.500.000,00 = Rp67.500.000,00 (enam
puluh tujuh juta lima ratus ribu rupiah); dan tuntutan yang
memerintahkan hukum kepada Tergugat untuk mengembalikan Cek
no. GZ 450846 tertanggal 26 Nopember dengan nilai
Rp290.000.000,00 (dua ratus sembilan puluh juta rupiah) kepada
Penggugat dengan tanpa syarat.
B. Saran

Hendaknya hakim dalam memberikan pertimbangan hukum turut


mempertimbangkan aspek keadilan dan pemenuhan hak yang
seimbang atas kedua belah pihak. Sehingga dalam putusan yang
diberikan dapat benar-benar memberikan solusi penyelesaian
masalah dan tidak menimbulkan perselisihan yang lain dalam bentuk
upaya hukum banding dan semacamnya. Dalam penyelesaian
wanprestasi juga perlu dipertimbangkan mengenai ketentuan dalam
perjanjian kedua belah pihak selama ketentuan tersebut tidak
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

21
DAFTAR PUSTAKA

Antari Innaka, Sa‟ida Rusdiana dan Sularto, Penerapan Asas Itikad Baik
Tahap Prakontraktual Pada Perjanjian Jual Beli Perumahaan, UII
Press, Yogyakarta, 2011, hlm 248

Eko Rial Nugroho, prosiding seminar nasional, Yogyakarta, 2021.

Medpress Digital, Yogyakarta, 2013, h. 32

Putusan Hakim Pengadilan Negeri Surabaya Nomor: 127/Pdt.G.S/2020/PN


Sby

Samuel M. P Hutabarat, Penawaran dan Penerimaan Dalam Hukum


Perjanjian, Grasindo,Jakarta, 2010, hlm. 45

Subekti, Hukum Perianjian, Penerbit PT Intermasa, Jakarta, 2008.

Suharnoko, Hukum perjanjian, Teori dan Analisa Kasus, Cet. 1,


(Jakarta:Kencana, 2004), hal. 4

Tata Wijayanta dan Hery Firmansyah, Perbedaan Pendapat dalam Putusan


Pengadilan,

Anda mungkin juga menyukai