B. Data Peneliti
terus melekat dalam diri kita. Sebagai makhluk sosial kita tidak bisa hidup
mengikatkan diri dengan orang lain untuk melakukan perjanjian yang harus
dilaksanakan oleh kedua belah pihak. Menurut Pasal 1313 KUH Perdata,
pengertian perjanjian sendiri adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang
atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Dengan
adanya perjanjian tersebut, maka seseorang telah terikat dengan orang lain
untuk melaksanakan kewajiban dan menerima hak yang telah disepakati oleh
kedua belah pihak. Perjanjian yang telah dibuat secara lisan maupun tertulis
syarat-syarat sah perjanjian yang diatur dalam Pasal 1320 KUH Perdata,
kewajiban harus sesuai dengan kesepakatan para pihak dengan baik, adil dan
proporsional. Perjanjian ini dibuat oleh para pihak dan perjanjian tersebut
yang menimbulkan hak dan kewajiban para pihak. Oleh karena itu,suatu
menurut Pasal 1338 KUHPerdata, perjanjian itu mengikat secara hukum para
1
Huala Adolf, Dasar-Dasar Hukum Kontrak Internasional, Bandung, Refika Aditama,
2006, hlm.15
3
dalam Pasal 1320 KUH Perdata. Dengan demikian secara tidak langsung
berlaku Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata yang menyatakan: "Semua
2
Ezra Ridel Moniung, Perjanjian Keagenan Dan Distributor Dalam Perspektif
Hukum Perdata, Lex Privatum Vol. III No. 1, Januari 2015, hlm 127
4
berkontrak tersebut, posisi kedua belah pihak mempunyai posisi yang sama
dan sederajat. Namun, dalam keadaan sebenarnya kedua belah pihak tidak
dalam posisi yang sama. Seringkali terjadi pihak agen harus menerima
perusahaan.3
Pengangkutan adalah kegiatan pemindahan orang dan atau barang dari suatu
diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dan atau orang dari suatu
dana kelebihan anggaran dalam jasa keagenan kapal. Persoalan ini dialami
berikut:
2 (dua) kali SOMASI tidak ditemukan juga itikad baik dari Tergugat untuk
4
Rahayu Hartini, Hukum Pengangkutan Di Indonesia, Malang, Citra Mentari, 2012,
hlm 4.
6
Biaya Keagenan sebesar Rp. 313.800.000,- (tiga ratus tiga belas juta delapan
ratus tiga belas juta delapan ratus ribu rupiah) dari total Rp 348.692.509 (tiga
ratus empat puluh delapan juta enam ratus sembilan puluh dua ribu lima ratus
yang telah diberikan Penggugat sebesar Rp. 217.800.000,- (dua ratus tujuh
01/PMI/SRT-FIN/X/2022.
01/PMI/SRT-FIN/X/2022.
ratus tujuh belas juta delapan ratus ribu rupiah) kepada Penggugat, dan
7
D. Permasalahan Hukum
65/Pdt.G/2022/PN Bna
2. Tujuan Penelitian
perjanjian
F. Metode Penelitian
yaitu metode penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan
pustaka atau bahan sekunder.5 Suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada
metode, sistematika, dan pemikiran tertentu yang bertujuan mempelajari satu atau
a. Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat dalam hal ini
KUHP
G. Ringkasan Putusan
I. Penelaah Kepustakaan
Dasar hukum mengenai perikatan diatur dalam buku III Kitab Undang-
yang dilahirkan dari kontrak atau perjanjian, diatur dalam Bab II Buku III
5
Soerjono dan Sri, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Raja Grafindo
Persada, 1994, hlm.45.
6
Khudzaifah Dimyati dan Kelik Wardiono, Metode Penelitian Hukum, Universitas
Muhammadiyah Surakarta, Surakarta, 2004, hlm.7.
9
perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih
dimana seseorang berjanji kepada orang lain atau dimana dua orang saling
dan kewajiban dan hak serta kewajiban tersebut oleh para pihak telah
hal ini sesuai bunyi Pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata yang menyatakan “Suatu
selain dengan sepakat kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang oleh
syarat yaitu :
dengan perasaan rela atau ikhlas di antara para pihak pembuat perjanjian
diatur dalam Pasal 1320 ayat 1 KUHPerdata. Adapun yang dimaksud dengan
Pada dasarnya, cara yang paling banyak dilakukan oleh para pihak,
yaitu dengan bahasa yang sempurna secara lisan dan secara tertulis. Tujuan
hukum bagi para pihak dan sebagai alat bukti yang sempurna, dikala timbul
hukum adalah orang yang sudah dewasa, yaitu mereka yang telah berusia 21
yang belum mencapai umur genap 21 tahun bagi laki-laki dan 19 tahun
dalam keadaan dungu, gila atau mata gelap dan boros. Dalam hal ini
7
www.legalakses.com“orang yang tidak cakap Melakukan Perbuatan Hukum” diakses
tgl 30 Desember 2023, pukul 12.26 WIB.
12
dari suaminya. Dengan demikian maka sub. 3 dari Pasal 1330 KUH
Ketentuan untuk hal tertentu ini menyangkut objek hukum atau mengenai
bendanya.
Dalam pengertian ini pada benda (objek hukum) yang menjadi pokok
perjanjian itu harus melekat hak yang pasti dan diperbolehkan menurut
b. Keagenan
Penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Agen atau Distributor Barang dan atau
Jasa.9
atas fisik barang dan/atau jasa yang dimiliki/dikuasai oleh prinsipal yang
menunjuknya.
dan agen, di mana pihak prinsipal memberi wewenang kepada agen untuk
dengan agennya dapat berupa perwakilan, dimana agen bertindak untuk dan
9
Suharnoko, Hukum Perjanjian:Teori dan Analisa Kasus, Kencana Prenada Media
Group, Jakarta, 2004, hlm 41
14
atas nama prinsipal, meskipun terdapat juga unsur jual beli karena prinsipal
lain, keagenan dapat diartikan sebagai perjanjian antara seorang prinsipal dan
kepentingan prinsipal.12
adalah orang yang memegang kuasa untuk melakukan suatu perbuatan hukum
10
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam Bisnis, Rineka Cipta, Jakarta,
2007, hlm 53
11
Ridwan Khairandy, Pokok-Pokok Hukum Dagang Indonesia, FH UII Press,
Yogyakarta, 2013, hlm 247
12
Ridwan Khairandy, Ibid, hlm.248
15
bernama atau dengan kata lain suatu perjanjian yang tidak mendapatkan
memberikan amanat kepada agen untuk dan atas nama prinsipal menjualkan
barang dan atau jasa yang dimiliki atau dikuasai oleh prinsipal.
13
Muhammad Absar, Tinjauan Yuridis Perjanjian Keagenan, Jurnal Ilmu Hukum
Legal Opinion, Vol. 2, 2014, hlm 8
16
kewajiban yang tidak tepat pada waktunya atau dilakukan tidak menurut
sama sekali.
prestasi seperti yang telah ditentukan dalam perjanjian dan bukan dalam
dilakukan.
timbul.
Dari berbagai uraian definisi yang telah dikemukakan diatas, maka dapat
telah disepakati oleh masing-masing pihak, yang mana perbuatan yang telah
perjanjian yang disepakati para masing-masing pihak, maka pihak yang telah
berwanprestasi tersebut dapat dikatakan ingkar janji, cidera janji, lalai (alpa).
dijanjikannya.
Apabila terjadi salah satu atau beberapa peristiwa cidera janji atau
wanprestasi seperti hal diatas yang dilakukan oleh nasabah, maka biasanya
1. Menarik dana dan sejumlah uang yang harus dibayar berdasarkan akad
pengadilan.
pelunasan kredit.
Apabila salah satu pihak tidak melaksanakan apa yang diperjanjikan maka
dapat dikatakan telah melakukan wanprestasi, baik secara alpa atau lalai atau
ingkar janji.
wanprestasi. Debitur alpa atau lalai atau ingkar janji, atau juga melanggar
perjanjian, bila debitur melakukan atau berbuat sesuatu yang tidak boleh
seseorang lalai atau lupa, karena seringkali juga tidak dijanjikan dengan tepat
dinamakan ganti-rugi.
c. Peralihan risiko
Salah satu hal yang sangat penting dari tidak dipenuhinya perikatan ialah
bahwa kreditur dapat minta ganti rugi atas ongkos, rugi dan bunga yang
kesalahan debitur, namun ada kalanya debitur yang dituduh lalai dapat
membela dirinya karena ia tidak sepenuhnya bersalah, atau dengan kata lain
14
Ibid
20
harus dapat diduga akan terjadinya kerugian dan juga besarnya kerugian.
Sedangkan dalam syarat yang kedua, yaitu antara wanprestasi dan kerugian
harus mempunyai hubungan klausal, jika tidak, maka kerugian itu tidak harus
perikatan disebabkan oleh keadaan yang tidak terduga dan tidak dapat
dipersalahkan kepadanya.15
untuk menyerahkan suatu barang atau untuk melakukan suatu perbuatan, jika
itu harus lebih dahulu ditagih. Kepada debitur itu harus diperingatkan bahwa
dilakukan, misalnya dalam jual beli suatu barang tertentu yang sudah
perlu diberikan waktu yang pantas. Misalnya dalam jual beli barang yang
15
Ibid
21
lain sebagainya.
itu dapat dikatakan lalai, diberikan petunjuk dalam Pasal 1238 KUHPerdata
yaitu : “debitur dinyatakan lalai dengan surat perintah, atau dengan akta
sejenis itu, atau berdasarkan kekuatan dari perikatan sendiri, yaitu bila
sudah dengan tegas ditagih janjinya, seperti yang diterangkan diatas, maka
jika ia tetap tidak melakukan prestasinya, ia berada dalam keadaan lalai atau
disebutkan di atas yaitu ganti rugi, pembatalan perjanjian, dan perlihan resiko.
Jumlah : 90 Hari
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pemilihan Kasus
B. Kasus Posisi
C. Permasalahan Hukum
D. Ruang Lingkup dan Tujuan Penelitian
E. Metode Penelitian
F. Sistematika Pembahasan
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
A. Peraturan Perundang-Undangan
B. Website
C. Jurnal