Anda di halaman 1dari 6

LEGAL OPINION

Oleh :
Legal Department PT. Warna Warni Media

PERMASALAHAN PERJANJIAN KERJASAMA PENGADAAN REKLAME

Antara

PT. WARNA WARNI MEDIA, suatu Perseroan Terbatas yang telah didirikan secara sah
menurut hukum Republik Indonesia, yang berkedudukan di Surabaya, berlamat di Graha Warna
Warni, Jl. Panglima Sudirman No. 21, Surabaya dan berkantor cabang di Jakarta, beralamat di
Gedung Graha Media, Jl. Blora No. 08, Menteng, Jakarta Pusat dalam hal ini diwakili oleh
Effendy Gunawan selaku Direktur.

Dengan

PT. Mahkota Sentosa Utama, suatu perseroan terbatas yang telah didirikan secara sah
menurut hukum Republik Indonesia, berkantor pusat di Easton Commercial Jl.Gunung
Panderman Kav. 05 Cibatu Cikarang Bekasi, dalam hal ini di Wakili

Kepada Yth,
Pimpinan PT. Warna Warni Media,
Di Tempat

Dengan hormat,

Kami Legal Department PT. Warna Warni Media Jakarta menyampaikan Legal Opinion
mengenai permasalahan terkait diatas yang didasari pada Perjanjian Kerja Sama Pengadaan
Reklame Antara PT Warna Warni Media dengan PT Mahkota Sentosa Utama Nomor :
082/PERJ-CL/WWMJ/VIII/2017 tertanggal 18Agustus 2017, serta dokumen-dokumen lainnya
yang terkait didalam permasalahan ini.

Setelah kami mempelajari dokumen-dokumen yang terkait dengan permasalahan ini, kami
sampaikan hal-hal sebagai berikut :

A. KASUS POSISI

Adapun kronologis singkat dalam perkara tersebut diantaranya :


1. Bahwa pada tanggal 18 Agustus 2017 telah dibuat dan ditandatangani Perjanjian
Pemasangan dan Pemeliharaan Reklame No : 082/PERJ-CL/WWMJ/VIII/2017 Antara
PT Warna Warni Media yang selanjutnya disebut “Pihak Pertama” dengan dengan PT
Mahkota Sentosa Utamayang selanjutnya disebut “Pihak Kedua” dan kedua belah
pihak selanjutnya disebut “Para Pihak” (“Perjanjian Reklame”);

2. Objek Perjanjian tersebut adalah Pihak Pertama menyediakan lokasi Papan Reklame,
mengadakan, dan mengelola Papan Reklame serta menayangkan iklan Produk Pihak
Kedua di Papan Reklame, yang dimiliki dan/atau dikelola oleh Pihak Pertama pada 183
(Seratus Delapan Puluh Tiga) Titik lokasi di Jabodetabek;

3. Dalam Perjanjian tersebut diatur biaya pekerjaan yang musti dibayarkan oleh Pihak
Kedua kedua Pihak Pertama, berikut perincian biaya berdasarkan Perjanjian Reklame :

Lokasi Total Harga/M2 Pajak Reklame 1 Penempatan Papan Biaya Pekerjaan


Titik (satu) Tahun Reklame

Jabodetabek 183 Rp. 11.200.000,- Rp. 16.200.000.000,- Rp. 148.132.000.000,- Rp. 164.332.000.000,-

Total Harga Biaya Pekerjaan Rp. 164.332.000.000,-

Total biaya pekerjaan reklame tersebut Pihak Kedua memiliki kewajiban untuk
membayar biaya tersebut kepada Pihak Pertama sebesar Rp. 164.332.000.000,-
(Seratus Enam Puluh Empat Miliyar Tiga Ratus Tiga Puluh Dua Juta Rupiah) dan
Pihak Pertama berhak atas menerima biaya Pekerjaan tersebut dari Pihak Kedua;

4. Dalam pelaksanaa perjanjian tersebut Pihak Pertama telah melakukan kewajiban nya
sebagai Pihak yang berkewajiban menyediakan lokasi Papan Reklame, mengadakan,
dan mengelola Papan Reklame serta menayangkan iklan Produk Pihak Kedua di Papan
Reklame, yang dimiliki dan/atau dikelola oleh Pihak Pertama pada 183 (Seratus
Delapan Puluh Tiga) Titik lokasi di Jabodetabek;

5. Bahwa Pihak Kedua belum menyelesaikan kewajibannya sebagaimana yang diatur


didalam Perjanjian Reklame tersebut, yang mana Pihak Kedua berkewajiban untuk
membayar kepadaPihak Pertama dalam biaya Pekerjaan Perjanjian Reklame tersebut,
sisa biaya Pekerjaan Perjanjian Reklame tersebut sebesar Rp 79.966.722.497 (Tujuh
Puluh Sembilan Milyar Sembilan Ratus Enam Puluh Enam Juta Tujuh Ratus Dua
Puluh Dua Ribu Empat Ratus Sembilan Puluh Tujuh Rupiah);

6. …………………..
B. ISU HUKUM
Adapun yang menjadi permasalahan hukum antara lain :
1. Bagaimana hubungan hukum Ninik Prajitno Nathan selaku Mantan Direktur PT MSU
dalam menyelesaikan kewajiban pembayaran utang atas Perjanjian Reklame kepada PT
WWM ?
2. Apakah PT MSU dapat diupayakan Permohonan Pailit ?

C. SUMBER HUKUM
1. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
2. Undang – Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
3. Undang – Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang

D. ANALISIS HUKUM

Berdasarkan fakta-fakta hukum hukum yang telah kami peroleh di atas, maka dapat kami
sampaikan beberapa hal sebagai berikut :

Pertanggung Jawaban Hukum atas Hubungan Keperdataan (Perjanjian Pengadaan


Reklame)

1. Bahwa suatu perjanjian dianggap sah apabila telah memenuhi ketentuan Pasal 1320
KUHPerdata, yang mana menjadi sah perlu memenuhi 4 persyaratan :
a. Kesepakatan para pihak dalam perjanjian
b. Kecakapan para pihak dalam perjanjian
c. Suatu hal tertentu
d. Sebab yang halal.

Lebih lanjut apabila syarat-syarat sahnya suatu perjanjian tidak ada yang dilanggar,
maka berdasarkan Pasal 1338 KUHPerdata, berlaku :

Pasal 1338 KUHPerdata


“Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku bagi undang-undang bagi mereka
yang membuatnya.”

Sehingga jika dikaitkan dengan kedua pasal diatas maka Perjanjian Pengadaan
Reklame tersebut dapat dianggap sah dan isi-isi dari Perjanjian tersebut menjadi
undang-undang bagi Para Pihak yang membuatnya yakni PT. Warna Warni Media dan
PT Mahkota Sentosa Utama kecuali hal-hal yang akan dijelaskan pada poin-poin
berikutnya.
2. Bahwa didalam Pasal 1381 diatur hal-hal yang dapat mengakibatkan hapusnya suatu
perjanjian, yakni sebagai berikut :
a. Karena pembayaran;
b. Karena penawaran;
c. Karena pembayaran tunai, diikuti dengan penyimpangan atau penitipan;
d. Karena perjumpaan utang dan kompensasi;
e. Karena pencampuran utang;
f. Karena pembebasan utang;
g. Karena musnahnya barang yang terutang;
h. Karena kebatalan dan pembatalan;
i. Karena berlakunya syarat batal;
j. Karena lewat waktu (kadaluarsa).

Dalam permasalahan ini Perjanjian Reklame dapat hapus apabila :


a. Telah terpenuhinya kewajiban Pihak Kedua untuk melaksanakan ketentuan-
ketentuan yang tercantum didalam Perjanjian Pengadaan Reklame tentang
pembayaran biaya pelaksaanaan pekerjaan seluruhnya dan kewajiban Pihak
Pertama untuk melakukan pekerjaan pengadaan reklame selama 1 (satu) tahun
terhitung sejak cover visual terpasang secara sempurna pada 180 (Seratus Delapon
Pulluh) titik lokasi dibuktikan dengan Berita Acara Serah Terima Pekerjaan beserta
lampiran-lampiran foto siang dan malam per masing-masing lokasi yang
ditandatangani oleh Para Pihak;

b. Berlakunya Syarat Batal, sebagaimana diatur didalam Pasal 1266 KUHPerdata,


yang berbunyi :

Pasal 1266 KUHPerdata


“Syarat batal dianggap selalu dicantumkan dalam persetujuan yang timbal balik,
andai kata salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya. Dalam hal demikian
persetujuan tidak batal demi hukum, tetapi pembatalan harus dimintakan kepada
Pengadilan.

Permintaan ini juga harus dilakukan, meskipun syarat batal mengenai tidak
dipenuhinya kewajiban dinyatakan di dalam persetujuan. Jika syarat batal tidak
dinyatakan dalam persetujuan, maka Hakim dengan melihat keadaan, atas
permintaan tergugat, leluasa memberikan suatu jangka waktu untuk memenuhi
kewajiban, tetapi jangka waktu itu tidak boleh lebih dan satu bulan.”

Sehingga Pasal 9 ayat 3 Perjanjian Pengadaan Reklame yang menyatakan


pengesampingan Pasal 1266 KUHPerdata menjadi Batal Demi Hukum dan juga
untuk terkait pembatalan Perjanjian Reklame, haruslah dimintakan kepada
Pengadilan sehingga apabila tidak adanya pembatalan oleh Pengadilan maka
Perjanjian Reklame masihlah berlaku/berjalan..
3. Bahwa dengan Batal Demi Hukum Pasal 9 ayat 3 Perjanjian Reklame maka Pihak
Pertama dapat memaksa Pihak Kedua untuk memenuhi kewajiban didalam Perjanjian,
dan apabila hal tersebut tidak dapat dilakukan maka Pihak Pertama dapat meminta
pembatalan perjanjian dengan meminta penggantian biaya, kerugian dan bunga ke
Pengadilan sebagaimana diatur Pasal 1267 KUHPerdata, yakni:

Pasal 1267 KUHPerdata


“Pihak yang terhadapnya perikatan tidak dipenuhi, dapat memilih; memaksa pihak
yang lain untuk memenuhi persetujuan, jika hal itu masih dapat dilakukan, atau
menuntut pembatalan persetujuan, dengan penggantian biaya, kerugian dan bunga.”

Maka Pihak Pertama dapat memaksa kepada Pihak Kedua yg dimana diwakili oleh
Direksi untuk memenuhi kewajiban sebagaimana diatur didalam Perjanjian Pengadaan
Reklame

Tanggung Jawab Direksi Dalam Permasalahan Utang (Perjanjian Pengadaan Reklame)

4. Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) menegaskan


bahwa direksi adalah organ yang bertanggung-jawab penuh terhadap kepengurusan
sesuai dengan maksud dan tujuan dan berwenang mewakili perseroan, baik di
persoalan Pidana ataupun Perdata, sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar, hal
tersebut sebagaimana yang dimaksud di Pasal 1 angka 5 UU PT, yakni :

“Direksi adalah Organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh
atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan maksud
dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di luar
pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.”

Bahwa berdasarkan dokument-dokument dan infromasi yang kami terima bahwa Pihak
Pertama meminta pertanggunjawaban kepada Mantan Direksi terdahulu yaitu “Ninik
Prajitno Nathan”, perlu digaris bawahi bawah Ninik Prajitno Nathan sudah tidak
menjabat sebagai Direksi PT MSU dan terakhir menjabat sebagai Direksi PT MSU pada
bulan Mai 2018,maka wajar apabila Ninik Prajitno Nathan menolak untuk
menandatangani pengakuan utang tersebut, dan bukan kewenangan Ninik Prajitno
Nathan untuk menyelesaikan persoalan utang tersebut. Oleh karena itu pertanggung
jawaban atas kelalaian dari Perjanjian Pengadaan Reklame tersebut Direksi PT MSU
yang menjabat saat ini. Maka Pihak Pertama dapat meminta Pertanggung Jawaban
tersebut kepada Direksi PT MSU yang menjabat saat ini.

Dan Perlu kami sampaikan,Ninik Prajitno Nathan dapat saja mempertanggung jawab
secara Pribadi atas kelalaian dari Perjanjian Pengadaan Reklame tersebut, apabila
tindakan Ninik Prajitno Nathan tersebut melanggar Asas Ultra Vires yaitu tindakan Ninik
Prajitno Nathan saat menjabat Direksi PT MSU membuat kontrak atau kerja sama
dengan Pihak Pertama namun tidak di dalam kerangka maksud dan tujuan PT MSU
atau bertentangan dengan Anggaran Dasar PT MSU maka kontrak tersebut menjadi
tidak sah atau batal demi hukum (void). Lebih jauh bahkan apabila ternyata kontrak
yang ditandatangani itu merugikan perseroan, maka perseroan dapat saja menuntut
Ninik Prajitno Nathan tersebut dengan dasar bahwa Direksi melakukan kelalaian atau
kesalahan dalam melaksanakan tugas, kewajiban dan wewenang, sehingga
konsekuensinya kontrak itu menjadi tanggung jawab pribadinya Direksi, hal tersebut
diatur didalam Pasal 97 ayat (2) dan (3) UUPT, yang berbunyi :
(2) Pengurusan sebagaimana

5. Bahwa berdasarkan data-data diatas bahwa Pihak Kedua telah membayarkan sebagian
pembayaran Perkerjaan Pengadaan Reklame dan telah jatuh tempo pembayaran
kewajiban dalam perjanjian Pengadaan Reklame, maka hal tersebut sebagai bukti
bahwa Pihak Kedua memiliki utang kepada Pihak Pertama atas Perjanjian Tersebut,
oleh karena itu Pihak Pertama dapat mengajukan Permohonan Pailit Pihak Kedua
kepada Pengadilan Niaga, namun Pihak Pertama membutuhkan kreditur atau Pihak
Lain yang juga telah memberikan utang kepada Pihak Kedua, hal tersebut sebagai salah
satu syarat untuk mengajukan Permohoanan Pailit Pihak Kedua, artinya didalam
mengajukan permohonan Pailitharus lebih dari 1 (satu) kreditur sebagaimana diatur
didalam Pasal 2 ayat (1)Undang – Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan
Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (UU KPKPU), yang berbunyi :

“Debitor yang mempunyai dua atau lebih Kreditor dan tidak membayar lunas
sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit
dengan putusan Pengadilan, baik ataspermohonannya sendiri maupun atas
permohonan satu atau lebih kreditornya”.

6.

Anda mungkin juga menyukai