Anda di halaman 1dari 2

NAMA : BARUNA ZULGI NUGRAHA

NIM : 30301900070
MATA KULIAH HUKUM PERDATA
UJIAN AKHIR SEMESTER
DOSEN : Dr. H. D. Djunaedi, SH, Sp.N

1. A. Perjanjian diatas bisa dikatakan sudah ada kesepakatan, karena pihak PT. Surabaya Delta
Plaza dan Tarmin Kusno dengan rela tanpa ada paksaan dari pihak manapun untuk
menandatangani isi perjanjian Sewa-menyewa yang diajukan oleh pihak PT. Surabaya Delta
Plaza yang dibuktikan dihadapan Notaris.
B. Tarmin Kusno tidak pernah memenuhi kewajibannya untuk membayar semua
kewajibannya kepada PT Surabaya Delta Plaza, dia tidak pernah peduli terhadap tagihan –
tagihan yang datang kepadanya dan dia tetap bersikeras untuk tidak membayar semua
kewajibannya.  Maka dari itu Tarmin Kusno bisa dinyatakan sebagai pihak yang melanggar
perjanjian atau telah melakukan wanprestasi.
Dengan alasan inilah pihak PT Surabaya Delta Plaza setempat melakukan penutupan COMBI
Furniture secara paksa dan menggugat Tamrin Kusno di Pengadilan Negeri Surabaya.
C. Termasuk perjanjian sewa-menyewa. Dasar hukumnya Pasal 1 548 KUHPerdata.
D. Letak perjanjiannya adalah kedua belah pihak bersepakat mengenai penggunaan ruangan
harga sewa service change, sanksi dan segala hal yang bersangkut paut dengan sewa
menyewa ruangan. Tarmin berjanji bersedia membayar semua kewajibannya pada PT. SDP
E. Adapun asas-asas dalam hukum perikatan diatur dalam buku III KUHPerdata , yakni
menganut asas kebebasan berkontrak dan asas konsensualisme. Asas kebebasan berkontrak
terlihat di dalam pasal 1338 KUHPerdata yang menyebutkan bahwa segala sesuatu perjanjian
yang dibuat adalah sah bagi para pihak yang membuatnya dan berlaku sebagai uu bagi
mereka yang membuatnya. Asas konsensualisme artinya bahwa perjanjian itu lahir pada saat
tercapainya kata sepakat antara parapihak mengenai hal-hal yang pokok dan tidak
memerlukan sesuatu formalitas.
2. A. Kasus diatas termasuk Perjanjian Perjanjian Penitipan Barang Karena Terpaksa. Dasar
hukumnya Pasal 1703 KUHPdt:
“Penitipan karena terpaksa adalah penitipan yang terpaksa dilaksanakan oleh seseorang
karena timbulnya suatu petaka, misalnya kebakaran, runtuhnya gedung2, perampokan,
karamnya kapal, air bah, dll peristiwa yang tak tersangka”.
B. Dalam hal ini terdapat dua hal yang harus diperhatikan, yaitu:
a)       Pada dasarnya, si Penerima titipan diwajibkan memelihara barang titipan seperti
memelihara barang miliknya sendiri (Pasal 1706 KUHPdt) dan si Penerima Titipan
diwajibkan mengembalikan barang yang sama yang telah diterimanya (Pasal 1714
KUHPdt).
b)       Kejadian gudang bocor bukan merupakan suatu keadaan memaksa (overmacht) atau
keadaan kahar (force mejuere).
Dengan demikian si Penerima Titipan (Pemilik Toko Sahabat) berkewajiban untuk mengganti
beras dan gula yang rusak tersebut, sehingga pada saat pengembalian titipan jumlah gula dan
beras adalah sebanyak jumlah yang dititipkan oleh si Pemilik Toko (Toko Kerabat)
C. Seharusnya mobil kijang tersebut dititipkan kepada Pihak Ketiga yang ditunjuk oleh
Pemilik Toko Kerabat dan Pemilik Toko Sahabat, dan setelah perselisihan tersebut diputus,
Pihak Ketiga tsb akan mengembalikan mobil kijang kepada pihak yang berhak. Penitipan
barang dalam perselisihan atau sengketa disebut Sekuestrasi (Pasal 1730 KUHPdt).
3. 3 asas utama yang terkandung dalam pasal 1338 KUHPdt
1. Asas Kebebasan Berkontrak

Dalam Pasal 1338 ayat 1 BW menegaskan “semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku
sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.”

Asas kebebasan berkontrak adalah suatu asas yang memberikan kebebasan kepada pihak
untuk membuat atau tidak membuat perjanjian, mengadakan perjanjian dengan siapapun,
menentukan isi perjanjian/ pelaksanaan dan persyaratannya, menentukan bentuknya
perjanjian yaitu tertulis atau lisan. Asas kebebasan berkontrak merupakan sifat atau ciri khas
dari Buku III BW, yang hanya mengatur para pihak, sehingga para pihak dapat saja
mengenyampingkannya, kecuali terhadap pasal-pasal tertentu yang sifatnya memaksa.

2. Asas Konsensualisme

Asas konsensualisme dapat disimpulkan melalui Pasal 1320 ayat 1 BW. Bahwa salah satu
syarat sahnya perjanjian adalah adanya kesepakatan kedua belah pihak. Dengan adanya
kesepakatan oleh para pihak, jelas melahirkan hak dan kewajiban bagi mereka atau biasa juga
disebut bahwa kontrak tersebut telah bersifat obligatoir yakni melahirkan kewajiban bagi para
pihak untuk memenuhi kontrak tersebut.

3. Asas Iktikad Baik

Asas iktikad baik merupakan asas bahwa para pihak, yaitu pihak Kreditur dan Debitur harus
melaksanakan substansi kontrak berdasarkan kepercayaan atau keyakinan yang teguh atau
kemauan baik dari para pihak. Asas iktikad baik terbagi menjadi dua macam, yakni iktikad
baik nisbi dan iktikad baik mutlak. Iktikad baik nisbi adalah orang memperhatikan sikap dan
tingkah laku yang nyata dari subjek. Sedangkan iktikad mutlak, penilaiannya terletak pada
akal sehat dan keadilan, dibuat ukuran yang objektif untuk menilai keadaan (penilaian tidak
memihak) menurut norma-norma yang objektif.

Anda mungkin juga menyukai