Anda di halaman 1dari 7

PEMBAHASAN

A. Pengertian kontrak syariah.

Dalam bahasa belanda disebut overeenkoms yang artinya


perjanjian, perjanjian sendiri di atur dalam pasal 1313 KUHPerdata yang
berbunyi “perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu pihak atau
lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih.

B. Subjek Hukum Kontrak


1. Manusia
Subjek di dalam hukum adalah orang atau persoon pembawa hak
di dalam hukum. Orang yang secara hukum diberi kedudukan sebagai
pembawa hak adalah orang yang mempunyai atau berstatus merdeka.
Merdeka dalam hal ini adalah kemampuan untuk mengambil keputusan
sendiri dan mampu bertanggungjawab atas segala akibat dari
keputusanyang telah diambil.
Dalam mengadakan suatu kontrak, setiap subjek hukum harus
memenuhi suatu kondisi tertentu agar dapat mengikat para pihak yang
membuatnya. Terjadinya suatu kontrak disebabkan oleh terjadinya suatu
hubungan hukum harta kekayaan antara dua orang atau lebih. Satu orang
disebut kreditor, dan satu orang lainnya disebut debitur. Kedua orang itu
mempunyai hak dan kewajiban yang sederajat dalam kontrak yang mereka
sepakati, yaitu satu pihak berkewajiban melaksanakan prestasi, dan pihak
yang lainnya berhak untuk menuntut pemenuhan prestasi.
Pada dasarnya manusia mempunyai hak keperdataan sejak dalam
kandungan (pasal 2 KUHPerdata), namun tidak semua manusia
mempunyai kewenangan dan kecakapan untuk melakukan perbuatan
hukum, orang yang dapat melakukan perbuatan hukum adalah Orang yang
sudah dewasa (berumur 21 tahun atau sudah menikah), sedangkan orang-
orang yang tidak cakap melakukan perbuatan hukum adalah orang yang
belum dewasa, orang yang ditaruh dibawah pengampuan, seorang wanita
yang bersuami.(pasal 1330 KUH Perdata).
Syarat-syarat seseorang cakap hukum :
1. Seseorang yang sudah dewasa (berumur 21 tahun atau telah
menikah).
2. seseorang yang tidak sedang menjalani hukum.
3. Berjiwa sehat dan berakal sehat.

2. Badan Hukum
Selain manusia badan hukum juga termasuk sebagai subjek
hukum. Badan hukum merupakan badan-badan atau perkumpulan.
Badan hukum yakni orang yang diciptakan oleh hukum, dan juga
memenuhi syarat formal suatu badan hukum. Oleh karena itu, badan
hukum sebagai subjek hukum dapat bertindak hukum (melakukan
perbuatan hukum) seperti manusia. Dengan demikian, badan hukum
dapat melakukan persetujuan-persetujuan, memiliki kekayaan yang
sama sekali terlepas dari ikekayaan anggota-anggotanya.
Badan hukum menurut pendapat Wirjini Prodjodikoro adalah
sebagai berikut : “ suatu badan yang di samping manusia perorangan
juga bertindak dalam hukum dan yang mempunyai hak-hak,
kewajiban-kewajiban dan kepentingan-kepentingan hukum terhadap
orang lain atau badan lain.”
Kedua jenis subjek hukum tersebut memiliki hak dan kewajiban
yang sama dalam melakukan kontrak. Oleh karena itu, dalam hukum
perjanjian yang dapat menjadi subjek hukumnya adalah individu
dengan individu, atau pribadi dengan pribadi, badan hukum dengan
badan hukum.
C. Objek Hukum Kontrak
Konsep batasan keperdataan objek hukum dalam perbuatan hukum
kontrakObyek dari hukum kontrak adalah prestasi. Maksud dari prestasi
disini adalah apa yang menjadi hak kreditor dan apa yang menjadi
kewajiban debitor.1 Adapun macam-macam prestasi adalah :
a. Memberikan sesuatu (pasal 1237 KUH Perdata)
b. Melakukan perbuatan (pasal 1214 KUH Perdata)
c. Tidak melakukan perbuatan (pasal 1242 KUH Perdata)

Misal dalam jual beli, penjual berkewajiban menyerahkan barangnya atau


orang yang menyewakan berkewajiban memberikan kenikmatan atas
barang yang disewakan. Selanjutnya prestasi dalam bentuk “berbuat
sesuatu” adalah setiap prestasi untuk melakukan sesuatu yang bukan
berupa memberikan sesuatu, misalnya melukis, sedangkan tidak berbuat
sesuatu adalah jika debitur berjanji untuk tidak melakukan perbuatan
tertentu, misalnya tidak akan membangun sebuah pagar.2 Adapun prestasi
dalam bentuk ini “melakukan sesuatu dan tidak melakukan sesuatu” dapat
bermakna positif jika kontrak ditentukan untuk melakukan berbuat sesuatu
yang timbul misalnya dalam kontrak kerja yang diatur dalam pasal 1603
KUH Perdata yang memuat ketentuan normatif, yaitu pekerja wajib
sedapat mungkin melakukan pekerjaan sebaik-baiknya, sedangkan
bermakna negatif jika kontrak ditentukan untuk tidak berbuat atau
melakukan sesuatu, misal sewa menyewa yang diatur dalam pasal 1550
KUH Perdata, bahwa pihak yang menyewakan harus membiarkan si
penyewa menikmati barang sewaan secara tentram selama jangka waktu
sewa masih berjalan.

Menurut M. Yahya harahap, obyek hukum kontrak berupa prestasi dalam


bentuk “memberikan sesuatu” berupa penyerahan suatu barang atau
memberikan suatu kenikmatan atas suatu barang. Obyek hukum kontrak
menurut R. Setiawan, harus memenuhi beberapa syarat tertentu agar sah,
yaitu :

1
Meria Utama, Arfiana Novera, Dasar-Dasar Hukum Kontrak dan Arbitrase, (Malang : Tunggal
Mandiri, 2014), h 21
2
Meria Utama, Arfiana Novera, Dasar-Dasar Hukum Kontrak dan Arbitrase, (Malang : Tunggal
Mandiri, 2014), h 22
a. Obyeknya harus tertentu atau dapat ditentukan (pasal 1320 sub 3 KUH
Perdata)
b. Obyeknya diperkenankan oleh undang-undang (pasal 1335 dan 1337
KUH Perdata)
c. Prestasinya dimungkinkan untuk dilaksanakan

Agar mempunyai kekuatan mengikat, menurut pasal 1320 sub 3 dan sub 4
KUH Perdata suatu kontrak harus memiliki obyek tertentu dan menurut
pasal 1339 KUH Perdata suatu kontrak tidak boleh bertentangan dengan
undang-undang, ketertiban umum dan kesusilaan.

D. Pengertian dan skema asas-asas perikatan-perikatan yang bersumber dari


kontrak
Prof Subekti mengartikan kata perikatan sebagai suatu
perhubungan hukum antara dua orang atau dua pihak, berdasarkan pihak
mana yang berhak menurut sesuatu hal dari pihak lain sementara pihak
yang lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan tersebut. Dalam
perikatan hak dan kewajiban saling berseberangan sekaligus mengikat,
saling memberi dan menerima satu sama lain. 3 Seperti halnya dalam
perjanjian jual beli mobil antara Boy dan William, Boy sebagai penjual
berhak untuk menerima uang pembayaran mobil dari William, sekaligus
dia juga berkewajiban untuk menyerahkan mobil tersebut pada William.
Sebaliknya, William sebagai pembeli juga berhak menerima mobil dari
Boy, sekaligus dia juga berkewajiban untuk membayar dan melunasi
harganya.
Mengenai asas-asas kontrak diatur dalam KUH Perdata yang mana
terdapat 5 asas, yaitu :
1. Asas Kebebasan Berkontrak (freedom of contract)
Menurut asas ini setiap orang dapat secara bebas membuat kontrak
mereka sendiri selama kontrak itu memenuhi syarat dan tidak
melanggar hukum, kesusilaan, serta ketertiban umum. Namun

3
Dadang Sukandar, Membuat Surat Perjanjian, (Yogyakarta : ANDI, 2011), h 6
kebebasan tersebut tetap ada batasnya, yaitu selama kebebasan itu
tetap berada di dalam batas-batas persyaratannya, serta tidak
melanggar hukum, kesusilaan, dan ketertiban umum. Kebebasan
berkontrak disini yaitu kebebasan para pihak untuk : (1) membuat atau
tidak membuat perjanjian, (2) mengadakan perjanjian dengan
siapapun, (3) menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan
persyaratannya, san (4) menentukan bentuk perjanjian, yaitu tertulis
atau lisan.4
2. Asas Kepastian Hukum (Pacta Sunt Servanda)
Menurut pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata, hukum mengakui bahwa
suatu kontrak mempunyai kekuatan hukum layaknya undang-undang,
namun terbatas hanya mengikat para pihak yang menandatanganinya.
Pihak ketiga di luar para pihak tidak terikat pada kontrak, kecuali
pihak ketiga ikut serta dalam menandatangani kontrak sebagai bukti
persetujuan. Jika terjadi sengketa dalam pelaksanaan kontrak, hakim
dengan keputusannya dapat memaksakan agar para pihak
melaksanakan hak dan kewajiban sesuai isi kontrak. Keputusan
memaksa dari pengadilan dalam menegakkan hak dan kewajiban isi
kontrak merupakan bukti dari eksistensi kepastian hukum kontrak
tersebut.
3. Asas Konsensualisme (concensualism)
Konsensualisme berarti kesepakatan (concensus), yaitu pada dasarnya
kontrak dan perikatan yang timbul sudah dilahirkan sejak tercapainya
kata sepakat. Kontrak telah lahir dan mengikat para pihak begitu
adanya kesepakatan mengenai hal-hal pokok dalam kontrak sehingga
sebenarnya tidak perlu lagi formalitas tertentu. Namun dalam hal ini
undang-undang memberikan syarat formalitas terhadap suatu kontrak,
misal syarat harus tertulis.
4. Asas Itikad Baik (good faith)

4
Salim, Abdullah, dan Wiwiek Wahyuningsih, Perancangan Kontrak dan Memorandum of
Uderstending (MoU), (Jakarta : Sinar Grafika, 2014), h 2
Di dalam pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata menentukan : “Perjanjian
harus dilaksanakan dengan iktikad baik”. Maksud iktikad baik disini
adalah keadaan batin para pihak untuk membuat dan melaksanakan
kontrak secara jujur, terbuka, dan saling percaya, dan dalam kontrak
tidak boleh ada maksud-maksud untuk melakukan tipu daya atau
menutup-nutupi keadaan yang sebenarnya.
5. Asas Kepribadian (personality)
Asas kepribadian berarti suatu prinsip di mana kontrak yang dibuat
oleh para pihak hanya mengikat para pihak secara personal, tidak
mengikat pihak-pihak lain diluar para pihak.5 Seperti yang ditegaskan
dalam pasal 1314 KUH Perdata, “Pada umumnya tang seorang pun
dapat mengikatkan diri atas nama sendiri atau minta ditetapkannya
suatu janji daripada untuk dirinya sendiri”. Dengan itu, perjanjian yang
dibuat oleh para pihak hanya berlaku bagi mereka yang membuatnya.
Pengecualian dalam prinsip ini, yaitu mengikatkan orang lain ke dalam
suatu perjanjian, hanya dapat dilakukan dengan suatu kuasa dari pihak
yang menginginkan perikatan tersebut.

5
Dadang Sukandar, Membuat Surat Perjanjian, (Yogyakarta : ANDI, 2011), h 12
i

Anda mungkin juga menyukai