Anda di halaman 1dari 11

ASPEK-ASPEK DARI PELAKSANAAN PERJANJIAN DAN HAL-HAL YANG

MEMBATASI PERJANJIAN SERTA PEMBEBANAN TANGGUNG JAWAB

TUGAS RESUME INDIVIDU MINGGU KEDUA


MATA KULIAH ASPEK HUKUM DALAM BISNIS

OLEH :
PUTRI HASANAH
041711233052

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2020
PERJANJIAN DAN PERIKATAN
Kontrak adalah suatu kesepakatan yang diperjanjikan (promissory agreement) di antara dua atau
lebih pihak yang dapat menimbulkan, memodifikasi atau menghilangkan hubungan hukum.
Kontrak juga dapat disebut dengan perjanjian, hal ini secara jelas tertera di Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek). Melalui KUHPerdata pemerintah memberikan
ketentuan yang bersifat memaksa/mutlak dan wajib dipatuhi oleh setiap pelaku usaha.
KUHPerdata merupakan sekumpulan aturan-aturan yang terdiri dari 4 buku yang saling
berurutan penempatannya, yakni :
 Buku pertama : mengatur mengenai orang (subjek hukum), pelaku utama dalam dunia
bisnis.
 Buku kedua : memuat aturan tentang benda (objek hukum), komoditas utama dalam setiap
kegiatan bisnis.
 Buku ketiga : mengatur tentang perikatan, yang bermakna suatu hubungan hukum
(hubungan yang diatur dan diakui oleh hukum).
 Buku keempat : mengatur tentang pembuktian dan daluarsa. Berfungsi untuk memberikan
jalan keluar untuk menyelesaikan suatu perkara perdata melalui proses pembuktian dengan
menggunakan alat-alat bukti perdata. Daluarsa adalah suatu upaya untuk dibebaskan dari
suatu perikatan dengan lewatnya waktu tertentu atas syarat-syarat yang ditentukan oleh
undang-undang.

Perikatan adalah suatu hubungan hukum antara dua orang atau pihak, berdasarkan yang mana
pihak yang satu berhak menuntut suatu hal dari pihak yang lain, dan pihak yang berkewajiban
untuk memenuhi tuntuan itu. Maka hubungan hukum antara perikatan dan perjanjian itu
menerbitkan perikatan. Perjanjian adalah sumber perikatan. Hubungan hukum adalah hubungan
yang menimbulkan akibat hukum. Akibat hukum disebabkan karena timbulnya hak dan
kewajiban.
Perikatan yang lahir karena undang-undang merupakan hubungan antara suatu pihak dengan
pihak lain yang dapat diikatkan secara otomatis dan langsung berdasarkan hukum akibat
perbuatan yang dilakukan oleh suatu pihak kepada pihak lainnya. Perikatan yang lahir akibat
perjanjian merupakan keadaan akibat janji yang diberikan oleh suatu pihak ke pihak lainnya dan
pihak lainnya tersebut juga memberikan janji kepada pihak pertama.
KONT
RAK

DALAM BERBAGAI ASPEKNYA


1. Kontrak Menurut Tujuannya
Untuk kontrak-kontrak dibidang politik dan sosial akan berlaku “hukum” dibidang politik dan
“hukum” dibidang sosial. Sedangkan untuk kontrak-kontrak komersial akan berlaku hukum
perikatan, begitu juga peraturan perundang-undangan di bidang perdata lainnya.

2. Kontrak Menurut Bentuknya


Menurut bentuknya, kontrak dapat dibentuk secara lisan maupun tulisan. Kontrak dalam bentuk
lisan dapat diakui keberadaan dan keabsahannya secara hukum apabila memenuhi syarat-syarat
yang ditentukan menurut hukum. Kontrak lisan beresiko tinggi dan sangat rentan diingkari,
karena alat bukti atas kontrak lisan sukar diperoleh. Kontrak tertulis banyak dipilih oleh para
pelaku bisnis sebagai media kesepakatan dengan sejumlah pertimbangan. Pertimbangan
pokoknya adalah kontrak tertulis merupakan suatu alat bukti dan pedoman nyata dalam
pelaksanaan bisnis.

3. Kontrak Menurut Kekuatan Pembuktiannya


Kontrak lisan masih memerlukan saksi untuk pembuktian akan adanya suatu kontrak.
Sedangkan, kontrak tertulis termasuk dalam surat yangmana tidak memerlukan saksi meskipun
terdapat saksi pada saat terjadinya kontrak. Kekuatan pembuktian kontrak tertulis lebih kuat
daripada kekuatan pembuktian yang dimiliki oleh kontrak lisan.

4. Kontrak Menurut Hubungan di antara Para Pihak


Suatu kontrak dibentuk dan dilaksanakan oleh minimal 2 pihak yang memiliki kepentingan
berbeda untuk suatu tujuan (komersial). Masing-masing pihak memiliki hak dan kewajiban yang
bersumber dari kontrak yang dibuatnya. Kontrak timbal balik menimbulkan hubungan dua arah
dari ke dua belah pihak. Kontrak tentang hibah dan pemberian hadiah dalam pelaksanaannya
hanya satu pihak sebagai debitur dan pihak lainnya sebagai kreditur.

5. Kontrak Menurut Syarat Pelaksanaannya


Pada umumnya, pelaksanaan suatu kontrak dimulai dari sejak saat disepakati atau
ditandatangani. Namun, dapat saja suatu kontrak ditanda tangani terlebih dahulu tetapi tapi
pelaksanaannya ditunda hingga syarat-syarat yang tercantum dalam kontrak terpenuhi.

6. Kontrak Menurut Penanamannya dalam KUHPerdata


Penamaan perjanjian yang ada pada buku III KUHPerdata sifatnya tidak limnitatif. Dengan kata
lain, para pelaku bisnis dapat menemukan, menyusun, dan mengembangkan rencana bisnis
dalam bentuk kontrak-kontrak dengan nama yang baru.

7. Kontrak Menurut Saat Mengikatnya dan Saat Peralihan Hak Milik


Kehendak untuk memenuhi isi kontrak bersumber dari adanya perikatan akibat adanya
kesepakatan dari kedua belah pihak. Kontrak riil menuntut adanya pernyataan kehendak untuk
bersepakat di antara para kontraktan dan kemudian langsung diikuti dengan penyerahan barang.
Terdapat beberapa konsep tentang cara penyerahan terkait dengan peralihan hak milik atas
barang:
 Traditio Brevi Manu (Penyerahan Hak Milik atas Barang dengan Tangan Pendek)
 Traditio Longa Manu (Penyerahan Hak Milik atas Barang dengan Tangan Panjang)
 Constitutum Possessorium (Penyerahan Hak Milik atas Barang secara Kepercayaan)
 Penyerahan Simbolik (Penyerahan Hak Milik atas Barang Melalui Simbol)

ASAS-ASAS PERJANJIAN

1. Asas Kebebasan Berkontrak


Asas kebebasan berkontrak adalah salah satu asas yang memberikan kebebasan kepada pihak
untuk membuat atau tidak membuat perjanjian, mengadakan perjanjian dengan siapapun,
menentukan isi perjanjian/pelaksanaan dan persyaratannya, menentukan bentuk perjanjiannya
tulis atau lisan. Dalam Pasal 1338 ayat 1 BW menegaskan bahwa “semua perjanjian yang dibuat
secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.”

2. Asas Konsensualisme
Asas konsensualisme dapat disimpulkan melalui Pasal 1320 ayat 1 BW. Bahwa salah satu syarat
sahnya perjanjian adalah adanya kesepakatan kedua belah pihak. Dengan adanya kesepakatan
oleh para pihak, jelas melahirkan hak dan kewajiban bagi mereka atau biasa juga disebut bahwa
kontrak tersebut telah bersifat obligatoir yakni melahirkan kewajiban bagi para pihak untuk
memenuhi kontrak tersebut.

3. Asas Pacta Sunt Sevanda


Asas pacta sunt servanda atau disebut juga sebagai asas kepastian hukum, berkaitan dengan
akibat perjanjian. Asas pacta sunt servanda merupakan asas bahwa hakim atau pihak ketiga harus
menghormati substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak, sebagaimana layaknya sebuah
undang-undang, mereka tidak boleh melakukan intervensi terhadap substansi kontrak yang
dibuat oleh para pihak.
Asas pacta sunt servanda didasarkan pada Pasal 1338 ayat 1 BW yang menegaskan “perjanjian
yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang.”

4. Asas Iktikad Baik (Geode Trouw)


Ketentuan tentang asas iktikad baik diatur dalam Pasal 1338 ayat 3 BW yang menegaskan
“perjanjian harus dilaksanakan dengan iktikad baik.”
Asas iktikad baik merupakan asas bahwa para pihak, yaitu pihak Kreditur dan Debitur harus
melaksanakan substansi kontrak berdasarkan kepercayaan atau keyakinan yang teguh atau
kemauan baik dari para pihak.
Asas iktikad baik terbagi menjadi dua macam, yakni iktikad baik nisbi dan iktikad baik mutlak.
Iktikad baik nisbi adalah orang memperhatikan sikap dan tingkah laku yang nyata dari subjek.
Sedangkan iktikad mutlak, penilaiannya terletak pada akal sehat dan keadilan, dibuat ukuran
yang objektif untuk menilai keadaan (penilaian tidak memihak) menurut norma-norma yang
objektif.

5. Asas Kepribadian
Asas kepribadian merupakan asas yang menentukan bahwa seorang yang akan melakukan
kontrak hanya untuk kepentingan perorangan.
Pasal 1315 menegaskan “pada umumnya seseorang tidak dapat mengadakan perjanjian hanya
untuk kepentingan dirinya sendiri.”

Pasal 1340 menegaskan “perjanjian hanya berlaku antara para pihak yang membuatnya.”

Jika dibandingkan kedua pasal tersebut, maka dalam Pasal 1317 BW mengatur tentang perjanjian
untuk pihak ketiga, sedangkan dalam Pasal 1318 BW untuk kepentingan dirinya sendiri, ahli
warisnya, atau orang-orang yang memperoleh hak dari padanya.

SYARAT SAH PERJANJIAN

1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya


Para pihak yang terlibat dalam perjanjian tersebut harus sepakat/setuju mengenai hal-hal pokok
dalam perjanjian tersebut.

2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan


Yang menjadi ukuran seseorang dapat disebut sebagai cakap adalah pemenuhan kriteria orang
yang dapat membuat kontrak. Pasal 1330 KUH Perdata menentukan bahwa setiap orang adalah
cakap untuk membuat perikatan, kecuali undang-undang mnenetukan bahwa ia tidak cakap.
Mengenai orang-orang yang tidak cakap untuk membuat perjanjian dapat kita temukan dalam
Pasal 1330 KUH Perdata yaitu:
1. Orang-orang yang belum dewasa;
2. mereka yang ditaruh di bawah pengampuan;
3. orang-orang perempuan yang telah kawin. Ketentuan ini menjadi hapus dengan
berlakunya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Karena Pasal 31
undang-undang ini menentukan bahwa hak dan kedudukan suami istri adalah seimbang
dan masing-masing berhak untuk melakukan perbuatan hukum.

4. Suatu hal tertentu


Mengenai hal ini dapat kita temukan dalam Pasal 1332 dan 1333 KUH Perdata. Pasal 1332 KUH
Perdata menentukan bahwa “Hanya barang-barang yang dapat diperdagangkan saja dapat
menjadi pokok suatu perjanjian.”
Sedangkan Pasal 1333 KUH Perdata menentukan bahwa “Suatu perjanjian harus mempunyai
sebagai pokok suatu barang yang paling sedikit ditentukan jenisnya.”
Tidaklah menjadi halangan bahwa jumlah barang tidak tentu, asal saja jumlah itu terkemudian
dapat ditentukan atau dihitung.

5. Suatu sebab yang diperkenankan


Maksudnya ialah isi dari perjanjian tidak dilarang oleh undang-undang atau tidak bertentangan
dengan kesusilaan atau ketertiban umum (Pasal 1337 KUH Perdata). Selain itu Pasal 1335 KUH
Perdata juga menentukan bahwa suatu perjanjian yang dibuat tanpa sebab atau dibuat karena
suatu sebab yang palsu atau terlarang adalah tidak mempunyai kekuatan hukum.
CONTOH KASUS
KASUS 1 : Sengketa Pemutusan Perjanjian Kerja Secara Sepihak Oleh Hyundai Motor
Company (Korea) Terhadap PT. Korindo Heavy Industry (Indonesia).
Sumber : https://ekonomi.bisnis.com/read/20120322/257/69635/gejolak-otomotif-hyundai-
putus-kontrak-korindo-rugi-rp1-6-triliun

PT. Korindo Heavy Industry merupakan perusahaan yang bergerak dibidang industry Karoseri,
serta berupaya untuk memperluas industry rancang bangun peralatan berat seperti Container,
Powder or cement bulk trailer dan sebagainya. Sedangkan Hyundai Motor Company adalah
sebuah perusahaan otomotif dari Korea Selatan.
Hyundai bersama Korindo Heavy Industry sempat melakukan kerjasama dalam bisnis
pemasokan suku cadang. Namun Hyundai Motor Company sebagai agen telah secara sepihak
dan menghentikan pengiriman pasokan suku cadang kepada PT Korindo Heavy Industry.
Hyundai digugat oleh Korindo di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, dalam gugatan yang
terdaftar pada No166/Pdt.G/2012/PN.Jkt.Sel tersebut, Korindo menuding Hyundai melakukan
perbuatan melawan hukum karena mengakhiri perjanjian bisnis yang telah disepakati secara
sepihak. Dalam gugatannya KHI menuntut Hyundai untuk membayar ganti rugi materiil sebesar
Rp1,2 triliun dan immateriil sebesar Rp200 miliar.

ANALISIS :
Dari kasus diatas dapat diketahui bahwa antara HMC dengan KHI terikat pada persetujuan untuk
menyerahkan suatu barang, yaitu memberikan pasokan suku cadang pada KHI selaku agen
Hyundai. Pada kasus ini HMC tidak memenuhi kewajibannya sesuai dengan isi kontrak. Tiba-
tiba melakukan pengentian pasokan suku cadang pada KHI. Sehingga wajar, jika HMC dapat
diancam membayar kerugian yang diderita KHI baik materiil maupun immaterial. HMC telah
melakukan wanprestasi pada KHI. Wanprestasi adalah pelaksanaan kewajiban yang tidak
dipenuhi atau ingkar janji atau kelalaian yang dilakukan oleh debitur baik karena tidak
melaksanakan apa yang telah diperjanjikan maupun malah melakukan sesuatu yang menurut
perjanjian tidak boleh dilakukan. Menurut Subekti, suatu pihak dapat dikatakan melakukan
wanprestasi apabila:
1. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya.
2. Melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana dijanjikan.
3. Melakukan apa yang dijanjikannya tetapi terlambat.
4. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya.

KASUS 2 : Pembatalan Perjanjian Jual Beli Online Secara Sepihak Oleh Lazada.Co.Id
Sumber : Sinaga, Liberty dan Jaya, I.B Surya Dharma. Pembatalan perjanjian jual beli online
secara sepihak oleh lazada.co.id (Studi Kasus). Udayana University Press, Denpasar.

Pembelian barang atau jasa secara online sudah menjadi hal yang lumrah di tengah masyarakat.
Proses yang mudah, cepat dan banyaknya penawaran dengan harga yang lebih murah menjadi
alasan bagi konsumen untuk melakukan pembelian barang atau jasa di toko online. Salah satu
contoh tempat jual beli online yang ada di Indonesia adalah Lazada. Lazada memiliki ketentuan
dalam melakukan transaksi hingga proses pengiriman, yaitu dengan melakukan pembayaran
dalam waktu 24 jam sejak pemesanan dan barang akan dikirimkan dalam kurun waktu 3 hari
kerja ke alamat pembeli sebagaiaman dijanjikan oleh pihak Lazada.
Ada beberapa kasus dimana pihak Lazada membatalkan pesanan yang dilakukan konsumen
secara sepihak serta tidak memberitahukan kendala apa yang sedang terjadi dalam barang yang
dipesan oleh konsumen. Untuk melakukan refund juga terkendala masalah dikarenakan
terkadang pihak Lazada tidak menemukan bukti pembayaran serta meminta bukti mutasi
rekening sejak tanggal transaksi hingga 7 hari kedepan.
ANALISIS:
Dari kasus yang dijelaskan di atas bahwa pihak Lazada telah melakukan Wanprestasi pada
konsumen. Hal ini dapat dibuktikan dengan pembeli sudah melakukan kewajibannya yaitu
membayar harga atas barang yang dijual dan Lazada sebagai pihak penjual berkewajiban untuk
menyerahkan barangnya terhadap konsumen namun disini Lazada tidak menyerahkannya
sebagaimana hal tersebut atau tidak melakukan prestasinya (pasal 1237 KUHPerdata) sehingga
Lazada dalam hal ini adalah Wanprestasi dan merugikan pembeli (konsumen). Pada kasus
tersebut perjanjian jualbeli tersebut dibatalkan. Pembatalan perjanjian jual beli tersebut
dilakukan oleh Lazada bukan oleh pembeli (konsumen) sehingga pembatalan perjanjian tersebut
adalah sepihak dimana pembatalan secara sepihak dapat diartikan sebagai ketidaksediaan salah
satau pihak untuk memenuhi prestasi yang telah disepakati kedua belah pihak dalam suatu
perjanjian. Pasal 1338 KUHPerdata ayat (2) menyebutkan bahwa suatu persetujuan tidak dapat
ditarik kembali selain dengan kesepakatan kedua belah pihak, atau kerena alasan-alasan oleh
undang-undang dinyatakan cukup untuk itu.

KASUS 3 : Penyelesaian Wanprestasi Perjanjian Sewa Menyewa Mobil pada PT. BALI
RADIANCE
Sumber : Sudharma, Kadek Januarsa Adi. 2018. Penyelesaian Wanprestasi Perjanjian Sewa
Menyewa Mobil (Studi Kasus PT. Bali Radiance). Universitas Pendidikan Nasional Denpasar.

PT. Bali Radiance merupakan salah satu perusahaan penyewaan mobil terbesar di Badung, Bali.
Perusahaan memiliki kurang lebih 107 kendaraan yang siap disewakan. Leasing dimulai dengan
membuat serangkaian perjanjian sewa mobil dengan pihak penyewa. Namun, pelanggaran
kontrak masih sering terjadi oleh pihak penyewa secara sengaja maupun tidak sengaja. Seperti
contohnya yaitu keterlambatan kembalinya mobil dan disfigurasi mobil. Adapun pelanggaran
lain yang lebih serius adalah mobil yang digadaikan oleh penyewa.
ANALISIS
Dari kasus di atas pihak penyewa secara jelas telah melakukan Wanprestasi terhadap PT. Bali
Radiance. Dapat dikatakan wanprestasi dikarenakan:
1. Tidak memberitahukan 2 (dua) jam sebelum masa sewa berakhir terkait dengan
konfirmasi pengembalian mobil atau perpanjangan masa sewa mobil.
2. Pengembalian mobil tidak dilakukan tepat waktu.
3. Lalai dalam menjaga mobil pada saat masa penyewaan sehingga terjadi kerusakan pada
mobil, baik kerusakan ringan maupun kerusakan berat.
4. Melakukan sesuatu yang dilarang dalam perjanjian, menggadaikan mobil dan menjadikan
mobil yang disewa sebagai jaminan tertentu
Dari pernyataan di atas pihak debitur harus bertanggung jawab seperti yang tertuang pada Pasal
1243 KUH Perdata, yang menyatakan bahwa:
Penggantian biaya, rugi dan bunga karena tidak dipenuhinya suatu perikatan, barulah mulai diwajibkan
apabila si berhutang telah dinyatakan lalai memenuhi perikatannya, tetap lalai untuk memenuhi perikatan
itu atau jika sesuatu yang harus diberikan atau dilakukannya hanya dapat diberikan dalam waktu yang
melampaui waktu yang telah ditentukan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Rizki Sridadi (2009). Aspek Hukum Dalam Bisnis. Airlangga University Press.

Sinaga, Liberty dan Jaya, I.B Surya Dharma. Pembatalan perjanjian jual beli online secara
sepihak oleh lazada.co.id (Studi Kasus). Udayana University Press, Denpasar.

Sudharma, Kadek Januarsa Adi. 2018. Penyelesaian Wanprestasi Perjanjian Sewa Menyewa
Mobil (Studi Kasus PT. Bali Radiance). Universitas Pendidikan Nasional Denpasar.

https://achmadnizamlaw.wordpress.com/2017/08/18/sebuah-ringkasan-mengenai-asas-
asas-dan-dasar-yuridis-berlakunya-kontrak-kerja-kosntruksi-kontrak-pengadaan-jasa-
konstruksi-dalam-teori-dan-praktik/
https://ekonomi.bisnis.com/read/20120322/257/69635/gejolak-otomotif-hyundai-putus-
kontrak-korindo-rugi-rp1-6-triliun

Anda mungkin juga menyukai