Anda di halaman 1dari 20

ANALISIS KONTRAK BERDASARKAN SUBTANSI DAN REFERENSI

MATA KULIAH HUKUM KONTRAK

ERIC OKTO SETIAWAN


11000123410129

PROGRAM STUDI MAGISTER HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2023
PERIKATAN

Dalam pasal 1233 Kitab Undang – Undang Hukum Perdata menyatakan “ Tiap – tiap
perikatan dilahirkan baik karena perjanjian, baik karena undang – undang.” Ini berarti bahwa
perikatan bersumber dari perjanjian dan undang – undang. Perikatan yang bersumber dari
perjanjian dituangkan kedalam pasal 1233 KUHPerdata, kemudian perikatan berdasarkan Undang
– Undang ialah perikatan yang timbul akibat perbuatan manusia yang selanjutnya perarturan
perundang – undangan membebankan hak serta kewajiban yang timbul dari perikatan yang telah
dibuat.

Undang – Undang kemudian mengelompokkan perikatan berdasarkan wujud isi atau


prestasi perikatannya yang diatur dalam pasal 1234 KUHPerdata dalam peraturan tersebut
mengatakan bahwa “Perikatan ditunjukkan untuk memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu, atau
untuk tidak berbuat sesuatu.”

Dapat dikatakan bahwa semua perikatan yang dikenal didalam KUHPerdata masuk
kedalam kategori golongan yang telah dijelaskan secara tegas dalam pasal 1234 KUHPerdata.1

Berdasarkan paparan perikatan bisa disimpulkan terdapat unsur yang melekat didalam
perikatan, yaitu: 2

a. Unsur hubungan hukum, ialah hubungan hukum yang di dalamnya adanya subjek hukum
yaitu setiap pihak yang melekat antara hak dan kewajiban yang diakui serta diatur oleh
hukum.
b. Unsur kekayaan, adalah unsur yang dimiliki oleh para pihak yang melakukan perikatan.
c. Unsur para pihak didalam perikatan terdapat para pihak yang menjadi subjek perikatan
yaitu pihak debitur dan kreditur. Salah satu pihak yang bertanggungjawab memenuhi
prestasi disebut debitur, sedangkan pihak kreditur ialah orang yang berhak atas suatu
prestasi yang telah disepakati.
d. Unsur prestasi, ialah objek atau suatu hal tertentu.

1
Subekti. 2005. Hukum Perjanjian. Jakarta : PT. Intermasa, Hlm. 4.
2
Lukman santoso Az. 2019. Aspek Hukum Perjanjian. Cet. I. Yogyakarta : Penebar Media Pustaka, Hlm.9 -
11.
ANALISIS PERIKATAN DALAM KONTRAK

a. UNSUR HUBUNGAN HUKUM


b. UNSUR KEKAYAAN

c. UNSUR PARA PIHAK

d. UNSUR PRESTASI
PERJANJIAN
Didalam pasal 1313 KUHPerdata mengatakan bahwa perjanjian ialah mengikatnya
seseorang dengan orang lainnya bahkan lebih melakukan perjanjian yang kemudian
menghasilkan akibat hukum yang mengikat para pihak yang ada didalamnya, karena di
dalam perjanjian berisi tuntutsn hak dan kewajiban yang harus di penuhi oleh para anggota
yang sepakat melakukan perjanjian.3
Mengenai pengertian perjanjian diartikan berbeda – beda oleh para sarjana hukum,
menurut Subekti, perjanjian adalah peristiwa dimana dua orang saling berjanji untuk
melaksanakan suatu hal. Sedangkan menurut R. Wirjono Prodjodikoro, perjanjian
merupakan hubungan hukum atas harta benda kedua belah pihak, dimana pihak berjanji
melaksanakan suatu hak dan pihak lain menuntut suatu hal yang telah disepakati.
Kemudian Abdulkadir Muhammad memiliki pendapat mengenai perjanjian itu ialah
sebuah persetujuan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang mengikatkan dirinya
guna melaksanakan suatu hal dalam lapangan harta kekayaan.4
Suatu perjanjian terdapat bagian unsur yaitu : unsur essentialia, unsur naturalia,
dan unsur accidentalia.5
a. Unsur essentialia, ialah unsur prestasi dalam para pihak yang melakukan sebuah
perjanjian, jika tidak terdapat unsur ini maka perjanjian yang dibuat tidak dapat disebut
dengan suatu perjanjian.
b. Unsur Naturalia, ialah unsur yang sudah dianggap ada dan tanpa perlu melakukan
perjanjian khusus antar para pihak.
c. Unsur accidentalia, ialah isi ketentuan atas perjanjian yang telah disepakati.

3
Supeno. 2019. Dasar – Dasar Hukum Perikatan. Jambi: Salim Media Indonesia , hlm.19.

4
Simanjuntak. 2015. Hukum Perdata Indonesia. Jakarta: Kencana, Hlm. 285 – 286.

5
Lukman santoso Az. Op.cit, Hlm.12.
ASAS – ASAS DALAM HUKUM PERJANJIAN

1. Asas Kebebasan Berkontrak


Didalam pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata menyatakan bahwa “semua perjanjian yang
dibuat secara sah berlaku sebagai undang – undang bagi mereka yang membuatnya.” Asas
kebebasan berkontrak adalah asas yang memberikan kebebasan kepada para pihak untuk
membuat perjanjian serta menentukan isi dari bentuk perjanjian itu sendiri, bisa dituangkan
kedalam bentuk akta tertulis maupun lisan.
Meskipun semua kontrak yang dibentuk secara hukum diatur oleh hukum mereka yang
menandatanganinya, namun kenyataannya tidak dapat ditegakkan secara tegas. Dikatakan
demikian karena prinsip ini dikecualikan dalam kasus-kasus berikut:
1) Adanya keadaan yang memaksa (overmacht atau force majeur);
2) Berlakunya ketentuan dalam pasal 1339 KUHPerdata yang menegaskan bahwa “
Persetujuan – persetujuan tidak hanya mengikat untuk hal – hal yang dengan tegas
dinyatakan di dalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu yang menurut sifat
persetujuan diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan atau undang - undang”.6

2. Asas Kekuatan Mengikat

Asas ini dikenal pula dengan istilah asas Pacta sun servanda yang mengikat para pihak
dalam sebuah perjanjian. Pengaturan hukum atas dasar asas kekuatan hukum mengikat diatur pada
ketentuan pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata yang berbunyi “ Semua persetujuan yang dibuat secara
sah berlaku sebagai undang – undang bagi yang membuatnya.” Suatu kontrak yang secara sah
dibuat oleh para pihak dengan demikian mengikat mereka yang menjadikannya sebagai kekuatan
hukum mengikat.7

6
I Ketut Eka Setiawan. 2016. Hukum Perikatan. Jakarta Timur : Sinar Grafika, Hlm. 45 – 46.
7
Zakiyah. 2015. Hukum Perjanjian : Teori dan Pengembangannya. Yogyakarta: Lentera Kreasindo ,
Hlm.21.
3. Asas Konsensualitas

Asas konsensualitas mempunyai tujuan dari prinsip persetujuan bahwa kesepakatan telah
tercapai ada atau telah ada sejak saat kesepakatan tentang poin-poin penting kontrak. Dasar hukum
dari asas ini adalah 1320 KUHPerdata, yaitu ketentuan kontrak awal dan adanya kontrak.8
Jika perjanjian dibuat secara tertulis harus memenuhi syarat yaitu ditandatanganinya
sebuah perjanjian oleh para pihak yang terlibat. Asas konsensualitas tidak selalu dijadikan patokan
dalam semua perjanjian, karena terdapat pengecualian terhadap perjanjian formal seperti hibah,
perdamaian serta perjanjian riil berupa perjanjian pinjam pakai, pinjam – meminjam dan lain lain.9

4. Asas Keseimbangan

Prinsip dari asas ini mensyaratkan kepatuhan dan penerapan oleh kedua belah pihak yang
melakukan kesepakatan secara seimbang. Kreditur berhak menuntut prestasi, tetapi ia juga
berkewajiban memenuhi janjinya dengan itikad baik. Dapat disimpulkan dapat dilihat bahwa hak
kreditur yang kuat seimbang dengan kewajiban untuk beritikad baik.10

5. Asas Itikad Baik

Dalam ketentuan pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata yang berbunyi “ Perjanjian – perjanjian
harus dilaksanakan dengan i’tikad baik.”11

8
Ibid., Hlm.22
9
I Ketut Eka Setiawan. Op.cit, Hlm. 46.
10
Ibid., Hlm.48.
11
Zakiyah. Op.cit, Hlm.22.
SYARAT SAH PERJANJIAN
Pada pasal 1320 KUHPerdata mengatur mengenai syarat sah perjanjian dimana terdiri atas
beberapa syarat yang nantinya dapat menentukan sebuah perjanjian itu sah atau tidak, syarat –
syarat itu ialah :
1. Sepakat;
2. Kecakapan pihak – pihak;
3. Adanya hal tertentu;
4. Kausa yang halal.
Dalam sebuah perjanjian terdapat beberapa syarat yang mana terdapat syarat subyektif dan
syarat objektif. Syarat subyektif ialah syarat yang wajib atau harus dipenuhi oleh subjek hukum
sedangkan syarat objektif ialah syarat yang harus dipenuhi oleh objek yang diperjanjikan.
1. Sepakat
Sepakat ialah perbuatan antar para pihak yang yang membuat suatu perjanjian atas
kemauan sendiri tanpa ada paksaan dari pihak lain guna mencapai persetujuan bersama.12 Sepakat
sangat diperlukan antar kedua belah pihak jika suatu kesepakatan hanya disepakati oleh salah satu
pihak saja maka akan menimbulkan cacat atas suatu kehendak.

2. Kecakapan para pihak


Cakap atau yang dikenal dengan bekwaam adalah syarat umum agar sebuah perjanjian
menjadi sah yaitu harus sudah dewasa, berakal sehat pikiran dan tidak dilarang oleh suatu undang
– undang dalam melakukan suatu perbuatan.13 Dalam hal kecakapan diatur didalam pasal 1329
KUHPerdata yang dalam inti pasal tersebut mengatakan bahwa setiap orang bisa membuat
perikatan kecuali dinyatakan sebagai orang yang tidak cakap untuk melakukan sebuah perjanjian.
Kemudian ada juga yang dimaksud dengan tidak cakap hal ini juga dijelaskan didalam
pasal 1330 KUHPerdata, Adapun orang – orang yang dianggap tidak cakap ialah orang yang belum
dewasa; mereka yang berada dibawah pengampuan seseorang atau wali; orang – orang perempuan
yang dalam hal ditetapkan peraturan perundang – undangan , dan pada umumnya semua orang
kepada siapa undang – undang telah melarang persetujuan tertentu.14

12
Ibid., Hlm.33.
13
Zakiyah. Op.cit, Hlm. 45 – 46.
14
I Ketut Eka Setiawan. Op.cit, Hlm.63.
Namun perlu dikemukakan tentang orang yang kurang sehat akal pikirannya. Mereka yang
berada dibawah pengampuan dalam sistem perdata barat yang dapat membuat perjanjian jika
sebaliknya maka mereka tidak dapat melakukan perbuatan hukum berdasarkan pasal 1320 ayat
(2), akan tetapi perbuatan hukum tersebut dapat dapat diabntah atas dalil tidak sempurnanya
kesepakatan yang diinginkan, juga untuk sahnya perjanjian sesuai dengan pasal 1320 ayat (1)
KUHPerdata.15 Jika dilihat dari sudut keadilan bahwa benar orang yang membuat perjanjian
nantinya akan terikat dan harus benar – benar mampu menjalani segala tanggung jawab atas
perbuatannya tersebut. Secara tegas syarat kecakapan dalam melakukan sebuah perjanjian
mengandung kesadaran guna melindungi diri sendiri maupun hubungan keselamatan dalam
keluarga.

3. Suatu hal tertentu


Objek dalam sebuah perjanjian ialah hal tertentu yang merupakan prestasi sebuah
perjanjian, prestasi tersebut diatur dalam pasal 1332 – 1334 KUHPerdata diantaranya:
a. Memberikan sesuatu;
b. Berbuat sesuatu;
c. Tidak berbuat sesuatu.16

4. Kausa yang halal


Subekti berpendapat “kausa” dalam sebuah perjanjian ialah terletak pada isi perjanjian
yang telah dibuat. Sebagai contoh dalam sebuah perjanjian jual beli, jadi kausanya ialah penjual
menginginkan uang dan pembeli menginginkan barang, dan kausa dalam sebuah perjanjian sewa
menyewa barang dimana yang menikmati akan suatu barang dinamakan dengan penyewa
sedangkan pihak lain menginginkan uang atas sewa tersebut.17

15
Riduan Syahrani, 2013. Seluk – Beluk dan Asas – Asas Hukum Perdata.Cet. II. Bandung: PT. Alumni,
Hlm.209.
16
Zakiyah. Op,cit, Hlm.50.
17
Ibid., Hlm. 51.
ANALISIS PERJANJIAN DALAM KONTRAK
1. SEPAKAT
2. KECAKAPAN PIHAK – PIHAK

3. ADANYA HAL TERTENTU


4. KAUSA YANG HALAL

KONSEP PERJANJIAN

Perjanjian yang baik secara hukum bukan hanya memenuhi ketentuan hukum perjanjian
saja tetapi juga harus memperhatikan segi-segi lainnya, seperti misalnya apakah suatu perjanjian
dapat dipakai sebagai bukti secara hukum, atau bagaimana agar dapat menuntut pihak lawan yang
tidak memenuhi prestasinya.

Secara umum, perjanjian terbagi dalam bagian-bagian sebagai berikut :

1) Judul perjanjian
2) Pembukaan
3) Pihak-pihak dalam perjanjian
4) Recital
5) Isi perjanjian
6) Penutup
ANALISIS KONSEP PERJANJIAN
1. JUDUL PERJANJIAN
Dalam pembuatan suatu perjanjian, judul dari perjanjian tersebut harus selaras
dengan isi perjanjian, dimana judul perjanjian akan sangat berpengaruh dalam penentuan
peraturan hukum mana yang mengatur perjanjian tersebut.
Pada perjanjian di atas memiliki judul perjanjian “SURAT PERJANJIAN
(KONTRAK) Nomor : …………………………. Tanggal : ………………. PEKERJAAN
PENATAAN LINGKUNGAN, PEMBANGUNAN GEDUNG INSTALASI GIZI DI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MUNTILAN KABUPATEN MAGELANG TAHUN
ANGGARAN 2019”
2. PEMBUKAAN
Kata pembukaan dalam suatu perjanjian dapat berisi tanggal pembuatan perjanjian
dan bila tanggal pembuatan perjanjian ini tidak diletakkan di awal, maka tanggal perjanjian
itu diletakkan di akhir perjanjian.
Analisis pada surat perjanjian :

3. PIHAK-PIHAK DALAM PERJANJIAN


Subyek yang dapat menjadi pihak dalam perjanjian disebut sebagai subyek hukum,
yang secara hukum terbagi atas :

1. Orang pribadi

2. Badan hukum.

Dalam hal subyek hukumnya merupakan badan hukum, maka badan hukum ini
bertindak dalam perjanjian melalui wakil-wakilnya. Ketentuan mengenai siapa saja wakil
dari badan hukum tersebut ditentukan di dalam Anggaran Dasar atau Akta Pendirian dari
masing-masing badan hukum tersebut. Menurut ketentuan Undang-Undang yang berlaku,
di dalam badan hukum yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT), maka yang mewakili
perseroan dalam hal pembuatan perjanjian dengan pihak luar adalah direktur. Hal ini diatur
di dalam ketentuan Undang-Undang PT (pasal 82).

Analisis dalan kontrak :

4. RECITAL
Recital adalah penjelasan resmi atau merupakan latar belakang atas sesuatu
keadaan dalam suatu perjanjian untuk menjelaskan mengapa terjadinya perikatan. Dalam
Recital ini biasanya juga dicantumkan tentang sebab masing-masing pihak, hal ini berguna
karena Sebab merupakan salah satu syarat sahnya suatu perjanjian. Recital ini umumnya
dimulai dengan kata “bahwa”.
Analisis dalam kontrak :
5. ISI PERJANJIAN
Isi perjanjian terdapat pada syarat umum kontrak, terdapat 8 point penting yaitu: definisi
umum,pelaksanaan, penyediaan, addendum, serta pemutusan kontrak, hak dan kewajiban
para pihak, tenaga kerja konstruksi dan penyedia, pengawasan mutu dan penyelesaian
perselihihan. Disitu telah dijelaskan semua dari awal kontrak hingga masa berakhirnya
kontrak.

a. Klausula transaksi
Dikatakan sebagai klausula transaksi karena dalam pasal-pasal tersebut menjelaskan
tentang transaksi antara keduanya yaitu tentang hak dan kewajiban masing-masing
pihak seperti pelaksaan, jangka waktu pelaksaan dan aturan pembayaran. Dari pasal-
pasal tersebut juga sudah sesuai dengan asas-asas seperti asas iktikad baik, dll.
b. Klausula spesifik
Klausula spesifik ini menjelaskan hal-hal spesifik yang ada dalam perjanjian ini.
Klausula ini dikatakan spesifik karena hanya ada di perjanjian ini saja dan tidak
terdapat pada perjanjian yang lainnya.
6. PENUTUP

Berikut dibawah merupakan bagian penutup perjanjian yang menyebutkan kalimat penutup
dan tanda tangan para pihak saja. Penutup tersebut tidak mencantumkan tempat pembuatan,
tanggal pembuatan, tidak menyebutkan jumlah rangkap, dan tidak menyebutkan saksi-
saksi.
DAFTAR RUJUKAN

Az, L. S. (2019). Aspek Hukum Perjanjian. Yogyakarta: Penebar Media Pustaka.

Setiawan, I. K. (2016). Hukum Perikatan . Jakarta Timur: Sinar Grafika.

Simanjuntak. (2015). Hukum Perdata Indonesia. Jakarta: Kencana.

Subekti, R. (2014). Aneka Perjanjian. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

supeno. (2019). Dasar - Dasar Hukum Perikatan. Jambi: Salim Media Indonesia.

Syahrani, R. (2013). Seluk - Beluk dan Asas - Asas Hukum Perdata. Bandung : PT. Alumni.

Zakiyah. (2015). Hukum Perjanjian. Yogyakarta: Lentera Kreasindo.

Anda mungkin juga menyukai