Anda di halaman 1dari 12

PERJANJIAN

1212000244 Mukhammad Akmal Filardi


1212000237 Luthfi Fakhressya
1212000324 Christian Hariyanto
1212000292 Muhammad Ibrahim
PENGERTIAN
Dalam pasal 1313 KUHPedata dijelaskan bahwa perjanjian adalah “Suatu
perjanjian adalah suatu perbuatan di mana satu orang atau lebih mengikatkan
dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.”
Maka bisa juga diartikan sebagai suatu perbuatan dimana seseorang atau
lebih berjanji kepada orang lain atau lebih dimana dua orang atau lebih itu saling
berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal.
Azas Perjanjian
Di dalam perjanjian terdapat 5 asas secara umum yang harus dipahami saat membuat
suatu perjanjian :
1. Asas Konsensualisme
• Asas konsensualisme terdapat didalam ketentuan Pasal 1320 ayat (1) KUHPerdata, yang
menyatakan bahwa suatu perjanjian sah jika terdapat kesepakatan diantara para pihak
yang nantinya akan mengikat para pihak. Namun dalam kondisi tertentu dimana di
dalam perjanjian tersebut ada suatu hal yang mencerminkan tidak terwujudnya
kesepakatan. Hal ini dikarenakan adanya cacat kehendak yang berpengaruh terhadap
timbulnya perjanjian. Cacat kehendak meliputi 3 (tiga) hal, yaitu ;
a. Kesesatan atau dwaling (Pasal 1322 KUHPerdata),
b. Penipuan atau bedrog (Pasal 1323 KUHPerdata),
c. Paksaan atau dwang (Pasal 1328 KUHPerdata).
Azas Perjanjian
2. Asas Kekuatan Mengikatnya Kontrak (Pacta Sunt Servanda)

• Asas kekuatan mengikatnya perjanjian disebut juga dengan asas


pacta sunt servanda merupakan asas yang berhubungan dengan
akibat dari suatu perjanjian. Asas pacta sunt servanda termuat
dalan ketentuan Pasal 1338 ayat (1) KUPerdata yang menyatakan
bahwa “semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai
undang-undang bagi mereka yang membuatnya”. Artinya bahwa
undangundang mengakui dan menempatkan posisi perjanjian
yang dibuat oleh para pihak sejajar dengan pembuatan undang-
undang.
Asas Perjanjian
3. Asas Kebebasan Berkontrak

• Asas kebebasan berkontrak memiliki arti seperti pada Pasal 1338 ayat (1) BW
yang menyatakan bahwa, “semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku
sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.” Didalam asas ini
terkandung suatu pandangan bahwa orang bebas untuk melakukan atau tidak
melakukan perjanjian, bebas dengan siapa ia mengadakan perjanjian, bebas
tentang apa yang diperjanjikan dan bebas untuk menetapkan syarat- syarat
perjanjian.
Asas Perjanjian
4. Asas Itikad Baik

● Pasal 1338 ayat (3) menyatakan bahwa “Perjanjian-perjanjian


harus dilaksanakan dengan itikad baik”. Didalam pengaturan
Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata perjanjian itu harus dilaksanakan
menurut kepatutan dan keadilan. Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata
ini pada umumnya selalu dihubungkan dengan Pasal 1339
KUHPerdata, bahwa “Persetujuan tidak hanya mengikat apa yang
dengan tegas ditentukan di dalamnya, melainkan juga segala
sesuatu yang menurut sifatnya persetujuan dituntut berdasarkan
keadilan, kebiasaan, atau undang-undang”. 33 Itikad baik yang
bersifat nisbi memperhatikan tingkah laku dan sikap yang nyata
dari subjek
Azas Perjanjian
5. Asas kepribadian (personality)

• Asas kepribadian tercantum dalam Pasal 1340 KUHPerdata: "Suatu perjanjian hanya
berlaku antara pihak-pihak yang membuatnya. Suatu perjanjian tidak dapat
membawa rugi kepada pihak pihak ketiga; tak dapat pihak-pihak ketiga mendapat
manfaat karenanya, selain dalam hal yang diatur dalam Pasal 1317"
• Namun demikian, ketentuan itu terdapat pengecualiannya sebagaimana
diintrodusir dalam Pasal 1317 KUHPerdata yang menyatakan: “Dapat pula perjanjian
diadakan untuk kepentingan pihak ketiga, bila suatu perjanjian yang dibuat untuk
diri sendiri, atau suatu pemberian kepada orang lain, mengandung suatu syarat
semacam itu”. Sedangkan di dalam Pasal 1318 KUHPerdata, tidak hanya mengatur
perjanjian untuk diri sendiri, melainkan juga untuk kepentingan ahli warisnya dan
untuk orangorang yang memperoleh hak dari padanya.
Syarat Sah Perjanjian
Menurut Pasal 1320 KUHPerdata, terdapat 4 (empat) syarat sahnya perjanjian yang harus
dipenuhi ketika membuat surat perjanjian.

1. Kesepakatan Para Pihak


• Dalam suatu surat perjanjian, harus tercapai sebuah kesepakatan dari para pihak atas hal-hal
yang diperjanjikan. Kesepakatan yang dimaksud adalah kesepakatan lahir dari kehendak para
pihak tanpa ada unsur kekhilafan, paksaan, ataupun penipuan.
Syarat Sah Perjanjian
2. Kecakapan Para Pihak
Istilah kecakapan dalam hal ini berarti wewenang para pihak yang terkait untuk membuat
suatu perjanjian. KUHPerdata menentukan jika setiap orang dapat dinyatakan cakap untuk
membuat perjanjian, kecuali jika menurut undang-undang dinyatakan tidak cakap. Menurut
Pasal 1330 KUHPerdata, orang-orang yang dinyatakan tidak cakap adalah mereka yang:
a. Belum dewasa, yaitu mereka yang belum genap berusia 21 (dua puluh satu) tahun atau
berstatus belum menikah.
b. Berada di bawah pengampuan, seseorang dianggap berada dibawah pengampuan
apabila ia sudah dewasa, namun karena keadaan mental atau pikirannya yang dianggap
kurang sempurna, maka dipersamakan dengan orang yang belum dewasa. Berdasarkan
Pasal 433 KUHPerdata, seseorang dianggap berada di bawah pengampuan apabila orang
tersebut dalam keadaan sakit jiwa, memiliki daya pikir yang rendah, serta orang yang
tidak mampu mengatur keuangannya sehingga menyebabkan keborosan yang berlebih.
Syarat Sah Perjanjian
3. Adanya Objek Perjanjian
Suatu perjanjian harus memiliki objek yang jelas atau detail.
Objek tersebut tidak hanya berupa barang dalam bentuk fisik,
namun juga dapat berupa jasa yang dapat ditentukan jenisnya.

4. Sebab yang Halal


Sebab yang halal berhubungan dengan isi perjanjian itu sendiri,
dimana perjanjian tersebut dibuat berdasarkan tujuan yang tidak
bertentangan dengan hukum yang berlaku. Perjanjian yang dibuat
berdasarkan sebab yang tidak benar atau dilarang membuat
perjanjian tersebut menjadi tidak sah.
Akibat Perjanjian
Menurut Pasal 1338 KUHPerdata, akibat dari suatu perjanjian adalah:

1. Perjanjian mengikat para pihak;


Yang dimaksud dengan mengikat para pihak adalah perjanjian yang dibuat secara
sah oleh para pihak akan mengikat para pihak yang membuatnya dan berlaku sebagai
undang-undang bagi para pihak yang membuatnya.

2. Perjanjian tidak dapat ditarik kembali secara sepihak karena merupakan


kesepakatan di antara kedua belah pihak dan alasan-alasan yang
oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu
(Pasal 1338 ayat 2 KUHPerdata)
Perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik
(Pasal 1338 ayat 3 KUHPerdata).
TERIMA KASIH
 Daftar Pustaka
Safitri W. (2020). Perlindungan Hukum Kontrak Bisnis Di Indonesia
Dalam Perspektif Keadilan, Vol.4 No.2, 79.
 
Sinaga N.A. (2015). Keselarasan Asas-Asas Hukum Perjanjian Untuk
Mewujudkan
Keadilan Bagi Para Pihak Dalam Suatu Perjanjian, Vol. 7 No. 1, 90-91
 
Bukido R.(2009). Urgensi Perjanjian Dalam Hubungan Keperdataan, 1-7,
15-20
 
DNT Lawyers. (2016). Ini Akibat Yang Timbul dari Suatu Perjanjian.
Diakses pada 22 Oktober 2022, dari
https://dntlawyers.com/ini-akibat-yang-timbul-dari-suatu-perjanjian/

Anda mungkin juga menyukai