Anda di halaman 1dari 3

2.

3 PERAN ASAS PACTA SUNT SERVANDA DALAM PERJANJIAN

2.3.1 Pengertian Perjanjian dan Syarat Sahnya Perjanjian

Perjanjian adalah suatu peristiwa hukum dimana seseorang berjanji kepada seorang lain ATAU
dimana dua orang saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal. Pengertian perjanjian dapat
ditemukan dalam Pasal 1313 KUHPerdata “perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu
orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”. Perjanjian yang
dilakukan oleh para pihak pada hakikatnya merupakan perjanjian yang saling menguntungkan para
pihak. Perjanjian yang dibentuk dan disetujui para pihak akan berlaku saat perjanjian tersebut
dilakukan, sebagai akibatnya para pihak mempunyai kewajiban masing-masing untuk memenuhi
prestasi.

Definisi perjanjian menurut Van Dunne adalah perjanjian dapat ditafsirkan sebagai suatu hubungan
hukum antara dua orang atau lebih, yaitu terdiri dari perbuatan hukum penawaran dari satu pihak
dan perbuatan hukum penerimaan dari pihak lain. Sedangkan definisi menurut teori baru, perjanjian
adalah suatu hubungan hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk
menimbulkan akibat hukum.

Syarat-syarat sahnya perjanjian diatur dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum perdata
(KUHPer). Pasal 1320 KUHPerdata :

“Untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat:

1. sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;


2. kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
3. suatu hal tertentu;
4. suatu sebab yang halal.”

Penjelasan setiap syarat perjanjian menurut pasal 1320 KUHPerdata adalah :

1. Sepakat mereka yang mengikatkan diri.

Dalam suatu perjanjian, harus ada kesepakatan antara para pihak. Kesepakatan yang
dimaksud adalah tidak ada paksaan, para pihak yang membentuk perjanjian mempunyai
kebebasan kehendak, para pihak tidak mendapatkan tekanan untuk menyetujui suatu
perjanjian.

2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan

Setiap pihak yang membentuk perjanjian sudah cakap untuk melakukan perbuatan hukum.
Orang yang cakap adalah orang dewasa yang sudah berumur 21 tahun atau sudah menikah.
Sedangkan orang yang tidak cakap melakukan perbuatan hukum menurut Pasal 1330
KUHPerdata adalah anak yang dibawah umur, orang dalam pengampuan dan orang-orang
perempuan (istri)

3. Suatu hal tertentu

Suatu perjanjian harus mempunyai objek tertentu. Tentang apa yang diperjanjikan harus
dapat ditentukan jenis objeknya. Objek tertentu dapat berupa benda yang sekarang ada dan
nanti akan ada. misalnya jumlah, jenis dan bentuknya. Ketentuan objek perjanjian yang
harus dipenuhi yaitu:
a. Barang atau objek tersebut adalah barang yang dapat diperdagangkan.
b. Barang atau objek tersebut adalah barang yang dapat digunakan untuk kepentingan
umum.
c. Barang atau objek tersebut dapat ditentukan jenisnya.
d. Barang atau objek tersebut adalah barang yang akan datang.

4. Suatu sebab yang halal

Adanya suatu sebab yang menyebabkan para pihak ingin melakukan perjanjian tersebut.
Sebab yang halal artinya adanya sebab-sebab hukum yang tidak dilarang peraturan,
keamanan dan ketertiban umum dan sebagainya dan sebab-sebab inilah yang menjadi dasar
perjanjian.

Asas-asas umum dalam melakukan perjanjian adalah :

1. kebebasan berkontrak
2. kebebasan konsesualitas
3. kebebasan personalia.

2.3.2 Hubungan Asas Pacta Sunt Servanda dan Hukum Perjanjian

Pengaturan asas Pacta Sunt Servanda diatur dalam Pasal 1338 KUHPerdata. Pasal 1338 KUHP
akan berlaku jika perjanjian sudah disepakati dan telah dilakukan. Para pihak harus memenuhi isi
suatu perjanjian yang sudah disepakati bersama. Asas Pacta Sunt Servanda adalah asas yang
berkaitan dengan kontrak atau perjanjian yang dibentuk dan dilakukan antar Individu. Perjanjian
atau kontrak yang dibentuk oleh pihak-pihak yang membentuknya akan menjadi undang-undang
bagi para pihak. Hukum perjanjian adalah bagian dari hukum perdata karena apabila terjadi
perbuatan melawan hukum atau wanprestasi terhadap perjanjian yang sudah dibentuk dalam
kontrak, maka akan menjadi urusan para pihak yang saling berkontrak. Hukum perdata menurut
Prof. Subekti adalah segala hukum privat materiil yaitu segala hukum pokok yang mengatur
kepentingan seseorang.

Berdasarkan pengertian Prof. Subekti, maka dari itu hukum perjanjian merupakan hukum perdata
atau hukum privat karena mengatur hubungan antar sesama manusia. Asas Pacta Sunt Servanda
berasal dari bahasa latin memiliki arti janji harus ditepati. Asas tersebut merupakan asas agar para
pihak taat dalam menjalankan kontrak perjanjian. Asas Pacta Sunt Servanda secara otomatis akan
memberikan perlindungan hukum pada saat perjanjian dibuat dan disetujui oleh para pihak yang
membentuk perjanjian tersebut. Oleh karena itu, para pihak mendapatkan rasa aman berdasarkan
perjanjian yang dibentuk oleh kedua belah pihak. Asas ini juga memberikan perlindungan hak dan
kewajiban, hal ini merupakan hak mutlak para pihak. Para pihak yang membentuk perjanjian berhak
mendapatkan haknya sesuai dengan apa yang sudah diperjanjikan. Selain hak, ada juga kewajiban
yang harus dipenuhi para pihak.

Menurut Purwanto, pada dasarnya asas Pacta Sunt Servanda memiliki akibat terhadap kontrak atau
perjanjian yang dilakukan para pihak. Asas ini juga dapat dikatakan asas yang sakral pada
perjanjian yang menitikberatkan pada kebebasan berkontrak. Asas Pacta Sunt Servanda berlaku
secara internasional, tidak hanya berlaku di ruang lingkup nasional. Jika tidak ada asas Pacta Sunt
Servanda, maka akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan sengketa atau perkara dalam
rangka pelanggaran yang dilakukan para pihak.Perjanjian yang dilakukan para pihak wajib
mematuhi atau menjalankan seluruh isi perjanjian yang secara bersama disusun dan dibuat. Namun,
jika salah satu pihak tidak menjalankan kewajiban sesuai pada kontrak atau wanprestasi, maka
wanprestasi ini dapat diajukan pada pengadilan agar pihak yang melakukan wanprestasi dapat
memenuhi prestasinya.

2.3.3 Asas Pacta Sunt Servanda Dalam Penegakan Hukum Terhadap Pelanggaran Suatu
Perjanjian

Pengertian penegakan hukum dapat dibedakan dalam 2 arti, yaitu arti luas dan arti sempit.
Penegakan hukum dalam arti luas mencakup hal-hal yang dilakukan untuk melaksanakan dan
menerapkan hukum serta melakukan tindakan hukum bagi subjek hukum yang melanggar atau
menyimpang dari hukum. Sementara, dalam arti sempit penegakan hukum merangkum kegiatan
penindakan bagi setiap pelanggaran atau penyimpangan peraturan perundang-undangan. Penegakan
hukum adalah upaya untuk menegakkan norma-norma hukum secara nyata. Penegakan hukum
dilakukan agar dapat sebagai pedoman masyarakat berperilaku dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara.

Penegakan hukum terhadap suatu pelanggaran perjanjian bisa dikaji dari rumusan pembuatan
perjanjian dan pelaksanaan pelanggarannya. Dalam hal rumusan perbuatan perjanjian bisa diuji
keabsahan perjanjian yang dibuat, apakah ada pelanggaran terhadap syarat perjanjian yang
dibentuk. Dalam suatu perjanjian ada syarat subjektif dan syarat objektif, jika terjadi pelanggaran
syarat subjektif maka perjanjian dapat dibatalkan. Kemudian, jika syarat objektif yang dilanggar
maka perjanjian akan batal demi hukum. Jika ada pelanggaran syarat, maka penegakan hukum yang
dapat dilakukan bisa melalui litigasi. Penegakan hukum dilakukan dengan mengajukan gugatan
pembatalan perjanjian, bukan wanprestasi atau gugatan perbuatan melawan hukum.

Selain rumusan pembuatan perjanjian, pelaksanaan pelanggaran juga dapat dikaji untuk melihat
adanya pelanggaran dalam suatu perjanjian. Pelanggaran terhadap perjanjian ditandai dengan
adanya pelanggaran terhadap persetujuan yang dibuat oleh para pihak yang membentuk perjanjian.
Penegakan hukum yang dapat dilakukan bagi pihak yang dirugikan bisa melalui litigasi dengan
mengajukan gugatan wanprestasi atau ingkar janji. Wanprestasi adalah keadaan dimana salah satu
pihak dalam perjanjian tidak melaksanakan kewajiban yang sudah disepakati bersama dalam
perjanjian.

SUMBER
https://fh.umkendari.ac.id/course/hukum-perdata/

http://repository.uin-suska.ac.id/7058/4/BAB%20III.pdf

Satjipto Rahardjo. 1987. Masalah Penegakan Hukum. Bandung : Sinar Baru. hlm.15

Anda mungkin juga menyukai