Anda di halaman 1dari 11

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

PERTEMUAN 3

ASAS-ASAS DAN SIFAT-SIFAT DARI HUKUM PERIKATAN

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah menyelesaikan materi pada pertemuan ketiga ini yaitu mahasiswa
mampu menjelaskan asas-asas hukum dalam perikatan dan sifat-sifat dari hukum
perikatan.

B. URAIAN MATERI
1. Asas-asas Hukum Dalam Perikatan

Dalam perjanjian pihak yang wajib untuk melakukan suatu prestasi dalam
hal ini debitor, dapat menentukan terlebih dahulu, dengan menyesuaikan pada
kemampuannya untuk memenuhi prestasi dan untuk menyelaraskan dengan hak
yang ada pada lawan pihaknya, apa, kapan, di mana, dan bagaimana ia akan
memenuhi prestasinya tersebut.
Di dalam Hukum Perikatan dikenal beberapa asas, yaitu asas
konsensualisme, asas pacta sunt servanda, dan asas kebebasan
berkontrakserta asas itikat baik. Asas konsensualisme dapat disimpulkan dalam
Pasal 1320 ayat (1) KUH Perdata yang berbunyi:"Salah satu syarat sahnya
perjanjian adalah kesepakatan kedua belah pihak." Ini mengandung makna,
bahwa perjanjian pada umumnya tidak diadakan secara formal, tetapi cukup
dengan adanya kesepakatan kedua belah pihak. Asas Konsensualisme muncul
diilhami dari hukum romawi dan hukum jerman.
Di dalam hukum Germani tidak dikenal asas konsensualisme, tetapi yang
dikenal adalah perikatan riil dan perikatan formal. Perikatan riil adalah suatu
perikatan yang dibuat dan dilaksanakan secara nyata (kontan dalam hukum adat)
sedangkan yang disebut perikatan formal adalah suatu perikatan yang telah
ditentukan bentuknya, yaitu tertulis (baik berupa akta autentik maupun akta di
bawah tangan). Dalam hukum romawi dikenal istilah Contractus Verbis Literis
dan Contractus innominat, yang artinya bahwa terjadinya perjanjian, apabila
memenuhi bentuk yang telah ditetapkan. Asas konsensualisme yang dikenal di
dalam KUH Perdata adalah berkaitan dengan bentuk perjanjian”.1

1
https://brandalmetropolitan.blogspot.com/2018/10/asas-asas-hukum-perikatan-dan.html

Hukum Perikatan 1
Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

Asas adalah sesuatu yang menjadi tumpuan berfikir atau berpendapat.


Asas juga dapat berarti hukum dasar. Asas adalah suatu dalil umum yang
dinyatakan dalam istilah umum tanpa mensyaratkan syarat-syarat khusus
mengenai pelaksanaannya yang diterapkan dalam serangkaian perbuatan untuk
menjadi yang tepat bagi perbuatan itu. Asas hukum umum adalah norma dasar
yang dijabarkan dalam hukum positif dan yang oleh ilmu hukum tidak dianggap
berasal dari aturan-aturan yang lebih umum. Asas hukum merupakan
pengendapan hukum positif dalam masyarakat. Asas hukum tidak boleh
dianggap norma-norma hukum konkrit, akan tetapi perlu dipandang sebagai
dasar-dasar umum atau petunjuk-petunjuk bagi hukum yang berlaku.

a. Asas konsensualusme berasal dari perkataan latin consensus yang berarti


sepakat. Asas konsensualisme bukanlah berarti untuk suatu perjanjian
disyaratkan adanya kesepakatan. Ini sudah semestinya ! Suatu perjanjian
juga dinamakan persetujuan, berarti dua pihak sudah setuju atau bersepakat
mengenai sesuatu hal. Arti asas kaonsensualime ialah pada dasarnya
perjanjian dan perikatan yang timbul karenanya itu sudah sah apabila sudah
sepakat mengenai hal-hal yang pokok dan tidaklah diperlukan sesuatu
formalitas.2

b. Asas pacta sunt servanda berhubungan denagn akibat perjanjian. Hal ini
dapat disimpulkan dalam Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata, yang berbunyi:
"Perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang. Ini
mengandung makna bahwa setiap perjanjian yang diadakan oleh kedua belah
pihak merupakan perbuatan yang sakral dan dikaitkan denagn unsur
keagamaan. Namun, dalam perkembangannya asas pacta sunt servanda
diberi arti pactum, yang berarti sepakat tidak perlu dikuatkan denagn sumpah
dan tindakan formalitas lainnya, sedangkan nudus pactum sudah cukup
dengan sepakat saja.

c. Asas kebebasan Berkontrak dapat dianalisis dari ketentuan Pasal 1338 ayat
(1) KUHPerdata yang berbunyi: "Semua perjanjian yang dibuat secara sah
berlaku sebagai UU bagi mereka yang membuatnya." Asas kebebasan
berkontrak adalah suatu asas yang memberikan kebebasan kepada para
2
Subekti, Hukum Perjanjian, Jakarta, Intermasa, 2002, hal. 15

Hukum Perikatan 2
Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

pihak untuk: (1) membaut atau tidak membuat perjanjian; (2) mengadakan
perjanjian dengan siapa pun; (3) menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan
persyaratan (4) menentukan bentuknya perjanjian, yaitu tertulis atau lisan.

d. Asas itikad baik tercantum dalam Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata yang
berbunyi: “Perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik.” Asas ini
merupakan asas bahwa para pihak, yaitu pihak kreditur dan debitur
harus melaksanakan substansi kontrak berdasarkan kepercayaan atau
keyakinan yang teguh maupun kemauan baik dari para pihak.

e. Asas kepribadian merupakan asas yang menentukan bahwa seseorang yang


akan melakukan dan/atau membuat kontrak hanya untuk kepentingan
perseorangan saja. Hal ini dapat dilihat dalam Pasal 1315 dan Pasal 1340
KUHPerdata. Pasal 1315 KUHPerdata menegaskan: “Pada umumnya
seseorang tidak dapat mengadakan perikatan atau perjanjian selain untuk
dirinya sendiri. Asas kepribadian merupakan asas yang menentukan bahwa
seseorang yang akan melakukan dan/atau membuat kontrak hanya untuk
kepentingan perseorangan saja. Hal ini dapat dilihat dalam Pasal 1315
KUHPerdata menegaskan bahwa “Pada umumnya seseorang tidak dapat
mengadakan perikatan atau perjanjian selain untuk dirinya sendiri.”
Sedangkan pada pasal 1340 KUHPerdata berbunyi : “Perjanjian hanya
berlaku antara pihak yang membuatnya.

Di samping ketiga asas itu, di dalam lokakarya hukum perikatan yang


diselenggarakan oleh Badan Pembinaan Hukum Nasional, Departemen
Kehakiman dari tanggal 17 sampai dengan tanggal 19 Desember 1985 telah
berhasil dirumuskan delapan asas hukum perikatan nasional. Kedelapan asas
itu: asas kepercayaan, asas persamaan hukum, asas keseimbangan, asas
kepastian hukum, asas moral, asas kepatutan, asas kebiasaan, dan asas
perlindungan.

a. Asas kepercayaan mengandung pengertian bahwa setiap orang yang


mengadakan perjanjian akan memenuhi setiap prestasi yang diadakan di
antara mereka pada kemudian hari. Artinya kedua belah pihak harus saling
mempercayai satu sama lain. Mempercayakan kepada rekannya dapat

Hukum Perikatan 3
Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

melaksanakan kewajiban yang ditanggung. Tanpa adanya kepercayaan


itu, maka perjanjian itu tidak mungkin akan diadakan oleh para pihak. Dengan
kepercayaan ini, kedua pihak mengikatkan dirinya dan untuk keduanya
perjanjian itu mempunyai kekuatan mengikat sebagai undang – undang.

Asas kepercayaan sangat penting dalam membuat perjanjian,


karena kepercayaan dapat menimbulkan keyakinan bagi para pihak bahwa
perjanjian akan dilaksanakan oleh para pihak tersebut. Oleh karena itu,
para pihak terlebih dahulu harus menumbuhkan kepercayaan di antara
mereka bahwa satu sama lain akan memenuhi janji yang disepakati atau
melaksanakan prestasinya di kemudian hari. Dengan kepercayaan,
kedua pihak mengikatkan dirinya kepada kontrak yang mempunyai
kekuatanmengikat sebagai undang-undang.

b. Asas persamaan hukum ini mengandung maksud bahwa subjek hukum yang
mengadakan perjanjian mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam
hukum. Mereka tidak boleh membeda-bedakan antara satu sama lainnya,
walaupun subjek hukum tersebut beda warna kulit, agama, ras, dan
sebagainya. Masing-masing pihak wajib melihat adanya persamaan ini dan
mengharuskan kedua pihak untuk menghormati satu sama lain sebagai
manusia ciptaan Tuhan.

Asas persamaan di dalam hukum atau yang sering disebut dengan


equality before the law, diartikan secara dinamis dipercayai akan
memberikan jaminan adanya akses untuk memperoleh keadilan (access
to justice) bagi semua orang tanpa memperdulikan latar belakang.
Mardjono Reksodiputro menjelaskan bahwa persamaan di hadapan
hukum Equality before the law merupakan salah satu asas yang utama
dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia dan dianut pula dalam
Undang-Undang Dasar 1945. Asas ini menurut Reksodiputro mengandung
arti bahwa “semua warga harus mendapat perlindungan yang sama
dalam hukum, tidakboleh ada diskriminasi dalam perlindunganhukum ini”.
Beliau menegaskan bahwa kata kunci dari asas ini adalah perlindungan.
Pendapat yang berbeda adalah yang menafsirkan bahwa persamaan yang
dimaksud adalah untuk perlakuan. Perbedaan kata kunci ini dapat
membawa kepada penafsiran yang berbeda dari makna asas ini bagi

Hukum Perikatan 4
Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

HAM. Dengan kata kunci perlindungan, maka yang dituju adalah perintah
kepada negara/pemerintah untuk memberi perlindungan hukum yang
sama adilnya (fairness) kepada warganya.

c. Asas keseimbangan adalah asas yang menghendaki kedua belah pihak


memenuhi dan melaksanakan perjanjian. Kreditur mempunyai kekuatan
untuk menuntut prestasi dan jika diperlukan dapat menuntut pelunasan
prestasi melalui kekayaan debitur. Akan tetapi, debitur memikul pula
kewajiban untuk melaksanakan perjanjian itu dengan itikad baik. Dapat
dilihat di sini, bahwa kedudukan kreditur yang kuat diimbangi dengan
kewajibannya untuk memperhatikan itikat baik, sehingga kedudukan kreditur
dan debitur seimbang.

Asas keseimbangan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia


mengandung arti sama, sebanding, menunjuk kepada satu keadaan,
posisi, derajat, berat dll.3 Sedangkan asas keseimbangan dalam
perjanjian yang dijelaskan oleh beberapa ahli seperti Herlien Budiono
dan Sutan Remy Sjahdeini, adalah:
Herlien Budiono di dalam bukunya mengatakan bahwa asas
keseimbangan adalah asas yang dimaksudkan untuk menyelaraskan
pranata-pranata hukum dan asas-asas pokok hukum perjanjian yang
dikenal dalam KUHPerdata yang berdasarkan pemikiran dan
latar belakang individualisme pada satu pihak sehingga hukum kontrak
tersebut dapat diterima sebagai bagian dari hukum Indonesia.4 Sutan Remy
Sjahdeini memahami bahwa asas keseimbangan adalah keseimbangan
para pihak yang berkontrak dari posisi atau kedudukan para pihak yang
(seharusnya) sama.5

d. Asas moralitas ini terikat dalam perikatan wajar, yaitu perbuatan


sukarela dari seseorang tidak menimbulkan hak baginya untuk menggugat
prestasi dari pihak debitur. Hal ini terlihat dalam zaakwarneming, yaitu
seseorang melakukan perbuatan dengan sukarela (moral). Yang
3
Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ke-IV, Jakarta, Gramedia Pusaka Utama, 2008, hal. 373
4
Herlien Budiono, Asas Keseimbangan bagi Hukum Perjanjian di Indonesia, Bandung, Citra Aditya Bakti, 2006,
hal. 510
5
Sutan remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang bagi Para Pihak dalam Perjanjian
Kredit Bank di Indonesia, Jakarta, Pustaka Utama Grafiti,2009, hal. 7.

Hukum Perikatan 5
Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

bersangkutan mempunyai kewajiban hukum untuk meneruskan dan


menyelesaikan perbuatannya. Asas ini terdapat dalam pasal 1339
KUHPerdata. Salah satu faktor yang memberikan motivasi pada yang
bersangkutan melakukan perbuatan hukum adalah didasarkan pada kesuliaan
(moral) sebagai panggilan hati nuraninya. Suatu kegiatan dinyatakan
bermoral, apabila sesuai dan sejalan dengan adat kebiasaan yang berlaku
di masyarakat. Dan tidak menutup kemungkinan moralitas di masyarakat
tertentu berbeda dengan moralitas pada masyarakat lainnya.

e. Asas Kepastian Hukum. Perjanjian sebagai suatu figur hukum harus


mengandung kepastian hukum Kepastian ini terungkap dari kekuatan
mengikat perjanjian itu yaitu sebagai undang-undang bagi para pihak. Asas
pacta sunt servanda atau disebut juga sebagai asas kepastian hukum,
berkaitan dengan akibat perjanjian. Asas pacta sunt servanda merupakan
asas bahwa hakim atau pihak ketiga harus menghormati substansi kontrak
yang dibuat oleh para pihak, sebagaimana layaknya sebuah undang-undang,
mereka tidak boleh melakukan intervensi terhadap substansi kontrak yang
dibuat oleh para pihak. Asas pacta sunt servanda didasarkan pada Pasal
1338 ayat (1) KUHPerdata yang menegaskan “perjanjian yang dibuat secara
sah berlaku sebagai undang-undang.”

Asas pacta sunt servanda atau disebut juga sebagai asas kepastian
hukum, berkaitan dengan akibat perjanjian. Asas pacta sunt servanda
merupakan asas bahwa hakim atau pihak ketiga harus menghormati
substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak, sebagaimana layaknya sebuah
undang-undang, mereka tidak boleh melakukan intervensi terhadap substansi
kontrak yang dibuat oleh para pihak. Asas pacta sunt servanda didasarkan
pada Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata yang menegaskan “perjanjian yang
dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang.”
Asas kepastian hukum atau disebut juga dengan asas pacta sunt
servanda merupakan asas yang berhubungan dengan akibat perjanjian. Asas
pacta sunt servanda merupakan asas bahwa hakim atau pihak ketiga harus
menghormati substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak, sebagaimana
layaknya sebuah undang-undang. Mereka tidak boleh melakukan intervensi
terhadap substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak. Asas pacta sunt
servanda dapat disimpulkan dalam Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata.

Hukum Perikatan 6
Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

f. Asas kepatutan ini berkaitan dengan ketentuan mengenai isi perjanjian


yang diharuskan oleh kepatutan berdasarkan sifat perjanjiannya. Asas ini
dapat dijumpai dalam ketentuan pasal 1339 KUHPerdata yang antara lain
menyebutkan bahwa “Perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang
secara tegas dinyatakan di dalamnya, tetapi juga segala sesuatu yang
menurut sifat perjanjian diharuskan oleh kepatutan”.

Berdasarkan Pasal 1339 KUHPerdata di mana dinyatakan bahwa asas


kepatutan ini sangat berkaitan erat dengan isi perjanjian. Kesepakatan yang
dituangkan dalam isi perjanjian menurut asas kepatutan ini harus melahirkan
rasa keadilan baik kepada pihak yang mengadakan perjanjian maupun rasa
keadilan yang ada dalam masyarakat.

g. Asas Kebiasaan. Asas ini dipandang sebagai bagian dari perjanjian. Suatu
perjanjian tidak hanya mengikat untuk apa yang secara tegas diatur, tetapi
juga hal-hal yang menurut kebiasaan lazim diikuti. Suatu perjanjian tidak
mengikat hanya untuk hal-hal yang diatur secara tegas saja dalam peraturan
perundang-undangan, yurisprudensi dan sebagainya, tetapi juga hal-hal yang
menjadi kebiasaan yang diikuti masyarakat umum. Jadi, sesuatu yang
menurut sifat persetujuan diharuskan oleh kepatutan. Dengan kata lain, hal-
hal yang menurut kebiasaan selamanya diperjanjikan dianggap secara diam-
diam dimasukan dalam persetujuan meskipun tidak dengan tegas dinyatakan
Pasal 1339 KUHPerdata.

h. Asas perlindungan mengandung pengertian bahwa antara debitur dan kreditur


harus dilindungi oleh hukum. Namun, yang perlu mendapat perlindungan
itu adalah pihak debitur karena pihak debitur berada pada posisi yang
lemah. Asas Perlindungan, yaitu asas yang mengandung pengertian bahwa
antara debitur dan kreditur harus dilindungi oleh hukum. Namun, yang perlu
mendapat perlindungan itu adalah pihak debitur karena pihak ini berada pa-da
posisi yang lemah.Asas-asas inilah yang menjadi dasar pijakan dari para
pihak dalam menentukan dan membuat suatu kontrak/perjanjian dalam
kegiatan hukum sehari-hari. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa
keseluruhan asas di atas merupa-kan hal penting dan mutlak harus

Hukum Perikatan 7
Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

diperhatikan bagi pembuat kontrak/perjanjian, sehingga tujuan akhir dari


suatu kesepakatan dapat tercapai dan terlaksana sebagaimana diingin kan

2. Sifat-sifat Dari Hukum Perikatan


a. Sifat Hukum Perikatan Bersifat Terbuka
Sistem pengaturan hukum perjanjian adalah sistem terbuka. Artinya
bahwa setiap orang bebas untuk mengadakan perjanjia, baik yang sudah
diatur maupun yang belum diatur di dalam undang-undang. Disimpulkan dari
ketentuan yang tercantum dalam Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata, yang
berbunyi : Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-
undang bagi mereka yang membuatnya”. Dengan kata lain, memberi
kebebasan kepada para pihak untuk membuat atau tidak membuat perjanjian,
mengadakan perjanjian dengan siapapun, menentukan isi perjanjian,
perlaksanaan dan persyaratannya dan menentukan bentuknya perjanjian,
yaitu tertulis atau lisan.
Buku III KUHPerdata bersifat tidak memaksa tetapi ada tiga sifat dari
buku III KUHPerdata tersebut yaitu bersifat terbuka, bersifat mengatur dan
bersifat melengkapi. Sifat hukum perikatan adalah terbuka. Artinya
KUHPerdata memberikan kemungkinan bagia setia orang untuk mengadakan
bentuk perjanjian apapun, baik yang telah diatur dalam undang-undang,
peraturan khusus maupun perjanjian baru yang belum ada ketentuannya.
Sepanjang tidak bertentangan dengan Pasal 1320 KUHPerdata yaitu
mengenai syarat sahnya perjanjian6. Akibat hukumnya adalah, jika ketentuan
bagian umum bertentangan dengan ketentuan khusus, maka yang dipakai
adalah ketentuan yang khusus, contohnya perjanjian sewa menyewa,
perjanjian jual beli, dll.
Sifat terbuka dibatasi oleh tiga hal, yaitu :

a. Tidak dilarang Undang-Undang


b. Tidak bertentangan dengan ketertiban umum
c. Tidak bertentangan dengan kesusilaan

Dikatakan, bahwa Hukum Benda mempunyai suatu sistem tertutup,


sedangkan Hukum Perjanjian menganut sistem terbuka. Artinya macam-
6
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata)

Hukum Perikatan 8
Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

macam hak atas benda adalah terbatas dan peraturan-peraturan yang


mengenai hak-hak benda itu bersifat memaksa, sedangkan hukum perjanjian
memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk
mengadakan perjanjian yang beisi apa saja, asalkan tidak melanggar
ketertiban umum dan kesusilaan.7
Sistem terbuka, yang mengandung suatu asas kebebasan membuat
perjanjian, dalam Kitab Undang-Unang Hukum Perdatalazimnya disimpulkan
dalam Pasal 1338 ayat (1), yang berbunyi : Semua perjanjian yang dibuat
secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.
Dengan menekankan pada perkataan semua, maka pasal tersebut
seolah-olah berisikan suatu pernyataan kepada masyarakat bahwa kita
diperbolehkan membuat perjanjian yang berupa dan berisi apa saja dan
perjanjian itu akan mengikat mereka yang membuatnya seperti suatu undang-
undang. Atau dengan perkataan lain, dalam soal perjanjian kita diperbolehkan
membuat undang-undang bagi kita sendiri. Pasal-pasal dari hukum perjanjian
hanya berlaku, apabila atau sekedar kita tidak mengadakan aturan-aturan
sendiri dalam perjanjian-perjanjian yang kita adakan itu.8
Misalnya, barang yang diperjualbelikan, menurut hukum perjanjian harus
diserahkan di tempat di mana barang itu berada sewaktu perjanjian jual beli
ditutup. Tetapi para pihak, leluasa untuk memperjanjikan bahwa barang harus
diserahkan di kapal, di gudang, diantar ke rumah si pembeli dan lain-lain,
dengan perngertian bahwa biaya-biaya pengantaran harus dipikul oleh si
pembeli sejak saat perjanjian jual beli ditutup. Tetapi apabila para pihak
menghendaki lain, tentu saja itu diperbolehkan. Mereka boleh memperjanjikan
bahwa resiko terhadap barang yang diperjualbelikan itu dipikul oleh si penjual
selama barangnya sebelum diserahkan.

b. Sifat Hukum Perikatan Bersifat Mengatur

Mengatur, maksudnya karena sifat hukum perdata bukan memaksa


tetapi disepakati oleh kedua belah pihak. Contoh jual beli, dalam melakukan
perjanjian jual beli maka hanya kedua belah pihak yang melakukan

7
Subekti, Op.Cit, hal. 13
8
Ibid, hal. 14

Hukum Perikatan 9
Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

kesepakatan jual beli itu tidak ada intervensi dari pihak ketiga atau pihak yang
lain sebagaimana dalam Pasal 1230 KUHPerdata, Syarat sahnya perjanjian.9
Hukum Perjanjian juga mengandung pengertian, bahwa perjanjian-
perjanjian khusus yang diatur dalam undang-undang hanyalah merupakan
perjanjian-perjanjian yang paling terkenal saja dalam masyarakat ada waktu
undang-undang hukum perdata dibentuk. Misalnya Undang-undang hanya
mengatur perjanjian-perjanjian jual beli dan sewa menyewa , tetapi dalam
praktek timbul suatu macam perjanjian yang dinamakan sewa beli yang
merupakan suatu campuran antara jual beli dan sewa menyewa.
Oleh karena pihak pembeli tidak mampu membayar harga barang
sekaligus. Diadakanlah perjanjian di mana si pembeli diperbolehkan mencicil
harga itu dalam beberapa angsuran, sedangkan hak milik (meskipun
barangnya sudah dalam kekuasaan si pembli) baru berpindah kepada si
pembeli apabila angsuran yang penghabisan telah terbayar lunas. Selama
harga barang itu belum dibayar lunas, barangnya disewa oleh
pembeli.Dengan demikian terciptalah suatu perjanjian yang dinamakan sewa
beli itu. Juga dalam hal seorang yang menginap di suatu hotel, terdapat suatu
perjanjian campuran yang tidak saja berupa menyewa kamar, sebab ia
mendapat makan dan juga mendapat pelayanan.10

c. Sifat Hukum Perikatan Bersifat Melengkapi

Melengkapi. Maksudnya boleh menambah atau mengurangi isi


perjanjian karena tergantung pada kesepakatan. Contoh perjanjian jual beli,
didalam perjanjian jual beli hanya kedua belah pihak yang diperbolehkan
merubah dan menambah dari isi suatu perjanjian, karena kedua belah
pihaklah yang mempunyai hak demi kesepakatan sebagaimana tercantum
dalam Pasal 1230 KUHPerdata, syarat sahnya perjanjian. 11

9
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata)
10
Subekti, Op.Cit, hal. 14-15
11
Ibid

Hukum Perikatan 10
Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

C. LATIHAN SOAL
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan asas hukum. Sebutkan asas-asas yang
ada pada hukum perikatan!
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan sifat hukum perikatan bersifat terbuka !
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan sifat hukum perikatan bersifat mengatur !
4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan sifat hukum perikatan bersifat melengkapi !

D. REFERENSI

Herlien Budiono, Asas Keseimbangan bagi Hukum Perjanjian di Indonesia,


Bandung, Citra Aditya Bakti, 2006.

Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ke-IV, Jakarta, Gramedia
Pusaka Utama, 2008, hal

Subekti, Hukum Perjanjian, Jakarta, Intermasa, 2002

Sutan remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang


bagi Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, Jakarta, Pustaka
Utama Grafiti,2009, hal. 7.

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata)

Hukum Perikatan 11

Anda mungkin juga menyukai