Anda di halaman 1dari 6

Modul Hukum Agraria

PERTEMUAN 6:
HAK-HAK PENGUASAAN ATAS TANAH

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan dijelaskan dan menguraikan Hak-Hak penguasaan
Tanah yang terdapat dalam Hukum Tanah Nasional dan bagaimana cara
perolehannya, Anda harus mampu mengetahui apa saja yang merupakan Hak-
Hak Penguasaan Bangsa

B. URAIAN MATERI
Ketentuan Pada pasal 33 ayat (1) UUD 1945, menyebutkan “bumi air
dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung didalamnya
itu pada tingkatan tertinggi dikuasai oleh Negara”. Ketentuan UUPA
menyebutkan adanya dan macamnya hak-hak atas tanah adalah dalam
Pasal 4 ayat (1) dan (2) yaitu :
(1) “Atas dasar hak menguasai dari Negara sebagai dimaksud dalam
pasal 2, ditentukan adanya macam-macam hak atas permukaan
bumi, yang disebut tanah yangdapat diberikan kepada dan
dipunyai oleh orang-orang, baik sendiri maupun bersama-
samadengan lain serta dapat badan-badan hukum

(2) “Hak-hak atas tanah yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini
memberikan wewenang untuk mempergunakan tanah yang
bersangkutan, emikian pula tubuh bumi dan air serta ruang yang
ada di atasnya sekedar diperlukan untuk kepentingan yang
langsung berhubungan dengan penggunaan tanah itu dalam batas-
batas menurut undang-undang ini dan peraturan –peraturan
hukum yang tinggi.

Hak-hak Penguasaan atas tanah berisikan serangkaian wewenang,


kewajiban dan/atau larangan bagi pemegang haknya untuk berbuat sesuatu
dengan tanah yang di haki.1 Hak-hak Penguasaan atas tanah berisikan
serangkaian wewenang, kewajiban dan/atau larangan bagi pemegang haknya
untuk berbuat sesuatu dengan tanah yang di haki.2 Ditegaskan lagi dalam

1
H.A.M Effendy, Pokok-Pokok Hukum Adat, Semarang, Duta Grafika, 1990, hlm.262
2
Ibid.

S1 Ilmu Hukum Universitas Pamulang 1


Modul Hukum Agraria

Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional,


tanggal 9 Februari 1999 Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pelimpahan Kewe-
nangan Pemberian dan Pembatalan Keputusan Hak atas Tanah Negara
bersambung dengan PMNA /Ka. BPNNomor4 Tahun 1998 jo.
KMNA/Ka.BPN Nomor 6 Tahun 1998 tentang Pedoman Penetapan uang
pemasukan dalam Pemberian Hak atas Tanah Negara.
Pelaksanaan pemberian hak atas tanah meliputi Hak Milik atas tanah,
Hak Guna Usaha atas tanah, Hak Guna Bangunan atas tanah, Hak Pakai atas
tanah, Hak Pengelolaan atas tanah, Hak Milik atas Sarusun, dan lain-lain
bentuk hak atas tanah yang pengaturannya diatur dalam Undang-Undang
Pokok Agraria. Sistematika hak-hak penguasaan atas tanah dalam UUPA
adalah sebagai berikut 3:
1. Hak Bangsa Indonesia, sebagai hak penguasaan atas tanah yang tertinggi,
beraspek perdata dan publik;
2. Hak Menguasai dari Negara yang disebut dalam Pasal 2, semata-mata
beraspek publik;
3. Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat, beraspek perdata dan publik;
4. Hak-hak Perorangan/individual, semuanya beraspek perdata, terdiri atas :
a. Hak-hak atas tanah sebagai hak-hak individual yang semuanya secara
langsung ataupun tidak langsung bersumber pada hak bangsa
b. Wakaf, yaitu Hak Milik yang sudah diwakafkan dalam Pasal
49 UUPA
c. Hak Jaminan atas tanah yang disebut Hak Tanggungan
Sebagai salah satu jenis hak-hak perorangan atas tanah, yang dimaksud
dengan Hak atas tanah adalah hubungan hukum antara orang dengan tanah
yang memberi wewenang untuk menggunakan tanahnya 4. Dalam Pasal
4 ayat (2) UUPA disebutkan bahwa :
“Hak-hak atas tanah yang dimaksud dalam ayat (1) Pasal ini memberi
wewenang untuk mempergunakan tanah yang bersangkutan, demikian
pula tubuh bumi dan air serta ruang yang langsung berhubungan

3
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia Sejarah pembentukan Undang-Undang
Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, Cetakan Kesembilan (edisi revisi), Jakarta, Djambatan,
2003, hlm 24
4
Irene Eka Sihombing, Segi-segi Hukum Tanah Nasional Dalam Pengadaan Tanah Untuk
Pembangunan, Penerbit Universitas Trisakti, Jakarta, 2005, hlm 23.

S1 Ilmu Hukum Universitas Pamulang 2


Modul Hukum Agraria

dengan penggunaan tanah itu dalam batas-batas menurut Undang-


undang ini dan peraturan-peraturan hukum lain yang lebih tinggi.”

Berdasarkan ketentuan Pasal 4 ayat (2) UUPA dapat diketahui hal-hal


sebagai berikut :
(1) Bahwa yang dipunyai dengan hak atas tanah itu adalah tanahnya, dalam
arti sebagian tertentu dari permukaan bumi.
(2) Wewenang menggunakan yang bersumber pada hak tersebut diperluas
hingga meliputi juga penggunaan sebagian tubuh bumi yang ada dibawah
tanah dan air serta ruang yang ada di atasnya.
(3) Batas yang dinyatakan dalam Pasal 4 ayat (2) dengan kata-kata : sekedar
diperlukan untuk kepentingan yang langsung berhubungan dengan
penggunaan tanah itu, dalam batas-batas menurut Undang-undang ini
(UUPA) dan peraturan-peraturan lain yang lebih tinggi.
Menurut Boedi Harsono, tanah diberikan kepada dan dipunyai oleh
orang dengan hak-hak yang disediakan oleh UUPA, adalah untuk
dipergunakan atau dimanfaatkan. Diberikan dan dipunyainya tanah dengan
hak-hak tersebut tidak akan bermakna jika penggunaannya terbatas hanya
pada tanah sebagai permukaan bumi saja. Oleh karena itu dalam Pasal 4 ayat
dua (2) UUPA dinyatakan bahwa hak-hak atas tanah bukan hanya untuk
memberikan wewenang untuk mempergunakan sebagian tertentu permukaan
bumi yang bersangkutan, yang disebut tanah, tetapi disebut juga tubuh bumi
yang ada dibawahnya dan air serta ruang yang ada di atasnya. Dengan
demikian maka yang dipunyai hak atas tanah itu adalah tanahnya, dalam arti
sebagian tertentu dari permukaan bumi.5
Penguasaan dan penggunaan tanah oleh siapapun serta untuk keperluan
apapun harus ada landasan haknya. Oleh karenanya UUPA menyediakan
berbagai jenis hak atas tanah tanah untuk memenuhi berbagai keperluan. Hak
atas tanah menurut UUPA dibedakan atas hak-hak yang primer dan hak-hak
yang sekunder. Hak-hak primer adalah hak atas tanah bersumber secara
langsung kepada Hak Bangsa Indonesia.6 Mengenai hak atas tanah yang

5
Boedi Harsono, Op.Cit, hlm 19
6
Irene Eka Sihombing, Op.Cit, hlm 23

S1 Ilmu Hukum Universitas Pamulang 3


Modul Hukum Agraria

primer, Ketentuan UUPA dalam Pasal 16 menyebutkan jenis-jenis hak yang


primer meliputi Hak Milik, Hak Guna Bangunan, Hak Guna Usaha dan Hak
Pakai.
Hak atas tanah yang primer dapat diberikan di atas tanah Negara dan
tanah Hak Pengelolaan. Tanah negara atau tanah yang dikuasai langsung oleh
negara adalah tanah yang tidak dipunyai dengan sesuatu hak atas
tanah.Sedangkan pengertian Hak Pengelolaan adalah hak menguasai dari
negara atas tanah yang kewenangan pelaksanaannya sebagian dilimpahkan
kepada pemegang haknya untuk merencanakan peruntukan dan penggunaan
tanah, menggunakan tanah untuk keperluan pelaksanaan tugasnya,
menyerahkan bagian-bagian tanah tersebut kepada pihak ketiga dan atau
bekerja sama dengan pihak ketiga. Yang dapat mempunyai Hak Pengelolaan,
adalah:
(a) Instansi Pemerintah termasuk Pemerintah Daerah.
(b) Badan Usaha Milik Negara.
(c) Badan Usaha Miliki Daerah.
(d) PT. Persero.
(e) Badan Otorita.
(f) Badan-badan hukum pemerintah lainnya yang ditunjuk oleh Pemerintah.
Sedangkan yang dimaksud dengan hak yang sekunder yaitu hak atas
tanah yang bersumber secara tidak langsung kepada Hak Bangsa Indonesia,
yang diberikan oleh pemilik tanah (pemegang hak milik) atas dasar
perjanjian. Dalam Pasal 53 UUPA ditegaskan bahwa jenis-jenis hak yang
sekunder meliputi Hak Guna Bangunan, Hak Pakai, Hak Gadai, Hak Sewa,
Hak menumpang dan Hak Usaha Bagi Hasil,7 yang diatur untuk membatasi
sifat-sifatnya yang bertentangan dengan Undang-undang (UUPA) dan hak-
hak tersebut diusakan hapusnya di dalam waktu yang singkat.
Hak atas tanah meliputi semua hak yang diperoleh langsung dari negara
disebut hak primer dan semua hak yang berasal dari pemegang hak atas tanah
lain berdasarkan pada perjanjian bersama, disebut hak sekunder. Kedua hak
tersebut pada umumnya mempunyai persamaan, di mana pemegangnya

7
Ibid, hlm 24

S1 Ilmu Hukum Universitas Pamulang 4


Modul Hukum Agraria

berhak untuk menggunakan tanah yang dikuasainya untuk dirinya sendiri atau
untuk mendapat keuntungan dari orang lain melalui perjanjian dimana satu
pihak memberikan hak-hak sekunder pada pihak lain.
Hak atas tanah apapun jenisnya memberi kewenangan untuk memakai
bidang tanah tertentu dalam rangka memenuhi kebutuhan pemegang haknya.
Pada hakekatnya pemakaian tanah hanya terbatas untuk dua tujuan yaitu :
untuk diusahakan dan untuk membangun sesuatu. Karena tanah di seluruh
wilayah Indonesia adalah kepunyaan bersama bangsa Indonesia, berdasarkan
hal tersebut dimungkinkan penguasaan secara individu atas sebidang atas
sebidang tanah oleh warganegara Indonesia dalam memenuhi kebutuhannya.
Pada Pasal 16 ayat (1) menyebutkan Jenis jenis Hak Atas Tanah adalah Hak
Milik, Hak Guna Usaha, Hak Pakai, Hak Sewa, Hak Membuka Tanah, Hak
Memungut Hasil Hutan.

C. SOAL LATIHAN/TUGAS
1. Sebutkan dan Uraikan Apa yang merupakan Hak-Hak Penguasaan
Bangsa?
2. Apa saja objek pendaftaran tanah ?

S1 Ilmu Hukum Universitas Pamulang 5


Modul Hukum Agraria

D. DAFTAR PUSTAKA
Buku

Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia Sejarah pembentukan Undang-


Undang Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, Cetakan Kesembilan
(edisi revisi), Jakarta, Djambatan, 2003

H.A.M Effendy, Pokok-Pokok Hukum Adat, Semarang, Duta Grafika, 1990

Irene Eka Sihombing, Segi-segi Hukum Tanah Nasional Dalam Pengadaan


Tanah Untuk Pembangunan, Penerbit Universitas Trisakti, Jakarta,
2005

WEB
Karakter Hukum Sertifikat Tanah, (http://sertipkattanah.blogspot.com/28-12-
2013)

S1 Ilmu Hukum Universitas Pamulang 6

Anda mungkin juga menyukai