Pasal 1 ayat (2) UUPA : Seluruh bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang
terkandung didalamnya dalam wilayah Republik Indonesia, sebagai karunia Tuhan Yang
Maha Esa adalah bumi, air dan ruang angkasa bangsa Indonesia dan merupakan kekayaan
nasional.
Pasal 5 UUPA : Hukum agraria yang berlaku atas bumi, air dan ruang angkasa ialah hukum
adat, sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan nasional dan negara, yang
berdasarkan atas persatuan bangsa, dengan sosialisme Indonesia serta dengan peraturan-
peraturan yang tercantum dalam undang-undang ini dan dengan peraturan perundangan
lainnya, segala sesuatu dengan mengindahkan unsur-unsuur yang bersandar pada hukum
agama.
Akker (Belanda) : segala sesuatu yang berhubungan dengan tanah, berarti yang menyangkut
segala masalah dan seluruh aspek yang berhubungan dengan tanah, seperti masalah
kesuburan tanah, erosi, geodesi, masalah hukum, ekonomi, sosial, dan lain sebagainya
Pengertian Bumi meliputi permukaan bumi (yang disebut tanah) , tubuh bumi di bawagnya
serta yang berada di bawah air (Pasal 1 ayat(4) UUPA)
Atas dasar hak menguasai dari negara, ditentukan adanya macam-macam hak atas permukaan
bumi, yang disebut tanah, yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-orang, baik
sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain serta badan-badan hukum (Pasal 4 ayat (1))
Hanya permukaan bumi saja, yaitu yang disebut tanah, yang dapat dihaki oleh seseorang.
(Penjelasan Umum angka II)
Hak-hak atas tanah memberi wewenang untuk mempergunakan tanah yang bersangkutan,
demikian pula tubuh bumi dan air serta ruang yang ada diatasnya, sekadar diperlukan untuk
kepentingan yang langsung berhubungan dengan penggunaan tanah itu dalam batas-batas
menurut undang-undang ini dan peraturan-peraturan hukum lain yang lebih tinggi. (Pasal 4
ayat (2)) UUPA
Berdasarkan Pasal 1 Angka 1 PP 18/2021 Tanah merupakan permukaan bumi baik berupa
daratan maupun yang tertutup air, termasuk ruang di atas dan di dalam tubuh bumi, dalam
batas tertentu yang penggunaan dan pemanfaatannya terkait langsung maupun tidak langsung
dengan penggunaan dan pemanfaatan bumi.
Berdasarkan Pasal 1 Angka 4 PP 18/2021 Hak Atas Tanah adalah hak yang diperoleh dari
hubungan hukum antara pemegang hak dengan tanah, termasuk ruang di atas tanah, dan/atau
ruang di bawah tanah untuk menguasai, memiliki, menggunakan, dan memanfaatkan, serta
memelihara tanah, ruang di atas tanah, dan/atau ruang di bawah tanah
Tanah negara atau tanah yang dikuasai langsung oleh negara adalah tanah yang tidak
dilekati dengan sesuatu hak atas tanah, bukan tanah wakaf, bukan tanah ulayat
dan/atau bukan merupakan aset barang milik negara barang milik daerah (Pasal1
Angka (2) PP 18/2021)
Tanah negara atau tanah yang dikuasai langsung oleh negara merupakan seluruh
bidang tanah di wilayah negara NKRI yang tidak dipunyai dengan sesuatu hak oleh
pihak lain (Pasal 2 ayat 1 pp 18/2021)
Tanah negara oleh negara dapat memberikannya kepada perorangan atau badan
hukum dengan sesuatu hak atas tanah sesuai dengan peruntukan dan keperluannya,
atau memberikannya dengan hak pengelolaan (Pasal 2 ayat (2) PP 18/2021)
Pasal 2 ayat (3) PP 18/2021 Tanah negara meliputi :
1. Tanah yang ditetapkan undang-undang atau penetapan pemerintah
2. Tanah reklamasi
3. Tanah timbul
4. Tanah yang berasal dari pelepasan/penyerahan hak
5. Tanah yang berasal dari pelepasan kawasan hutan
6. Tanah terlantar
7. Tanah hak yang berakhir jangka waktunya serta tidak dimohon perpanjangan
dan/atau pembaruan
8. Tanah hak yang jangka waktunya berakhir dan karena kebijakan pemerintah
pusat tidak dapat diperpanjang
9. Tanah yang sejak semula berstatus tanah negara
Tanah hak adalah tanah yang dilekati sesuatu hak atas tanah sebagaimana dimaksud
dalam UUPA
Hak atas tanah :
1. Hak milik
2. Hak guna usaha
3. Hak guna bangunan
4. Hak pakai
5. Hak sewa
6. Hak membuka tanah
7. Hak memungut hasil hutan
8. Hak-hak lain yang tidak termasuk dalam hak-hak tersebut di atas yang akan
ditetapkan dengan undang-undang
Hak yang bersifat sementara (Pasal 53 UUPA)
Hak pengelolaan adalah hak menguasai dari negara yang kewenangan pelaksanaannya
sebagian dilimpahkan kepada pemegang hak pengelolaan
Pemegang HAK ATAS TANAH memiliki 2 wewenang :
1. Wewenang umum : menggunakan tanah termasuk tubuh bumi, air dan ruang yang
ada di atasnya sekadar diperlukan untuk kepentingan yang langsung berhubungan
dengan penggunaan tanah dalam batas-batas tertentu menurut UUPA dan
peraturan perundangan lainnya yang lebih tinggi. Wewenang tersebut terbatas
terkandung di dalamnyaa
2. Wewenang khusus : menggunakan tanahnya sesuai dengan macam-macam hak
atas tanah yang dimilikinya
Menurut S.J. Fockema Andrea, hukum agraria (Agrarish Recht) adalah keseluruhan
peraturan hukum mengenai usaha dan tanah pertanian, tersebar dalam berbagai bidang
hukum (hukum perdata, hukum pemerintahan) yang disajikan sebagai suatu kesatuan untuk
keperluan studi tertentu yang bertalian dengan pertanian dan pemilikan hak atas tanah
Menurut Lemaire dalam bukunya Het Trecht van Indonesia, mengemukakan bahwa hukum
agraria berisi segi-segi hukum perdata, hukum tata negara dan hukum tata usaha negara
dan dibicarakan secara golonga hukum tersendiri
Menurut Boedi Harsono, hukum agraria menurut pengertian UUPA adalah keseluruhan
kaidah-kaidah hukum, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis yang mengatur agraria
a. Hukum agraria dalam arti sempit adalah hukum yang mengatur penggunaan tanah
dan hak-hak atas tanah (hukum tanah)
b. Hukum agraria dalam arti luas adalah hukum yang mengatur tentang bumi, air dan
dalam batas-batas tertentu termasuk ruang angkasa serta kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya
Dalam Seminar Tata Guna Sumber Alam I (1967)
Hukum agraria adalah hukum yang mengatur tanah dan hak-hak agraria lainnya,
wewenang menggunakan tanah, hubungan manusia dengan tanah.
Objeknya adalah tanah dan segala sesuatu yang bertalian dengan tanah dan lingkungan
sekitarnya
"Kedudukan Hukum Agraria"
Boedi Harsono (2005) menyatakan bahwa pada masa sebelum berlakunya UUPA, kaidah
hukum agraria tidak dibicarakan dalam rangkaian yang berdiri sendiri seperti cabang ilmu
hukum yang berdiri sendiri seperti cabang hukum dagang, hukum perdata, hukum adat dan
sebagainya, akan tetapi dibicarakan sebagai bagian dari cabang ilmu hukum lainnya
Pasal 33 ayat (3) UU 1945 "Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat"
Hukum Tanah yang mengatur hak-hak Hukum Pertambangan yang mengatur hak-
penguasaan atas tanah, dalam arti hak penguasaan atas bahan-bahan galian
permukaan bumi, (diatur dalam Undang- (UU 3 Tahun 2020 tentang Pertambangan
Undang No. 5 Tahun 1960)/UU No. 6 Mineral dan Batubara, UU No. 22 Tahun
Tahun 2023 tentang Penetapan Perpu Cipta 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi)
Kerja Menjadi UU / UU No. 2 Tahun 2012
tentang Pengadaan Tanah untuk Kegiatan
Pembangunan Kepentingan Umum
Hukum Air yang mengatur penguasaan atas Hukum Kehutanan yang mengatur
tanah, air, diatur dalam UU No. 17 Tahun penguasaan atas kekayaan alam yang
2019 tentang Sumber Daya Air, UU No. 27 terkandung dalam hutan dan ekosistemnya
Tahun 2007 Jo UU No. 1 Tahun 2014 (diatur dalam UU No. 41 Tahun 1999
tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan tentang Kehutanan diubah dengan UU
Pulau-Pulau Kecil, UU No. 32 Tahun 2014 45/2009)
tentang Kelautan
Hukum Penguasaan Atas Tenaga dan Hukum Perikanan yang mengatur
Unsur-Unsur dalam Ruang Angkasa (bukan penguasaan atas kekayaan alam yang
space law) mengatur hak-hak penguasaan terkandung dalam air (UU No. 31 Tahun
atas tenaga dan unsur-unsur dalam ruang 2004 tentang Perikanan dan Undang-
angkasa yang dimaksudkan dalam Pasal 48 Undang Nomor 27 Tahun 2007 jo UU No.
UUPA 1/2014 tentang Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau-pulau Kecil)
UU Nomor 7 Tahun 2016 tentang
Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan,
Pembudidaya Ikan dan Petambak Garam