Anda di halaman 1dari 5

NAMA : Intan Dwi Puspitasari

NIM : 210710101140

HUKUM AGRARIA (F)

A. HUKUM AGRARIA

Kata Agraria memiliki arti yang berbeda antara Bahasa yang satu dengan Bahasa
yang lainnya. Dalam Bahasa latin Agraria berasal dari kata ager dan agrarius, yang mana
ager berarti sebidang tanah, sedangkan agrarius berarti perladangan, persawahan,
pertanian. Dalam Bahasa Indonesia Agraria berarti urusan tanah pertanian, perkebunan.
Pengertian Agraria menurut Boedi Harsonoadalah keseluruhan kaidah-kaidah
hukum, baik tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur mengenai Agraria. Agraria ini
meliputi bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya bahkan batas-batas
yang ditentukan, serta mengenai ruang angkasa.
Istilah Agraria dalam UUPA mempunyai dua pengertian, yaitu dalam arti luas dan
dalam arti sempit. Pengertian Agraria dalam arti luas meliputi bumi, air, dan ruang
angkasa (Pasal 1 Ayat (2) UUPA). Sedangkan pengertian Agraria dalam arti sempit
hanya mengatur masalah tanah (Pasal 4 Ayat (1) UUPA).
Secara sistematis sumber hukum hukum agrarian yang tertulis, antara lain :
1. UUD 1945, utamanya Pasal 33 Ayat 3.
2. UU No.5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA).
3. Peraturan-peraturan pelaksana UUPA.
4. Peraturan-peraturan bukan pelaksana UUPA yang dikeluarkan sesudah
tanggal 24 September 1960 karena suatu masalah yang perlu diatur.
5. Peraturan-peraturan lama yang untuk sementara masih berlaku, sesuai dengan
ketentuan pasal-pasal peralihan.
A.P. Perlindungan menyatakan bahwa pengertian Agraria mempunyai ruang
lingkup yaitu dalam arti sempit bisa berwujud hak-hak atas tanah ataupun pertanian saja.
Sedangkan pada Pasal 1 dan 2 UUPA telah memberikan pengertian yang luas, yaitu
bumi, air, ruang angkasa, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. UUPA
memberikan penjelasan mengenai unsur-unsur Agraria dalam arti luas, sebagai berikut :
1. Pengertian Bumi meliputi permukaan bumi, tubuh bumi dibawahnya, tubuh bumi
yang berada di bawah air (Pasal 1 Ayat (4) UUPA).
2. Pengertian Air meliputi perairan pedalaman, laut wilayah Indonesia Pasal 1 Ayat (4)
UUPA). Dalam Pasal 1 Ayat (3) UU No. 11 Tahun 1974 tentang Pengairan,
disebutkan bahwa pengertian air meliputi air yang terdapat di dalam dan atau berasal
dari sumber-sumber air, baik yang terdapat di atas maupun di bawah permukaan
tanah, tetapi tidak meliputi air yang terdapat dilaut.
3. Pengertian Ruang Angkasa adalah ruang di atas bumi dan air (Pasal 1 Ayat (4) dan
(5) UUPA). Pengertian ruang angkasa menurut Pasal 48 UUPA ialah ruang di atas
bumi dan air yang mengadung tenaga dan unsur-unsur yang dapat digunakan untuk
usaha-usaha memelihara dan memperkembangkan kesuburuan bumi, air, serta
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dan hal-hal yang bersangkutan dengan
itu.
4. Pengertian Kekayaan Alam yang terkandung di dalamnya adalah kekayaan yang
terkandung dalam bumi yang disebut bahan, yaitu unsur-unsur kimia, mineral-
mineral, bijih-bijih, dan segala macam batuan mulia yang merupakan endapan alam
(UU No.11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan).
Sedangkan kekayaan alam yang terkandung di dalam air adalah ikan dan lain-lain
kekayaan yang berada di dalam perairan pedalaman dan laut wilayah Indonesia (UU
No.9 Tahun 1985 tentang Perikanan).

Secara garis besar Hukum Agraria setelah adanya pemberlakuan UUPA dibagi
menjadi dua bidang, yakni :

1. Hukum Agraria Perdata


Hukum Agraria Perdata adalah keseluruhan dari ketentuan hukum yang bersumber
pada hak perseorangan dan badan hukum yang memperbolehkan, mewajibkan,
melarang diperlakukan perbuatan hukum yang berhubungan dengan tanah.
2. Hukum Agraria Administrasi
Hukum Agraria Administrasi adalah keseluruhan dari ketentuan hukum yang
memberi wewenang kepada pejabat dalam menjalankan praktek hukum negara dan
mengambil tindakan dari masalah-masalah agrarian yang timbul.

Sebelum berlakunya UUPA, Hukum Agraria di Hindia Belanda (Indonesia) terdiri


atas lima perangkat hukum, yaitu :

a. Hukum Agraria Adat


b. Hukum Agraria Barat
c. Hukum Agraria Administratif
d. Hukum Agraria Swapraja
e. Hukum Agraria Antar Golongab

Kelima perangkat Hukym Agraria tersebut setelah negara Indonesia merdeka, atas
dasar Pasal 2 Aturan Peralihan Undang Undang Dasar (UUD) 1945 dinyatakan masih
berlaku selama belum diadakan yang baru.

B. HUKUM PERTANAHAN

Dalam Ruang lingkup Agraria tanah merupakan bagian dari bumi yang disebut
permukaan bumi, tanah dalam pengertian yuridis adalah permukaan bumi sedangkan hak atas
tanah adalah hak atas sebagian tertentu permukaan bumi yang berbatas, berdimensi dua
dengan ukuran panjang dan lebar.

Hukum tanah adalah keseluruhan ketentuan-ketentuan hukum baik tertulis maupun tidak
tertulis yang semuanya mempunyai objek pengaturan yang sama yaitu hak-hak penguasaan
atas tanah sebagai Lembaga-lembaga hukum dan sebagai hubungan hukum yang konkret,
beraspek public dan privat yang dapat disusun dan dipelajari secara sistematis hingga
keseluruhannya menjadi satu kesatuan.

Objek atas hukum tanah adalah hak penguasaan atas tanah, maksudnya yaitu hak yang
berisi serangkaian wewenang, kewajiban atau larangan bagi pemegang haknya untuk berbuat
sesuatu mengenai tanah yang dihaki.
Hak atas tanah bersumber dari hak menguasai dari negara atas tanah dapat diberikan
kepada perseorangan baik warga negara Indonesia maupun warga negara asing, sekolompok
orang bersama-sama, dan badan hukum baik badan hokum privat maupun badan hukum
public. Macam-macam hak tanah dimuat dalam Pasal 16 jo.Pasal 53 UUPA, yang
dikelompokkan menjadi 3 bidang yaitu :

1. Hak atas tanah yang bersifat tetap yaitu hak-hak atas tanah ini akan
tetapadaselama UUPA masih berlaku atau belum dicabut dengan undang-undang
yang baru. Macam-macam hak atass tanah ini antara lain :
A. Hak milik
Hak milik adalah hak turun temurun, terkuat, dan terpenuhi yang dapat
dipunyai orang atas tanah (Pasal 20 UUPA). Hak milik artinya pemegang hak
milik memiliki wewenang yang luas, yaitu pemegang hak milik dapat
mengalihkan, menjaminkan, menyewakan, bahkan menyerahkan penggunaan
tanah tersebut kepada pihak lain dengan memberikan ha katas tanah yang baru.
B. Hak Guna Usaha (HGU)
HGU adalag hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai langsung oleh
negara, dalam jangka waktu sebagaimana yang telah ditentukan dalam Pasal 29,
guna perusahaan pertanian, perikanan, atau peternakan Pasal 28 Ayat 1.
C. Hak Guna Bangunan (HGB)
Dalam Pasal 33 UUPA dijelaskan bahwa HGB adalah hak untuk
mendirikan bangunan atas tanah yang bukan miliknya sendiri dalam jangka waktu
30 tahun. Atas permintaan pemegang hak dengan mengingat keperluan dan
keadaan bangunan-bangunannya. Jangka waktu tersebut dapat diperpanjang
waktu paling lama 20 tahun. HGB dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain.
Penggunaan tanah yang dipunyai dengan HGB adalah untuk mendirikan
bangunan-bangunan, meliputi bangunan rumah, tempat tinggal, usaha
perkantoran, pertokoan industri dan lain-lain

D. Hak Pakai

Hak Pakai adalah hak untuk menggunakan atau menguasai hasil dari tanah
yang dikuasai langsung oleh negara atau tanah Hak Milik atau di atas Tanah
Pengelelolaan. Hak Pakai memberi wewenang dan juga kewajiban yang
ditentukan dalam keputusan pemberian haknya oleh pejabat yang berwenang atau
dalam perjanjian dengan pemilik tanah yang bersangkutann yang bukan perjanjian
sewa-menyewa atau perjanjian pengolahan tanah. Makna kata “menggunakan”
berarti dapat mendirikan bangunan di atas tanah tersebut, sedang kata “memungut
hasil”berarti memanfaatkan tanah tersebut untuk kepentingan pemegang haknya,
misalnya pertanian, peternakan, perikanan atau perkebunan
2. Hak atas tanah yang akan ditetapkan oleh undang-undang, yaitu hak atas tanah
yang akan lahirkemudian yang akan ditetapkan undang-unddang
3. Hak atas tanah yang bersifat sementara yaitu hak atas tanah ini sifatnya
sementara, dalam waktu yang singkat akan dihapuskan dikarenakan mengandung
sifat-sifat pemerasan, mengandung sifat feudal dan bertentangan dengan jiwa
UUPA.

Anda mungkin juga menyukai