Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
NPM : 2021030268
Kelas : Hukum Ekonomi Syariah / E
JAWABAN
1. Hak atas tanah merupakan hak penguasaan atas tanah yang berisikan serangkaian
wewenang, kewajiban dan/atau larangan bagi pemegang haknya untuk berbuat sesuatu
mengenai tanah yang dihaki. Sesuatu yang boleh, wajib atau dilarang untuk diperbuat,
yang merupakan isi hak penguasaan itulah yang menjadi kriteria atau tolok pembeda
diantara hak-hak penguasaan atas tanah yang diatur dalam hukum tanah. Dengan adanya
hak menguasai dari negara sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 2 ayat (1) UUPA, yaitu
bahwa: “Atas dasar ketentuan Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 dan hal-hal sebagai yang
dimaksud dalam Pasal 1, bumi, air, dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang
terkandung didalamnya itu pada tingkatan yang tertinggi dikuasai oleh negara sebagai
organisasi kekuasaan seluruh masyarakat.”Atas dasar ketentuan tersebut, negara
berwenang untuk menentukan hakhak atas tanah yang dapat dimiliki oleh dan atau
diberikan kepada perseorangan dan badan hukum yang memenuhi persyaratan yang
ditentukan. Kewenangan tersebut diatur dalam Pasal 4 ayat (1) UUPA, yang menyatakan
bahwa: “Atas dasar hak mengusai dari negara sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 2
ditentukan adanya macam-macam hak atas permukaan bumi yang disebut tanah, yang
dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-orang, baik sendiri maupun bersama-
sama dengan orang-orang lain serta badan hukum.”
2. Hak penguasaan atas tanah ada 4 macam, yaitu :
1) Hak Bangsa Indonesia
Mengenai hak Bangsa Indonesia diatur dalam Pasal 1 ayat (1) sampai ayat (3) UUPA.
Hak Bangsa Indonesia merupakan hak penguasaan atas tanah yang tertinggi dalam
Hukum Tanah Nasional. Hak ini juga menjadi sumber bagi hak-hak penguasaan atas
tanah yang lain. Hak Bangsa Indonesia mengandung 2 unsur, yaitu unsur kepunyaan
dan unsur tugas kewenangan. Unsur kepunyaan berarti subyek atas hak Bangsa
Indonesia ada pada seluruh rakyat Indonesia dan meliputi seluruh wilayah Indonesia.
Unsur tugas kewenangan berarti tugas kewenangan untuk mengatur penguasaan dan
memimpin pengurusan tanah dilaksanakan oleh negara. Hak Bangsa Indonesia
merupakan sebuah hubungan hukum yang bersifat abadi. Ini berarti selama rakyat
Indonesia yang bersatu sebagai Bangsa Indonesia masih ada dan selama bumi, air dan
ruang angkasa Indonesia masih ada pula, dalam keadaan yang bagaimanapun, tidak
ada sesuatu kekuasaan yang akan dapat memutuskan atau meniadakan hubungan
tersebut (Penjelasan Umum II UUPA).
Subyek dari hak menguasai dari negara adalah Negara Republik Indonesia sebagai
organisasi kekuasaan seluruh rakyat Indonesia dan meliputi semua tanah yang berada
di wilayah Republik Indonesia, baik tanah yang belum maupun yang sudah dihaki
dengan hak perorangan. Tanah yang belum dihaki dengan hak perorangan disebut
tanah yang dikuasai langsung oleh negara (dalam praktik administrasi disebut tanah
negara), sedangkan tanah yang sudah sudah dihaki dengan hak perorangan disebut
tanah hak dengan nama sebutan haknya, misalnya tanah hak milik.
Lebih lanjut tanah negara dapat dibagi menjadi:
4) Hak-hak Perorangan
Hak-hak perorangan terbagi menjadi:
a. Hak-hak atas tanah, meliputi:
Hak atas tanah primer, yaitu hak atas tanah yang diberikan oleh
negara. Beberapa bentuk dari hak atas tanah primer adalah hak milik, hak
guna usaha, hak guna bangunan, yang diberikan oleh negara dan hak pakai
yang diberikan oleh negara.
Hak atas tanah sekunder, adalah hak atas tanah yang bersumber dari pihak
lain. Beberapa bentuknya adalah hak guna bangunan dan hak pakai yang
diberikan oleh pemilik tanah, hak gadai, hak usaha bagi hasil, hak
menumpang, hak sewa dan lain-lain.
b. Wakaf
c. Hak jaminan atas tanah: hak tanggungan.
3. Hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai, hak sewa, hak membuka
tanah, hak memungut hasil hutan, hak-hak lain yang tidak termasuk dalam hak-hak
tersebut di atas yang akan ditetapkan dengan undang-undang. Perbedaan hak atas tanah
primer dan sekunder ialah :
a. Primer : hak-hak atas tanah primer adalah hak-hak atas tanah yang dapat dimiliki
atau dikuasai secara langsung oleh seorang atau badan hukum yang mempunyai
waktu lama dan dapat dipindahtangankan kepada orang lain atau ahli warisnya,
contohnya adalah hak milik, hak guna usaha dll. Sedangkan Sekunder: adalah hak
yang timbul atau dibebankan di atas hak atas tanah yang sudah ada, mencakup HGU,
HGB, hak pengelolaan, hak sewa, hak membuka tanah dan memungut hasil hutan,
hak usaha bagi hasil, hak menumpang, hak gadai tanah dan hak tanggungan,
b. Contohnya adalah hak gadai tanah, hak usaha bagi hasil, hak sewa tanah pertanian,
dan hak menumpang.
4. Pengertian dari hak milik, hak guna bangunan, dan hak guna usaha
1) Hak milik adalah hak turun-menurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang
atas tanah. Hak ini dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain. Hanya warga
negara Indonesia dapat mempunyai hak milik. Oleh pemerintah, ditetapkan pula
badan-badan hukum yang dapat mempunyai hak milik dan syarat-syaratnya. Orang
asing yang memperoleh hak milik karena pewarisan tanpa wasiat atau percampuran
harta karena perkawinan, demikian pula warga negara Indonesia yang mempunyai
hak milik dan kehilangan kewarganegaraannya wajib melepaskan hak itu di dalam
jangka waktu satu tahun sejak diperolehnya hak tersebut atau hilangnya
kewarganegaraan itu.Jika sesudah jangka waktu tersebut, hak milik itu tidak
dilepaskan, maka hak tersebut hapus karena hukum dan tanahnya jatuh pada negara,
dengan ketentuan bahwa hak-hak pihak lain yang membebaninya tetap berlangsung.
2) HGB adalah hak untuk mendirikan dan mempunyai bangunan-bangunan atas tanah
yang bukan miliknya sendiri, dengan jangka waktu paling lama 30 tahun
Atas permintaan pemegang hak dan dengan mengingat keperluan serta keadaan
bangunan-bangunannya, jangka waktu HGB dapat diperpanjang dengan waktu paling
lama 20 tahun.
Yang dapat mempunyai HGB adalah warga negara Indonesia dan badan hukum yang
didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia. HGB dapat
beralih dan dialihkan kepada pihak lain.
3) HGU adalah hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai langsung oleh negara,
dalam jangka waktu paling lama 25 tahun, guna perusahaan pertanian, perikanan
atau peternakan.
Untuk perusahaan yang memerlukan waktu yang lebih lama dapat diberikan HGU
untuk waktu paling lama 35 tahun.
Atas permintaan pemegang hak dan mengingat keadaan perusahaannya, jangka waktu
HGU dapat diperpanjang dengan waktu yang paling lama 25 tahun.
HGU diberikan atas tanah yang luasnya paling sedikit 5 hektar, dengan ketentuan
bahwa jika luasnya 25 hektar atau lebih harus memakai investasi modal yang layak
dan teknik perusahaan yang baik, sesuai dengan perkembangan zaman.
6. Hak Sekunder (Derivatif) yaitu hak yang timbul atau dibebankan diatas hak atas tanah
yang sudah ada. Hak ini bisa timbul karena perjanjian antara pemilik tanah sebagai
pemegang hak primer dan calon pemegang Hak Sekunder.Yang termasuk Hak atas tanah
ini antara lain:
1) Hak sekunder yang ditumpangkan di atas hak primer yang yang memiliki derajat
yang lebih tinggi misalnya HGB/HGU/Hak Pakai di atas tanah Hak Milik.
2) Hak Sewa di atas tanah Hak Milik/ HGB/ HGU/ Hak Pengelolaan atas tanah negara,
Seseorang atau suatu badan hukum mempunyai hak sewa atas tanah, apabila ia
berhak mempergunakan tanah milik orang lain untuk keperluan bangunan dengan
membayar kepada pemiliknya sejumlah uang sebagai sewa, perjanjian sewa tanah
yang dimaksudkan dalam pasal ini tidak boleh disertai syarat-syarat yang
mengandung unsur-unsur pemerasan.
3) Hak Sewa atas tanah pertanian.
4) Hak membuka tanah dan memungut hasil hutan, Hak membuka tanah dan memungut
hasil hutan hanya dapat dipunyai oleh warganegara Indonesia dan diatur dengan
Peraturan Pemerintah. Dengan mempergunakan hak memungut hasil hutan secara sah
tidak dengan sendirinya diperoleh hak milik atas tanah itu.
5) Hak usaha bagi hasil
6) Hak menumpang (Hak Numpang Karang), Hak numpang karang dan hak usaha
tergolong hak kebendaan. Hak numpang karang diatur dalam Buku II Bab Ketujuh
PasaL 711— Pasal 719 Burgelijk Wetboek (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,
disingkat KUH Perdata). Sedangkan hak usaha diatur dalam Buku II bab Kedelapan
PasaL 720 – 736 KUH Perdata. Menurut ketentuan Pasal 711 KUH Perdata hak ini
adalah hak kebendaan untuk mempunyai gedung bangunan atau tanaman di atas tanah
orang lain. Pemilik tanah primer, selama hak numpang karang berjalan tidak boleh
mencegah orang yang mempunyai hak itu untuk membongkar gedung atau bangunan
atau menebang segala tanaman dan mengambil salah satu di antaranya, bila
pemegang hak itu telah melunasi harga gedung, bangunan dan tanaman itu pada
waktu memperoleh hak tersebut, atau bila gedung, bangunan dan tanaman itu
didirikan, dibangun dan di tanam oleh pemegang hak itu sendiri, tanpa mengurangi
kewajiban pemegang hak untuk mengembalikan pekarangan tersebut dalam keadaan
semula seperti sebelum hal-hal tersebut didirikan, dibangun atau ditanam. Dan jika
hak ini telah berakhir maka pemilik pekarangan menjadi pemilik gedung, bangunan
dan tanaman di atas pekarangan, dengan kewajiban membayar harganya pada saat itu
juga kepada yang mempunyai hak numpang karang yang dalam hal ini berhak
menahan sesuatu sampai pembayaran itu dilunasi. Namun bila hak numpang karang
diperoleh atas sebidang tanah yang diatasnya telah terdapat gedung-gedung,
bangunan-bangunan dan tanaman-tanaman yang harganya tidak dilunasi oleh
penerima hak numpang karang itu, maka pemilik tanah, pada waktu berakhirnya hak
tersebut, dapat menguasai kembali semua benda itu tanpa wajib mengganti kerugian.
7) Hak Jaminan atas tanah,yang terdiri dari gadai dan hak tanggungan, namun yang
seringkali digunakan hanyalah hak tanggungan. Hak tanggungan sendiri adalah
adalah hak atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah yang
dijadikan sebagai jaminan untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan
kedudukan diutamakan kreditor tertentu terhadap kreditor-kreditor lainnya.