Anda di halaman 1dari 32

RANGKUMAN PENGATURAN PENDAFTARAN DAN

PENGALIHAN HAK ATAS TANAH

MATERI PENGUASAAN HAK ATAS TANAH


Pengertian
Hak penguasaan atas tanah adalah suatu hubungan hukum yang memberi
wewenang untuk berbuat sesuatu kepada subyek hukum (orang perorangan/badan
hukum) terhadap obyek hukumnya, yaitu tanah yang dikuasainya
Macam-Macam Hak Penguasaan atas Tanah
1. Hak Penguasaan atas tanah yang mempunyai kewenangan khusus yaitu
kewenangan yang bersifat publik dan perdata
a. Hak Bangsa Indonesia / HBI (Pasal 1 UUPA)
Pengertian
HBI adalah hak dari bangsa Indonesia atas seluruh bumi, air, dan
ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung didalamnya
yang berada di dalam wilayah republik Indonesia (Pasal 1.1 dan Pasal
1.2 UUPA). HBI adalah Hak penguasaan atas tanah yang tertinggi di
Indonesia. HBI menunjukan adanya hubungan yang berisfat abadi
antara bangsa Indonesia dengan tanah di seluruh wilayah Indonesia
dengan subyeknya bangsa Indonesia sebab bumi, air dan ruang
angkasa merupakan pemberian dari Tuhan Yang Maha Esa.

Hubungan HBI dan Bumi, Air, Serta Ruang Angkasa Adalah


Hubungan Yang Bersifat Abadi
Memiliki pengertian bahwa selama rakyat Indonesia yang Bersatu
sebagai bangsa Indonesia masih ada dan selama bumi, air, dan ruang
angka Indonesia masih ada pula, dalam keadaan bagaimanapnun tidak
ada sesuatu kekuasaaan yang akan dapat memutuskan atau meniadakan
hubungan tersebut sebab bumi, air, dan ruang angkasa merupakan
pemberian dari Tuhan Yang Maha Esa (Penjelasan Umum UUPA
II.2). Jadi sekalipun wilayah atau sebagaian wilayah Indonesia
dikuasai oleh penjajah hubungan tersebut tetap berlangsung

Pengertian Bumi, Air, dan Ruang Angkasa


Pengertian bumi selain permukaan bumi, termasuk pula tubuh bumi di
bawahnya serta yang berada dibawah air (Pasal 1 ayat 4 UUPA).
Permukaan bumi biasa disebut sebagai tanah. Pengertian Air termasuk
perairan pedalaman maupun laut wilayah Indonesia (Pasal 1 ayat
5 UUPA) sedangkan yang dimaksud dengan Ruang Angkasa adalah
ruang diatas bumi dan air sebagaiman dimaksud di atas.

Unsur-Unsur HBI
1. Unsur Kepunyaan yang beraspek keperdataan
Seluruh tanah di Indonesia kepunyaan Bangsa Indonesia.
2. Unsur Tugas Kewenangan Mengelolan yang beraspek hukum
publik
Kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 2 UUPA
dan Penjelasan Umum II angka 2 UUPA.

b. Hak Menguasai Negara / HMN (Pasal 33 ayat 3 UUD 1945 Juncto


Pasal 2 UUPA)
Sumbernya
Pemberian kuasa dari Banga Indonesia kepada Negara sebagai
organisasi kekuasaan seluruh rakyat Indonesia (badan Penguasa)
berdasarkan ketentuan Pasal 33 ayat 3 UUD 1945 dan ketentuan
dijabarkan lebih lanjut dalam Pasal 2 UUPA.

Pengertian dan Hubungan Hukum Negara dengan Bumi, Air, dan


Ruang Angkasa
Hubungan hukum Negara dengan Bumi, Air, dan Ruang Angkasa
termasuk kekayaan yang terkandung di dalamnya didasarkan pada
ketentuan Pasal 33 ayat 3 UUD 1945 yang dirumuskan dengan istilah
“dikuasai” bukan bearti “dimiliki” akan tetapi pengertiannya adalah
Negara sebagai organisasi kekuasaan tertinggi seluruh rakyat
melaksanakan tugas untuk memimpin dan mengatur kewenangan
bangsa Indonesia (kewenangan publik).
Melalui HMN negara akan dapat senantiasa mengendalikan atau
mengarahkan fungsi bumi, air, ruang angkasa sesuai dengan
kebijaksanaan pemerintah. Negara dalam hal ini tidak menjadi
pemegang hak, melainkan sebagai badan penguasa yang mempunyai
hak-hak sebagai berikut:
i. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan,
persediaan dan pemeliharaanya;
ii. Menentukan dan mengatur hak-hak yang dapat dipunyai oleh
subyek hukum atas bagian dari bumi, air, dan ruang angkasa;
iii. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara
orang-orang dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai
bumi, air, dan ruang angkasa,
sebagaimana yang telah ditentukan berdasarkan Pasal 2 UUPA.
Bunganan hukum tersebut disebut HMN yang hanya bersifat publik
semata-mata tidak meliputi dan tidak mempengaruhi yang beraspek
keperdataan yaitu hak kepunyaan yang tetap berada pada Bangsa
Indonesia itulah yang merupakan kewenangan mengatur dari negara.

Tanah Negara
Pengertian
Tanah negara adalah tanah yang langsung dikuasai oleh negara yaitu
tanah yang diatasnya tidak dikuasai dengan suatu ha katas tanah (tanah
negara dalam arti sempit)

Tanah Negara Tidak Dapat Dipindahtangankan


Tanah Negara adalah tanah yang langsung dikuasai oleh Negara
dimana penguasaannya bersifat public yang memberikan kewenangan
kepada negara untuk mengelola tanah tersebut dengan demikian
pemberian tanah tersebut kepada pihak lain atau seseorang hanya dapat
dilakukan dalam rangka menjalankan kewenangan negara yang
bersifat publik. Sedangkan jual beli tanah tidak dapat dilakukan
karena sifat hubungan hukumnya adalah perdata karena Negara
bukan sebagai pemilik dari tanah maupun pihak lain yang
menguasai tanah secara fisik.

Penguasaan Hak Atas Tanah Yang Bersifat Fisik dan Bersifat


Yuridis

Penguasaan Hak Atas Tanah Yang Bersifat Fisik


Adalah penguasaan hak atas tanah dalam arti fisik adalah menguasai
tanah tersebut secara fisik dengan memanfaatkan, memelihara, dan
memperoleh langsung hasil dari penguasaan tanah tersebut meskipun
secara yuridis tanah tersebut bukan dikuasai olehnya.
Penguasaan Hak Atas Tanah Yang Bersifat Yuridis
Penguasaan dalam arti yuridis adalah penguasaan yang dilandasi hak
yang dilindungi oleh hukum dan pada umumnya memberi kewenangan
kepada pemegang hak untuk menguasai secara fisik tanah yang dihaki,
misalnya pemilik tanah mempergunakan atau mengambil manfaat dari
tanah yang dihaki, tidak diserahkan kepada pihak lain

c. Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat / HUMHA (Pasal 3 UUPA)


Pengertian
Hak Ulayat MHA merupakan serangkaian wewenang dan kewajiban
suatu MHA yang berhubungan dengan tanah yang terletak dalam
lingkungannya Hak Ulayat MHA oleh Pasal 3 UUPA diakui dengan
ketentuan sebagai berikut:
i. Sepanjang menurut kenyatannya masih ada;
ii. Pelaksanaan hak ulayat harus sedemikian rupa sehingga sesuai
dengan kepentingan nasional dan negara yang berdasarkan atas
persatuan bangsa serta tidak boleh bertentangan dengan UU
dan peraturan – peraturan lain yang lebih tinggi.
Kriteria Ketentuan Masih Adanya Hak Ulayat di Lingkungan
Kelompok MHA
Kriteria ketentuan adanya hak ulayat di lingkungan kelompok MHA
tidak ada ketentuannya baik dalam UUPA maupun
penjelasannya, namun kiranya masih adanya hak ulayat dapat dilihat
dari kenyataan sebagai berikut:
i. Masih adanya suatu kelompok orang-orang yang merupakan
warga MHA tertentu;
ii. Masih adanya tanah yang merupakan wilayah MHA tersebut
yang disadari sebagai kepunyaan Bersama pada warga MHA
sebagai lebens raumnya.
iii. Eksistensi hak ulayat MHA yang bersangkutan juga diketahui
dari kenyataan masih adanya Kepala Adat dan Para Tetua Adat
yang kenyatannya masih diakui oleh warga MHA untuk
melakukan kegiatan sehari-hari sebagai pengemban tugas
kewenangan MHA.

Dasar hukum yuridis mengenai terhadap Hak Ulayat dapat dilihat


dari Pemerintah menerbitkan ketentuan peraturan perundang-undangan
Peraturan Menteri Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nomor 5
Tahun 1999 tentang Pedoman Penyelesaian Masalah Hak Ulayat
MHA bahkan eksistensi yuridis Hak Ulayat MHA juga dikukuhkan
dalam Perubahan Kedua UUD 1945 oleh MPR-RI pada tanggal 18
Agustus 2000 dalam Pasal 18B ayat 2.

2. Hak Penguasaan atas tanah yang memberi kewenangan yang berisifat


umum yaitu kewenangan di bidang perdata dalam penggunaan tanah
sesuai dengan jenis-jenis hak atas tanah yang diberikan (Hak Perorangan
atas Tanah atau Hak Individual)
2.1 Hak atas tanah
Pengertian
Yaitu hak penguasaan atas tanah yang memberi wewenang bagi
subyeknya untuk menggunakan tanah yang dikuasainya terdiri atas:

a. Hak atas tanah orisinal atau Primer


Hak atas tanah yang bersumber pada Hak Bangsa Indonesia
dan yang diberikan oleh Negara yang cara memperolehnya
dengan permohonan hak

Macam-Macam Hak atas tanah Primer:


1. Hak Milik
Diktat Agraria halaman 37- 40
Pengertian
Hak milik adalah hak atas tanah yang turun temurun, terkuat,
dan terpenuhi. Hak Milik tidak bearti merupakan hak yang
mutlak dan tidak dapat diganggu gugat dan tidak terbatas
seperti Hak Eigendom, akan tetapi kata-kata “terkuat dan
terpenuhi” bermaksud untuk membedakan dengan HGU, HGB,
Hak Pakai dll, yaitu untuk menunjukan bahwa diatara hak-hak
atas tanah yang dapat dipunyai orang Hak Miliklah yang “ter”
(artinya paling kuat dan terpenuhi)  Penjelasan Pasal 20
UUPA.
a. Hak yang Terkuat Hak Milik tidak mudah hapus dan
musnah serta mudah dipertahankan terhadap hak pihak
lain, oleh karena itu harus didaftarkan menurut PP No
24/1997
b. Terpenuhi  memandakan kewenangan pemegang hak
milik itu paling penuh dengan dibatasi ketentuan Pasal
6 UUPA tentang fungsi sosial tanah
c. Turun temurun jangka waktu tidak terbatas dapat
beralih karena perbuatan hukum dan peristiwa hukum
Jangka Waktu
Tidak terbatas karena sifatnya turun temurun
Subyek Hukum Hak Milik
a. WNI (Pasal 21 ayat 1 UUPA Jo Pasal 9 ayat 1 UUPA)
kalua dwikernegaraan maka menurut UUPA dianggap
sebagai WNA (Pasal 21 ayat 4 UUPA)
b. Badan – Badan hukum yang ditunjuk berdasarkan PP
No 38 Tahun 1963 dapat memiliki Hak Milik (Pasal 21
ayat 2 UUPA) yaitu sebagai berikut:
i. Bank Negara hanya boleh mempunyai hak milik
atas tanah:
- Untuk tempat bangunan-bangunan guna
menunaikan tugasnya serta untuk perumahan
bagi pegawainya;
- Berasal dari pembelian dalam pelelangan
umum sebagai eksekusi dari hak bank ybs,
dengan ketentuan bahwa jika Bank sendiri
tidak memerlukannya untuk keperluan i a
dalam waktu 1 tahun sejak diperolehnya,
harus dialihkan kepada pihak lain yang
memenuhi syarat.
- Untuk keperluan sebagaimana dalam butir i
a maka harus ada izin dari Kepala BPN
ii. Badan sosial / Badan keagamaan yang ditunjuk
oleh Kepala BPN setelah mendengar pendapat
Menteri Sosial atau Menteri Agama dan
tanahnya harus dipergunakan untuk keperluan
yang langsung berhubungan dengan usaha
sosial/keagamaan
iii. Koperasi pertanian, luas tanahnya tidak melebihi
ketentuan UU 56 Prp 1960
Permasalahan Hukum
a. Melarang pemindahan Hak Milik kepada WNA, BHI
(kecuali yg ditetapkan dalam PP No 38/1963), dan BHA
b. Peristiwa Hukum yang menyebabkan beralihnya Hak Milik
kepada pihak yang tidak berwenang sebagai pemegang
Hak Milik masih diakui/diperbolehkan maksimal 1 tahun,
setelah 1 tahun Hak Milik tersebut wajib dilepaskan
kepada subyek yang memenuhi syarat sebagai
pemegang Hak Milik kalau tidak maka hak milik
menjadi hapus dan menjadi Tanah Negara (Pasal 26
UUPA)

Catatan : HGU, HGB, Hak Pakai memiliki ketentuan


yang sama dalam hal Hak atas tanah tidak berada
dibawah penguasaan pihak yang berhak sebagaimana
syarat subyek hukum pemegang hak perorangan atas
tanah, maka hak atas tanah maksimal 1 tahun wajib
dilepaskan kepada subyek hukum yang sesuai dengan
syarat pemegangang hak atas tanah. Ketentuan
tersebut diatur dalam ketentuan Pasal 3, Pasal 20, Pasal
40 PP 40/1996

c. Peristiwa hukum yang memnyebabkan berakhirnya


Hak Milik Kepada WNA adalah:
- Percampuran harta karena perkawinan
campuran
- Pewarisan tanpa wasiat (pewarisan ab
intestate)
- WNI kehilangan status kewarnegaraan sehingga
menjadi WNA
Hubungan Hukum
a. Wewenang penuh dibandingkan dengan hak-hak lain,
obyeknya dapat berupa tanah pertanian maupun tanah
non pertanian.
b. Walaupun mempunyai wewenang penuh masih terdapat
pembatasan dimana Hak Milik terikat pada ketentuan
master plan atau detail plan dari Pemda Tingkat I

Terjadinya Hak Milik


Menurut Pasal 22 UUPA:
a. Hukum Adat misal: pembukaan tanah bagian tanah ulayat,
aansilbong (lidah tanah)
b. Penetapan Pemerintah misal: pemberian hak baru,
perubahan hak atau peningkatan hak dari HGB menjadi
HM
c. Karena UU
Hapusnya Hak Milik  Pasal 27 UUPA

2. Hak Guna Usaha


Diktat Alwe halaman 10-12
Diktat Agra halaman 40-44
Pengertian
HGU adalah hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai
langsung oleh Negara dalam jangka waktu tertentu guna
pengusahaan pertaniaan, perikanan, dan peternakan (Pasal
28 ayat 1 UUPA)
Sifat dan Pemberian Tanah HGU
HGU yang digunakan untuk keperluan pertanian maka hanya
dapat diberikan diatas tanah negara tidak dapat diberikan
diatas tanah milik pilihak lain karena pada prinsipnya sesuai
ketentuan UUPA tanah pertanian harus dikerjakan sendiri oleh
pemiliknya (Pasal 10 UUPA).
Jangka Waktu HGU
Jangka waktu maksimal 35 tahun dan dapat diperpanjang
maksimal 25 tahun (Pasal 8 ayat 1 PP 40/1996)
Subyek HGU
WNI dan BHI (Pasal 30 ayat 1 UUPA Juncto Pasal 2 PP
40/1996)
Terjadi atau Lahirnya HGU
- Dasarnya SKPH (Surat Keputusan Pemberian Hak) oleh
Pemerintah (Pasal 6 PP 40/1996)

3. Hak Guna Bangunan


Diktat Alwe halaman 10-12
Diktat Agra halaman 45-50
Pengertian
HGB adalah Hak untuk mendirikan dan mempunyai bangunan-
bangunan atas tanah yang bukan miliknya sendiri dalam jangka
waktu tertentu (Pasal 35 ayat 1 UUPA) sehingga tanahnya
bukan tanah pertanian.
Subyek HGB
WNI dan BHI (Pasal 36 ayat 1 UUPA Jo Pasal 19 PP
40/1996)
Jangka waktu HGB
Jangka waktu maksimal 30 tahun dan dapat diperpanjang
maksimal 20 tahun (Pasal 25 ayat 1 PP 40/1996)
Terjadinya HGB Primer
- Dasarnya: HGB melalui SKPH (Surat Keputusan
Pemberian Hak) oleh Pemerintah (Pasal 22 PP 40/1996)
- Lahirnya: Pada saat didaftarkan dalam buku tanah oleh
Kantor Pertanahan
4. Hak Pakai
Diktat Alwe halaman 10-12
Diktat Agra halaman 50-55
Pengertian
Hak Pakai adalah hak untuk menggunakan dan atau memungut
hasil dari tanah yang dikuasai langsung pleh Negara atau tanah
milik orang lain yang memberi wewenang dan kewajiban yang
ditentukan dalam keputusan pemberiannya oleh pejabat yang
berwenang atau dalam perjanjian dengan pemilik tanahnya
yang bukan perjanjian sewa menyewa atau perjanjian
pengelolaan tanah segala sesuatu asal tidak bertentangan
dengan jiwa dan ketentuan UUPA (Pasal 41 ayat 1 UUPA).
Subyek Hak Pakai
(Pasal 42 UUPA JO Pasal 39 PP 40/1996)
- WNI
- BHI
- Departemen, Lembaga Pemerintah Non Departemen dan
Pemda
- Badan-Badan Keagamaan dan sosial
- WNA yang berkedudukan di Indonesia
- BHA yang mempunyai perwakilan di Indonesia
- Kantor Perwakilan Negara Asing dan Perwakilan Badan
Internasional
Jangka Waktu HP
HP Umum: Hak Pakai dengan jangka waktu tertentu memiliki
jangka waktu Maksimal 25 tahun dan dapat diperpanjang
maksimal 20 tahun (Pasal 45 PP 40/1996)
HP Khusus: disebut juga sebagai Hak Pakai untuk jangka
waktu yang tidak ditentukan selama dipergunakan untuk
keperluan tertentu diberikan kepada subyek hukum sebagai
berikut:
- Departemen, Lembaga Pemerintah Non Departemen dan
Pemda
- Kantor Perwakilan Negara Asing dan Perwakilan Badan
Internasional
- Badan-Badan Keagamaan dan sosial
Terjadinya Lahirnya HP Primer
- Dasarnya: HP Primer adanya SKPH oleh Pemerintah
(Pasal 42 PP 40/1996)
- Terjadinya/Lahirnya: pada saat didaftarkan pada buku
tanah oleh Kantor Pertanahan

Terjadinya atau Lahirnya Hak Perorangan primer


Pada saat didaftarkan dalam buku tanah oleh Kantor Pertanahan
(Pasal 7 ayat 2, Pasal 23 ayat 2, Pasal 43 ayat 2 PP 40/1996)

b. Hak atas tanah derivatif atau Sekunder


Hak atas tanah yang tidak langsung bersumber kepada Hak
Bangsa Indonesia dan diberikan pemilik tanah dengan cara
memperolehnya melalui perjanjian pemberian hak antara
pemilik tanah dengan calon pemegang hak yang bersangkutan.

Hak atas tanah sekunder juga dapat dikatakan sebagai hak atas
tanah yang dibebani di atas hak milik (atau hak atas tanah
yang sudah bersertipikat).

Macam-Macam Hak atas tanah Sekunder:


1. Hak Guna Bangunan
Jangka waktu
Sesuai perjanjian maksimal 30 Tahun (Pasal 29 PP 40/1996).
HGB Sekunder diatas Tanah Hak Milik tidak dapat
diperpanjang apabila pemegang HGB masih mau
mempergunakan HGB diatas tanah Hak Milik maka
perpanjangannya dapat dilakukan dengan pembaharuan
hak.
2. Hak Pakai
Jangka Waktu
Sesuai perjanjian maksimal 25 Tahun (Pasal 49 PP 40/1996).
HP Sekunder diatas tanah hak milik tidak dapat diperpanjang
apabila pemegang HP Sekunder masih mau mempergunakan
HP Sekunder diatas tanah Hak Milik maka perpanjangannya
dapat dilakukan dengan pembaharuan hak.

3. Hak Sewa
Diktat Agraria halaman 58-59
Dasar Hukum: Pasal 44 dan 45 UUPA
Pengertian: adalah hak yang memberi wewenang untuk
menggunakan tanah milik pihak lain dengan kewajiban
membayar uang sewa pada tiap-tiap waktu tertentu, Hak sewa
ini dalam hukum adat dikenal istilan “Jual Tahunan”
Jangka waktu: tergantung perjanjian dengan memperhatikan
Pasal 26 ayat 2 UUPA
Subyek Hukum: WNI, BHI, WNA berkedudukan di
Indonesia, dan BHA yang mempunyai perwakilan di Indonesia

4. Hak Usaha Bagi Hasil


Diktat Agraria Halaman 62-63
Dasar Hukum: Pasal 58 UUPA, UU No 2 tahun 1960, PMPA
Nomor 4/64, Inpres No 13/1980
Pengertian: Hak seseorang atau badan hukum (penggarap)
untuk menyelenggarakan usaha pertanian di atas tanah
kepunyaan pihak lain (pemilik) dengan perjanjian bahwa
hasilnya akan dibagi di antara keduanya menurut imbangan
yang telah disetujui
Jangka waktu:
a. Tanah sewa  minimal 3 tahun (tahun tanaman)
b. Tanah kering  minimal 5 tahun (Pasal 4 UU No 2/1960)
Subyek Hukum:
a. Subyek yang membagi hasilkan: Pemilik, Penyewa,
Pemegang Hak Gadai
b. Subyek dapat menjadi penggarap: WNI, Koperasi
Tani/Desa (Inpres No 13/1980)

5. Hak Gadai
Diktat Agraria halaman 59-61
Dasar hukum: Pasal 53 UUPA, UU No 56/Prp/1960
Pengertian: hubungan hukum antara seseorang dengan tanah
milik orang lain yang telah menerima uang gadai daripadanya
yang memberi wewenang kepadanya untuk
menggunakan/mengambil manfaat dari tanahnya. Dalam hub
ini selama pemilik tanah selaku pemberi gadai belum
memberikan uang kepada pemegang gadai, maka pemegang
gadai tetap mempergunakan dan memanfaatkan tanah yang
digadaikan itu
Jangka waktu:
a. Tanah pertanian: 7 tahun (Pasal 7 UU 56/Prp/1960)
b. Tanah bangunan: tidak tertentu (hukum adat)
Subyek Hukum: WNI Pasal 9 ayat 2 UUPA
6. Hak Menumpang
Diktat Agraria halaman 63-64
Dasar hukum: Pasal 53 UUPA
Pengertian: hak yang memberi kepada seseorang untuk
mendirikan dan menempati rumah di atas tanah pekarangan
orang lain (istilah: numpang sari) hubungan hukum hak
menumpang lemah.
Jangka waktu: tidak tetap tergantung pemilik tanah
Subyek hukum: WNI
Tanah-Tanah dimana Hak atas Tanah dapat diberikan
Diktat Alwe halaman 12
Hak Milik : diatas Tanah Negara dan Tanah HPL
HGU : diatas Tanah Negara
HGB : diatas Tanah negara, HPL, dan HM
HP : diatas Tanah Negara, HPL, dan HM

2.2 Hak Jaminan atas Tanah (Hak Tanggungan UU No 4 tahun 1996


tentang Hak Tanggungan)
Diktat Agraria halaman 124-132
Pengertian
Hak penguasaan atas tanah yang tidak memberikan wewenang kepada
pemegangnya untuk menggunakan tanah yang dikuasai tetapi
memberikan wewenang untuk menjual lelang tanah tersebut apabila
pemilik tanah (debitur) wanprestasi.
Hak-hak jaminan atas tanah menurut hukum tanah nasional adalah
Hak tanggungan yang diatur dalam UU No 4 Tahun 1996
Obyek Hak Tanggungan
a. Yang ditunjuk oleh UUPA (Pasal 4 ayat 1 UUHT)
HM (Pasal 25 UUPA), HGU (Pasal 33 UUPA), HGB (Pasal 39
UUPA)
b. Yang ditunjuk oleh UUHT (Pasal 4 ayat 2 UUHT)
Hak Pakai atas tanah negara
c. Yang ditunjuk oleh UU RUMAH SUSUN (Pasal 27 UUHT)
SHM sarusun dapat dijadikan jaminan utang dengan dibebani hak
tanggungan (Pasal 47 ayat 5 UU RUMAH SUSUN) yang
dimaksud dengan SHM Sarusun adalah tanda bukti kepemilikan
atas sarusun di atas tanah Hak Milik, HGB, atau Hak Pakai di atas
tanah negara serta HGB atau Hak Pakai di atas HPL
2.3 Hak Milik atas Satuan Rumah Susun (HMSRS) UU No 20 Tahun
2011(UU RS)
Diktat Alwe halaman 13-21
Pengertian  Pasal 1 UU No 20/2011
Hak Bersama dalam pemilikan sarusun
- Tanah Bersama
- Bagian Bersama
- Benda Bersama
Jenis Rumah susun
- Umum  memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat
berpenghasilan rendah
- Khusus  memenuhi kebutuhan khusus
- Negara berfungsi sebagai tempat tinggal, sarana
pembinaan keluarga, serta penunjang pelaksanaan tugas
pejabat/PNS
- Komersil  mendapatkan keuntungan
Tanah dimana Rumah Susun dapat dirikan (Pasal 18 UURS)
a. Hak Milik
b. HGB atau Hak Pakai di atas Tanah Negara
c. HGB atau Hak Pakai di atas Tanah HPL

2.4 Wakaf
Diktat Agraria halam 65-67
Pengertian
Perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau menyerahkan
Sebagian dari harta miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau
untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna
keperluan ibadan dan/atau kesejahteraan umum menurut Syariah
Dasar Hukum
Pasal 49 ayat 3 UUPA
PP No 28/1977 tentang perwakafan hak milik
HAK PENGELOLAAN (HPL)
DIKTAT AGRARIA HALAM 56-57
Pengertian
Hak pengelolaan adalah Hak atas tanah yang memberikan wewenang kepada
pemegangnya untuk:
a. Merencanakan peruntukan dan penggunaan tanahnya;
b. Menggunakan tanah untuk keperluan sendiri
c. Menyerahkan bagian dari tanahnya kepada pihak ketiga menurut
persyaratan yang telah ditentukan bagi pemegang hak tersebut yang
meliputi segi peruntukan, penggunaan, dan jangka waktu serta segi
keuangannya,
Setelah jangka waktu hak atas tanah tersebut berakhir maka tanah tersebut
Kembali lagi ke dalam penguasaan sepenuhnya pemegang hak pengelolaan dalam
keadaaan bebas dari hak-hak yang membebaninya

Menurut Pasal 1 angka 2 PP 40/1996


HPL adalah hak menguasai dari Negara yang kewenangan pelaksanaanya
Sebagian dilimpahkan kepada pemegangnya, HPL dulu berasal dari apa yang
disebut “Hak beheer” yaitu hak penguasaan atas tanah negara yang setelah UUPA
melalui PMA No 9/1965 dikonversi menjadi hak atas tanah menurut hukum tanah
nasional

Peruntukan
a. Apabila tanahnya digunakan oleh instansi pemerintah untuk keperluan
sendiri maka dikonversi menjadi Hak Pakai
b. Apabila tanahnya selain digunakan sendiri, ada bagian-bagian dari tanah
lainnya akan diserahkan kepada pihak ketiga yang meliputi segi
peruntukan dan penggunaan, jangka waktu dan keuangnya, maka hak
beheer dikonversi menjadi HPL
Subyek Hukum
a. Badan Hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia yang seluruh
modalnya dimiliki oleh pemerintah dan/atau pemerintah daerah yang
bergerak dalam kegiatan usaha sejenis dengan industry dan Pelabuhan
b. Instansi pemerintah termasuk pemerintah daerah
c. Badan otorita
d. Badan-badan hukum pemeirntah lainnya yang ditunjuk pemerintah
Terjadinya
Karena penetapan pemerintah dan diberikan selama tanah tersebut dipergunakan

MATERI TATA CARA MEMPEROLEH HAK ATAS TANAH


Diktat Agraria halaman 83-109
Diktat Alwe halaman 22-24
Menurut hukum tanah nasional dikenal 3 macam status tanah:
1. Tanah Negara, tanah yang dikuasai oleh Negara
2. Tanah Hak, tanah yang dipunyai oleh perorangan atau badan hukum
artinya terdapat hub hukum yang kongkrit antara subyek tertentu dengan
tanahnya
3. Tanah Ulayat, tanah dalam penguasaan MHA

Hal-Hal yangharus diperhatikan untuk menentukan Tata Cara Memperoleh


Hak atas Tanah
1. Status tanah yang tersedia (Tanah negara/tanah hak/tanah ulayat
2. Status hukum subyek atau pihak yg membutuhkan tanah
3. Proyeknya
4. Rencana tata guna tanahnya
Tata cara memperoleh Hak atas Tanah Negara
Dasar hukum: PP No 24/1997, Permen Agraria No 9/1999, Perkaban No 2
Tahun 2013, Peraturan No 1/2 Tahun 2011
Diktat Agraria halaman 85-89
Diktat Alwe halaman 23-25
i. Permohonan dan Pemberian Hak atas tanah
Apabila tanahnya masih berstatus Tanah negara dilakukan dengan cara
pihak yang membutuhkan mengajukan permohonan hak kepada Kepala
BPN melalui kantor pertanahan setempat sesuai ketentuan
PMNA/KA.BPN No 9 tahun 1999 dan Perkaban No 2 tahun 2013.
Permohonan hak atas tanah negara hanya dapat dimohonkan melalui
pemberian hak  Penetapan pemerintah yang memberikan suatu hak
atas tanah di atas Tanah Negara, perpanjangan jangka waktu hak,
pembaharuan hak, termasuk pemberian hak diatas hak pengelolaan.
Perpanjangan hak penambahan jangka waktu berlakunya hak atas
tanah mengubah syarat-syarat dalam pemberian hak tersebut yang
permohonannya diajukan sebelum jangka waktu berlakunya hak atas tanah
berakhir.
Pembaharuan hak Pemberian hak atas tanah yang sama kepada
pemegang hak yang sama yang dapat diajukan setelah jangka waktu
berlakunya hak atas tanah bersangkutan berakhir
Perubahan hak Penetapan pemerintah mengenai penegasan bahwa
sebidang tanah tertentu atas permohonan pemegang haknya menjadi Tanah
Negara dan sekaligus memberikan tanah tersebut kepadanya dengan hak
atas tanah jenis lainnya.
Apa hak yang dimohonkan tergantung pada status subyek pihak yg
memohon dan proyeknya:
a. PT untuk membangun kantor berhak atas HGB
b. PT untuk usaha pertanian berhak atas HGU
c. WNI untuk rumah tinggal
Hak-Hak yang dapat diajukan
a. Hak Milik  mengajukan permohonan secara tertulis kepada pejabat
yg berwenang memberikan keputusan dengan menggunakan
formular/blanko yang tersedia di kantor pertanahan.
- Hak milik s/d 3000 m2 untuk perorangan dan s/d 5000
m2 untuk badan keagamaan/sosial yg ditunjukn PP
38/1963 Kantor Pertanahan Kab/Kota
- Hak milik > 3000 m2 s/d 10.000m2 untuk perorangan
Kantor Kanwil BPN Prov
b. HGU  diajukan secara tertulis ke pejabat berwenang 100Ha kepada
KANWIL BPN provinsi diatas 100 Ha oleh kepala BPN.
- Menggunakan formular atau blanko yang ada di BPN
- Keterangan yang dimohon sama dengan hak milik
- HGU fasilitas penanaman modal, haru sengan surat
persetujuan tetap dari ketua BKPM pusat untuk PMDN
ditambah dengan KEPPRES pengenaai PM tersebut.
(penanaman modal)
- PM dengan luas 100 Ha ke kanwil, PM lebih dari 100 ajuin
ke kepala BPN.
c. HGB dan Hak Pakai sama caranya dengan permohonan Hak Milik
kecuali untuk permohonan HGB oleh perusahaan yang menggunakan
fasilitas Penanaman Modal (PM) dan Perusahaan Kawasan industri.
d. HPL sama dengan Hak Milik cara permohonannya, kecuali setelah
berkas memenuhi syarat Kepala Kantor Pertanahan mengirimkan
berkas kepada kepala Kanwil BPN Prov untuk memperoleh
fatwa/pertimbangan setelah semua persyaratan dipenuhi berkas
disampaikan kepada Menteri agrarian/kepala BPN untuk memperoleh
keputusan.

Perbedaan pendaftaran dan permohonan hak atas tanah permohonan


masih Tanah Negara nanti Negara akan memberikan tanah sesuai dengan
yang memohonkan. Pendaftaran  untuk tanah haka tau tanah yang sudah
ada sertifikatnya kemudian tanah tersebut dilakukan pendaftaran.

Tata cara memperoleh Hak atas Tanah Badan Hukum/Masyarakat


i. Pemindahan Hak
a. Tanahnya berstatus Tanah Hak
b. Pihak yang memerlukan tanah memenuhi persyaratan sebagai
pemegang hak atas tanah yang tersedia
c. Pemegang hak atas tanah bersedia melepaskan hak atas tanahnya

Tanah yang dapat dipindahkan adalah:


HM, HGU, HGB, Hak Pakai dengan jangka waktu

Macam-Macam Pemindahan Hak:


1. Jual Beli  (Diktat Alwe halaman 39-41 dan Diktat Agraria
halaman 93-100) Pemindahan hak terjadi pada saat itu juga secara
langsung dari penjual kepada pembeli bersifat terang, tunai dan riil
Tunai  yaitu pemindahan hak atas tanah dan pembayarannya secara
serentak dan secara bersamaan artinya pemegang hak pada saat itu
juga memindahkan hak atas tanah secara yuridis dan pembeli saat itu
juga membayar kepada penjual atau pemegang hak atas tanah
Terang yaitu dilakukan dihadapan pihak yang berwenang PPAT
atau Kepala Adat
Riil perbuatan hukum yang nyata

Syarat-Syarat Sahnya Jual Beli


Diktat Alwe Halaman 39
Diktat Agraria Halaman 100
a. Penjual berhak menjual tanah ybs (kecakapan dan kewenangan
penjual)
b. Pembeli berhak membeli tanah ybs (dipenuhinya syarat oleh
pembeli untuk menjadi pemegang hak atas tanah yang dibeli)
c. Tanah hak yang diperjuabelikan menurut hukum boleh
diperjualbelikan
d. Tanah hak tidak bersengketa
e. Dipenuhinya syarat terang, tunai, dan riil
(Pasal 1320 KUHPerdata Jo Kep MA No. 123/K/SIP/1970)

Jual Beli Dibawah Tangan (tidak dihadapan PPAT)


Tidak dapat dikatakan ILLEGAL tapi dapat dikatakan INFORMAL
karena jika jual beli tersebut memenuhi syarat materil bagi sahnya jual
beli maka jual beli tersebut tetap sah (legal), walaupun tdk dilakukan
dihadapan PPAT tapi karena dibuat tidak sesuai dengan bentuk, isi,
dan tata cara yang ditetapkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku maka jual beli dibawah tangan dapat dikatakan INFORMAL.

Pendaftaran Jual Beli Dibawah Tangan


Merujuk pada ketentuan Pasal 37 ayat 2 PP 24/1997 dalam keadaan
tertentu yang ditetapkan Kepala BPN, Kepala Kantor Pertanahan
dapat mendaftar tanah Hak Milik yang dilakukan antara
perorangan WNI yang dibuktikan dengan akta yang tidak dibuat
dihadapan PPAT, tetapi yang menurut Kepala Kantor Pertanahan
tersebut kadar kebenarannya dianggap cukup untuk mendaftar
pemindahan hak ybs.
2. Tukar Menukar  Hak atas tanah tertentu ditukar dengan hak atas
tanah lain yang sejenis
3. Hibah pemindahan hak atas tanah terjadi seketika dan langsung
sebagai penyisihan Sebagian dari harta kekayaan seseorang yang
diberikan secara Cuma-Cuma semasa ia hidup kepada orang yang
biasanya mempunyai hubungan kekerabatan
4. Hibah Wasiat Pemindahan hak terjadi secara langsung menurut
kehendak terakhir dari si pemberi wasiat, tetapi dengan syarat sesudah
ia wafat baru terjadi pemindahan haknya dimana diperlukan perbuatan
hukum lain yaitu harus melalui pelaksanaan wasiat kepada si penerima
hibah wasiat tersebut.

ii. Pembebasan atau Pelepasan hak


Pengertian
Suatu perbuatan hukum berupa melepaskan hubungan hukum yang semula
terdapat antara pemegang hak dan tanahnya melalui musyawarah untuk
mencapai kata sepakat dengan cara memberikan ganti rugi kepada
pemegang haknya, hingga tanahnya berubah status hukumnya menjadi
Tanah Negara
Pelaksanaan Pelepasan Hak
1. Dilakukan apabila subyek hukum calon pemegang hak atas tanah yang
memerlukan tanah tersebut tidak memenuhi syarat sebagai
pemegang hak atas tanah yang diperlukan sehingga tidak mungkin
dilakukan dengan cara jual beli atau pemindahan hak atas tanah.
2. Pelaksanaannya dilakukan dengan Surat Pernyataan Pelepasan Hak
secara tertulis yang ditandatangani oleh pemegang hak dan diketahui
oleh pejabat yang berwenang (pada dasarnya pelepasan hak atas tanah
oleh pemegang hak atas tanah dilakukan secara sukarela)
3. Setelah proses pelepasan hak atas tanah selesai maka tanah yang
bersangkutan menjadi Tanah Negara
4. Selanjutnya dilakukan permohonan hak

CONTOH
PT membutuhkan tanah untuk keperluan pertenernakan (HGU)  tanah yang
tersedia masih berstatus tanah Hak milik PT dan Pemegangg Hak Milik
melalkkukan musyawarah samapai dengan kata sepakat untuk menentukan
nilai ganti rugi bikin surat pelepasan hak yang di ttd oleh pemegang hak atas
tanah dibuat dalam Akta Pelepasan Hak tanah hak milik berubah status jadi
tanah negaraPT ajuin HGU ke BPN setempat.

iii. Pencabutan Hak


Pengertian
Pengambilan tanah kepunyaan pihak lain oleh Pemerintah secara paksa
untuk keperluan penyelenggaraan kepentingan umum dengan pemberian
ganti rugi yang layak kepada pihak yang mempunyai tanah. Pencabutan
hak adalah perbuatan hukum sepihak yang dilakukan oleh pemerintah.
Dasar Hukum
Pasal 18 UUPA
UU No 20 Tahun 1961 tentang pencabutan hak
UU No 2 Tahun 2012
Acara pencabutan hak
UU No 20 Tahun 1961 Jo UU No 2 Tahun 2012
a. Tanah yang diperlukan berstatus tanah hak atau tanah hak ulayat MHA
b. Pihak yang memerlukan tanah tidak boleh memiliki hak yang sudah
ada
c. Pemilik tanah bersedia menyerahkan tanahnya

Syarat-Syarat Melaksanakan Pencabutan Hak


a. Tanah diperlukan benar-benar untuk kepentingan umum
b. Merupakan upaya terakhir untuk menguasai tanah yang diperlukan dan
harus digunakan dalam keadaan memaksa
c. Harus ada ganti rugi yang layak
d. Bila ganti rugi yang tidak memuaskan harus banding ke Pengadilan
tinggi setempat
Hak Atas Tanah sebagai Lembaga Hukum
JURNAL UAJY DAN DIKTAT BUDHAR
1. Mengacu pada ketentuan Pasal 20 UUPA
2. Hak penguasaan tanah ini belum dihubungkan dengan tanah dan orang
atau badan hukum tertentu sebagai pemegang haknya.
3. Ketentuan-ketentuan dalam penguasaan atas tanah, adalah sebagai berikut:
a. Memberi nama pada hak penguasaan yang bersangkutan;
b. Menetapkan isinya, yaitu mengatur apa saja yang boleh, wajib, dan
dilarang untuk diperbuat oleh pemegang haknya serta jangka waktu
penguasaannya;
c. Mengatur hal-hal mengenai subyeknya, siapa yang boleh menjadi
pemegang haknya, dan syarat-syarat bagi penguasaannya;
d. Mengatur hal-hal mengenai tanahnya.
Hak Atas Tanah sebagai atas dasar Hubungan Hukum
JURNAL UAJY DAN DIKTAT BUDHAR

1. Hak penguasaan atas tanah ini sudah dihubungkan dengan tanah tertentu
sebagai obyeknya dan orang atau badan hukum tertentu sebagai subyek
atau pemegang haknya.
2. Ketentuan-ketentuan dalam hak penguasaan atas tanah, adalah sebagai
berikut:
e. Permohonan Hak
f. Pengalihan/Pemindahan Hak
g. Pembebanan Hak
h. Pelepasan Hak
i. Pendaftaran Hak
MATERI PENDAFTARAN HAK ATAS TANAH
a. Dasar Hukum
 Ps. 19 UUPA
 PP 24/1997 tentang pendaftaran tanah, diundangkan 8 juli
1997, mulai berlaku 8 Oktober 1997.
 PERMEN 3/1997
 Permen No 6 tahun 2018  PTSL
b. Pengertian
 Pasal 1 PP 24/1997Rangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh Pemerintah,Secara terus menerus, berkesinambungan
dan teratur; Meliputi pengumpulan, pengolahan,
pembukuan dan penyajian Pemeliharaan data fisik dan data
yuridis, Dalam bentuk peta dan daftar, Mengenai bidang‐
bidang tanah dan satuan‐satuan rumah susun Pemberian
surat tanda bukti haknya. Bagi bidang‐bidang tanah yang
sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun
serta hak‐hak tertentu yang membebaninya.
 Bidang tanah adalah bagian permukaan bumi yang
merupakan satuan bidang yang berbatas.

 Tanah Negara atau tanah yang dikuasai langsung oleh


Negara adalah tanah yang tidak dipunyai dengan sesuatu
hak atas tanah.

 Hak pengelolaan adalah hak menguasai dari Negara yang


kewenangan pelaksanaannya sebagian dilimpahkan kepada
pemegangnya.

 Hak atas tanah adalah hak sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 16 Undang‐undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang
Peraturan Dasar Pokok‐pokok Agraria, selanjutnya disebut
UUPA.
c. Tujuan
 Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan
hukum kepada pemegang hak atas suatu bidang tanah,
satuan rumah susun dan hak‐hak lain yang terdaftar agar
dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai
pemegang hak yang bersangkutan;

 Untuk menyediakan informasi kepada pihak‐pihak yang


berkepentingan termasuk Pemerintah agar dengan mudah
dapat memperoleh data yang diperlukan dalam mengadakan
perbuatan hukum mengenai bidang‐bidang tanah dan
satuan‐satuan rumah susun yang sudah terdaftar;

 Untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan.


(Pasal 3 PP PT).

 Untuk memberikan kepastian dan perlindungan hukum


kepada pemegang hak yang bersangkutan diberikan
sertifikat hak atas tanah.

 Untuk melaksanakan fungsi informasi data fisik dan data


yuridis dari bidang tanah dan satuan rumah susun yang
sudah terdaftar terbuka untuk umum.

 Untuk mencapai tertib administrasi setiap bidang tanah dan


satuan rumah susun termasuk peralihan, pembebanan, dan
hapusnya hak atas bidang tanah dan hak milik atas satuan
rumah susun wajib didaftar.

 Bagaimana tujuan tersebut tercapai kepada pemegang


hak diberikan sertipikat, data fisik dan data yuridis dari
bidang tanah dan SRS yang sudah terdaftar terbuka untuk
umum, setiap bidang tanah dan SRS termasuk pilihan,
pembebanan, dan hapusnya ha katas tanah dan HM dan
SRS wajib di daftar.

d. Pendaftaran pertama kali dilakukan dan sistim pemeliharaan


tanah
 Pendaftaran tanah untuk pertama kali kegiatan
pendaftran tanah yang dilakukan terhadap objek
pendaftraran tanah yang belum di daftar berdasarkan PP-
10/ 1961 atau PP 24/97 meliputi:
1. Pengumpulan dan pengolahan data secara fisik
(letak batas-batas dan luas)
2. Pembuktian hak dan pembukuannya.
3. Penyajian data fisik dan yuridis status tanah dan
subjek tanah
4. Penyimpanan daftar dalam dokumen
(pasal 12 ayat 1 PP 24/97)
 Pendaftaran tanah pertama kali dilakukan ada dua
cara yaitu:
1. pendaftaran tanah secara sistematis Kegiatan
pendaftaran tanah untuk pertama kali yang Kegiatan
pendaftaran tanah untuk pertama kali dilakukan
secara serentak yang meliputi semua obyek
pendaftaran tanah yang belum didaftar dalam
wilayah atau bagian wilayah suatu desa/kelurahan.
 Sekarang dikenal dengan PT SL
pendaftaran tanah secara sistematis dan
lengkap biasanya ada waktunya
dilakukan dengan cara ploting satu
bidang tanah yang akan dimohon
menjadi sertifikat di blok dan dicocokan
dengan buku tanah BPN (Plotting) baru
di daftar ukur, nanti jadi peta bidang
tanah, daftar kedua, pengumuman 3
bulan panitia dicocokan ke kelurahan
minta ttd lurah kepala desa, cetak surat
ukur, cetak blanko jadi sertifikat
pendaftaran PT SL bisa di buat secara
sporadic bersama sama ke bpn apabila
ada yang terlewat maka harus menunggu
daerah tersebut di PT SL kan lagi.

Pelaksanaan di wilayah yang sudah di


tepakan oleh Menteri Ka. BPN dan
pelaksanaan pendaftaraanya dilaksanakan
oleh panitia ajudikasi.

2. Pendaftaran tanah secara sporadik Kegiatan


pendaftaran tanah untuk pertama kali mengenai satu atau
beberapa obyek pendaftaran tanah dalam wilayah atau
bagian wilayah suatu desa/kelurahan secara individual
atau massal.

1. Pelaksananya biasanya orang yang berkepentingan


pemegang hak dan dilaksanakan oleh kepala kantor
pertanahan.

 Pemeliharaan tanah:

o Kegiatan yang dilakuakan karena terjadi perubahan


data yuridis dan atau data fisik terhadap tanah yang
sudah terdaftar. Meliputi pendaftaran peralihan dan
pembebanhan hak; pendaftran perubahan data
pendaftaran tanah lainnya. (pasal 12 ayat 2 PP
24/1997)
1. Fisik keterangan mengenai letak, batas dan luas
bidang tanag dan SRS yang di daftar, termasuk
keterangan mengenai adanya bangunan atau bagian
bangunan di atasnya.

2. Yuridis  keterangan mengenai satus hukum


bidang tanah dan SRS yang di daftar, pemegang
haknya dan hak pihak lain serta beban-beban lain
yang membebaninya.

Pemeliharaan data pendaftaran tanahkegiatan pendaftran tanah untuk


menyesuaikan data fisik dan yuridis dalam peta pendaftaran, daftar tanah,
daftar nama, surat ukur dan buku tanah dan sertifikat dengan perubahan-
perubahan yang terjadi kemudian.

c. Sistem pendaftaran tanah


 Sistem pendaftaran tanah dalam akta
1. Walaupun pendaftaran tanah pertama kali maupun
dalam pemeliharaan datanya, yang di daftar adalah akta
yaitu akta yang menciptakan hak baru maupun akta
yang membuktikan adanya pemindahan haka tau
pembebanan hak.
2. Didaftar dalam register akta (daftar isian)
3. Data yuridis disimpan dalam bentuk akta sedangkan
fisik disimpan dalam surta ukur dan peta pendaftaran.
4. Tanda bukti hak surat ukur
 Sistem pendaftaran hak
o Dapat diketahui karena adanya buku tanah sebagai
dokumen yang memuat data yuuridis dan data fisik
yang di himpun serta disajikan dan serta di
terbitkannya sertifikat. Sebagai tanda bukti hak yang di
daftar. (sistem yang dianut oleh pp 24/1997 (juga
oleh PP 10 1961)
o Sistem pendaftaran akta karena yang didaftarkan
adalah aktanya akta yang membuktikan perbuatan
hukum penyerahan aktanya, di daftar dan di register
akta dan tanda buktinya adalah Grosse Acte. (sistem
ordonantie balik nama)
1. Yang didaftar adalah haknya, hak yang diciptakan dan
perubahan-perubahannya kemudian. Akta merupakan
sumber datanya.
2. Yang di daftar bukan aktanya melainkan haknya
3. Di daftar dalam register buku tanah.
4. Data yuridis disimpan dan disajikan dalam bentuk buku
tanah sedangkan fisik Seurat ukur dan peta
pendaftaran.

d. Sistem publikasi
 yang dikenal ada dua macam
1. sistem publikasi positif
a. negara yang menjamin haknya
b. kalua ada kesalahan tidak bisa diperbaiki
c. alat bukti yang dihasilkan bersifat mutlak
d. perlindungan hukum di berikan kepada
terdaftar
2. sistem publikasi negative bagaimana negara
menjamin kebenaran data, dijamin dan dilindungi
pemegang hak yang sebenarnya, seseorang yang tidak
boleh melakukan melebihi wewenangnya maka akan
batal demi hukum.
Indonesia menganut sistem negative karena kalua ada
keslahan bisa diperbaiki tapi bukan pute negative tapi
bertendensi ke positif.
 berdasarkan PP 24/ 97 menganut sistem negative tetapi
bukan sistem negative yang murni melainkan sistem negative
dengan unsur-unsur positif.

e. Objek pendaftaran tanah


 bidang tanah yang dipunyai dengan  HM,HGU, HGB, dan
hak pakai
 tanah wakaf
 HMSRS
 Hak tanggungan
 Tanah negara
(pasal 9 PP 24/1997)

Anda mungkin juga menyukai