PENDAHULUAN
Hal ini memiliki arti bahwa yang dipunyai dengan hak atas tanah itu
adalah tanahnya, dalam arti sebagain tertentu dari permukaan bumi (Sebidang
tanah). Hak atas tanah sendiri adalah hak atas sebagian tertentu permukaan bumi,
yang terbatas, berdimensi dua dengan ukuran panjang dan lebar.
PEMBAHASAN
Sifat religius tercantum dalam Pasal 1 ayat (1) UUPA yang berbunyi “
Seluruh bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung
dalam wilayah Republik Indonesia sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa
adalah bumi, air dan ruang angkasa bangsa Indonesia dan merupakan kekayaan
nasional.”
Sedangkan sifat komunalistik dapat dilihat dalam Pasal 4 ayat (1) UUPA
yang berbunyi “Atas dasar hak menguasai dari Negara sebagai yang dimaksud
dalam Pasal 2 ditentukan adanya macam-macam hak atas permukaan bumi, yang
disebut tanah, yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-orang,
baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang-orang lain serta
badan-badan hukum.”
1
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, (Jakarta : Penerbit Universitas Trisakti, 2018), hal. 181.
2
Ibid
Individual yang dimaksud dalam konsepsi Komunalistik Religius adalah
tidak adanya kewajiban untuk menguasai dan memggunakannya secara kolektif,
karena itu penguasaan tanahnya dirumuskan dengan sifat indiviual.
a. Segi Perdata
- Penguasaan Yuridis
- Penguasaan Fisik
b. Segi Publik
- Pasal 33 ayat (3) UUD 1945
- Pasal 2 UUPA
3
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, (Jakarta : Penerbit Universitas Trisakti, 2018), hal. 24.
✔ Kewenangan perdata → bersifat abadi
✔ Kewenangan publik → diserahkan kepada negara
2. Hak Menguasai dari Negara, yang disebut dalam Pasal 2 UUPA, hanya
beraspek publik
✔ Hak Menguasai Negara adalah hubungan hukum antara Negara
dengan tanah di seluruh wilayah Indonesia yang memberi
wewenang kepada Negara untuk berbuat sesuatu
✔ Hak menguasasi negara ini memberikan kewenangan kepada
negara untuk :
- Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan,
persediaan, dan pemeliharaan tanah bersama.
- Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum
antara orang-orang dengan bagian-bagian tanah bersama.
- Menentukan dan mengatur hubungan hukum antara
orang-orang dan perbuatan-perbuatan hukum yang
mengenai tanah.
3. Hak Ulayat Masyrakat Hukum Adat, yang disebut dalam Pasa l 3, yang
beraspek perdata dan publik
✔ Dalam Pasal 3 UUPA, tanah dan masyarakat hukum adat
mempunyai hubungan erat satu sama lain. Hubungan hukum antara
masyrakat hukum adat dengan tanahnya menciptakan hak yang
memberikan masyarakat sebagai suatu kelompok hukum, hak
untuk menggunakan tanah bagi keuntungan masyrakat. Van Vollen
Hoven memperkenalkan istilah “Beschiking Recht” diterjemahkan
sebagai “hak ulayat” untuk hubungan hukum ini yang sejak saat itu
istilahnya diterima oleh umum.
✔ Di lingkungan suatu masyarakat hukum adat terdapat dua macam
tanah, ditinjau dari :
● Tanah Ulayat sebagai tanah bersama;
● Tanah Pribadi anggota masyarakat hukum adat.
✔ Pemegang Hak Ulayat adalah masyarakat hukum adat yang
bersangkutan, terdiri atas orang-orang yang merupakan warganya.
✔ Pelaksana Hak Ulayat adalah Penguasa Adat masyarakat hukum
adat yang bersangkutan, yaitu Kepala Adat sendiri atau
bersama-sama dengan para tetua adat masing-masing.
4. Hak-hak perorangan/individual
✔ Hubungan hukum antara perorangan (orang atau badan hukum)
dengan sebidang tanah, yang memberi kewenangan untuk berbuat
sesuatu.
✔ Semuanya beraspek perdata, terdiri atas :
a. Hak-hak atas Tanah sebagai hak-hak indivisual yang
semuanya secara langsung ataupun tidak langsung
bersumber pada Hak Bangsa, yang disebut dalam Pasal 4,
16, 20-45 dan 53.
- Hubungan hukum dengan sebidang tanah yang
memberi wewenang untuk menggunakan tanahnya.
- Bersifat pribadi
- Mengandung unsur kebersamaan
- Isinya :
● Kewenangan;
● Kewajiban;
● Pembatasan/Larangan.
b. Wakaf, yaitu Hak Milik yang sudah diwakafkan dalam
Pasal 49 UUPA (UU No. 41/200 Tentang Wakaf; PP No
42/2006 Tentang Pelaksanaan UU No 4/2004 Tentang
Wakaf.)
- Wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk
memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta
benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau
untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan
kepentingannya guna keperluan ibadan dan/atau
kesejahteraan umum menurut syariah.
c. Hak Jaminan atas Tanah yang disebut “Hak Tanggungan”
dalam Pasal 25, 33, 39 dan 51 UUPA.
- Hubungan hukum Kreditur dengan sebidang tanah
kepunyaan pihak lain yang ditunjuk sebagai
jaminan kredit yang memberi kewenangan untuk
melelang (eksekusi) tanah hak tersebut manakala
Debitur tidak mampu memenuhi kewajibannya
(melunasi pinjamannya).
Disebutkan dalam Pasal 1 Land Use Act Chapter 202 Laws of the
Federation of Nigeria 1990, bahwa “Subject to the provisions of this Act, all land
comprised in the territory of each State in the Federation are hereby vested in the
Governor of that State and such land shall be held in trust and administered for
the use and common benefit of all Nigerians in accordance with the provisions of
this Act.” Yang artinya, seluruh tanah yang ada di wilayah masing-masing Negara
Bagian adalah menjadi hak Gubernur Negara Bagian itu.
Hak hunian diberikan kepada siapapun untuk semua tujuan oleh Gubernur
dan dengan kemudahan yang sesuai dengan hak hunian menurut Undang-Undang
yang dapat dimiliki dengan cara sewa. Sebagai bukti, adanya sertifikat yang
membuktikan hak hunian seseorang yang disebut dengan sertifikat hunian.
Sewa dibayarkan oleh orang yang namanya ada pada sertifikat hunian, di
dalam sertifikat hunian itu terdapat biaya yang telah ditentukan untuk dibayarkan.
Jika orang yang namanya tertera dalam sertifikat menolak atau lalai dalam
menerima dan membayar sertifikat, Gubernur dapat membatalkan sertifikat dan
mencabut segala beban biaya yang terkait dengannya dengan syarat bahwa
sertifikat tersebut membuktikan hak huni dan hak huni tersebut diberikan sesuai
dengan aturan yang berlaku.
4
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, (Jakarta : Penerbit Universitas Trisakti, 2018), hal. 47.
- persyaratan tanah oleh Pemerintah Negara Bagian atau oleh Pemerintah
Lokal di Negara Bagian baik dalam kasus untuk tujuan umum di dalam
Negara Bagian, atau persyaratan tanah oleh pemerintah Federasi untuk
tujuan umum Federasi;
- persyaratan tanah untuk ekstraksi bahan bangunan;
- pemindah tanganan hak hunian oleh penghuni melalui penjualan, hipotek,
pengalihan kepemilikan, menyewakan, mewariskan atau sebaliknya tanpa
persetujuam atau persetujuan yang diperlukan
- apabila dikeluarkan pemberitahuan oleh Kepala Pemerintah Militer
Federal bahwa tanah tersebut diperlukan oleh Pemerintah untuk
kepentingan umum.
Indonesia Nigeria
Dasar Hukum Undang-Undang No. 5 Land Use Act Chapter
Tahun 1960 tentang 202 Laws of the
Peraturan Dasar Pokok- Federation of Nigeria
Pokok Agraria 1990
Konsepsi Komunalistik Religius Feodal
Hak Penguasaan atas Hak Penguasaan atas Hak Penguasaan atas
Tanah Tanah tertinggi adalah Tanah tertinggi ada pada
Hak Bangsa Indonesia Gubernur
Pemilikan Tanah Tanah dapat dimiliki Tanah tidak dapat
secara individu dengan dimiliki secara individu,
HM, HGU, HGB, HP, namun dengan hak
HPL hunian melalui sewa
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tiap-tiap negara
memiliki sistem hukum yang berbeda dalam pengaturan tanahnya, tak terkecuali
Indonesia dan Nigeria yang pada keseluruhannya memiliki sistem hukum yang
sangat berbeda.
Hak hunian pun tidak secara langsung dapat dimiliki dan dikuasai secara pribadi,
karena pada dasarnya Gubernur masih memiliki kekuasaan penuh atas tanah hak
hunian tersebut.
Menurut saya setelah membandingkan kedua sistem hukum yang dianut oleh
Indonesia dan Nigeria, dapat dilihat bahwa sistem hukum yang dianut oleh
Indonesia mengenai tanah dan penguasaannya lebih bebas daripada Nigeria,
karena Indonesia menempatkan tiap-tiap warga negaranya untuk dapat menguasai
dan menggunakan seluruh wilayah Indonesia secara bebas. Sedangkan di Nigeria,
penguasaan atas tanahnya untuk warga negaranya sangat dibatasi.