Disusun Oleh:
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2023
ABSTRAK
Konsep Hak Menguasai Negara Terhadap Tanah dalam Hukum Tanah (UUPA) dan
Konstitusi merupakan hal yang perlu di perjelas berdasarkan hukum. Jenis penelitian dalam
penelitian ini adalah penelitian normatif yaitu penelitian terhadap azas-azas hukum yang
terkait dengan konsep hak menguasai Negara terhadap tanah dilihat dari aspek Undang-
Undang Pokok Agraria dan Konstitusi UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Metode pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan perundang-
undangan (the statute approach), Pendekatan konseptual (conceptual approach) yaitu
memanfaatkan pandangan dan pemikiran para ahli yang berkenaan dengan konsep negara
hukum dan pendekatan sejarah (historical approach) dilakukan dengan menelaah latar
belakang apa yang mendasari suatu konsep hak bangsa atas tanah.
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
1
NI LUH ARININGSIH SARI, ‘Konsep Hak Menguasai Negara Terhadap Tanah Dalam Hukum Tanah (Uupa) Dan
Konstitusi’, Ganec Swara, 15.1 (2021), 991 <https://doi.org/10.35327/gara.v15i1.202>.
pembatasan terhadap asas dan kaidah hukum adat, juga dimasukkan berbagai unsur
baru hubungan perorangan dengan tanah, seperti Hak Guna Bangunan (HG8), Hak
Guna Usaha (HGU), dan unsur administrasi negara seperti sertifikat yang diaku dan
diatur dalam undang-undang tersebut. Didorong keinginan mengintegrasikan antara
pemilikan asli dengan berbagai kebutuhan, UUPA melahirkan berbagai keunikan
baru yang tidak jarang menimbulkan masalah-masalah dalam pelaksanaannya
seperti : hukum agaria adalah hukum adat akan tetapi substansi pengaturan hukum
adat yang ada di dalamnya sangat minim, hak milik adalah hak terkuat dan terpenuh
namun selalu menjadi yang lemah bila berhadapan dengan Hak Penguasaan Negara,
negara yang hanya dikatakan menguasai tanah tetapi dipihak lain berwewenang
melahirkan hak milik perorangan atas tanah, larangan menelantarkan yang akan
menjadi dasar hapusnya hak milik atas tanah dengan mengenyampingkan prinsip
bahwa tanah dipandang sebagai hak asasi dan lain-lain. 2
2
indah sari, ‘Hak-Hak Atas Tanah Dalam Sistem Hukum Pertanahan Di Indonesia Menurut Undang-Undang
Pokok Agraria (UUPA)’, Jurnal Mitra Manajemen, 9.1 (2017), 15–33
<https://journal.universitassuryadarma.ac.id/index.php/jmm/article/view/492>.
utama dalam peningkatan produktivitas agraria. Meskipun tanah dianggap sebagai sumber
daya utama dalam masyarakat Indonesia, ternyata di masyarakat, nilai (value) tanah justru
mempunyai makna yang lebih luas dibandingkan dengan wujud fisik tanah, karena nilai
tanah terkait dengan aspek ekonomi, dan sosial. Dalam perspektif ekonomi tanah adalah
salah satu sumber agraria yang paling penting disamping sumber daya lain, misalnya
modal (capital) dan tenaga kerja (berupa ketrampilan). Dalam perspektif sosial tanah
mempunyai fungsi sosial, sehingga semakin banyak tanah yang dimiliki oleh seseorang
maka makin tinggi status sosial orang tersebut. Tanah merupakan kekayaan alam yang
dikuasai negara dan dipergunakan sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat, hal ini
dinyatakan Pasal 33 Ayat (3) UUD 1945, yang dipertegas kembali dalam Pasal 2 ayat (1)
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Dasar-Dasar Pokok Agraria dinyatakan;
Atas dasar ketentuan dalam Pasal 33 ayat 3 Undang-undang Dasar dan hal-hal
sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 1, bumi, air dan ruang angkasa, termasuk
kekayaan alam yang terkandung didalamnya itu pada tingkatan tertinggi dikuasai oleh
negara, sebagai organisasi kekuasaan.3
Hak bangsa atas tanah tercermin dalam ketentuan Pasal 1 ayat (1 dan 2). Pasal 1 ayat
(1) Seluruh wilayah Indonesia adalah kesatuan tanah air dari seluruh rakyat Indonesia
yang bersatu sebagai bangsa Indonesia. Pasal 1 ayat (2) Seluruh bumi, air dan ruang
angkasa serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dalam wilayah Republik
Indonesia sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa adalah bumi, air serta ruang angkasa
bangsa Indonesia dan merupakan kekayaan nasional. Selanjutnya di dalam Penjelasan
Umum: “bumi, air, dan ruang angkasa dalam wilayah Republik Indonesia yang
kemerdekaannya diperjuangkan oleh bangsa sebagai keseluruhan, menjadi hak pula dari
bangsa Indonesia, jadi tidak semata-mata menjadi hak dari para pemilik saja. Demikian
pula tanah-tanah di daerah-daerah dan pulau- pulau, tidaklah semata-mata menjadi hak
rakyat asli dari daerah atau pulau yang bersangkutan. Dengan pengertian demikian maka
hubungan bangsa Indonesia dengan bumi, air dan ruang angkasa Indonesia merupakan
semacam hubungan Hak Ulayat, yang diangkat pada tingkatan yang paling atas, yaitu
tingkatan yang mengenai seluruh wilayah Negara”. Konsepsi hak bangsa dalam Hukum
Tanah Nasional merupakan hak penguasaan atas tanah yang tertinggi. Ini berarti bahwa
hak-hak penguasaan atas tanah yang lain, termasuk Hak Ulayat dan hak-hak indvidual
3
Dosen Fakultas, Hukum Universitas, and Kompas Gramedia, ‘Kata Kunci : Kepemilikan, Hak, Tanah.’, 1 (2008),
63–77.
atas tanah yang dimaksudkan oleh Penjelasan Umum, secara langsung atau tidak
langsung, semuanya bersumber pada Hak Bangsa.
Hak Bangsa atas tanah bersifat abadi, hal ini tercermin dalam Penjelasan Umum
angka II dan penjelasannya sebagai berikut: “Adapun hubungan antara bangsa dan bumi,
air, dan ruang angkasa Indonesia itu adalah hubungan yang bersifat abadi. Ini berarti,
bahwa selama rakyat Indonesia yang bersatu sebagai bangsa Indonesia masih ada dan
selama bumi, air serta ruang angkasa Indonesia masih ada pula, dalam keadaan yang
bagaimanapun, tidak ada sesuatu kekuasaan yang akan dapat memutuskan atau
meniadakan hubungan tersebut. Dengan demikian, maka biarpun sekarang ini (tahun
1960) daerah Irian Barat, yang merupakan bagian dari bumi, air, dan ruang angkasa
Indonesia, berada di bawah kekuasaan penjajah, atas dasar ketentuan pasal ini, bagian
tersebut menurut hukum tetap merupakan bumi, air, dan ruang angkasa bangsa Indonesia
juga”.
Hak Bangsa adalah sebutan yang diberikan oleh ilmuan Hukum Tanah pada lembaga
hukum dan hubungan hukum konkret dengan bumi, air dan ruang angkasa Indonesia,
termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. Hak ini merupakan hak
penguasaan atas tanah yang tertinggi dalam hukum tanah nasional. Hak-hak penguasaan
tanah lainnya baik secara langsung maupun secara tidak langsung bersumber padanya.
Hak Bangsa ini mengandung 2 (dua) unsur, yaitu hak kepunyaan dan unsur kewenangan
untuk mengatur dan memimpin penguasaan dan penggunaan tanah bersama-sama yang
dipunyainya. Hak Bangsa atas tanah tersebut bukan hak pemilikan dalam pengertian
yuridis. Maka dalam rangka hak Bangsa dan Hak Milik perorangan atas tanah. Tugas
kewenangan untuk mengatur penguasaan dan memimpin penggunaan tanah bersama
tersebut pelaksanaannya dilimpahkan kepada negara.
Subjek hak Bangsa adalah seluruh rakyat Indonesia bangsa Indonesia sepanjang masa
yang bersatu sebagai Bangsa Indonesia, yaitu generasi-generasi terdahulu, sekarang dan
yang akan datang. Hak Bangsa meliputi semua tanah yang ada dalam wilayah Negara
Republik Indonesia. Tidak ada tanah yang merupakan “res nullius”. Hak Bangsa
merupakan hubungan hukum yang abadi. Yang dimaksud dengan hubungan yang bersifat
abadi berarti hubungan yang akan berlangsung tiada putus-putus untuk selama-lamanya.
Memaknai rumusan pasal tersebut memberikan kewenangan kepada negara untuk
mengatur pemanfaatan hak-hak atas tanah diwilayah Indonesia. Artinya negara
mempunyai kewenangan untuk mengatur, merencanakan serta mengendalikan
penguasaan dan pemilikan hak atas tanah. Kewenangan negara menguasai hak atas tanah
diperoleh karena permasalahan pertanahan tidak semua dapat diselesaikan sendiri oleh
masyarakat, sehingga hak kekuasaan negara atas tanah merupakan pelengkap terhadap
hak-hak atas tanah yang dikuasai oleh masyarakat.
Dalam Hukum Nasional, hak bangsa atas tanahnya telah ditetapkan bahwa demi
mencapai apa yang ditentukan dalam pasal 33 ayat 3 Undang-Undang Dasar, hak
bangsa atau negara, sebagai organisasi kekuasaan dari seluruh rakyat (bangsa) bertindak
selaku pengelola Badan Penguasa. Hak Bangsa atau Negara sebagai Penguasa bukanlah,
bukanlah berarti memiliki, akan tetapi adalah pengertian, yang memberi wewenang
kepada Negara, sebagai organisasi kekuasaan dari Bangsa Indonesia itu, untuk pada
tingkatan yang tertinggi untuk: mengatur dan melaksanakan peruntukan, penggunaan,
persediaan dan pemeliharaannya. Menentukan dan mengatur hak-hak yang dapat
dipunyai atas (bagian dari) bumi, air dan ruang angkasa itu menentukan dan mengatur
hubungan-hubungan hukkum antara orang-orang dan perbuatan-perbuatan hukum yang
mengenai bumi, air dan ruang angkasa. 4
4
Applied Mathematics, ‘済無 No Title No Title No Title’, 2016, 1–23.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Konsepsi hak bangsa dalam Hukum Tanah Nasional merupakan hak penguasaan atas
tanah yang tertinggi. Ini berarti bahwa hak-hak penguasaan atas tanah yang lain, termasuk
Hak Ulayat dan hak-hak indvidual atas tanah yang dimaksudkan oleh Penjelasan Umum,
secara langsung atau tidak langsung, semuanya bersumber pada Hak Bangsa.
Konstitusi dan UUPA memberikan mandat kepada negara untuk menguasai tanah,
bukan untuk memiliki tanah. Akan tetapi dalam perkembangannya ternyata pemerintah
Indonesia memperluas kewenangan negara dari “pemegang hak menguasai” menjadi
“pemilik” atas tanah, terutama tanah-tanah yang tidak ada alat bukti hak-nya, termasuk
tanah-tanah masyarakat adat ditemukan bahwa konsep staatsdomein atas tanah tetap eksis
pada pemerintahan Indonesia bahkan setelah era Reformasi.
DAFTAR PUSTAKA
Fakultas, Dosen, Hukum Universitas, and Kompas Gramedia, ‘Kata Kunci : Kepemilikan,
Hak, Tanah.’, 1 (2008), 63–77
indah sari, ‘Hak-Hak Atas Tanah Dalam Sistem Hukum Pertanahan Di Indonesia Menurut
Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA)’, Jurnal Mitra Manajemen, 9.1 (2017), 15–33
<https://journal.universitassuryadarma.ac.id/index.php/jmm/article/view/492>
Mathematics, Applied, ‘済無 No Title No Title No Title’, 2016, 1–23
SARI, NI LUH ARININGSIH, ‘Konsep Hak Menguasai Negara Terhadap Tanah Dalam
Hukum Tanah (Uupa) Dan Konstitusi’, Ganec Swara, 15.1 (2021), 991
<https://doi.org/10.35327/gara.v15i1.202>