Dosen
Sunarno, S.H.,M.Hum
Disusun Oleh:
Aditya Nuruddin Tamimi
20170610287
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Latar belakang lahirnya UU No 5 Tahun 1960 adalah pada intinya sebagai berikut :
1) Peran hukum agraria yang lama disusun berdasarkan kepentingan penjajah.
2) Hukum agraria lama bersifat feodal.
3) Hukum agraria lama bersifat dualistis/dualisme.
4) Hukum agraria lama tidak menjamin kepastian hukum.
Hukum agraria pada masa Indonesia kuno telah dimaksukan kedalam hukum ulayat adat, dan
berkembang sejak zaman nenek moyang bangsa Indonesia. Dan kemudian menjadi hukum adat
yang di taati oleh para pengikut adat.
Pada masa Hindia-Belanda Hukum Agraria dibentuk berdasarkan tujuan dan sendi-sendi
dari pemerintahan Belanda dahulu yang merupakan dasar politik Agraria Pemerntah Hindia
Belanda dengan tujuan untuk mengembangkan penanaman modal asing lainnya diperkebunan-
perkebunan .Utuk mencapai tujuan ini pemerintah Hindia Belanda telah menciptakan pasal 51
dari Indische Staatregeling dengan 8 ayat. Ke-8 ayat ini kemudian dituangkan ke dalam undang-
undang dengan nama “Agrariche Wet” dan dimuat dalam Stb. 1870-55. Kemudian dikeluarkan
keputusan Raja dengan nama “Agrarisch Besluit” yang dikeluarkan tahun 1870.
Di awal kemerdekaan, pemerintahan Soekarno – Hatta sudah memberi perhatian pada
masalah agraria. Pemerintah membentuk Panitia Agraria berdasarkan Penetapan Presiden No. 16
Tahun 1948. Panitia Agraria ini diketuai Sarimin Reksodihardjo. Tugasnya adalah memberi
usulan dan pemikiran untuk membuat Undang-Undang Agraria menggantikan UU Kolonial.
Inilah cikal bakal lahirnya UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria
yang sering disingkat UUPA.