Anda di halaman 1dari 7

HUKUM AGRARIA

“Pengertian, Ide dan Konsep Pembentukan Pembentukan UUPA dan Sejarah Pembentuka
UUPA”

Dosen Pengampu: M.Yazid Fathoni, S.H., M.H

DISUSUN OLEH : NAMA: MAULANA ABDI NEGARA

NIM : D1A02310488

KELAS: HUKUM AGRARIA D1


FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM T.A 2024/2025

A. Pengertian Hukum Agraria

Dalam bahasa latin kata agraria berasal dari kata ager dan agrarius, ager berarti tanah
atau sebidang tanah, sedangkan kata agrarius mempunyai arti sama dengan perladangan,
persawahan, pertanian. Dalam terminologi bahasa Indonesia, agraria berarti urusan tanah
pertanian, perkebunan, sedangkan dalam bahasa Inggris kata agraria diartikan agrarian yang
selalu diartikan tanah dan dihubungkan dengan usaha pertanian.

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria


(UUPA) memiliki dua jenis pengertian agraria, yaitu:

1. Pengertian agraria secara luas dapat kita temukan dalam Pasal 1 ayat (2) UUPA, meliputi
bumi, air dan ruang angkasa. Lebih lanjut:

 Bumi meliputi permukaan bumi, tubuh bumi di bawahnya, dan yang berada di bawah air
(Pasal 1 ayat (4) UUPA).

 Air meliputi perairan pedalaman maupun laut wilayah Indonesia (Pasal 1 ayat (5) UUPA).

 Ruang angkasa adalah ruang di atas bumi dan air (Pasal 1 ayat (6) UUPA).

2. Pengertian agraria secara sempit dapat kita temukan dalam Pasal 4 ayat (1) UUPA, yaitu
tanah.

Berangkat dari pengertian agraria menurut UUPA tersebut, maka pengertian hukum
agraria juga dapat dibagi menjadi dua :

1. Pengertian hukum agraria secara luas adalah sekelompok bidang hukum yang
masingmasing mengatur hak-hak penguasaan atas sumber-sumber daya alam tertentu yang
meliputi:

 Hukum tanah, yaitu bidang hukum yang mengatur hak-hak penguasaan atas tanah
(permukaan bumi).

 hukum air (hukum pengairan), yaitu bidang hukum yang mengatur hak-hak penguasaan
atas air.

 hukum pertambangan, yaitu bidang hukum yang mengatur hak-hak penguasaan atas bahan-
bahan galian.
 hukum kehutanan, yaitu bidang hukum yang mengatur hak-hak penguasaan atas hutan dan
hasil hutan.

 hukum perikanan, yaitu bidang hukum yang mengatur hak-hak penguasaan atas kekayaan
alam yang terkandung di dalam air.

 hukum penguasaan atas tenaga dan unsur-unsur dalam ruang angkasa, yaitu bidang hukum
yang mengatur hak-hak penguasaan atas tenaga dan unsur-unsur dalam ruang angkasa.

2. Pengertian hukum agraria secara sempit ialah bidang hukum yang mengatur mengenai
hak-hak penguasaan atas tanah. Menurut Boedi Harsono, pengertian hukum agraria adalah
keseluruhan kaidah-kaidah hukum, baik itu tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur
mengenai agraria. Agraria ini meliputi bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya bahkan dalam batas-batas yang ditentukan, serta mengenai ruang angkasa.

Menurut E. Utrecht yang dikutip oleh Boedi Harsono, hukum agrarian dalam arti sempit
sama dengan hukum tanah. hukum agraria dan hukum tanah menjadi bagian dari hukum Tata
Usaha Negara, yang menguji perhubungan-perhubungan hukum istimewa yang diadakan
akan memungkinkan para pejabat yang bertugas mengurus soal-soal tentang agraria,
melakukan tugas mereka itu.

B. Ide dan Konsep Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria

1. Asas Pemisahan Horizontal

Dalam pasal 44 Ayat 1 UUPA “Seseorang atau suatu badan hukum mempunyai hak sewa atas
tanah, apabila ia berhak menggunakan tanah milik orang lain untuk keperluan bangunan
dengan membayar kepada pemiliknyasejumlah uang sebagai sewa”. Ada pemisahan secara
horizontal antara pemilikan tanah dengan pemilikan bangunan di mana tanah menjadi milik
dari pemilik tanah sedangkan bangunan menjadi milik dari penyewa tanah.

2. Asas Kesatuan Hukum

Dalam UUPA telah menetapkan untuk mencabut peraturan dan keputusan agraria yaang
dibuat oleh Pemerintah Hindia Belanda, bertujuan untuk melakukan penghapusan terhadap
dualisme hukum dan mengadakan kesatuan hukum pertahanan. Asas kesatuan hukum dapat
di temukan di dalam dictum UUPA, juga dapat di temukan dalam pasal 5 UUPA. Dengan
dijadikannya hukum adat sebagai dasar dalam pembentukan dari hukum tanah national, maka
kesatuan hukum dapat di wujudkan karena mengingat hukum adat yang mengatur tentang
tanah digunakan oleh sebagian besar rakyat Indonesia.

3. Asas Jaminan Kepastian Hukum dan Perlindungan Hukum

Jaminan kepastian hukum dapat dilihat dalam pasal 19 ayat 1 UUPA, dan untuk pemberian
perlindungan hukum dapat di temukan dalam pasal 18 UUPA, meskipun ha katas tanah
mempunyai fungsi sosial, bukan berarti kepentingan orang perorangan di abaikan. Dalam
rangka memberikan penghormatan dan perlindungan hukum bagi orang perorangan atas hak
tanah tidak dapat begitu saja diambil oleh pihak lain meskipun itu untuk kepentingan umum.
Mereka yang diambil ha katas tanahnya diberikan ganti rugi yang layak dengan artian
kehidupan mereka yang diambil ha kata tanahnya tidak berkurang dan bahkan lebih baik dari
kehidupan sebelumnya.

4. Asas Kebangsaan

Asas ini menggaris bawahkan hanya warga Negara Insonesia saja yang boleh mempunyai
hak milik atas tanah, sedangkan orang asing tidak diperkenankan untuk memiliki hak milik
atas tanah, hak milik tidak dapat dipunyai oleh orang asing dan pemindahan hak milik kepada
orang asing dilarang dengan ancaman batal demi hukum (pasal 26 Ayat 2).

5. Asas Persamaan Bagi Setiap Warga Negara Indonesia

Tiap-tiap warga negara indonesia baik laki-laki maupun wanita mempunyai kesempatan yang
sama untuk memperoleh sesuatu hak atas tanah serta untuk mendapat manfaat dan hasilnya,
baik bagi diri sendiri maupun keluarganya.

6. Asas Semua Hak Atas Tanah Mempunyai Fungsi Sosial

Kalaupun hak milik atas tanah merupakan hak yang terkuat dan terpenuh, namun hak
tersebut dibatsi oleh fungsi sosialnya, artinya bahwa hak atas tanah apapun yang ada pada
seseorang tidaklah dapat dibenarkan apabila semata-mata untuk kepentingan
pribadinya,apalagi kalau hal itu menimbulkan kerugian bagi masyarakat.

7. Asas yang Mengutamakan Kepentingan Nasional dan Negara yang Berdasarkan atas
Persatuan Bangsa daripada Kepentingan Perseorangan dan Golongan

Dalam sistem hukum agraria nasional,keberadan hak ulayat masih diakui,sepanjang menurut
kenyataannya masih ada ,akan tetapi di dalam pelaksanannya berdasarkan asas ini, maka
rakyat hukum adat berdasarkan hak ulayatnya menolak untuk memberikan hak kepada negara
untuk pemanfaatan sumber daya alam, sebagai misal: pembukaan hutan untuk areal pertanian
baru,transmigrasi,resetlement, dan sebagainya.

8. Asas Kenasionalan

Dalam asas ini telah dikemukakan bahwa seluruh wilayah Indonesia merupakan saatu
kesatuan tanah air dari seluruh rakyat Indonesia,yang bersatu sebagai bangsa Indonesia dan
seluruh bumi,aair,ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan kekayaan nasional.

9. Asas Pada TingkatanTertinggi, Bumi, Air, Ruang Angkasa, dan Kekayaan Alam yang
Terkandungnya di dalamnya Dikuasai Negara.

Bumi, air,ruang angkasa,dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya pada tingkatan
tertinggi dikusai oleh negara. 10. Asas Pertanian harus Dikerjakan atau Diusahakan Secara
arif oleh Pemiliknya Sendiri dan Mencegah Cara-cara yang Bersifat Pemerasan Ada
pelarangan bagi tiap warga negara untu tidak mengerjakan tanahnya sesuai dengan
peruntukannya. 11. Asas Tata Guna Tanah/Penggunaan Tanah secara Berencana Dalam asas
ini, melalui hak menguasai negara yang dimiliki negara, sebagaimana yang dimaksudkan
dalam ayat 1 telah memberikan wewenang untuk mengatur dan menyelenggarakan
peruntukan,penggunaan,persediaan,dan pemeliharaan bumi,air,dan ruang angkasa tersebut
(pasal 2 ayat 2 huruf a UUPA).

C. Sejarah Pembentukan UUPA

Sejarah pembentukan UUPA (Undang-Undang Pokok Agraria), memiliki serangkaian


Proses dan memiliki perjalan dan perundingan yang panjang sehingga terbentuk UUPA dan
diberlakukan. Berikut Proses terbentuknya UUPA:

1. Pembentuka Panitia Agraria Yogyakarta (PAY) hingga Panitia Agraria Jakarta (PAJ)

Pada tahun 1948 Pemerintah Indonesia membentuk Panitia Agraria Yogyakarta (PAY)
berdasarkan Penetapan Presiden Rebpublic Indonesia No.16 Tanggal 21 Mei 1948.

PAY diketuai Oleh Sarimin Reksodihardjo dan beranggotakan pejabat-pejabat dari


berbagai kementrian dan jawatan, anggota-anggota badan KNPI yang mewakili organisasi-
organisasi tani dan daerah, ahli hukum adat, dan wakil dari serikat buruh perkebunan-
perkebunan Republik Indonesia. Adapun Tugas dari PAY adalah Sebagai Berikut :
a. Memberikan kepada pemerintah tentang soal-soal hukum tanah pada umumnya.

b. Merancang suatu dasar-dasar hukum tanah yang memuat politik Agraria negara Republik
Indonesia.

c. Merancang Perubahan, Pengertian, Pencabutan peraturan lama, baik dari sudut legislative
maupun praktik dan menyelidiki soal-soal lain yang berhubungan dengan hukum tanah (R.M.
Sudikni Mertokusumo, 1998: 3.24), (Boedi Harsono, 1999:125).

Tugas yang di inginkan adalah segera mengadakan perubahan hukum agrarian kolonial
yang berlaku pada waktu itu dengan maksud untuk menciptakan suasana hukum yang mampu
menjadikan bumi, air, dan ruang angkasa serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
sebagai sumber kesejahteraan lahir dan batin bagi seluruh rakyat Indonesia secara adil dan
merata berdasarkan pancasila dan pasal 33 UUD 1945 (Abdurrahman, 1984:33-34).

Atas Pertimbangan bahwa PAY tidak sesuai lagi dengan keadaan negaraterutama sesudah
terbentuknya kembali negara kesatuan, maka PAY dibubarkan berdasarkan Keputusan
republic Indonesia tanggal 19 Maret 1951 nomor 36/1951.

Sebenarnya pembubaran panitia bertujuan untuk mengganti saja yaitu dari Pantia Agraria
Yogyakarta menjadi Panitia Agraria Jakarta (PAJ). Tugas utama dari panitia ini nyaris sama
dengan PAY. Adapun yang menjadi ketua dari PAJ masih tetap Sarimin Reksodiharjo.
Selanjutnya berdasarkan Keputusan Presiden pada tanggal 29 Maret 1955 No. 55, dibentuklah
Kementerian Agraria. Kementerian tersebut berada pada masa kabinet Ali Sastromidjojo I.
Tugas utama dari kementerian ini adalah membentuk undang-undang agraria nasional yang
sesuai dengan pasal 25 ayat 1, pasal 37 ayat 1, dan pasal 38 ayat 3 dari Undang-Undang Dasar
Sementara.

2. Pembentukan Panitia Urusan Agraria (Panitia Soewahjo)

Pada tanggal 14 Januari 1956 Panitia Jakarta di bubarkan dan dalam waktu yang singkat
dibentuklah Panitia Negara Urusan agrariayang di ketuai oleh Soewahyo
Soemodilogo.Padatahun 1957 panitia tersebut berhasil menyelesaikan naskah RUUPA.
Berdasarkan Putusan Presiden no.97 tahun 1958 tanggal 6 Mei 1958 Panitia Negara Urusan
Agraria(Panitia Soewahjo) di Bubarkan.

Setelah dilakukan perubahan mengenai sistematika perumusan beberapa pasalnya, maka


rancangan “paniti aSoewahjo” tersebut di ajukan oleh mentri Soenarjo ke Dewan mentri
dalam siding tanggal 14 Maret 1958, dalam siding 1 April Dewan mentri menyetujui
rancangan Soenarjo dan diajukan ke DPR melalui amanat Presiden Soekarno 24 April 1958.
DPR merasa perlu mengumpulkan bahan-bahan yang lebih lengkap, maka Ketua DPR,
Mr.Sartono meminta kepada UGM untuk menyumbangkan pikiran mengenai UUPA.
Setelahmenerima bahan-bahan dari UGM DPR membentuk panitia Ad Hoc.

Dengan Dektrit Presiden tanggal 5 Juli 1959 kita kembali pada UUD 1945, Racangan
Soenarjo yang telah diajukan kepada DPR di susun berdasarkan UUDS 1950 di tarik kembali
berdasaerkansurat Presiden tanggal 23 Maret 1960 dan di sesuaikan dengan UUD 1945.
Setelah di sesuaikan dengan UUD 1945 dan disempurnakan dengan bahan-bahan dari
berbagai pihak, maka RUUPA yang di ajukan oleh mentri Agraria Sadjarwo kepada cabinet di
setujui oleh kabinet inti dalam siding tanggal 1 Agustus 1960 nomor 2584/HK/60, rancangan
tersebut diajukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPRGR).

Dengan 3 kali siding pada tanggal 12, 13,dan 14 september dilakukan pemeriksaan
pendahuluan . Dengan suara bulat DPRGR menerima dengan baik RUUPA kemudian tanggal
24 September 1960 RUUPA disetujui oleh DPRGR dan di sahkan oleh Presiden menjadi UU
No.5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria, Lembaran Negara Republik
Indonesia (LNRI) Tahun 1960 Nmor 104 Tambahan Lembaran Negara republik Indonesia
(TLNRI) Nomor 2043 yang menurut diktum kelimanya disebut dengan Undang-undang
Pokok Agraria (UUPA). Setelah 15 Tahun rakyat Indonesia merdeka barulah UUPA di
Undangkan.

Anda mungkin juga menyukai