Anda di halaman 1dari 16

DEFINISI, LANDASAN FILOSOFIS

DAN OBJEK DARI HUKUMAGRARIA

Disampaikan oleh:
ABDUL WAHID, S.H.I., M.Kn.

Menjadi Universitas Unggulan


yang Islami,
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM Profesional dan Mandiri.
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KULIAH (CPMK)
1. Mahasiswa mampu menjelaskan sejarah dan
pembentukan hukum agrarian.
CPMK
2. Mahasiswa menerangkan dan mengemukakan Hak-
& hak atas tanah yang berlaku dalam UUPA.
KEMAMPUAN
AKHIR KEMAMPUAN AKHIR TIAP TAHAP PEMBELAJARAN
Mahasiswa dapat menjelaskan definisi, landasan
filosofis, dan objek dari hukum agraria
1. KOOGNITIF, dengan menggunakan metode
tes dalam bentuk soal uraian; (post tes, UTS
& UAS)
2. PSIKOMOTORIK, dengan mengacu pada
INSTRUMENT penyerahan LKM, ketepatan LKM dan
DAN SISTEM
presentasi LKM; (Tugas & Presentasi)
PENILAIAN
3. AFEKTIF, dengan mengacu pada keaktifan
mahasiswa dalam proses pembelajaran.
(Kehadiran & Keaktifan pembelajaran)
Kata “Agraria” menurut Boedi Harsono, berasal dari kata agrarius, ager
(Latin) atau agros (Yunani), Akker (Belanda) yang artinya tanah pertanian.
Dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Kata “Agraris” dipergunakan untuk menggambarkan corak dari
susunan kehidupan, termasuk perekonomiannya, rakyat Indonesia.
2. Materi yang diatur menyangkut pengolahan bumi, air, dan ruang
DEFINISI angkasa, termasuk kekayaan didalamnya.
HUKUM AGRARIA 3. Hak-hak yang diatur meliputi hak-hak atas tanah (sebagai lapisan
permukaan bumi termasuk yang dibawah air) dan tubuh bumi, juga
hak guna air, pemeliharaan dan penangkapan ikan serta hak guna
ruang angkasa.

Menurut UUPA, agrarian meliputi bumi, air, dan ruang angkasa, termasuk
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya.
Pengertian Hukum Agraria dalam UUPA bukan hanya satu
perangkat bidang hukum, melainkan suatu kelompok berbagai
bidang hukum, yang masing-masing mengatur hak penguasaan
atas sumber-sumber daya alam tertentu yang termasuk pengertian
‘agraria’ sebagai yang diuraikan dalam UUPA.

HUKUM TANAH

LANJUTAN . . .
HPAT & UURA HUKUM AIR

HUKUM HUKUM
PERIKANAN PERTAMBANGAN
Semua bagian dari kelompok hukum agraria itu
adalah hukum yang mengatur hak-hak
penguasaan atas berbagai sumberdaya agraria,
bukan yang mengatur tentang pengelolaan,
LANJUTAN . . . termasuk penatagunaan atas sumberdaya
agraria. Bagi penulis, kelompok hukum yang
mengatur pengelolaan berbagai sumberdaya
agraria itu tunduk pada pengaturan Hukum
Lingkungan.
 Hukum agraria dalam arti sempit → tanah
LANJUTAN . .  Hukum agraria dalam arti luas → meliputi
bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam
yang terkandung didalamnya.
Keseluruhan kaidah-kaidah hukum, baik yang
Soedikno tertulis maupun yang tidak tertulis yang mengatur
agrarian.
Mertokusumo
Kaidah hukum yang tertulis adalah hukum Agraria dalam
bentuk hukum Undangundang dan peraturan-peraturan
yang tertulis lainnya yang dibuat oleh negara Kaidah
Hukum yang tidak tertulis adalah hukum agraria dalam
bentuk Hukum adat Agraria yang dibuat oleh masyarakat
Bachsan adat setempat dan yang pertumbuhan, perkembangan
Mustofa serta berlakunya dipertahankan oleh masyarakat adat yang
bersangkutan.
1. Bahwa tanah harus dikelola dengan sebaik-baiknya untuk
kepentingan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya
sesuai dengan perkembangan peradaban dan budaya bangsa
Indonesia.
2. Pengelolaan tanah harus didasarkan kepada pengaturan hukum
yang mampu mempersatukan bangsa Indonesia yang terdiri
atas berbagai latar belakang budaya dan adat istiadat bangsa
Indonesia yang bersifat komunal religius.
3. Untuk itu pengaturan pengelolaan tanah harus sejalan dengan
LANDASAN nilai-nilai demokrasi, termasuk demokrasi ekonomi, yakni
dengan mengakomodasi kepentingan seluruh suku bangsa
FILOSOFIS yang ada.
4. Tanah sebagai sumber daya modal dan sumber daya sosial
dapat dijadikan sebagai sumber kesejahteraan dan keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
5. Pengaturan di bidang pertanahan juga harus mendukung
terwujudnya tujuan nasional negara sebagaimana tercantum di
dalam Pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945).
6. Hukum pertanahan Indonesia harus senantiasa berorientasi
kepada kepentingan bangsa dalam rangka melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.
7. Perlindungan kepentingan setiap bangsa Indonesia atas tanah
dimaksudkan untuk memajukan kesejahteraan seluruh rakyat
pada umumnya, sehingga kehidupan bangsa Indonesia menjadi
lebih cerdas.
8. Hukum pertanahan Indonesia juga harus mampu menjadi
LANJUTAN . . . instrumen untuk membina hubungan baik dengan negara-
negara asing, sehingga Indonesia dapat ikut serta dalam
menjaga ketertiban dunia.
9. Undang-Undang Pertanahan juga harus menjamin kepentingan
dunia Internasional atas tanah di Indonesia. Hanya saja harus
diingat bahwa kepentingan bangsa Indonesia atas tanah harus
lebih diutamakan daripada kepentingan orang asing.
PASAL 33 AYAT (3) UUD 1945:

BAHWA BUMI DAN AIR DAN KEKAYAAN ALAM


YANG TERKANDUNG DI DALAMNYA DIKUASAI
LANJUTAN . . . OLEH NEGARA DAN DIPERGUNAKAN UNTUK
SEBESAR-BESAR KEMAKMURAN RAKYAT.

HAK → HAK MENGUASAI NEGARA


Hak penguasaan atas tanah adalah hak yang berisi
serangkaian wewenang, kewajiban dan/atau larangan
bagi pemegang haknya untuk berbuat sesuatu mengenai
tanah yang dihaki. Sesuatu yang boleh, wajib atau
dilarang untuk diperbuat, yang merupakan isi hak
penguasaan itulah yang menjadi kriteria atau tolak ukur
pembeda di antara hak-hak penguasaan atas tanah yang
OBYEK diatur dalam Hukum Tanah.
HUKUM AGRARIA
Hak penguasaan atas tanah yang dibagi menjadi 2 (dua),
yaitu:
1. Hak penguasaan atas tanah sebagai lembaga hukum;
2. Hak penguasaan atas tanah sebagai hubungan
hukum yang konkret.
Hak penguasaan atas tanah berisi
PENGUASAAN serangkaian wewenang, kewajiban,
HAK ATAS dan/atau larangan bagi pemegang
TANAH haknya untuk berbuat sesuatu
dengan tanah yang dihaki.
Macam-macam hak atas tanah dimaksud dalam
Pasal 4 UndangUndang Pokok Agraria lebih lanjut
ditentukan dalam Pasal 16 Undang-Undang Pokok
Agraria yaitu:
a. Hak Milik;
b. Hak Guna Usaha;
PENGUASAAN c. Hak Guna Bangunan;
HAK ATAS d. Hak Pakai;
TANAH e. Hak sewa;
f. Hak membuka tanah;
g. Hak memungut hasil hutan;
h. Hak-hak lain yang tidak termasuk dalam hak-
hak tersebut di atas yang akan ditetapkan
dengan undang-undang serta hak-hak yang
sifatnya sementara
Dengan berlakunya UUPA, terjadi perombakan
secara mendasar dalam bidang hukum agraria di
Indonesia, yaitu tidak berlakunya lagi hukum
agraria kolonial dan membangun hukum agraria
PENUTUP nasional, yang menghapuskan dualisme hukum,
yang mewujudkan unifikasi hukum dan
kesederhanaan hukum agraria, dan memberikan
jaminan kepastian hukum terhadap hak-hak
atas tanah.
Tahanlah sesuatu hasil yang menyenangkan
dalam jangka pendek demi kemungkinan
KATA
timbulnya kenikmatan yang jauh lebih besar,
MUTIARA lebih kekal, atau lebih hebat dalam jangka
panjang" (Epicurus, 341-270 SM)

Anda mungkin juga menyukai