Anda di halaman 1dari 14

1

KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur dipanjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa yang
senantiasa melimpahkan berkah dan rahmat-Nya, sehingga penyusunan Makalah
Hukum Agraria ini dapat terselesaikan.
Makalah Hukum Agraria ini disusun dalam rangka memenuhi kebutuhan
tugas kelompok yang menempuh mata kuliah hukum agraria. Dalam diktat ini
disajikan pokok-pokok bahasan mengenai Pengertian Hukum Agraria dan Hukum
Tanah, Politik Hukum Agraria, Hukum Agraria sebelum berlakunya UUPA,
Sejarah Pembentukan UUPA, Hukum Tanah Nasional, Hak-Hak Atas Tanah,
Ketentuan Pokok Hak-Hak Penguasaan atas Tanah, Ketentuan Pokok Landreform,
dan Ketentuan Pokok Tata Guna Tanah.
Penyusun menyadari bahwa substansi diktat ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari pembaca sangat
diharapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan diktat ini. Kami berharap diktat
ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak, khususnya bagi para mahasiswa
dalam mempelajari permasalahan-permasalahan agraria.

Sukabumi, November 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

3
BAB I
PENDAHULUAN

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hukum Agraria dan Hukum Tanah


Kata “Agraria” menurut Boedi Harsono, berasal dari kata agrarius,
ager (Latin) atau agros (Yunani), Akker(Belanda) yang artinya tanah
pertanian.
Kementrian Agraria yang dibentuk tahun 1955, yang berubah
menjadi Departemen Agraria dan kemudiandijadikan Direktorat Jendral
Agraria di bawah Departemen Dalam Negeri, menurut segi Yuridisnya.
Sekarang Instansi termasuk menjadi Badan Pertanahan Nasional (Kepres
No. 26/1988). Sekarang kembali pada kementrian Agraria + TR.
UUPA (UU No.5/1960) sendiri tidak memberikan batasan mengenai
arti Agraria. Tapi dari berbagai rumusan yang terdapat dalam undang-
undang, yaitu :
1. Konsiderans “menimbang” huruf a dan “berpendapat” huruf a;
2. PengaturanPasal1,Pasal2ayat(1),Pasal4,5,14,16,
46, 47, 48;
3. Penjelasanundang-undang.
Dapatdisimpulkanbeberapahalsebagaiberikut:
1. Kata“Agraris”dipergunakanuntukmenggambarkancorak dari susunan
kehidupan, termasuk perekonomiannya, rakyat Indonesia.
2. Materiyangdiaturmenyangkutpengolahanbumi,air,dan ruang angkasa,
termasuk kekayaan didalamnya.
3. Hak-hakyangdiaturmeliputihak-hakatastanah(sebagai lapisan
permukaan bumi termasuk yang dibawah air) dan

5
tubuh bumi, juga hak guna air, pemeliharaan dan penangkapan ikan serta hak guna
ruang angkasa.
Menurut Boedi Harsono, hukum agrarian tidak selalu dipakai dalam
pengertian yang sama, baik mengenai ruang lingkup maupun tempatnya
dalam sistematika tata hukum. UUPAmenganurartidanruanglingkup
hukumagrarianyang luas, yaitu merupakan kelompok dari berbagai hukum
yang mengatur hak- hak penguasan tanah atas sumber-sumber alam, yang
berupa lembaga-lembaga hukum dan hubungan- hubungan hukum kongkret
dengan sumber-sumber alam, yaitu hukum tanah, hukum air, hukum
pertambangan dan hukum yang penguasaan (unsur-unsur tertentu dari ruang
angkasa).
Selain itu perlu diperhatikan bahwa lingkup hukum dibidang
agrarian, tidak hanya hukum perdata (BoediHarsono : Hukum
Agraria/Tanah Perdata), tetapi juga hukum public dibidang administrasi
Negara (Boedi Harsono : Hukum Agraria Administratife). Dalam sejarah
hukum Agraria,hukum perdata agrarian diatur dalam BW Buku II
danhukum agrarian/tanah adat. Sedangkan hukum administrasi Negara
ditemukan dalam Agrarichewet tahun 1870,Agrarische besluit S.1870:118
dengan domein verklaring-nya dalam berbagai ordonansi. Sekarang kedua
bidang tersebut tercakup dalam UUPA dan perundang-undangan
pelaksanaannya.
Subekti/Tjitosoedibjo (Kamus Hukum, 1969) menurut Boedi
Harsono, memberikan arti yang luas pada Hukum agraria, karena mencakup
seluruh ketentuan, baik hukum perdata, hukum tata Negara maupun hukum
tata usaha Negara,yangmengaturhubungan-hubunganantaraorang,

6
termasuk badan hukum, dengan bumi, air dan ruangangkasa dalam seluruh
wilayah Negara dan mengatur pula wewenang-wewenang yang bersumber
pada hubungan- hubungan tersebut.
Pengertian hukum agrarian oleh Gouwgioksiong, menurut Boedi
Harsono, adalah pengertian dalam arti sempit yaitu identic dengan hukum
tanah.
E. Utrecht (Pengantar dalam Hukum Indonesia, Jakartan1961)
menurut Boedi Harsono, memberikan secara tegas pengertian yang sama
kepada “Hukum Agraria” dan “Hukum Tanah”. Menurut E. Utrecht, hukum
agrarian (hukum tanah) menjadi bagian Hukum Tata Usaha Negara.
W.L.G Lemaire (Het Recht In Indonesia 1952) membicarakan
hukum agrarian sebagai suatu kelompok hukum yang bulat meliputi bagian
hukum Privat maupun bagian Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi
Negara. Kiranya dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan,bahwa
pengertian agraria dapat diartikan luas maupun sempit. Dalam arti sempit,
agraria diartikan sebagai tanah pertanian yang dipertentangkan dengan
Tanah Permukiman/ Tanah Perkotaan. Lebih sempit lagi masalah agrarian
diartikan sebagai masalah Pemecahan atau Pembagian (Distribusi) Tanah.
Dalam arti luas agraria dimaksudkan sebagai sesuatu yang berkaitan
dengan tanah. Jadi Hukum Agrariadisamakan dengan Hukum Tanah. Lebih
luas arti agrarian dalam UUPA, karena diatur bukan saja diatur berkaitan
dengan tanah (yang merupakan Lapisan Permukaan Bumi), tetapi juga
berkaitan dengan tubuh bumi itu, dengan air dan
denganruangangkasatermasukkekayaandidalamnya.

7
Dengan demikian, maka menurutUUPA yang dimaksud
dengan hukum agraria jauh lehih luas dari hukum
(per)tanah(an), yang meliputi Hukum Perairan,
Keruangangkasaan, Pertambangan, Perikanan, dan
sebagainya. Dalam pada itu, hukum agrariapun telah
berkembangkearahpembahasansecarabulat,baikyang
berkaitandenganSingkatnyaHukumAgraria(dalamarti sempit), yaitu Hukum
Agraria = Hukum Tanah, yaitu bidanghukumpositif yang mengatur hak-hak
penguasaan atas tanah. HukumAgraria(dalamartiluas),yaitubidanghukum
positif yang mengaturunsur-unsur sumber alam adan masing-
masingunsurdijabarkanlebihlanjutdalambidang
hukumtertentu,yangmeliputihukumtanah,hukumair,hukumpertambangan,hu
kumperikanan,hukumkehutanan
dan hukum ruang angkasa (bukan dalam arti “space law”). Latihan :
Uraikan pengertian agrarian dari berbagai sarjana; dan apakah hukum
agrarian sama dangan hukum tanah ?

2.2 Hubungan Politik Agraria Nasional dalam UUD 1945 dalam Kebijakan
Pemerintah dengan UUPA
Landasan hukum dalam Undang-Undang Darar 1945 mengenai
pengaturan keagrariaan atau pertanahan terdapat
dalamBabXIVtentangkesejahteraanSosial,pasal33ayat (3) yang berbunyi
sebagai berikut : “Bumi dan Air dan Kekyaan alam yang terkandung
dialamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besar
kemakmuran rakyat”.
Analisis dari pada rumusan mengenai pengaturan kesejahteraan
sosial :
1. Materi pokok-pokok kemakmuran yang dikelola : bumi, air, dan
kekayaan alam yang terkandung didalamnya.

8
2. Carapengelolaan:dikuasaiolehnegara.
3. Tujuan pengelolaan : sesuai dengan judul Bab XIVtentang
kesejahteraan sosial untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Hubungan antara Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 dengan UUPA (UU
No. 5 Th 1960) :
1. Landasan hukum yang terdapat dalam konstitusi berarti landasan
hukum dasar. Dalam konsideran “Mengingat” UUPA, Pasal 33 UUD
1945 itu dijadikan dasar hukumbagi pembentukan UUPA dan
merupakan sumber hukum (materiil) bagi pengaturannya. Juga
ditegaskan dalam rumusan Pasal 2 ayat (1) UUPA.
2. Dalam penjelasan umum UUPA angka I, dirumuskan bahwa hukum
agrarian nasional harus mewujudkan penjelmaan daripada asas
kerohanian Negara dan cita- cita bangsa yaitu Pancasila serta khusus
merupakan pelaksanaan dari ketentuan Pasal 33 UUD 1945.
3. Juga dirumuskan dalam penjelasan umum angka I itu, bahwa salah satu
dari tujuan pembentukan dari UUPA adalah meletakan dasar-dasar bagi
penyusunan hukum agrarian nasional yang akan merupakan alat untuk
membawakan kemakmuran, kebahagian dan keadilanbagi Negara dan
rakyat tani dalam rangka masyarakat yang adil dan makmur.
Kiranyadapatdisimpulkankembali,bahwasanya:
1. Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 yang merupakan dasarhukum bagi
pembentukan UUPA (UU No.5/1960), merupakan sumber hukum
(materii) dalam pembinaan hukum agrarian nasional.

9
2. Bahwa pengaturan keagrariaan/pertanahan dalam UUPA yaitu untuk
mengatur pemilikan dan memimpin penggunaannya, harus merupakan
perujudanpengamalan dasar Negara Pancasila dan merupakan
pelaksanaan dari UUD 1945.
3. Bahwa UUPA harus pula meletakan dasar-dasar bagi hukum agrarian
nasional yang akan membawa kemakmuran, kebahagiaan, keadilan
serta kepastian hukum, bagi bangsa dan Negara.
Untukjelasnyadapatdigambarkansebagaiberikut:
Hukum Agraria yang dasarnya adalah UUPA, tidak hanya mengatur
tanah saja, tetapi ruang lingkupnya meliputi seluruh bumi, air dan ruang
angkasa termasuk kekayaan alam yang terkandung didalamnya. Ditegaskan
pula bahwa pengertian “bumi,” “Air” dan “Ruang angkasa” adalah sebagai
berikut :
1. “Bumi”,selainpermukaanbumi,termasukpulatubuh bumi dibawahnya
serta yang berada dibawah air;
2. “Air”,termasukbaikperairanpedalamanmaupunlaut wilayah Indonesia;
3. “Ruangangkasa”ialahruangdiatasbumidan air.
Sedangkan yang dimaksud dengan “tanah” adalah hanya
“permukaan bumi” jadi merupakan bagian daripada bumi.
Yang termasuk ruang lingkup Hukum Agraria seperti tersebut diatas,
luas sekali. Sehingga bolehlah dikatakan bahwa Hukum Agraria meliputi
pula Hukum Tanah, atau dengan kata lain bahwa hukum Tanah adalah
bagian dari Hukum Agraria.

10
2.3 RuangLingkupPengaturanUUPA
Walaupun bangsa Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945
menyatakan kemerdekaannya, namun keadaan ini belum dapat membawa
perubahan hingga lahirnya lahirnya undang-undang Nomor 5 tahun 1960
tentang peraturandasar pokok-pokok Agraria (UUPA), yang bertujuan:
1. Meletakkan dasar-dasar bagi penyusun hukum Agraria Nasional, yang
akan merupakan alat untuk membawakan kemakmuran, kebahagiaan
dan keadilan bagi Negara dan rakyat, terutama rakyat tani, dalam
rangka memasyarakatkan yang adil dan makmur.
2. Meletakkandasar-dasaruntukmengadakankesatuandan kesederhanaan
dalam hukum pertahanan.
3. Meletakkan dasar-dasar untuk memberikan kepastian hukum mengenai
hak-hak atas tanah bagi rakyat seluruhnya.
Oleh karena itu sejak diundangkannya UU No. 5 tahun 1960 tentang
peraturan dasar pokok-pokok Agraria maka cabang ilmu hukum agraria
merupakan cabang ilmu hukum yang berdiri sendiri. Bahkan dimaksudkan
adalah untuk adanya unufikasi hukum dan kepastian hukum yang mengatur
masalah keagrariaan.
Menurut Prof. Suhardi, S.H., bahwa sejak itu hukum agraria
dipenuhinya persyaratan ilmiah untuk berdirinya suatu cabang ilmu, yaitu
terpenuhinya persyaratan objek Materiil dan Objek formal.
Objek materiil oleh UUPA telah disebutkan secara tegas
yaitu,Bumi,air,danruangangkasatermasukkekayaanalam yang terkandung
didalamnya, sebagai pembeda terhadap cabang-cabang ilmu lainnya.

11
Objek formalnya yaitu, UUPA sendiri yang merupakan dasar atau
pedoman dalam Penyusun hukum agraria nasional.
Lemaire disamping berdasarkan adanya perkembangan masyarakat,
juga adanya perkembangan hukum, yaitu hukum agraria sendiri.
Hukum Agraria dalam salah satu cabang ilmu hukum agraria yang
berdiri sendiri, kiranya adalah suatu tuntutan atau keharusan, karena :
1. Persoalan Agraria mempunyai arti penting bangsa dan Negara Agraris.
2. Dengan adanya kesatuan/kebulatan, akan memudahkan bagi semua
pihak untuk mampelajarinya.
3. Disamping masalah Agraria (dalam hal ini tanah) yang mempunyai sifat
Magis Religius, masalah tanah adalah masalah masyarakat, bukan
hanya persoalan perseorangan.
4. Hukum Agraria sebagai bagian dari berbagai cabang ilmu hukum
lainnya, yaitu dalam :
a. Ilmu hukum Perdata
b. Ilmu hukum Adat
c. IlmuhukumTataNegaradan/AdministrasiNegara
d. IlmuhukumAntar/golongan(Intergentil)
Dalam ajaran hukum klasik (dahulu sejak jaman penjajahan belanda)
kaidah hukum agraria tidak dibicarakan
dalamrangkaianberdirisendiridalamsalahsatucabangilmu hukum yang berdiri
sendiri seperti cabang-cabang hukum dagang, hukum perdata, hukum adat,
hukum pidana dan sebagainya.Akantetapikaidahhukumagrariadibicarakan

12
sebagai bagian dari berbagai cabang ilmu hukum lainnya, yaitu dalam :
1. Hukum Agraria Adat, yakni keseluruhan dari kaidah- kaidah hukum
Agraria yang bersumber pada hukum adat dan berlaku terhadap tanah-
tanah yang dipunyai dengan hak-hak atas tanah yang diatur hukum adat,
yang selanjutnya sering disebut tanah Indonesia atau tanah adat,
misalnya :
a. Tanahulayat.
b. Tanahhakmilikperseorangan.
2. Hukum Agraria Barat,yakni keseluruhan kaidah hukum agraria yang
bersumber pada hukum perdata barat, khususnya yang bersumber pada
BW. misalnya :
a. TanahhakEigendom
b. TanahhakErfpacht
c. TanahhakOpstal
d. RechtvanGebruik(hakcipta)
e. Bruikleen(pinjampakai)
Disamping itu juga ada hak atas tanah yang bersumber pada
hukum yang tidak tertulis, yaitu berdasarkan kebiasaan, misalnya
persewaan tanah di Batavia (Bataviasche Grondhuur) yang untuk
bangunan, walaupun tidak khusus diperlukan di Batavia saja.
3. Hukum Agraria Administratif,yakni keseluruhan dari peraturan-
peraturan atau putusan-putusan yang merupakan pelaksanaan dari
penguasa. Yang dimaksud politik agraria disini adalah sikap pemerintah
yang dilakukan mengenai tanah-tanah yang ada di Indonesia, yang
meliputi persoalan antara lain :

13
a. Siapa yang boleh menguasai tanah dan apa syarat- syaratnya?
b. Tanah-tanahitudiperuntukkanapa?
c. Apa peranan pemerintah didalam kegiatan masyarakat dalam
bidang agraria?
4. Hukum Agraria AntarGolongan
Seperti yang kita ketahui bahwa sistem hukum agraria
perdata bersifat dualistis bahkan pluralistis, yaitu dengan
berlakunya hukum perdata barat untuk orang- orang non pribumi
dan berlakunya hukum agraria adat untuk orang-orang pribumi.
Persoalan antar golongan itu misalnya orang Indonesia asli
(Pribumi) memperolehtanah barat karena :
a. Membeli dari orang barat
b. KawindenganorangbukanIndonesiaasli
c. Pemberianolehpemerintah
Sehingga akan mengakibatkan timbulnya tanah dan
pemegang haknya diatur dengan (tunduk dengan) hukum yang
berlainan.

14

Anda mungkin juga menyukai