Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

HUKUM AGRARIA

TENTANG:
“HUKUM PERTANAHAN DI INDONESIA SEBELUM UUPA”

OLEH:
SARI PURNAMA : 1830201066

DOSEN PENGAMPU:
Restu Mardhatillah, SH., M.Kn

JURUSAN AHWAL AL SYAKHSHIYYAH


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
BATUSANGKAR
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah hirabil alamin puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat nikmat beserta karunia-Nya lah kita dapat melangkahkan kaki
melakukan aktifitas sehari-hari.

Shalawat beserta salam kita sampaikan kepada junjungan alam yakni nya Nabi
besar Muhammad SAW, yang telah membina umat manusia menuju alam yang penuh
pengetahuan ini.

Makalah ini merupakan tugas mata kuliah HUKUM AGRARIA. Disini


pemakalah mencoba menjelaskan tentang “Hukum Pertanahan Di Indonesia Sebelum
UUPA” supaya berguna untuk menambah wawasan kita bersama dan dapat diamalkan
dalam kehidupan sehari-hari.

Batusangkar, 13 April 2021

Pemakalah
DAFTAR ISI

KATA PENGATAR………………………………………………………………………..2

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………..3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar
Belakang…………………………………………………………………..………...4
B. Rumusan masalah………………………………………………………………….5
C. Tujuan………………………………………………………………………………5

BAB II PEMABAHASAN

A. Pengertian Hukum Agraria……………………………………………………….6


B. Hukum Agraria sebelum UUPA…………………………………………………..8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan………………………………………………………………………..11
B. Saran……………………………………………………………………………….11

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebelum diterbitkannya UUPA (Undang-Undang Pokok Agraria) No. 5
Tahun 1960, yang membuka hak atas tanah yaitu terdapat pada pasal 51 ayat 7 IS,
pada Stb 1872 No. 117 tentang Agraris Eigendom Recht yaitu memberi hak
eigendem (hak milik) pada orang Indonesia. Hal tersebut juga disamakan dengan
hak eigendom yang terdapat pada buku II BW, tetapi hak tersebut diberikan bukan
untuk orang Indonesia. Maka dengan adanya dualisme aturan yang mengatur
tentang hak-hak tanah untuk menyeragamkannya pada tanggal 24 september 1960
diterbitkan Undang-Undang Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960 pada lembar Negara
No. 104/1960. Undang-undang No.5 tahun 1960 tersebut bersifat nasionalis, yaitu
diberlakukan secara nasional dimana seluruh warga negara indonesia menggunakan
Undanng-Undang Pokok Agraria No. 5 tahun 1960 tersebut.
Dasar kenasionalan hukum agraria yang telah dirumuskan dalam UUPA,
adalah:
1. Wilayah indonesia yang terdiri dari bumi, air, ruang angkasa, dan kekayaan
alam yang terkandung didalamnya merupakan satu kesatuan tanah air dari
rakyat indonesia yang bersatu sebagai bangsa indonesia (pasal 1 UUPA).
2. Bumi air ruang angkasa dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya
merupakan karunia tuhan yang maha esa kepada bangsa indonesia dan
merupakan kekayaan nasional. Untuk itu kekayaan tersebut harus dipelihara dan
digunakan untuksebesarbesarnya kemakmuran rakyat (pasal1,2,14, dan 15
UUPA).
3. Hubungan antara bangsa indonesia dengan bumi, air, ruang angkasa, dan
kekayaan alam yang terkandung didalamnyabersifat abadi, sehingga tidak dapat
diputuskan oleh siapa pun (pasal 1 UUPA).
4. Negara sebagai organisasi kekuasaan dari bangsa dan rakyat indonesia diberi
wewenang untuk menguasai bumi, air, ruang angkasa, dan kekayaan alam yang
terkandung didalamnya untuk sebesar-besarnya kemakmuran, rakyat (pasal 2
UUPA).
5. Hak ulayat sebagi hak masyarakat hukum adat diakui keberadaanya. Pengakutan
tersebut disertai syarat bahwa hak ulayat tersebut masih ada, tidak bertentangan
dengan kepentingan nasional dan peraturan perundang-uandangan yang lebih
tinggi (pasal 3 UUPA).
6. Subjek hak yang mempunyai hubungan sepenuhnya dengan bumi, air, ruang
angkasa, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya adalah warga negara
indonesia tanpa dibedakan asli dan tidak asli. Badan hukum pada perinsipnya
tidak mempunyai hubungan sepenuhnya alam yang terkandung didalamnya
(pasal 9, 21,dan 49 UUPA)
7. Meletakkan dasar-dasar untuk mengadakan kesatuan dan kesederhanaan dalam
hukum pertanahan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Hukum Agraria?
2. Bagaimana keadaan Hukum Agraria sebelum UUPA?
C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Hukum Agraria.
2. Mengetahui Hukum Agraria sebelum UUPA.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hukum Agraria


Agraria berasal dari kata Akker (Bahasa Belanda), Agros (Bahasa Yunani)
tanah pertanian, Agger (Bahasa Latin)tanah atau sebidang tanah, Agrarian (Bahasa
Inggris)berarti tanah untuk pertanian.
Menurut Soedikno Mertokusumo Adalah keseluruhan kaidah-kaidah hukum,
baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis yang mengatur agraria.
Menurut Bachsan Mustofa Menjabarkan kaidah hukum yang tertulis adalah
hukum Agraria dalam bentuk hukum Undangundang dan peraturan-peraturan yang
tertulis lainnya yang dibuat oleh negara Kaidah Hukum yang tidak tertulis adalah
hukum agraria dalam bentuk Hukum adat Agraria yang dibuat oleh masyarakat adat
setempat dan yang pertumbuhan, perkembangan serta berlakunya dipertahankan
oleh masyarakat adat yang bersangkutan.
Hukum agraria dalam arti sempit artinya tanah. Hukum agraria dalam arti
luas meliputi bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang terkandung
didalamnya.
Menurut Soebekti dan R.Tjitrosoedibio Hukum Agraria (Agrarisch Recht)
adalah keseluruhan dari ketentuan-ketentuan hukum, baik hukum perdata maupun
hukum tata negara (Staatsrecht) maupun Hukum tata Usaha negara
(Administratifrecht) yang mengatur hubungan-hubungan antara orang termasuk
badan hukum dengan bumi, air dan ruang angkasa dalam seluruh wilayah negara
dan mengatur pula wewenang-wewenang yang bersumber pada hubungan-
hubungan tersebut.
Menurut Boedi Harsono Hukum Agraria merupakan satu kelompok berbagai
bidang hukum. Hukum Agraria merupakan satu kelompok berbagai bidang hukum,
yang masing-masing mengatur hak-hak penguasaan atas sumber-sumber daya alam
tertentu.1
Hukum dan kebijakan pertanahan yang ditetapkan oleh penjajah senatiasa
diorentasikan pada kepentingan dan keuntungan mereka penjajah, yang pada
awalnya melalui politik dagang. Mereka sebagai penguasa sekaligus merangkap
sebagai pengusaha menciptakan kepentingan-kepentingan atas segala sumber-
sumber kehidupan di bumi Indonesia yang menguntungkan mereka sendiri sesuai
dengan tujuan mereka dengan mengorbankan banyak kepentingan rakyat
Indonesia.2
Hukum agraria kolonial memiki sifat dualisme hukum, yaitu dengan
berlakunya Hukum Agraria yang berdasarkan atas hukum adat, disamping
peraturan-peraturan dari dan berdasarkan atas hukum barat. Proklamasi
kemerdekaan Republik Indonesia ( RI ) dinyatakan pada tanggal 17 Agustus 1945
oleh soekarno dan Mohamad Hatta atas nama bangsa indonesia sebagai tanda
terbentuknya negara kesatuan RI sebagai suatu bangsa yang merdek. Dari segi
yuridis, proklamasi kemerdekaan merupakan saat tidak berlakunya hukum kolonial
dan saat mulai berlakunya hukum nasional, sedangkan dari segi politis, peroklamasi
kemerdekaan mengandung arti bahwa bangsa indonesia terbatas dari penjajahan
bangsa asing dan memiliki kedaulatan untuk menentukan nasibnya sendiri.
Proklamasi kemerdekaan RI mempunyai 2 arti penting bagi penyusunan hukum
agraria nasional, yaitu pertama, bangsa indonesia memutuskan hubungannya dengan
hukum agraria kolonial, dan kedua, bangsa indonesia sekaligus menyusun hukum
agraria nasional. Pada tanggal 18 Agustus 1945 panitia persiapan kemerdekaan
indonesia (PPKI) yang dipimpin oleh soekarno mengadakan sidang, menghasilkan
keputusan antara lain ditetapkannya Undang-undang Dasar (UUD) 1945 sebagai
hukum dasar ( konstitisi ) negara RI. UUD 1945 meletakkan dasar politik agraria
nasional yang dimuat dalam Pasal 33 ayat 3 yaitu “bumi, air dan kekayaan alam

1
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132314547/pendidikan/HUKUM+AGRARIA2.pdf
2
Urip Santoso, Hukum Agraria & Hak-hak Atas Tanah, PT Fajar Interpratama Offset, Jakarta, 2009, Hal 24
yang terkandung untuk sebesarnya kemakamuran rakyat” ketentuan ini bersifat
imperative, yaitu mengandung pemerintah kepada negara agar bumi,air,dan
kekayaan alam alam yang terkandung didalamnya, yang diletakkan dalam
penguasaan negara itu dipergunakan untuk mewujudkan kemakmuran bagi seluruh
rakyat indonesia. Dengan demikian, tujuan dari penguasaan oleh negara atas
bumi,air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya adalah untuk
mewujudkan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat indonesia. Upaya yang
dilakukan oleh pemerintah indonesia untuk menyesuaikan hukum agraria kolonial
dengan keadaan dan kebutuhan setelah indonesia merdeka, yaitu :
a. Mengunakan kebijaksanaan dan tafsir baru.
b. Penghapusan hak-hak kovensi.
c. Penghapusan tanah pertikelir.
d. Perubahan peraturan persewaan tanah rakyat.
e. Peraturan tambahan untuk mengawasi pemindahan hak atas tanah.
f. Peraturan dan tindakan mengenai tanah-tanah perkebunan.
g. Kenaikan canon dan ciji. h. Larangan dan penyelesayan soal pemakaian
tanah tanpa izin.
h. Peraturan perjanjian bagi hasil (tanah pertanian).
i. Peralihan tugas dan wewenang.3

B. Hukum Agraria Sebelum UUPA


1. Pada masa terbentuknya VOC (1602-1799) VOC didirikan sebagai badan
perdagangan dengan maksud untuk menghindari/mencegah persaingan antara
pedagang Belanda, mendapatkan monopoli di Asia Selatan, membeli murah dan
menjual mahal hasil rempah-rempah sehingga memperoleh keuntungan yang
sebesar-besarnya.
Kebijakan politik pertanian yang sangat menindas rakyat Indonesia yang di
tetapkan oleh VOC, antara lain:

3
https://media.neliti.com/media/.publications/220776-hukum-dan-kebijakan-hukum-agraria-di-ind.pdf
a. Contingenten pajak atas hasil tanah pertanian harus diserahkan kepada
penguasa kolonial (kompeni). Petani harus menyerahkan sebagian dari
hasil pertaniannya kepada kompeni tanpa dibayar seperserpun.
b. Verplicthe leverante suatu bentuk ketentuan yang diputuskan kompeni
dengan para raja tentang kewajiban menyerahkan hasil panen dengan
pembayaranya yang harganya juga sudah ditetapkan sepihak.
c. Roerendiensten Kebijakan ini dikenal dengan kerja rodi yang
dibebankan kepada rakyat Indonesia yang tidak mempunyai pekerjaan.
2. Pada masa pemerintahan Gubernur Herman Willem Daendles (1800-1811)
Kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Gubernur Herman Willem Daendles adalah
menjual tanah-tanah rakyat Indonesia kepada orang-orang cina, Arab maupun
bangsa Belanda sendiri. Tanah-tanah yang dijual itu dikenal dengan sebutan
tanah patikelir.
3. Pada masa pemerintahan Gubernur Thomas stamford raffles (1811-1816)
Kebijakan yang ditetapkan oleh Gubernur Thomas stamford raffles adalah
Landrent atau pajak tanah. Kekuasaan tanah telah berpindah dari tanah milik
raja ( daerah swapraja di Jawa) kepada pemerintah Inggris. Akibat hukumnya
adalah hak pemilikan atas tanah tersebut beralih kepada raja Inggris. Tanah yang
dikuasai bukan miliknya, melainkan milik raja Inggris. Rakyat wajib membayar
pajak tanah kepada raja Inggris.
4. Pada masa pemerintahan gubernur Johanes van den Bosch Pada tahun 1830
Gubernur Johanes van den Bosch menetapkan kebijakan pertanahan yang
dikenal dengan sistem tanam paksa atau cultur stesel. Para petani dipaksa
menanam satu jenis tanaman tertentu yang langsung maupun tidak langsung
dibutukan oleh pasar Internasional. Hasil pertanian diserahkan kepada
pemerintah colonial. Rakyat yang tidak mempunyai tanah pertanian wajib
menyerahkan tenaganya yaitu seperlima bagi masa kerjanya atau 66 hari untuk
waktu satu tahun.
5. .Pada masa berlakunya Agrarische Wet Stb. 1870 No.55 Berlakunya Agrarische
Wet politik monopoli (politik kolonial konservatif) dihapuskan dan digantikan
dengan politik liberal yaitu pemerintah tidak ikut mencampuri di bidang usaha,
pengusaha diberikan kesempatan dan kebebasan mengembangkan usaha dan
modalnya dibidang pertanian di Indonesia.
6. Pada masa berlakunya Agrarische Besluit Stb.1870 No.118  Salah satu
ketentuan pelaksanaan Agrarische Wet adalah Agrarische Besluit, yang dimuat
dalam Stb.1870 Nomor 118. Pasal 1 Agrarische Besluit memuat suatu
pernyataan yang dikenal dengan Domein Verklaring (pernyataan kepemilikan),
yang pada garis besarnya berisi asas bahwa semua tanah yang pihak lain tidak
dapat membuktikan sebagai hak eigendomnya adalah domein (milik) negara
Agrarische Besluit terdiri atas 3 bab;
a. Pasal 1-7 tentang hak atas tanah
b. Pasal 8-8b tentang pelepasan hak
c. Pasal 19-20 tentang peraturan campuran.4

4
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132314547/pendidikan/HUKUM+AGRARIA2.pdf
BAB II

PENUTUP

A. Kesimpulan
Hukum Agraria (dalam arti luas), yaitu bidang hukum positif yang mengatur
unsur-unsur sumber alam adan masing-masing unsur dijabarkan lebih lanjut dalam
bidang hukum tertentu, yang meliputi hukum tanah, hukum air, hukum
pertambangan, hukum perikanan, hukum kehutanan dan hukum ruang angkasa
(bukan dalam arti “space law”).
Hukum dan kebijakan Agraria merupakan alat untuk membawa
kemakmuran, kebahagiaan dan keadilan bagi Negara dan rakyat maupun
masyarakat luas dalam rangka masyarakat yang adil dan makmur, juga untuk
meletakkan dasar-dasar untuk mengadakan kesatuan dan kesederhanaan dalam
Hukum Pertanahan serta meletakkan dasar-dasar untuk memberikan kepastian
hukum mengenai hak-hak atas tanah bagi rakyat seluruhnya.
B. Saran
Saya selaku penulis berharap semoga makalah ini dapat menjadi pedoman
untuk kita bersama, terkhusus bagi pembaca makalah ini, namun saya selaku
penulis menyarankan kepada pembaca agar sebagusnya mencari referensi lain agar
lebih paham terhadap makalah yang di sajikan.
DAFTAR PUSTAKA

Urip Santoso, Hukum Agraria & Hak-hak Atas Tanah, PT Fajar Interpratama Offset,
Jakarta, 2009.
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132314547/pendidikan/HUKUM+AGRARIA2.pdf

https://media.neliti.com/media/.publications/220776-hukum-dan-kebijakan-hukum-agraria-
di-ind.pdf

http://staffnew.uny.ac.id/upload/132314547/pendidikan/HUKUM+AGRARIA2.pdf

Anda mungkin juga menyukai