PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanah mempunyai arti penting bagi kehidupan bangsa Indonesia. Hal ini
membutuhkan dan melibatkan soal tanah. 1Tanah merupakan karunia Tuhan Yang
Maha Esa sebagai kebutuhan hidup mendasar manusia. Setiap manusia hidup serta
melakukan semua aktivitasnya di atas tanah. Oleh karena itu, setiap saat manusia
selalu berhubungan dengan tanah. Bahkan dapat dikatakan bahwa semua aspek
kehidupan manusia akan selalu berhubungan dengan tanah. Oleh karena itu
manusia tidak akan terlepas dari tanah, baik hanya menguasai maupun
penguasaan dan pemilikan atas suatu tanah didukung oleh ketentuan hukum yang
berlaku. Hal ini selaras dengan prinsip bahwa Negara Republik Indonesia adalah
Negara hukum. Dalam hal ini maka seluruh aspek kebijakan Negara di bidang
1
Lihat Bachtiar Effendie, Pendaftaran Tanah di Indonesia dan Peraturan-Peraturan
Pelaksanaanya, Alumni, Bandung, 1983, hal. 1-2. Boedi Harsono memberikan pengertian tanah
adalah Bumi, air dan ruang angkasa demikian pula segala kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya adalah merupakan suatu kurnia dari Tuhan Yang Maha Esa kepada seluruh rakyat
Indonesia dan oleh karena itu, sudah semestinyalah pemanfaatan fungsi bumi, air dan ruang
angkasa beserta segala apa yang terkandung di dalamnya adalah ditujukan untuk mencapai
sebesar-besarnya kemakmuran seluruh rakyat Indonesia. Negara Repblik Indonesia merupakan
suatu organisasi kekuasaan dari seluruh rakyat Indonesia, yang di bentuknya guna mengatur dan
mengurus serta menyelesaikan segala kepentingan-kepentingan dari selruh rakyat Indonesia. Atas
dasar hal inilah dimana kemudian seluruh rakyat Indonesia kembali melimpahkan wewenang yang
dimilikinya berkenaan dengan kurnia Tuhan yang Maha Esa tersebut diatas kepada Negara selaku
Badan Pengusaha untuk berwenang sepenuhnya menguasai, mengatur dan mengurus serta
menyelesaikan segala persoalan berkenaan dengan pengelolaan fungsi bumi, air dan ruang
angkasa.
1
2
lainnya.
menyebutkan bahwa bumi, air dan ruang angkasa termasuk kekayaan alam yang
Pokok Agraria, menentukan bahwa hak dari menguasai dari negara termasuk
2
Lihat Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) menyebutkan bahwa bumi, air dan
ruang angkasa termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya pada tingkatan tertinggi
dikuasai oleh negara sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat. Selanjutnya Pasal 2 ayat (2)
Undang-Undang Pokok Agraria, menentukan bahwa hak dari menguasai dari negara termasuk
Pasal 1 ayat (1) memberikan wewenang untuk?: Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan,
penggunaan, persediaan dan pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa tersebut, Menentukan dan
mengatur hubungan hukum antara orang-orang dengan bumi, air dan ruang angkasa, Menentukan
dan mengatur hubungan hukum antara orang-orang dan perbuatan hukum mengenai bumi, air dan
ruang angkasa angkasa, Menentukan dan mengatur hubungan hukum antara orang-orang dan
perbuatan hukum mengenai bumi, air dan ruang angkasa.
3
negara dan rakyat tani, dalam rangka masyarakat yang adil dan makmur;
dari sila-sila dalam Pancasila dan penjabaran Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi : “Bumi dan air dan
yang berisi perintah kepada Negara agar seluruh kebijakan dan pengaturan hukum
pertanahan.4
3
Lihat Deddy Mulyadi, Studi Kebijakan Publik dan Pelayanan Publik, Konsep dan Aplikasi Proses
Kebijakan dan Pelayanan Publik, Alfabeta, Bandung, 2015, hal. 1. Kebijakan publik merupakan
salah satu dimensi pikik dalam ilmu dan praktik Administrasi Publik, Kebijakan Publik
dianalogikan fungsinya sama dengan fungsi otak pada tubuh manusia, karena melalui instrumen
ini, segala aktivitas kehidupan bernegara, dan bermasyarakat mulai dilakukan oleh birokrasi, plus
pihak swasta dan masyarakat.
4
Prinsip hak menguasai negara di dalam peraturan perundang-undangan negara Republik
Indonesia untuk pertama kali ditetapkan oleh Pasal 33 Ayat (3) Undang-Undang Dasar Republik
4
kepastian hukum mengenai hak atas tanah tercantum dalam ketentuan Pasal 19
Pokok Agraria yang ditujukan kepada para pemegang hak yang bersangkutan
lain harus didaftarkan menurut ketentuan yang dimaksud dalam Pasal 19.”
Indonesia Tahun 1945. Didalam bidang agraria kemudian dikembangkan oleh Undang-Undang
Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960, Pasal 2 Ayat (1) Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5
Tahun 1960 dengan jelas menyatakan bahwa atas dasar ketentuan dalam Pasal 33 Ayat (3)
Undang-Undang Dasar 1945 dan hal-hal sebagai yang dimaksud dalam Pasal 1: bumi, air, dan
ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya itu pada tingkatan tertinggi
dikuasai oleh negara sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat. Dasar dari hak menguasai
negara pada hakikatnya adalah tujuan yang hendak dicapai oleh bangsa dan negara seperti yang
ditetapkan oleh Pasal 33 Ayat (3) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 yaitu
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Hal ini diperjelas oleh Pasal 2 Ayat (3) Undang-
Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960 yang menyatakan bahwa wewenang yang bersumber
pada hak menguasai dari negara tersebut pada Ayat (2) pasal ini digunakan untuk mencapai
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dalam arti kebahagiaan, kesejahteraan dan kemerdekaan
dalam masyarakat dan negara hukum Indonesia yang merdeka, berdaulat, adil dan makmur.
5
Lihat pada Pasal 19 ayat (1) Undang-Undang Pokok Agraria, yang berbunyi : “Untuk menjamin
kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik
Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah. Kepastian
hukum merupakan pertanyaan yang hanya bisa dijawab secara normatif, bukan
sosiologis.Kepastian hukum secara normatif adalah ketika suatu peraturan dibuat dan diundangkan
secara pasti karena mengatur secara jelas dan logis. Jelas dalam artian tidak menimbulkan keragu-
raguan (multi-tafsir) dan logis dalam artian ia menjadi suatu sistem norma dengan norma lain
sehingga tidak berbenturan atau menimbulkan konflik norma. Konflik norma yang ditimbulkan
dari ketidakpastian aturan dapat berbentuk kontestasi norma, reduksi norma atau distorsi norma.
(https://id.wikipedia.org/wiki/Kepastianhukum, diakses pada tanggal 08 Desember 2016, pukul.
12.50)
5
juga setiap peralihan dan hapusnya hak tersebut harus didaftarkan menurut
Selanjutnya, terkait dengan jenis hak atas tanah, Pasal 16 ayat (1) Undang-
Undang Pokok Agraria telah mengatur bahwa hak atas tanah dapat dibedakan
sebagai berikut6:
1. Hak Milik ;
4. Hak Sewa ;
6. Hak yang lain yang tidak termasuk dalam hal-hal tersebut di atas yang akan
ditetapkan.
6
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria
Isi dan Pelaksanaannya, Hukum Tanah Nasional jilid 1, Jakarta : Djambatan, Cet 12, 2008
mengatakan Hak-hak penguasaan atas tanah berisikan serangkaian wewenang, kewajiban dan/atau
larangan bagi pemegang haknya untuk berbuat sesuatu dengan tanah yang dihaki. “Sesuatu” yang
boleh, wajib dan/atau dilarang untuk diperbuat itulah yang merupakan tolok pembeda antara
berbagai hak penguasaan atas tanah yang diatur dalam Hukum Tanah Negara yang bersangkutan.
Hak-hak penguasaan atas tanah itu dapat diartikan sebagai lembaga hukum. Hak-hak penguasaan
atas tanah dapat juga merupakan hubungan hukum konkret. Hak-hak atas tanah (Pasal 4) yaitu
Primer : Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, yang diberikan oleh Negara (Pasal
16) dan Sekunder : Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai, yang diberikan oleh pemilik tanah, Hak
Gadai, Hak Usaha Bagi-Hasil, Hak Menumpang, Hak Sewa .
6
pemegang hak milik atau hak-hak lain atas sebidang tanah, siapa pihak yang
sedang membebani hak di atas hak atas tanah dan lainnya. Salah satu cara untuk
menjamin kepastian hukum terhadap hak-hak atas tanah tersebut, maka kepada
pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-hak lain
tanah dan satuan-satuan rumah susun yang sudah terdaftar. Dengan demikian
pertama kali dan pemeliharaan data pendaftaran tanah. Pendaftaran tanah untuk
pertama kali adalah kegiatan pendaftaran tanah yang dilakukan terhadap obyek
Kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali berdasarkan Pasal 12 ayat (1) PP
3. penerbitan Sertipikat;
8
Irawan Soerodjo, Kepastian Hukum Hak Atas Tanah Di Indonesia, Arkola, Surabaya, 2003,
halaman 157. Dalam Pasal 19 UUPA juga mengatakan sertifikat itu dalah sebagai alat pembuktian
yang kuat, sehingga setiap orang dapat mempermasalahkan tentang kebenaran sertifikat tanahnya
dan jika dia dapat membuktikan ketidakbenaran dari hak atas tanah tersebut maka dapat dibatalkan
oleh pengadilan dan kepala BPN.
9
Adrian Sutedi, Opcit, hal. 114, Pendaftaran tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur meliputi pengumpulan,
pengolahan, pembukuan dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam
bentuk peta dan daftar mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun, termasuk
pemberian sertifikat sebagai surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada
haknya dan hak milik atas rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya.
8
perbedaan dalam prosedur kepengurusan status hak atas tanah di Kota Batam
dengan kota lainnya. Jika di kota lain di Indonesia melalui alas hak adat proses
bahwa seluruh tanah yang terletak di Pulau Batam diserahkan kepada Otorita
Batam dengan Hak Pengelolaan (HPL). Ketua Otorita Batam memiliki wewenang
pihak ketiga. Hak pengelolaan yang diberikan kepada Otorita Batam secara parsial
diberikan hak guna bangunan (HGB) dan hak pakai. Namun tetap melakukan
pendaftaran tanah di kantor Badan Pertanahan Kota Batam. Karena dikuasai oleh
Otorita Batam (saat ini menjadi Badan Penguasaan Batam), maka segala
Pengusahaan Batam.11
pemberian hak atas tanah yang mayoritas berjenis hak atas tanah dengan jangka
waktu tertentu, misalnya Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai, bukan hak milik.
Pemberian HGB dan Hak Pakai ini seringkali membuat masyarakat menjadi was-
was, jangan-jangan setelah berakhirnya hak tersebut, maka hak atas tanahnya
10
ihat Sholih Mu’adi, Penyelesaian Sengketa Hak Atas Tanah Perkebunan dengan Cara Litigasi
dan Non Litigasi, Prestasi Pustaka Karya, Jakarta, 2010, hal. 12, Dari hasil penelitian awal
menunjukkan bahwa aturan yang ada belum bisa diterapkan secara penuh karena barbagai kasus
yang melatar belakangi ada perbedaan, sehingga harus diselesaikan dengan cara yang berbeda
pula. Latar belakang non hukum yang mendominasi munculnya sebuah kasus, penyelesaian tidak
murni berdasarkan pada aturan hukum yang ada, akan tetapi melihat faktor-faktor yang
melatarbelakangi kasus tersebut sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
11
Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam, Badan Penguasaan Kawasan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, Kota Batam: Development Progress of Batam
Indonesia,Edisi Pertama, 2010, halaman 7.
9
B. Perumusan Masalah
objek empirik yang akan diteliti12 juga sebagai pedoman yang mempermudah
3. Faktor apa saja yang menjadi kendala dan hambatan perpanjangan hak atas
C. Tujuan Penelitian
Dalam suatu penelitian tidak mungkin lepas dari tujuan tertentu yang ingin
Batam?
3. Untuk mengetahui Faktor apa saja yang menjadi Kendala dan Hambatan
D. Manfaat Penelitian
yaitu :
1. Manfaat Teoritis
bidang ilmu hukum14 yang akan mengembangkan disiplin ilmu hukum secara
2. Manfaat praktis
merupakan: kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu,
yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan
menganalisisnya. Diasamping itu, juga mengadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta
hukum tersebut, untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atau permasalahan yang timbul
di dalam gejala hukum tersebut.
14
Ibid, hal. 1. Teori hukum mempunyai kedudukan dan peranan yang sangat penting didalam
penelitian tesis maupun disertasi yang dilakukan oleh mahasiswa yang mengikuti jenjeang
pendidikan stratum dua (S2) maupu stratum (S3). Hal ini disebabkan karena didalam setiap
penyusunan proposal penelitian maupun lapora penelitian tesis dan disertasinya selalu
dicantumkan, dikaji dan dianalisis teori-teori yang akan diterapkan didalam penelitian
15
Buku Pedoman Penyusunan Proposal dan Tesis Program Magister Ilmu Hukum Pasca Sarjana
(S2), Universitas Batam, 2014, hal. 7.
1
Hasil penelitian nantinya diharapkan dapat memberikan jalan keluar
disamping itu hasil penelitian ini dapat mengungkapkan teori-teori baru serta
1. Kerangka Teori
Dalam sebuah penelitian teori yang digunakan harus sudah jelas karena
fungsi19 teori dalam sebuah penelitian adalah antara lain untuk memperjelas
dan mempertajam ruang lingkup atau konstruksi variabel yang akan di teliti,
16
Ibid, hal. 7
17
Lihat Sugiyono,Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Alfabeta, Bandung, 2013,
hal. 52
18
Ibid. hal. 54
19
Ibid. hal. 57
1
Teori berisi pernyataan-pernyataan mengenai gejala tertentu dan
kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisa dan konstruksi yang dilakukan
sarana bagi peneliti yang harus mengemukakan teori normatif yang relevan
a. Grand Theory
hebat atas seluruh konsepsi hukum alam. Bentham tidak puas dengan
dari yang abstrak hingga yang konkret, dari yang idealitis hingga yang
1
Gerakan aliran ini merupakan ungkapan-ungkapan/tuntutan-tuntutan
dengan ciri khas dari abad kesembilan belas. Menurut aliran ini, tujuan
23
Opcit, Zainuddin, hal, 59.
24
Sukarno Aburaera, Muhadar dan Maskun, Filsafat Hukum Teori dan Praktik, Prenada Media
Group, Jakarta, 2015, hal. 111, Pandangan Bentham sebenarnya beranjak dari perhatiannya yang
besar terhadap individu. Ia menginginkan agar hukum pertama tama dapat memberikan jaminan
kebahagiaan kepada individu-individu, bukan langsung kepda masyarakat secara keseluruhan.
Walaupun demikian, Bentham tidak menyangkal bahwa disamping kepentingan individu,
kepentingan masyarakat perlu diperhatikan. Agar tidak terjadi bentrokan, kepentingan individu
dalam mengejar kebahagiaan sebesar-besarnya itu dibatasi. Jika tidak, akan terjadi apa yang
disebut ho homini lupus (manusia menjadi serigala bagi manusia lain).
1
Hunt menjelaskan bahwa kemampuan seseorang untuk memahami
Kedua; Penentuan perilaku moral secara ideal yang sesuai untuk sebuah
b. Middle Theory
25
Ibid, hal. 170. Etika adalah istilah yang berasal dari bahasa Yunani Ethos yang berarti adat
istiadat. Kata ethos mempunyai makna yang setara dengan kata mos dalam bahasa latin yang juga
berarti adat istiadat atau kebiasaan baik, berangkat pada pengertian dia tas, etika kemudian
berkembang menjadi studi tentang kebiasaan-kebiasaan manusia yaitu kebiasaan-kebiasaan yang
terdapat di dalam konvensi/kesepakatan. Menurut Austin Fagothey etika adalah studi tentang
kehendak manusia, yaitu kehendak yang berhubungan dengan keputusan tentang yang benar dan
yang salah dalam bentuk perbuatan manusia. Dalam hal ini, etika mencari dan berusaha
menunjukkan nilai-nilai kehidupan yang benar secara manusiawi kepada setiap orang. Beberapa
pertanyaan-pertanyaan menjadi pusat perhatian etika.
26
Idham, Opcit, hal. 22.
1
hukum tergantung tiga unsur sistem hukum, yakni struktur hukum
(struktur of the law), substansi hukum (substance of the law) dan budaya
budaya hukum merupakan hukum yang hidup (living law) yang dianut
jenis kasus yang berwenang mereka periksa, dan tata cara naik banding
badan legislatif ditata, apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh
presiden, prosedur apa yang diikuti oleh kepolisian dan sebagainya. Jadi
struktur (legal structure) yang terdiri dari lembaga hukum yang ada,
hukum adalah aturan atau norma yang merupakan pola perilaku manusia
1
sistem hukum memperoleh tempatnya yang logis dalam kerangka budaya
the system; the way courts of police depatements are organized, the lines
pola perilaku nyata manusia yang berada dalam sistem itu termasuk
produk yang dihasilkan oleh orang yang berada di dalam sistem hukum
28
Ibid.
29
1
“Subtance is what we call the actual rules or norms used by
institutions, (or as the case may be) the real observable behavior
patternsof actors within the system).30
Subtansi adalah apa yang kita kenal dengan peraturan atau norma
aktual yang digunakan oleh institusi, (atau sebagai kans mungkin) pola-
pola tingkah laku yang dapat observasi secara nyata di dalam sistem).
didifinisikan, sebagai “….attitude and values that related to law and legal
system, together with those attitudes and values affecting behavior related
c. Applied Theory
perubahan itu terjadi dengan cara yang teratur. Perubahan yang teratur
1
pengadilan atau kombinasi keduanya. Hukum yang baik adalah hukum
yang sesuai dengan hukum yang hidup (the living law) dalam masyarakat,
masyarakat.
pada sekitar tahun 2002.34 Teori hukum progresif ini dikemukakan oleh
Hukum selalu berada dalam proses untuk terus menjadi berkembang (law
33
Romli Atmasasmita, Teori Hukum Integratif, Genta Publishing, Yogyakarta, hal. 65-66
34
Satjipto Rahardjo, Hukum Progresif Sebuah Sintesa Hukum Indonesia, Genta Publishing,
Yogyakarta, 2009, hal.28-30.
35
Ibid. hal. 2
1
merekontruksi pemikiran Mochtar dan Satjipto tersebut. Bertolak dari
bahwa hukum dapat diartikan dan seharusnya juga diartikan sebagai sistem
tertentu; sanksi, yang menegaskan sanksi apa yang akan timbul apabila ada
pentaatan dan sanksi apa yang akan timbul apabila ada pengikatan
2. Kerangka Konsep
36
Bambang Sunggono, Hukum dan Kebijaksanaan Publik, Sinar Grafika, Jakarta, 1994, hal. 95
1
20
karena konsep37 adalah istilah, terdiri dari satu kata atau lebih yang
konkrit dari teori. Namun masih diperlukan penjabaran lebih lanjut dari
yang terkandung dalam judul tesis penelitian ini yang dimaksud dengan :
a. Analisis Yuridis dalam penelitian ini yang dimaksud oleh penulis adalah
dengan hukum, kaidah hukum serta norma hukum yang berlaku sebagai
37
Idburhanuddin.Wordpress.com/2013/05/21/landasan-teori-kerangka-pikir-dan-hipotesis-dalam-
metode-penelitian/(internet), diteliti pada tanggal 13 Desember 2016, Pukul. 22:26
38
Buku pedoman, Penyusunan Proposal Dan Tesis Program Megister ilmu Hukum Pasca Sarjana
(S2), Universitas Batam, 2014,hal. 8
21
sesuatu hak atas tanah tanpa mengubah syarat-syarat dalam pemberian hak
Kota Batam. Wilayah yang dicakupi oleh Kota Batam Menurut Undang-
Undang tersebut adalah Pulau Batam, Pulau Rempang, Pulau Galang, Pulau
Galang Baru, Pulau Bulan, dan semua pulau-pulai kecil lainya yang berada
hak atas tanah dan pemeliharaan daftar umum pendaftaran tanah. Dengan
F. Asumsi
Asumsi adalah Pra Anggapan dimana suatu proposisi bisa dianggap benar
tanpa perlu ada bukti. Proposisi dapat dianggap benar oleh seseorang meskipun
39
Pasal 1 Point 9, Peraturan Menteri Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun
1999 Tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan
22
harus dibuktikan oleh seseorang lainnya. Dalam penulisan tesis ini peneliti dengan
uraian permasalah diatas maka dalam penelitian tesis ini peneliti mengemukakan
G. Keaslian Penelitian
penelitian tesis ini dalam hal ini dapat diberikan keterangan bahwa judul dan
variabel yang diteliti oleh peneliti sebelumnya belum pernah dilakukan, untuk
penjelasan dimaksud dengan ini peneliti menegaskan kembali bahwa judul dan
40
Buku Pedoman Penyusunan Proposal Dan Tesis Program Magister Ilmu Hukum Pasca Sarjana
(S2), Universitas Batam, 2016, hal 8 huruf F
41
Radiansyah, Survey Pustaka Ke Perpustakaan FH-UNIBA, 25 Desember 2016; Pukul
11:12 WIB
23
variabel yang diteliti dalam tesis ini mengandung kebenaran dengan keaslian
penelitiannya.
atas tanah di kota Batam dalam rangka mewujudkan kepastian hukum di Badan
atas tanah di kota Batam (studi penelitian di kantor Badan Pertanahan Kota
perpanjangan hak atas tanah di kota Batam dalam rangka mewujudkan kepastian
(research).
H. Metode Penelitian
jenjang strata sarjana, tesis untuk jenjang strata pasca sarjana dan disertasi untuk
disebut legal research methode memiliki esensi pemikiran tentang penelitian. Jika
42
Mahasiswa Pasca Sarjana Program Magister Hukum UNIBA tahun 2015
43
Idham,Bahan Ajar Metodologi Penelitian Hukum, Perkuliahan Pada Program Studi Magister
Hukum-UNIBA, Batam, 15Oktober 2016; Pukul. 19:35 WIB
24
dalam penelitian adalah kebenaran yaitu kebenaran non eksoterik44 dengan kata
ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu, yang
bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan
ditinjau dari segi dan sudut sifat, bentuk, tujuan dan penerapan serta sudut disiplin
eksploratif, diskriptif dan eksplanatoris. Dari sudut bentuk, suatu penelitian dapat
hukum yang peneliti gunakan di dalam penelitian ini adalah penelitian sistematik
44
Penulis menemukan adanya relevansi pendapat plato seorang filsuf yunani yang berpendapat
bahwa penelitian dilakukan sebagai upaya untuk menemukan kembali kebenaran yang memenuhi
unsure formal dan material bagi suatu objek penelitian, bahan ajar metodologi penelitian hukum,
Dosen Magister Hukum. Uniba, 14 Oktober 2016, 10:00 wib. Oleh Idham.
45
Salim HS dan Erlies Septiana Nurbani, Opcit, hal. 7
46
Buku Pedoman Penyusunan Proposal Dan Tesis Program Magister Ilmu Hukum Pasca Sarjana
(S2), Uniba, 2016, hal 9
25
subjek hukum; hak dan kewajiban; peristiwa hukum; hubungan hukum; objek
hukum.
1. Spesifikasi Penelitian
pilihan jenis format penelitian di dalam meneliti objek penelitian pada bidang
ilmu hukum yang diteliti oleh peneliti. Secara khusus menurut jenis, sifat dan
penelitian ini lebih banyak dilakukan terhadap data yang bersifat sekunder
2. Metode pendekatan
47
Opcit, Salim HS dan Erlies Septiana Nurbani, hal. 11.
48
Ibid, hal. 12. Penelitian hukum normatif merupakan salah satu penelitian yang paling banyak
dilakukan oleh mahasiswa, baik mahasiswa S1, S2, maupun mahasiswa S3. Hal ini disebabkan
karena peneltian ini hanya cukup dilakukan di ruang kerja, tanpa bersusah payah untuk menggali
data yang berasal dari masyarakat.
26
induktif mengarah kepada cara deduktif dan sebaliknya. Hal ini dilakukan oleh
akademisi.
b. Populasi
Batam.
c. Sampel
hukum, baik bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, maupun bahan
non hukum.50
penelitian ini.
5. Analisis data
tentang analisis data yang memiliki fungsi untuk memberi arti, makna dan
nilai yang terkandung dalam data itu. Tahapan dalam penelitian tesis ini
tingkah laku yang dilihat dari “frame of reference”, jadi individu sebagai
actor senral perlu dipahami dan merupakan satuan analisis serta menempatkan
6. Jadwal Penelitian
yang dimulai dari pelaksanaan penelitian hingga ke tahap analisis data dan
I. Sistematika Penelitian
yang dibagi dalam lima bab. Adapun maksud dari pembagian tesis ini ke dalam
bab-bab dan sub bab-bab adalah agar untuk menjelaskan dan menguraikan setiap
Bab I : Mengenai bab ini merupakan bab pendahuluan yang berisikan antara
sistematika penelitian.
Bab IV : Di dalam bab ini pembahasan mengenai yang menjadi kendala dan
Bab V : Di dalam bab ini merupakan penutup yang memuat kesimpulan dan
saran dari hasil penelitian ini, dan akan diakhiri dengan lampiran-
52
Buku Pedoman, Opcit. hal. 21
29
1960 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan
dengan hak atas tanah akan tetapi secara eksplist Hak Penguasaan tidak terdapat
53
Lihat Frans Magnis Suseno, Etika Politik Prinsip-prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern,
Gramedia, Jakarta, 2001, hal. 315. Hukum sebagai kaedah atau norma merupakan pencerminan
dari nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat. Nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat bersifat
dinamis artinya berkembang sesuai dengan perkembangan jaman,akibatnya,hukumpun
berkembang sesuai dengan perkembangan nilai-nilai yang hidup di masyarakat. Demikian pula
terhadap konsep hak menguasai tanah oleh Negara yang berlaku saat ini bukanlah sesuatu yang
muncul secara tiba-tiba,melainkan merupakan hasil dari suatu proses perkembangan yang terus
menerus. Penguasaan tanah secara yuridis berarti ada hak dalam penguasaan itu yang diatur oleh
hukum ada kewenangan menguasai secara fisik, misalnya dalam hal sewa menyewa tanah secara
yuridis tanah adalah hak pemilik tanah tetapi secara fisik tanah itu digarap atau digunakan oleh
penyewa tanah tersebut dalam jangka waktu yang sudah disepakati, juga dalam hal menjamin
tanah pada Bank maka Bank sebagai kreditur adalah pemegang hak jaminan atas tanah yang
dijadikan jaminan tetapi fisik penguasaannya atau penggunaannya tetap ada pada pemilik hak atas
tanah. Penguasaan ini ada dalam aspek privat sedangkan aspek publiknya diatur dalam pasal 33
ayat 3 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan pasal 2 Undang-
Undang Pokok Agraria bahwa Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya
dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Secara positif
manusia dapat dikatakan sejahtera apabila ia merasa aman tenteram,selamat apabila ia dapat hidup
sesuai dengan cita-cita dan nilainya sendiri,apabila ia merasa bebas untuk mewujudkan kehidupan
individual dan sosialnya sesuai dengan aspirasi-aspirasi serta dengan kemungkinan-kemungkinan
yang tersedia baginya. Secara negative manusia disebut sejahtera kalau dia bebas dari
kemiskinan,dari kecemasan hari esok, bebas dari penindasan dan bebas dari perlakuan tidak adil.
Negara hanya mengusahakan/menyiapkan kondisi untuk mencapai kesejahteraan umum dan tidak
menciptakan kesejahteraan umum,Negara hanya menciptakan prasyarat-prasyarat objektif yang
perlu tersedia agar kesejahteraan masing-masing anggota masyarakat dapat terwujud. Negara
bertugas untuk menciptakan prasarana-prasarana yang diperlukan masyarakat agar dapat merasa
sejahtera.
30
31
Negara dapat memberikan tanah yang demikian itu kepada seseorang atau
misalnya: Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, atau Hak Pakai
Hak Penguasaan ini, maka selanjutnya istilah tersebut dipakai dengan sebutan
Hak Penguasaan sebagai penyebutan awal mula nama Hak Pengelolaan. Seiring
Penguasaan yang dahulu disebut dengan Hak Penguasaan ini tersebar diberbagai
jenis peraturan hukum dibidang pertanahan yang sampai saat ini masih berlaku.55
54
Lihat Adrian Sutedi, Peralihan Hak Atas Tanah dan Pendaftarannya, Jakarta, Sinar Grafika,
2013, hal. 1-2, Sebelum berlakunya Undang-Undang Pokok Agraria, hukum tanah di Indonesia
bersifat dualisme, artinya selain diakui berlakunya hukum adat yang bersumber dari Hukum Adat,
diakui pula peraturan-peraturan mengenai tanah yang didasarkan atas Hukum Barat. Setelah
berlakunya Undang-Undang Pokok Agraria pada tanggal 24 September 1960, berakhirlah masa
dualisme hukum tanah yang berlaku di Indonesia menjadi suatu unifikasi hukum tanah. Hak milik
sebagai suatu lembaga hukum dalam hukum tanah telah diatur baik dalam hukum tanah sebelum
Undang-Undang Pokok Agraria maupun dalam Undang-Undang Pokok Agraria sebelum
berlakunya Undang-Undang Pokok Agraria, ada dua golongan besar hak milik atas tanah, yaitu
hak milik menurut Hukum Adat dan hak milik menurut Hukum Perdata Barat yang dinamakan
Hak Eigendom.
55
Urip Santoso, Opcit,hal 81. Kaidah-kaidah hukum adat dan nilai-nilai yang melandasinya pada
berbagai wilayah masyarakat hukum adat dapat memiliki kesamaan tetapi untuk menegakan
kaidah-kaidah hukum adat ada pada masing-masing wilayah masyarakat hukum adat,demikian
juga pada pengaturan Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat yang ketentuannya dalam pasal 3
32
Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai
tentang Tata Cara Pemberian Dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara Dan
pemegangnya.
Ketentuan Mengenai Tata Cara Pemberian Hak Atas Tanah, disebutkan bahwa
Hak Penguasaan adalah Hak Atas Tanah Negara seperti yang dimaksud
yang dikemukakan sebagai pendapat para ahli. Menurut A.P Parlindungan Hak
Hak Penguasaan adalah hak atas tanah yang dikuasai negara dan hanya dapat
diberikan kepada badan hukum atau pemerintah daerah baik dipergunakan untuk
usahanya sendiri maupun untuk kepentingan pihak ketiga, ini menunjukan dari
obyeknya adalah tanah yang dikuasai langsung oleh negara yang diberikan
yang dikuasai oleh negara akan diberikan dengan Hak Penguasaan kepada suatu
badan usaha milik negara (BUMN) atau badan usaha milik daerah (BUMD),
diberikan kepada pihak ketiga dengan suatu hak tertentu. Dalam sejarahnyaHak
Penguasaan dimulai dari timbulnya penguasaan atas tanah. Dalam bentuk modern
dimulai sejak berlakunya agrarischewet pada tahun 1870 yang bertujuan untuk
118).58
58
Adrian Suterdi, Opcit, hal. 90. Landasan dasar bagi pemerintah dan rakyat Indonesia untuk
menyusun politik hukum serta kebijaksanaan dibidang pertanahan telah tertuang dalam Undang-
Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat (3) yang berbunyi “Bumi, air dan kekayaan alam yang
terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat”. Berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat (3)
makna dikuasai oleh negara bukan berarti bahwa tanah tersebut harus dimiliki secara keseluruhan
oleh negara, tetapi pengertian dikuasai itu memberi wewenang kepada negara sebagai organisasi
kekuasaan dari bangsa Indonesia untuk tingkatan yang tertinggi untuk: (a). Mengatur dan
menyelenggarakan peruntukkan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaan bumi, air dan ruang
angkasa tersebut; (b). Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang
dengan bumi, air dan ruang angkasa; (c). Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum
antara orang-orang dan perbuatan-perbuatan hukum mengenai bumi, air dan ruang angkasa.
36
berisi domeinbeginsel (asas milik), yang menyatakan semua tanah yang diatasnya
karena dilihat dari keadaan pada waktu itu instansi pemerintah, perusahaan atau
Penguasaan atas tanah negara pada waktu itu banyak sekali penyimpangan yang
jawatan salah satunya adalah memindahkan penggunaan tanah dari suatu instansi
ini maka kedudukan Hak Penguasaan atas tanah negara jelas baik dari peruntukan
Selanjutnya.
60
Lihat Urip Santoso, Hukum Agraria dan Hak-Hak Atas Tanah, Kencana Prenada Media Group,
Jakarta, hal. 86-87. Dasar hukum ketentuan hak-hak atas tanah diatur dalam Pasal 4 ayat (1)
Undang-Undang Pokok Agraria, yaitu: atas dasar hak menguasai dari negara atas tanah sebagai
yang dimaksud dalam Pasal 2 ditentukan adanya macam-macam hak ats permukaan bumi. Yang
disebut tanah, yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-orang baik sendri maupun
bersama-sama dengan orang-orang lain serta badan-badan hukum. Hak atas tanah bersumber dari
hak menguasai dari negara tas tanah dapat diberikan kepada perseorangan baik warga negara
Indonesia maupun warga negara asing, sekelompok orang secara bersama-sama dan badan hukum
baik badan hukum privat maupun badan hukum publik. Dalam rangka memberikan kepastian
hukum dalam pemilikan satuan rumah susun diterbitkan tanda bukti hak berupa Sertifikat Hak
Milik atas Rumah Susun menurut Pasal 9 ayat (2) Undang-Undang Nomor 16 Tahun1985 terdiri
atas: a). Salinan buku tanah dan surat ukur atas hak tanah bersama menurut ketentuan peraturan
pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 UUPA. b). Gambar denah tingkat rumah susun
bersangkutan yang menunjukkan satuan rumah susun yang dimiliki.c). Pertelaan mengenai
besarnya bagian hak atas bagian bersama benda bersama dan tanah bersama yang bersangkutan.
Kesemuanya merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dan dijilid dalam satu sampul
dokumen. Hak milik atas satuan rumah susun bukanlah hak atas rumah melainkan hak atas
penguasaan atas tanah yang bersifat perseorangan.
38
konversi Hak Pengusaan menjadi Hak Pakai apabila Hak Penguasan diberikan
yang selain dipergunakan oleh instansi itu sendiri juga dengan maksud untuk
diberikan suatu hak kepada pihak ketiga, maka dikonversi menjadi Hak
Pengelolaan.
Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna
Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah. Bagaimanapun, Peraturan Menteri Agraria
61
http://statushukum.com/dasar-hukum.html, diakses pada tanggal 20 Mei 2016, Pukul. 19.00
WIB. Dasar Hukum adalah norma hukum atau ketentuan dalam peraturan perundang-undangan
yang menjadi landasan atau dasar bagi setiap penyelenggaraan atau tindakan hukum oleh subyek
hukum baik orang perorangan atau badan hukum. Selain itu dasar hukum juga dapat berupa norma
hukum atau ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang menjadi landasan atau dasar
bagi pembentukan peraturan perundang-undangan yang lebih baru dan atau yang lebih rendah
derajatnya dalam hirarki atau tata urutan peraturan perundang-undangan. Bentuk yang disebut
terakhir ini juga biasanya disebut sebagai landasan yuridis yang biasanya tercantum dalam
considerans peraturan hukum atau surat keputusan yang diterbitkan oleh lembaga-lembaga
tertentu.
39
maka keberadaan Hak Penguasaan diatur lebih lanjut dan diikuti oleh peraturan-
pengertian Hak Penguasaan. Dari semua pengertian itu pada intinya Hak
atas tanah yang mana hak-hak dimiliki oleh individu atau badan hukum.
Meskipun demikian namun hak-hak atas tanah yang diberikan dengan perizinan
atau pemberian dari negara sebagai organisasi tertinggi yang menguasainya. Hak
menguasai negara merupakan hak yang pada tingkatan tertinggi dikuasai oleh
Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.62 Salah satu
tingkatan hak-hak atas tanah adalah Hak menguasai Negara. Hak-hak atas tanah
tersebut terbagi dalam lima tingkatan hak,yaitu hak bangsa, hak menguasai
62
Berdasarkan Permenag Nomor 9 Tahun 1999, Pengertian Hak Penguasaan yaitu hak menguasai
dari Negara yang kewenangan pelaksanaannya sebagai dilimpahkan kepada pemegangnya.
Selanjutnya berdasarkan Penjelasan Pasal 2 ayat (3) huruf F Undang-Undang BPHTB. Pengertian
HPL dijelaskan lebih lengkap lagi yaitu hak menguasai dari Negara yang kewenangan
pelaksanaanya sebagian dilimpahkan kepada pemegang haknya, antara lain berupa perencanaan
peruntukan dan penggunaan tanah, penggunaan tanah unuk keperluan pelaksanaan tugasnya,
penyerahan bagian-bagian dari tanah tersebut kepada pihak ketiga dan atau bekerja sama dengan
pihak ketiga. Apabila semua keterangan yang diperlukan telah lengkap dan tidak ada keberatan
dari pihak lain, maka dalam hal keputusan pemberian hak milik kewenangannya telah dilimpahkan
kepada Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota, setelah mempertimbangkan pendapat kepala
Seksi Hak Atas Tanah atau pejabat yang ditunjuk atau Tim Penelitian Tanah atau Panitia
Pemeriksa Tanah A, kemudian Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota menerbitkan Sutar
Keputusan pemberian hak milik atas tanah negara yang dimohon dengan kewajiban tertentu.
40
Agraria) dan hak tanggungan. Perlu dipertegas dan dipertahankan pula tentang
penguasaan hak atas tanah dalam Undang-Undang Pokok Agraria yang lima jenis
tersebut dengan sistem berjenjang agar tetap diperoleh batasan kepemilikan dan
Negara yang dipunyai negara sebagai organisasi kekuasaan dari bangsa Indonesia
pemeliharaannya.
dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan ruang angkasa.
dapat diusahakan dan dipergunakan oleh masyarakat yang berasal dari negara
sekedar diperlukan. Akan tetapi sesuai dengan perkembangan zaman maka hak
menguasai negara tidak hanya dikuasakan kepada sebatas yang disebutkan dalam
63
Achmad Sodiki, Politik Hukum Agraria, diterbitkan Konstitusi Press (Konpress), Jakarta,2013,
hal.251
41
berupa Hak Penguasaan yang sudah dikonversi menjadi Hak Pakai dan Hak
Konsep Hak Menguasai dari Negara sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat
diartikan dalam dua makna yaitu: Wewenang Hak Menguasai Negara yang
terdapat dalam Pasal 2 ayat( 2) Undang –Undang Pokok Agaria tidak dapat
lain dengan Hak Penguasaan, maka hal demikian jelas bertentangan dengan
atas tanah.
pemerintah dan karenanya pemegang Hak Penguasaan tetap tunduk kepada segala
sudah ada dalam peraturan semenjak timbulnya dari mulanya Hak Penguasaan
atas tanah negara yang sudah dikonversi. Dalam kewenangannya meskipun Hak
negara yang tercantum dalam pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Pokok Agraria,
pemegang Hak Penguasaan tetap tunduk kepada Hak Mengusasi Negara yang
Menguasai negara cakupannya lebih luas dari Hak Penguasaan yang hanya
masyarakat yang sedang membangun selalu dicirikan oleh perubahan. Hukum berfungsi agar dapat
menjamin, bahwa perubahan itu terjadi dengan cara yang teratur. Perubahan yang teratur dapat
dibantu oleh peraturan perundang-undangan atau keputusan pengadilan atau kombinasi keduanya.
Hukum yang baik adalah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup (the living law) dalam
masyarakat, yang tentunya sesuai pula atau merupakan pencerminan dari nilai-nilai yang berlaku
dalam masyarakat itu.
43
dari wewenang yang ada pada Hak Menguasai Negara adalah anya terbatas pada
peruntukan dan penggunaan tanah saja, tidak termasuk mengatur hak guna air dan
hak guna ruang angkasa sebagaimana wewenang yang adapada hak menguasai
dari negara. Jika dilihat dari kewenangannya maka sebagian kewenangan dari hak
menguasai negara terdapat dalam pemegang Hak Penguasaan dan dari aspek
pengaturan dan praktik pemberian Hak Penguasaan atas tanah itu merupakan
65
Berdasarkan penelitian penulis dilapangan serta dikaitkan dengan teori yang penulis gunakan
dalam penelitian bahwa Menurut Mochtar, fungsi hukum dalam masyarakat adalah
mempertahankan ketertiban melalui kepastian hukum, dan hukum sebagai norma sosial harus
dapat mengatur (membantu) proses perubahan dalam masyarakat, teori hukum progresif ini
dikemukakan oleh Satjipto Rahardjo. Pemahaman hukum menurut hukum progresif menegaskan
bahwa hukum adalah suatu institusi yang bertujuan mengantarkan manusia kepada kehidupan
yang adil, sejahtera dan membuat manusia bahagia, maka dapat penulis simpulkan bawa
pengertian Hak Penguasaan dari penjelasan dan uraian di atas yaitu Hak Penguasaan merupakan
hak menguasai dari Negara yang sebagian kewenangannya dilimpahkan kepada pemegang Hak
Penguasaan. Dengan meilhat dari penjabaran di atas, menurut penulis Hak Penguasaan bukan
merupakan hak atas tanah sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 16 UUPA, karena Hak
Penguasaan itu hanyalah sebagian dari hak menguasai Negara yang pelaksanaan kewenangannya
diberikan kepada pemegang Hak Penguasaan.Hak Penguasaan tidak dapat diberikan kepada
perseorangan baik warga Negara Indonesia maupun warga Negara asing. Hak Penguasaan hanya
dapat diberikan kepada badan hukum tertentu. Badan-badan hukum yang tidak dapat mempunyai
Hak Penguasaan adalah badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan
di Indonesia, badan hukum asing yang mempunyai perwakilan di Indonesia, badan keagamaan,
badan sosial, perwakilan negara asing dan perwakilan badan internasional. Peraturan Menteri
Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 1999 menetapkan bahwa
tidak setiap badan hukum pemerintah dapat diberikan Hak Penguasaan, hanya badan hukum yang
mempunyai tugas dan fungsinya berkaitan dengan pengelolaan tanah yang dapat diberikan Hak
Penguasaan. Oleh sebab itu, berdasarkan penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa Perseroan
Terbatas (PT) dalam hal ini developer tidak dapat mempunyai Hak Penguasaan karena tidak
memenuhi persyaratan-persyaratan tersebut.Hak Penguasaan tidak dapat diberikan kepeda
perseorangan baik warga Negara Indonesia maupun warga Negara asing. Hak Penguasaan hanya
dapat diberikan kepada badan hukum tertentu. Adapun yang dapat menjadi subjek Hak
Penguasaan pada awalnya hanya Departemen, Jawatan dan Daerah Swatantra seperti halnya yang
telah diatur dalam penjelasan umum angka II nomor 2 Undang-Undang Pokok Agraria jo. Pasal 5
Peraturan Menteri Agraria Nomor 9 Tahun 1965tentang Pelaksanaan Konversi Hak Penguasaan
Atas Tanah Negara Dan Ketentuan-Ketentuan Tentang Kebijaksanaan Selanjutnya yang
menentukan bahwatanah-tanah Negara yang oleh suatu departemen, direktorat dan daerah
swatantra selain digunakan oleh instansi-instansi itu sendiri-sendiri, juga dimaksudkan untuk
diberikan dengan suatu hak pada pihak ketiga maka oleh Menteri Agraria tanah-tanah tersebut
akan diberikan dengan Hak Penguasaan. Hak Penguasaan diberikan kepada Departemen,
Direktorat dan Daerah Swatantra.”
44
Penguasaan tersebut. Dalam hal ini subjek Hak Penguasaan yang akan memiliki
akan menimbulkan pertanyaan siapa saja yang berhak memperoleh dengan status
Hak Penguasaan. Pengertian subjek hukum dimaknai sebagai pendukung hak dan
Inggris disebut legal entity. Subjek hukum atau person ini merupakan suatu
hukum bukan hanya manusia tetapi juga badan hukum sebagai pendukung hak
Penguasaan dari negara atas tanah itu adalah merupakan medebewind. Segala
Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian Dan
Pembatalan Hak Atas Tanah Negara Dan Hak Pengelolaan, Hak Penguasaan
Usaha Milik Daerah (BUMD), PT. Persero, Badan Otorita dan Badan-badan
67
Berdasarkan Analisis Penulis di lapangan Dengan demikian berarti bahwadidalam pasal 2 ayat
(4)Undang-Undang Pokok Agraria Subjek Hak Penguasaan itu adalah daerah-daerah Swatantra
dan masyarakat-masyarakat hukum adat, kemudian didalam penjelasan umum II angka (2)
dijelaskan Subjek Hak Penguasaan adalah Badan Penguasa yang berupa departemen, jawatan,
atau daerah swatantra. Subjek Hak Penguasaan yang diterangkan dalam Undang – Undang Pokok
Agraria tersebut dengan perkembangan zaman sekarang maka subjek Hak Penguasaan diatur
dalam peraturan Menteri Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional. Perlu dipahami terlebih
dahulu bahwa tidak semua badan hukum untuk memperoleh dan/atau menguasai tanah dengan
status Hak Penguasaan.
46
Hak Penguasaan hanya dapat diberikan kepada instansi pemerintah dan badan-
negara sebagai pemegang Hak Penguasaan atas tanah yang tertinggi sebagaimana
syarat, yaitu pertama, jika sebagian atas tanah tersebut dipergunakan untuk
akan diserahkan kepada pihak ketiga dengan sesuatu hak atas tanah yang lain
68
Berdasarkan Analisis Penulis di lapangan dan dikaitkan dengan teori dalam penelitian ini maka
menurut Romli bahwa hukum dapat diartikan dan seharusnya juga diartikan sebagai sistem nilai
(system of values). Berkaitan dengan Teori Hukum Integratif, menurut Talcott Parsons agar sistem
hukum dapat menjalankan fungsi integratifnya secara efektif, terdapat empat (4) masalah yang
harus diselesaikan terlebih dahulu, yaitu: legitimasi, yang akan menjadi landasan bagi pentaatan
aturan-aturan; interpretasi, yang akan menyangkut masalah penetapan hak dan kewajiban subyek
melalui proses penetapan aturan tertentu; sanksi, yang menegaskan sanksi apa yang akan timbul
apabila ada pentaatan dan sanksi apa yang akan timbul apabila ada pengikatan terhadap aturan,
serta sekaligus menegaskan siapakah yang akan menerapkan sanksi; yuridiksi, yang menetapkan
garis-garis kewenangan yang berkuasa menegakkan norma-norma hukum, Dilihat dari perspektif
Parsons tampaknya efektifitas fungsi integratif sistem hukum di Indonesia masih menghadapi
permasalahan baik ditinjau dari aspek legitimasi, interpretasi, sanksi maupun yuridiksibahwa hak
atas tanah yang dibebankan di atas Hak Penguasaanlah yang dapat dibebankan dengan Hak
47
Nasional Nomor 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian Dan Pembatalan
Hak Atas Tanah Negara Dan Hak Pengelolaan yang menyebutkan Subyek Hak
Penguasaan adalah Undang- Undang Pokok Agraria pasal 2 ayat (4) dan pada
69
Urip Santoso, Opcit, hal.108. Peraturan menteri dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (selanjutnya saya sebut sebagai Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2011) tidak diatur dalam ketentuan Pasal 1 ayat (1). Namun
demikian, jenis peraturan tersebut keberadaannya diatur dalam Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2011, yang menegaskan: “Jenis Peraturan Perundang-undangan selain
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) mencakup peraturan yang ditetapkan oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Mahkamah
Agung, Mahkamah Konstitusi, Badan Pemeriksa Keuangan, Komisi Yudisial, Bank
Indonesia, Menteri, badan, lembaga, atau komisi yang setingkat yang dibentuk dengan Undang-
Undang atau Pemerintah atas perintah Undang-Undang, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Provinsi, Gubernur, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota, Kepala
Desa atau yang setingkat.” (cetak tebal oleh penjawab). Walaupun ketentuan di atas tidak
menyebut secara tegas jenis peraturan perundang-undangan berupa “Peraturan Menteri”, namun
frase “…peraturan yang ditetapkan oleh… menteri…” di atas, mencerminkan keberadaan
Peraturan Menteri sebagai salah satu jenis peraturan perundang-undangan. Dengan demikian,
Peraturan Menteri setelah berlakunya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tetap diakui
keberadaannya. Persoalan selanjutnya, bagaimanakah kekuatan mengikat Peraturan Menteri
tersebut. Pasal 8 ayat (2) Undang-Undang Nomor 12 tahun 2011 menegaskan:“Peraturan
Perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diakui keberadaannya dan mempunyai
kekuatan hukum mengikat sepanjang diperintahkan oleh Peraturan Perundang-undangan yang
lebih tinggi atau dibentuk berdasarkan kewenangan.” (cetak tebal oleh penjawab). Dari ketentuan
di atas, terdapat dua syarat agar peraturan-peraturan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 memiliki kekuatan mengikat sebagai peraturan
perundang-undangan, yaitu diperintahkan oleh peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi
ataudibentuk berdasarkan kewenangan.Dalam doktrin, hanya dikenal dua macam peraturan
perundang-undangan dilihat atas dasar kewenangan pembentukannya, yaitu peraturan perundang-
undangan yang dibentuk atas dasar atribusi pembentukan peraturan perundang-undangan dan atas
dasar delegasi pembentukan peraturan perundan-undangan. A. Hamid S. Attamimmi (1990, hlm.
352),menegaskan Atribusi kewenangan perundang-undangan diartikan penciptaan wewenang
(baru)oleh konstitusi/grondwet atau oleh pembentuk undang-undang (wetgever) yang diberikan
kepada suatu organ negara, baik yang sudah ada maupun yang dibentuk baruuntuk itu.
48
konversi dari Hak Penguasaan. Peraturan Menteri Agraria Nomor 9 Tahun 1965
Pemberian Hak Atas Tanah, pada Pasal 29 dijelaskan bahwa Hak Penguasaan
Pasal 2 ayat (1) disebutkan bahwa untuk keperluan bidang usaha, maka
dapat diberikan Hak Penguasaan bagi perusahaan yang modalnya seluruh atau
sebagian milik Pemerintah. Selain itu mengenai subyek Hak Penguasaan juga
terdapat dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1977 tentang
Tata Cara Permohonan dan Penyelesaian pemberian hak atas tanah bagian-bagian
Penguasaan memuat pengaturan dan pandangan yang sama mengenai subyek Hak
Terkait dengan objek Hak Penguasaan maka objek Hak Penguasaan adalah
Undang-Undang Pokok Agraria, maka obyek dari Hak Penguasaan seperti juga
hak-hak atas tanah lainnya, adalah yang dikuasai penuh oleh negara. Secara
eksplisit obyek Hak Penguasaan itu dapat dilihat dari penjelasan Umum II angka
Kekuasaan negara atas tanah yang tidak mempunyai dengan sesuatu hak
oleh seseorang atau pihak lainnya adalah lebih luas dan penuh. Dengan
berpedoman pada tujuan yang disebutkan diatas negara dapat memberikan tanah
yang demikian itu kepada seseorang atau badan hukum dengan sesuatu hak
menurut peruntukan dan keperluannya, misalnya hak milik, hak guna usaha, hak
guna bangunan atau Hak Pakai atau diberikan dalam pengelolaan kepada sesuatu
Tanah yang menyebutkan bahwa Hak Penguasaan adalah hak atas tanah negara
seperti yang dimaksud dalam Peraturan Menteri Agraria Nomor 9 Tahun 1965
dengan ketentuan pasal 1 ayat (2) yang menyebutkan bahwa tanah negara adalah
tanah yang langsung dikuasai oleh negara, maka jelas pula obyek Hak
Penguasaan menurut peraturan ini, adalah tanah yang langsung dikuasai oleh
negara. Dari hal yang sama juga dapat ditarik kesimpulan dari Peraturan Menteri
Cara Pemberian Hak Atas Tanah, maupun dari Peraturan Menteri Dalam Negeri
Cara Pemberian Dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara Dan Hak Penguasaan.73
Penguasaan (Beheer) yang selanjutnya dalam Pasal 2 Undang-Undang Pokok Agraria disebut
sebagai Hak Menguasai dari Negara.Hal itu dapat dilihat dari sejarah pengaturan Hak Penguasaan
yang berasal dari Hak Penguasaan Tanah Negara yang diatur oleh Peraturan Pemerintah Nomor 8
Tahun 1953 tentang Penguasaan Tanah-Tanah Negara. Pasal 1 (a) Peraturan Pemerintah ini
menyatakan,t anah Negara ialah tanah yang dikuasai oleh Negara.
73
Berdasarkan Wawancara Penulis dengan Azzam Musaidiq selaku selaku sekretasris Balai
Pengelolaan Agribisnis Badan Pengusahaan Batam, pada tanggal 20 Maret 2017, pukul.
13.00WIB, di kantor Agribisnis BP Batam bahwa saat ini di Kota Batam Hak Penguasaan yang
sudah terdaftar mencapai kurang lebih 40% dari luas Pulau Batam. Diatas Hak Penguasaan Otorita
Batam telah pula diterbitkan hak-hak atas tanah baik atas nama perorangan maupun atas nama
badan hukum berupa Hak Milik, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai. Pemberian Hak atas tanah
diatas tanah Hak Penguasaan memang dimungkinkan oleh Peraturan Perundangan terutama jenis
hak yang berjangka waktu.Di Batam, pemberian hak milik, hak guna bangunan atau Hak Pakai di
atas Hak Penguasaan tidak mengakibatkan hapusnya Hak Penguasaan sehingga hubungan hukum
pemegang Hak Penguasaan dengan tanah Hak Penguasaannya tidak putus atau tidak berakhir.
51
atas tanah lainnya, karena perbedaan karakteristik dan sifat Hak Penguasaan
dengan jenis hak atas tanah lainnya sebagiamana diatur dalam Undang-Undang
dan peruntukan tanah, serta penyediaan tanah bagi pihak ketiga, dan
untuk kemudian memberikan hak baru kepada pihak ketiga tersebut dan
memungut uang pemasukan dari pihak ketiga yang memperoleh hak atas
Dengan pengertian lain pemengang Hak Penguasaan tetap memliki kewenangan atas tanah-tanah
Hak Penguasaannya meskipun diatas tanah Hak Penguasaan itu telah terbit hak milik, hak guna
bangunan atau Hak Pakai atas nama pihak lain.
74
Ranoemihardja, R.Atang,1982, Perkembangan Hukum Agraria diIndonesia, Aspek– aspek
dalam Pelaksanaan UUPA dan Peraturan Perundangan lainnya diBidang Agraria di Indonesia,
Tarsito, Bandung, hal.16.
52
sudah ada diatur dalam peraturan Menteri Agraria maupun Menteri Dalam
menyerahkan bagian- bagian atas tanah tersebut kepada pihak ketiga dengan Hak
75
Peraturan Menteri Agraria Nomor 9Tahun 1965 tentang Pelaksanaan Konversi Hak
Penguasaan Atas Tanah Negara Dan Ketentuan-Ketentuan Tentang Kebijaksanaan Selanjutnya
Pasal 6 Ayat1
76
Berdasarkan wawancara penulis dengan Bapak Azzam Mushaidiq, selaku sekretasris Balai
Pengelolaan Agribisnis Badan Pengusahaan Batam, pada tanggal 20 Maret 2017, Pukul. 11.00
WIB di kantor Agribisnis BP Batam , bahwa dengan kewenangan yang diberikan tersebut maka
Badan Pengusahaan Batam yang ditunjuk sebagai pemegang Hak Penguasaan berhak untuk
menggunakan dan memanfaatkan sepenuhnya tanah tersebut dalam rangka melaksanakan
sebagaian wewenang hak menguasai Negara atas tanah yag harus dilaksankan demi kemakmuran
rakyat. Pemegang Hak Penguasaan mempunyai keleluasaan untuk mengatur penggunaan tanah
seperti membangun kantor sendiri berkaitan bidang pekerjaan. Badan Pengusahaan Batam dalam
hal ini juga berwenang mengadakan perjanjian dengan pihak ketiga, menyerahkan penguasaan
sebagian tanah Hak Penguasaan kepada pihak ketiga dan menerima uang pemasukan dan Uang
Wajib Tahunan Otorita yang timbul sehubungan penyerahan tanah tersebut kepada pihak ketiga.
53
bagian dari pada tanah itu kepada pihak ketiga menurut persyaratan yang
pada beberapa peraturan dan telah berubah rumusannya, yaitu dalam Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1977 tentang Tata Cara Permohonan dan
ketentuan bahwa pemberian hak atas tanah kepada pihak ketiga yang
tanah Hak Penguasaan kepada pihak ketiga itu ditentukan oleh pemegang hak
77
UripSantoso,Pendaftaran dan Peralihan Hak Atas Tanah, Kencana Prenada Media Group,
Jakrta, 2010, hal.129
78
Pasal 1 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1977 tentang Tata Cara Permohonan
dan Penyelesaian Pemberian Hak Atas Tanah Bagian-Bagian Tanah Hak Penguasaan Serta
Pendaftarannya.
54
yang harus dipenuhi. Oleh karena Hak Penguasaan merupakan hak menguasai
Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 1999 tentang tentang Tata Cara Pemberian
Dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara Dan Hak Pengelolaan pihak-pihak yang
dapat diberikan atau memperoleh tanah dengan Hak Penguasaan yaitu: Instansi
79
Ibid, Wawancara penulis dengan Bapak Azzam Mushaidiq selaku sekretasris Balai Pengelolaan
Agribisnis Badan Pengusahaan Batam, pada tanggal 20 Maret 2017, Pukul. 11.00 WIB di kantor
Agribisnis BP Batam. Berdasarkan ketentuan tersebut di atas dapat diketahui bahwa pemegang
Hak Penguasaan selain berwenang untuk menggunakan tanah Hak Penguasaan itu untuk keperluan
pelaksanaan usahanya, ia berwenang pula untuk menyerahkan bagian-bagian dari tanah Hak
Penguasaan itu kepada pihak ketiga dengan persyaratan-persyaratan tertentu, baik mengenai
peruntukan, penggunaan maupun mengenai jangka waktu dan keuangannya, dengen ketentuan
bahwa pemberian hak atas tanah kepada pihak ketiga yang bersangkutan dilakukan oleh pejabat-
pejabat yang berwenang dan sesuai dengan perturan perundangan yang berlaku.
80
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria Pasal 2
ayat 2
55
Daerah (BUMD), PT. Persero, Badan Pengusahaan Batam (BP Batam) dan
terhadap pihak, instansi atau perusahaan yang dapat memliki Hak Penguasaan.
Selain dari yang disebutkan dari instansi tersebut maka pihak lain tidak dapat
negara atau tanah yang langsung dikuasai oleh negara.Dalam berakhirnya atau
hapusnya hak-hak atas tanah seperti hak milik, Hak Pakai, hak guna usaha atau
hak guna bangunan ada diatur dalam peraturan Undang-Undang Pokok Agraria.
umum.
81
Ibid, Wawancara penulis dengan Bapak Azzam Mushaidiq selaku sekretasris Balai Pengelolaan
Agribisnis Badan Pengusahaan Batam, pada tanggal 20 Maret 2017, Pukul. 11.00 WIB di kantor
Agribisnis BP Batam.
56
menjadi hapus.82 Selain itu hapusnya Hak Penguasaan juga dapat terjadi karena
Menurut Budi Harsono suatu Hak atas tanah dapat hapus jika dibatalkan
oleh pejabat yang berwenang sebagi sanksi terhadap tidak dipenuhinya suatu
bersangkutan. Penyebab lain juga hapusnya Hak Penguasaan adalah jika tanahnya
musnah. Hapusnya Hak Penguasaan berakibat tanah tersebut menjadi tanah yang
langsung dikuasai oleh negara,apabila tanah tersebut ingin dihakki menjadi Hak
Penguasaan oleh pihak lain maka dilakukan permohonan kembali oleh pihak lain
82
Budi Harsono, Hukum Agraria Indonesia: Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok
Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, JilidI (Hukum Tanah Nasional), Djambatan, Jakrta, 1994, hal.
263
83
Pembukuan yang dimaksudkan dalam hal ini harus memenuhi syarat sebagaimana ditentukan
antara lain bahwa penguasaan dan penggunaan tanah yang bersangkutan dilakukan secara nyata
dan dengan itikad baik selama 20 tahun atau lebih secara berturut-turut, bahwa kenyataan
penguasaan dan penggunaan tanah tersebut selama itu tidak diganggu gugat dan karena itu
dianggap diakui dan dibenarkan oleh masyarakat hukum adat atau desa/kelurahan yang
bersangkutan, bahwa hal-hal tersebut diperkuat oleh kesaksian orang-orang yang dapat dipercaya,
bahwa telah diberikan kesempatan kepada pihak lain untuk mengajukan keberatan melalui
pengumuman, bahwa telah diadakan penelitian juga mengenai kebenaran hal-hal yang disebutkan
di atas, bahwa akhirnya kesimpulan mengenai status tanah dan pemegang haknya dituangkan
dalam keputusan berupa pengakuan hak yang bersangkutan oleh panitia judikasi dalam
pendaftaran tanah secara sistematik dan oleh Kepala Kantor Pertanahan dalam pendaftaran tanah
secara sporadik.
57
Undang Pokok Agraria, akan tetapi istilah Hak Penguasaan dapat ditemukan pada
Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria. Hal itu dapatdibaca
berpedoman pada tujuan yang disebutkan diatas negara dapat memberikan tanah
demikian itu, kepada seseorang atau badan hukum dengan sesuatu hak menurut
peruntukan dan keperluannya,misalnya hak milik, hak guna usaha, hak bangunan,
dan Hak Pakai atau memberikannya dalam pengelolaan kepada suatu badan
II angka (2) tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa landasan hukum
Negara Indonesia maupun warga Negara asing. Badan-badan hukum yang tidak
dapat mempunyai Hak Pengelolaan adalah badan hukum yang didirikan menurut
negara asing dan perwakilan badan internasional. Hak Pengelolaan hanya dapat
diberikan kepada badan hukum tertentu. Dalam konsep Hak Penguasaan yang
Pemerintah85. Pada saat sekarang pelaksanaan dari Hak Menguasai Negara tidak
85
Berdasarkan analisis penulis dilapangan dan dikaitkan dengan teori yang penulis gunakan dalam
penelitian ini bahwa Struktur dari sistem hukum terdiri atas unsur berikut ini, jumlah dan ukuran
pengadilan, yuridiksinya (termasuk jenis kasus yang berwenang mereka periksa), dan tata cara
naik banding dari pengadilan ke pengadilan lainnya. Struktur juga berarti bagaimana badan
legislatif ditata, apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh presiden, prosedur ada yang diikuti
oleh kepolisian dan sebagainya. Jadi struktur (legal struktur) terdiri dari lembaga hukum yang ada
dimaksudkan untuk menjalankan perangkat hukum yang ada. Struktur adalah Pola yang
menunjukkan tentang bagaimana hukum dijalankan menurut ketentuan-ketentuan formalnya.
Struktur ini menunjukkan bagaimana pengadilan, pembuat hukum dan badan serta proses hukum
itu berjalan dan dijalankan. Di Indonesia misalnya jika kita berbicara tentang struktur sistem
hukum Indonesia, maka termasuk di dalamnya struktur institusi-institusi penegakan hukum seperti
kepolisian, kejaksaan dan pengadilan. Kultur hukum menyangkut budaya hukum yang merupakan
sikap manusia (termasubudaya hukum aparat penegak hukumnya) terhadap hukum dan sistem
hukum. Sebaik apapun penataan struktur hukum untuk menjalankan aturan hukum yang ditetapkan
dan sebaik apapun kualitas substansi hukum yang dibuat tanpa didukung budaya hukum oleh
orang-orang yang terlibat dalam sistem dan masyarakat maka penegakan hukum tidak akan
berjalan secara efektif. Hukum sebagai alat untuk mengubah masyarakat atau rekayasa sosial tidak
lain hanya merupakan ide-ide yang ingin diwujudkan oleh hukum itu. Untuk menjamin
tercapainya fungsi hukum sebagai rekayasa masyarakat kearah yang lebih baik, maka bukan hanya
dibutuhkan ketersediaan hukum dalam arti kaidah atau peraturan, melainkan juga adanya jaminan
atas perwujudan kaidah hukum tersebut ke dalam praktek hukum, atau dengan kata lain, jaminan
akan adanya penegakan hukum (law enforcement) yang baik. Jadi bekerjanya hukum bukan hanya
merupakan fungsi perundang-undangannya belaka, malainkan aktifitas birokrasi pelaksanaannya
59
hanya dikuasakan terhadap daerah swatantra dan masyarakat hukum adat tetapi
atau perusahaan yang ditunjuk oleh pejabat yang berwenang atau berdasarkan
kemungkinan untuk memberikan suatu hak baru yang namanya ketika itu belum
ada. Hak itu merupakan suatu delegasi wewenang pelaksanaan hak menguasai
negara kepada daerah- daerah otonom dan masyarakat hukum adat. Penjelasan
kemungkinan bagi negara untuk memberikan tanah yang dikuasai negara dalam
peraturan pemerintah atau peraturan menteri agraria yang merupakan turunan dari
Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bumi dan air dan
60
tanah ini merupakan hak penguasaan atas tanah yang tertinggi dan meliputi semua
tanah yang ada dalam wilayah negara, yang merupakan tanah bersama, bersifat
abadi dan menjadi induk bagi hak-hak penguasaan yang lain atas tanah. Oleh
karena itu negara bertanggung jawab untuk mengatur hak menguasai oleh negara
negara itu, oleh peraturan yang ada disebutkan sebagai Hak Pengelolaan.86
pada saat itu, dimana Pemerintah Indonesia melihat potensi adanya kedekatan
dengan negara tetangga untuk membuat sebuah tempat industri, dan diharapkan
Riau). Selanjutnya lahirlah Kepres No. 41 Tahun 1973 tentang Daerah Industri
Daerah Industri Pulau Batam, yang dikenal dengan sebutan Otorita Batam.
Selanjutnya Keppres No. 41 Tahun 1973 ini diubah dengan Keppres No. 45
Tahun 1978, Keppres No. 58 Tahun 1989, Keppres No. 94 Tahun 1998, dan
4. Menampung dan meneliti permohonan izin usaha yang diajukan oleh para
5. Menjamin agar tata cara perizinan dan pemberian jasa-jasa yang diperluakan
lancar dan tertib, segala sesuatunya untuk dapat menumbuhkan minat para
Pengelolaan. Hal ini tampak jelas di dalam Pasal 6 Keppres No. 41 Tahun 1973
yang pada intinya menyebutkan bahwa seluruh areal tanah yang terletak di Pulau
Daerah Industri Pulau Batam. Kawasan Hak Pengelolaan Lahan Otorita Batam
56 Tahun 1984 dan terakhir dengan Keppres No. 28 Tahun 1992. Peraturan
Mentri Agraria Nomor 9 Tahun 1965 ini merupakan perwujudan dari Pasal 2 ayat
(4) Undang-Undang No. 5 Tahun 1960, yang pada intinya menyebutkan bahwa
negara dapat memberikan tanah yang dikuasainya kepada suatu Badan Penguasa
dalam Pasal 2 disebutkan pada intinya bahwa jika tanah negara selain
dipergunakan untuk kepentingan instansi itu sendiri, juga diberikan kepada pihak
ketiga, dikonversi menjadi Hak Pengelolaan. Dasar hukum inilah yang pertama
kali diadopsi oleh Otorita Batam untuk menjadikan lahan di Pulau Batam menjadi
diacu pertama kali pada Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 1977 dan
1. Mengenai pemohon
a. Jika perorangan
Indonesia
88
Peraturan Mentri Agraria Nomor 9 Tahun 1965 tersebut di dalam Pasal 2 disebutkan bahwa
tanah negara selain dipergunakan untuk kepentingan instansi itu sendiri, juga diberikan kepada
pihak ketiga, dikonversi menjadi Hak Pengelolaan oleh Otorita Batam untuk menjadikan lahan di
Pulau Batam menjadi Hak Pengelolaan mengingat tugas Otorita Batam untuk mengembangkan
Pulau Batam sehingganya dimungkinkan pemberian lahan kepada pihak ketiga
63
2. Mengenai tanahnya
a. Data Yuridis
pelunasan tanah dan rumah dan atau tanah yang telah dibeli oleh
Keputusan dari Badan Otorita Batam dan surat-surat bukti perolehan tanah
lainnya.
b. Data Fisik
3. Surat lain yang dianggap perlu seperti Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang
Pajak Bumi dan Bangunan tahun terakhir, khusus untuk yang luas tanahnya 200 m2
atau lebih.
Selain itu terdapat ketentuan khusus yang diatur oleh Otorita Batam itu
sendiri, yaitu :
64
uang muka sebesar 10% dari jumlah Uang Wajib Tahunan Otorita
89
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 1977 tentang ketentuan yang ditetapkan oleh
Otorita Batam mengenai persyaratan permohonan untuk mendapatkan lahan di atas Hak
Pengelolaan Otorita Batam
BAB III
IMPLEMENTASI ANALISIS YURIDIS PERPANJANGAN HAK ATAS
TANAH DI KOTA BATAM
Batam merupakan salah satu pulau yang berada di antara perairan Selat
Malaka dan Selat Singapura. Tidak ada literatur yang dapat menjadi rujukan
dan mana nama Batam itu diambil, yang jelas Pulau Batam merupakan sebuah
pulau besar dan 329 pulau yang ada di wilayah Kota Batam. Satu-satunya
sumber yang dengan jelas menyebutkan nama Batam dan masih dapat dijumpai
sampai saat mi adalah Traktat London (1824). Penduduk asli Kota Batam
Selat atau Orang Laut. Penduduk ini paling tidak telah menempati wilayah itu
atau awal abad ke-14. Malahan dan catatan lainnya, kemungkinan Pulau Batam
telah didiami oleh orang laut sejak tahun 231 M yang di zaman Singapura
ajalnya, pulau ini berada di bawah kekuasaan Sultan Johor sampai pada
90
Pemerintah Kota Batam, Batam dalam Angka, Kota Batam, 2015, hal. 8
65
66
terbentuknya jabatan Yang Dipertuan Muda Riau, maka Pulau Batam beserta
lewat di sana. Hal ini mengakibatkan banyak pedagang yang secara sembunyi-
gangguan patroli Belanda. Pada abad ke-18, Lord Minto dan Raffles dan
moderat. Sejarah pulau Batam dapat ditelusuri ketika pertama kali Bangsa
91
http://batamkota.go.id/pemerintahan_baru.php?sub_module=46&klp_jenis=89, diunduh pada
tanggal 24 Maret 2017, Pukul. 14. 38 Wib
67
tahun 1000 M atau sebelum kerajaan Islam Malaka dan Bintan muncul serta
Portugis, Belanda dan Inggris. Sejak tahun 1513 M, pulau Batam dan
sendiri berasal dari orang Melayu atau yang lebih dikenal dengan orang Selat
atau orang Laut. Mereka menempati wilayah tersebut sejak zaman kerajaan
Temasek atau paling tidak dipenghujung tahun 1300 M (awal abad ke-14).
Referensi lain menyebutkan, pulau Batam telah dihuni orang Laut sejak 231
ini telah dijadikan sebagai pusat perdagangan yang dikuasai oleh Temanggung
daerah kekuasaan sampai ke kawasan Malaka. Bukan itu saja, pulau Sumatera
Bagian timur juga menjadi bagian dari kekuasaan mereka. sampai akhirnya
patroli Belanda. Pada 17 Maret 1824, Pemerintah Inggris Baron Fagel dari
Penyengat.
pusat kekuasaan dan yang menjalankan roda pemerintahan, pada tahun 1898,
surat yang ditujukan kepada Raja Ali Kelana bersama seorang saudaranya
untuk mengelola pulau Batam. bekal surat itulah, Raja Ali Kelana kemudia
93
Ibid.
69
batu bata. Pada tahun 1965 Temasek melepaskna diri dari Federasi Malaysia
berkembang pesat di masa-masa yang datang, yaitu Kota yang dapat menjadi
adalah sala satu alternatif penetapan Kota Batam Sebagai bandar Dunia.95
alih kapal yang kompetitif dan dinamis di kawasan regional Asia Tenggara,
serta atraktif dan bagi pelaku bisnis dalam dan luar negeri. Dalam jangka
panjang Kota Batam diupayakan menjadi suatu kota jasa yang menjadi
94
Ibid.
95
Buku Biro Pusat Statistik, Batam dalam Angka, 2013, Batam, hal. 3
70
sudah ada yang ramah lingkungan dengan sentuhan teknologi yang terus
berkembang.
sopan santun dan beradab dalam mencari jalan keluar melalui musyawarah
manusia dan generasi muda yang cerdas dan sehat, berbudaya, agamis,
globalisasi.97
sebagai Bandar Dunia Madani yang Modern dan Menjadi Andalan Pusat
96
Ibid, hal. 6
97
Ibid, hal. 7
71
berbudi pekerti atas dasar nilai-nilai seni budaya melayu, kearifan lokal
a. Letak
Ruang Wilayah Kota Batam Tahun 2004-2014, terletak antara: 1000°, 25´,
29” LU; 1°15’00 LU; 103°, 34’, 35” BT; 104° 26’ 04”
b. Batas
98
Ibid, hal. 8
99
Ibid, hal. 10
100
Ibid, hal. 12
72
Utara.101
c. Geologi
bagian utara sampai dengan pulau-pulau Moro dan Kundur serta Karimun
d. Iklim
tahun 2012 berkisar antara 21,3°C – 28, 1°C. Keadaan tekanan udara rata-
rata untuk tahun 2012, minimum 1.008,8 MBS dan maksimum 1010,4
87% 103
dan mengoptimalkan manfaat dan kesempatan yang ada dari keunggulan lokal
alih kapal;keempat, menjadikan kota Batam sebagai Free Trade Zone dan
mengisi peluang usaha yang ada. Adapun caranya antara lain dengan
dengan cara :
104
Ibid.
105
Ibid.
74
memiliki link and match dengan kebutuhan pasar tenaga kerja serta
kebutuhan pembangunan.
sesuai dengan kondisi dan potensi sumber daya alam yang tersedia.
lainnya.106
106
Ibid.
75
kerakyatan.107
dukung yang ada dan mengacu pada Rencana Tata Ruang Daerah Kota
107
Ibid.
108
Ibid.
76
masyarakat.
kondusif.109
B. Pemerintah Daerah
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 1 ayat 2, adalah sebagai berikut :
pemerintahan daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan
dengan prinsip otonomi yang seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara
109
Ibid.
77
pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati atau Walikota dan perangkat daerah.
Sedangkan menurut S. Pamudji dalam bukunya Kerja Sama Antar Daerah dalam
Pemerintahan Daerah pada dasarnya sama yaitu suatu proses kegiatan antara
pihak yang berwenang memberikan perintah dalam hal ini pemerintah dengan
yang menerima dan melaksanakan perintah tersebut dalam hal ini masyarakat.
daerah sebagai urusan rumah tangga daerahnya, kecuali yang bersifat nasional
110
Burhan Ashshofa, 2007, Peneltian Pemerintahan Daerah, Penerbit PT. Rineka Cipta, Jakarta,
hal. 15
78
Daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi
Tahun 1945.111 Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan
demikian peran pemerintah daerah adalah segala sesuatu yang dilakukan dalam
bentuk cara tindak baik dalam rangka melaksanakan otonomi daerah sebagai suatu
hak, wewenang, dan kewajiban pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus
dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selain itu, peran pemerintah
111
Penulis berpendapat bahwa Otonomi Daerah tidak terlepas dari kebijakan publik adalah
sejumlah aktivitas pemerintah untuk memecahkan masalah di masyarakat, baik secara langsung
maupun melalui lembaga yang mempengaruhi kehidupan masyarakat. Dalam pelaksanaan
kebijakan publik terdapat tiga tingkat pengaruh sebagai implikasi dari tindakan pemerintah yaitu:
Pandangan yang kedua, ialah pendapat para ahli yang memusatkan perhatian pada implementasi
kebijakan (policy implementation).
112
Ibid, hal. 16
79
memiliki kepentingan bagi dua pihak. Pemerintahan sangat ditentukan oleh tiga
karena itu apabila operasionalisasi suatu kebijakan ingin dapat berjalan secara
113
Hanif Nurcholis, Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah, Jakarta, Grasindo,
2007, hal.11
80
organisasi birokrasinya sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan dari misi yang akan
tujuan, dan sasaran dari kebijakan tersebut, dengan demikian setiap pelaksanan
harus mengerti benar tentang konsep persepsi sebagai langkah awal dari motivasi
baik dari sisi batasan, filosofi, etika, maupun metodologi. Dalam kesempatan
kajian ini, pertama-tama yang tampaknya perlu dipahami adalah eksplanasi atas
mengacu kepada beberapa pendapat para sarjana, menjelaskan pula bahwa secara
yuridis ada perbedaan yang sangat nyata antara negara dan pemerintah. Negara
negara (organ).
atau dalam arti sempit. Pemerintah dalam arti luas mencakup semua alat
114
Ni’matul Huda, Otonomi Daerah: Sejarah Perkembangan dan Probelematika, Pustaka Pelajar,
Jakarta, 2005, hal. 78
81
eksekutif, legislatif, dan yudikatif atau alat-alat kelengkapan negara lain yang juga
bertindak untuk dan atas nama negara. Dalam arti sempit pemerintah adalah
pertama sama dengan yudikatif dan legislatif berperan sebagai alat kelengkapan
negara, bertindak untuk dan atas nama negara, kedua sebagai badan administrasi
mempengaruhi pihak lain termasuk melalui jalan paksaan atau kekerasan. Namun
demikian kapasitas untuk memaksa pihak lain tersebut, didalam konteks negara
dilakukan adalah perintah berdasarkan suatu asas dan norma yang telah disepakati
sehingga dikatakan sebagai suatu tindakan yang sah.115 Sedangkan politik berasal
dari kata polis yang dalam tradisi Yunani berarti negara kota. Didalam polis atau
kota diorganisasikan tujuan bersama dan pembagian wewenang secara bijak demi
Oleh sebab itu sungguh tidak mengherankan apabila banyak kalangan yang
yudikatif.
negara yang sering dikenal sebagai administrasi negara. Lazimnya rentang atau
maka kegiatan administrasi negara dikenal sebagai suatu kebijakan publik, yang
kebutuhan konkret masyarakat sehari-hari. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa
evaluasi secara konkret dan terukur dalam merespon kebutuhan atau persoalan
pemerintah dalam arti luas dalam konteks Indonesia adalah keseluruhan alat
116
http://digilib.unila.ac.id/2265/9/BAB%20II.pdf, diunduh pada tanggal 15 Juni 2016, pukul.
15.00 WIB
83
negara (DPR, Presiden, MA, dan BPK). Sedangkan pemerintahan dalam arti
pemerintahan Negara.
117
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945.
84
Istilah otonomi berasal dari bahasa Yunani autos yang berarti sendiri dan
namos yang berarti Undang-undang atau aturan. Dengan demikian otonomi dapat
berpendapat bahwa otonomi daerah sebagai hak dan wewenang untuk mengatur
Syarifuddin, otonomi daerah adalah hak mengatur dan memerintah daerah sendiri.
Hak mana diperoleh dari pemerintah pusat dikemukakan oleh Syarif Saleh. 119
adalah pemerintahan oleh dan untuk rakyat di bagian wilayah nasional suatu
karena dasar pemberian otonomi daerah adalah dapat berbuat sesuai dengan
penekanannya lebih bersifat otonomi yang luas. Pendapat tentang otonomi di atas,
menentukan apa yang menjadi kebutuhan daerah, tetapi dalam kebutuhan daerah
Terlepas dari itu pendapat beberapa ahli yang telah dikemukakan di atas,
dinyatakan bahwa otonomi daerah adalah kewenangan daerah untuk mengatur dan
1. Aspek Hak dan Kewenangan untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya
sendiri.
121
Mariun, Otonomi Daerah dan Aplikasinya, Rineka Cipta, Jakarta, 1979, hal. 98
122
Abdurrahman, Opcit, hal. 89
123
Mariun, Opcit,hal. 70
86
nasional.
kebebasan pemerintah daerah untuk mengatur rumah tangga, seperti dalam bidang
Dengan demikian, bila dikaji lebih jauh isi dan jiwa Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2004, maka otonomi daerah mempunyai arti bahwa daerah harus
jenjang daerah otonom ada dua bagian, walau titik berat pelaksanaan otonomi
oleh provinsi.125
32 Tahun 2004, dengan tidak adanya perubahan struktur daerah otonom, maka
memang masih lebih banyak ingin mengatur pemerintah daerah baik provinsi
125
Burhan Ashofa, Opcit, hal. 90
126
Bagir Manan. Menyongsong Fajar Otonomi Daerah. Yogyakarta: Pusat Studi Hukum. FH-UII.
2001, hal. 77
88
Pemerintah Daerah tersebut adalah otonomi luas yaitu adanya kewenangan daerah
dikatakan bahwa yang dimaksud dengan otonomi nyata adalah keleluasaan daerah
nyata ada dan diperlukan serta tumbuh, hidup dan berkembang di daerah.
kewenangan kepada daerah dalam wujud tugas dan kewajiban yang harus dipikul
hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antar daerah dalam rangka
yang terbatas.
bertanggung jawab.
3. Pelaksanaan otonomi daerah yang luas dan utuh diletakkan pada daerah
tetap terjalin hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antar daerah.
otonom, dan karenanya dalam daerah Kabupaten/daerah kota tidak ada lagi
wilayah administrasi.
badan legislatif daerah, baik fungsi legislatif, fungsi pengawas maupun fungsi
pemerintah kepada daerah, tetapi juga dari pemerintah dan daerah kepada desa
yang disertai dengan pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sumber daya
90
industry, perdagangan, pariwisata dan alih kapal maka dalam bidang pertanahan
di Kota Batam sejak awal berada dalam bentuk Hak Pegelolaan. Terjadinya
128
Ahmad A.K Muda, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Jakarta: Penerbit Reality Publisher,
2006, hal. 67
129
Ahmad A.K.Muda, Opcit, hal. 78
91
perubahan kewenangan yang selama ini berpusat pada Otorita Batam. Dengan
peran dan kedudukan Pemerintah Kota Batam dalam hal pembangunan di Kota
Batam. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya Peraturan Daerah yang mengatur
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batam.130 Dengan adanya penetapan
pemeritah tentang status Pulau Batam menjadi Daerah Industri Pulau Batam
melalui Keputusan Presiden Nomor 41 Tahun 1973 tentang Daerah Industri Pulau
Batam, maka secara sepihak tanah-tanah yang ada di Pulau Batam sepenuhnya
130
Berdasarkan analisis penulis dilapangan dan dikaitka dengan teori Hukum Responsifdari
Philippe Nonet dan Phillip Zelnick. Hukum responsif adalah hukum yang berorientasi pada tujuan
dari hukum dengan mengkolaborasikan antara nilai ideal dari suatu hukum dengan tujuan
(teologis) yang tampak sebagai kebutuhan-kebutuhan masyarakat dalam konteks kekinianbahwa
sebagaimana telah diketahui, Kota Batam meskipun merupakan sebuah wilayah administrative dari
sebuah kota otonom namun dalam hal pertanahan Kota Batam berbeda dengan daerah lainnya. Hal
yang menjadikan Kota Batam berbeda dengan daerah lainnya adalah dengan adanya Hak
Penguasaan.Sebagai daerah otonom maka kewenangan Pemerintah Kota Batam mencakup bidang
pemerintahan, termasuk kewenangan wajib meliputi pekerjaan umum, kesehatan, pendidikan dan
kebudayaan, pertanian, perhubungan, industri dan perdagangan, penanaman modal, lingkungan
hidup, pertanahan, koperasi dan tenaga kerja. Pemerintah Kota Batam tidak memiliki kewenangan
dalam bidang politik, luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter, fiskal dan agama.
92
mendapatkan Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai. Dengan demikian, untuk
mendapatkan hak atas tanah di atas Hak Penguasaan tidak memerlukan adanya
izin lokasi dari Pemerintah Daerah. Hal ini sejalan dengan ketentuan Peraturan
Izin Lokasi, dimana dalam Pasal 2 ayat (2) ditentukan bahwa izin lokasi tidak
dalam hal tanah yang akan diperoleh berasal dari Badan Pengusahaan Kawasan.
bagian tanah tersebut kepada pihak ketiga setelah mendapatkan sertipikat Hak
maka secara hukum sesungguhnya Hak Penguasaan tersebut belum ada dan
dilakukan oleh Pemerintah Kota Batam juga dilakukan oleh Badan Otorita
Pertanahan Kota Batam yang berada di luar dan di dalam wilayah kerja Otorita
132
https://www.bpbatam.go.id/ini/aboutBida/bida_history.jsp, diunduh pada tanggal 20 Januari
2017, Pukul 11:00 WIB
133
Analisis Penulis dilapangan
134
Berdasarkan anlisis penulis di lapangan jadi Walikota Batam berkedudukan sebagai kepala
pemerintahan Kota Batam dalam semua bidang dan mengkoordinasi bantuan dan dukungan
pembangunan daerah industri Pulau Batam. Walikota Batam bersama dengan Otorita
Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam (OPDIPB) berkoordinasi dengan instansi pemerintah
lainnya untuk melaksanakan pembangunan sarana, prasarana dan fasilitas lain yang diperlukan
dalam rangka pengembangan Daerah Industri Pulau Batam.Hubungan antara Otorita
Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam (OPDPIB), Pemerintah Kota Batam dan Kantor
Pertanahan Kota Batam dapat diuraikan:Antara Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau
Batam (OPDIPB), Kantor Pertanahan Kota Batam saling koordinasi dan kerjasama dalam bidang
pertanahan yang berupa penataan ruang dan penggunaan lahan di Kota Batam. Kantor Pertanahan
Kota Batam bertindak sebagai penengah antara Ototorita Pengembangan Daerah Industri Pulau
Batam (OPDIPB) dan Pemerintah Kota Batam dalam hal menyelesaikan permasalahan di bidang
pertanahan di Kota Batam. Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam (OPDIPB),
Pemerintah Kota Batam dan Kantor Pertanahan Kota Batam saling memberikan masukan dalam
bidang pertanahan khususnya penataan ruang dan penggunaan lahan di Kota Batam yang berkaitan
dengan pertanahan.
94
rakyat tugasnya pada dasarnya diatur dalam peraturan yang ada.Akan tetapi
Hak Penguasaan, selama ini pelaksanaan hak pengelolaan baik itu tata cara
pemeberian maupun tata cara pemberian dan pembatalan hak atas tanah negara
135
Berdasarkan analisis penulis dilapangan dikatikan dengan teori yang penulis gunakan dalam
penelitian ini bahwa menurut hukum responsif memberikan sebuah ruang keterbukaan bagi
masuknya fakta-fakta sosial sebagai implikasi dari perubahan-perubahan sosial yang terjadi dalam
masyarakat. Kebutuhan ini sesungguhnya telah menjadi tema utama dari semua ahli yang sepaham
dengan semangat fungsional, pragmatis dan semangat purposif (berorientasikan tujuan), seperti
Roscoe Pound, para penganut paham realisme hukum dan kritikus-kritikus kontemporer. Sebelum
melangkah ke pemikiran hukum responsif, Nonet dan Zelnick membedakan tiga klasifikasi dasar
dari hukum dalam masyarakat, yaitu hukum sebagai pelayan kekuasaan represif (hukum represif),
hukum sebagai institusi tersendiri yang mampu menjinakan represif dan melindungi integritas
dirinya (hukum otonom), dan hukum sebagai fasilitator dari berbagai respon terhadap kebutuhan
dan aspirasi sosial (hukum responsif), sehingga dalam pelaksanaan Hak Penguasaan Peraturan
Menteri Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara
Pemberian Dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara Dan Hak Pengelolaan adalah yang
mengatur tentang tata cara pemberian dan pembatalan hak atas Tanah Negara dan Hak
Penguasaan.peraturan inilah yang menjadiacuan bagi tata cara pemberian dan pembatalan Hak
Penguasaan selama hal yang tidak diatur dalam peraturan ini maka peraturan yang sama
sebelumnya tetap berlaku.
95
Pemberian Hak Atas Tanah Bagian- Bagian Tanah Hak Penguasaan serta
Riau serta ketentuan-ketentuan lain yang tidak sesuai dengan ketentuan dalam
tersebut adanya beberapa subyek Hak Penguasaan yang diatur dalam aturanya itu
maupun tata cara pemberian dan hapusnya hak pengelolaan yang dalam
Bintan dan Karimun sebagai Kawasan Perdagangan Bebas Dan Pelabuhan Bebas
akan meningkatkan daya tarik pertumbuhan suatu kawasan atau wilayah ekonomi
Pemerintah Nomor 46 tahun 2007 disebutkan Hak Pengelolaan atas tanah yang
Batam.
nomor 41 tahun 1973 tentang daerah industri pulau Batam juncto Keputusan
Presiden nomor 94 tahun 1998 serta Undang undang Free Trade Zone nomor 44
tahun 2007 serta Peraturan Pemerintah nomor 46, 47, dan 48 tahun 2007. 137
Sesuai kewenangan tersebut maka pihak ketiga sebagai perorangan, investor dan
atau badan hukum sebagai penerima hak atas tanah di atas hak pengelolaan untuk
Atas Tanah dalam praktek untuk pelaksanaan kepentingan tugasnya mempunyai beberapa
wewenang berdasarkan peraturan. Diantara wewenang itu adalah merencanakan peruntukan dan
penggunaan tanah, mempergunakan tanah tersebut untuk pelaksanaan tugasnya dan menyerahkan
bagian tanah kepada pihak ketiga atau bekerja sama dengan pihak ketiga.Salah satu kewenangan
implementasi dari pemegang Hak Penguasaan adalah menyerahkan bagian tanah Hak Penguasaan
kepada pihak ketiga dengan memberikan suatu hak yang baru yang hak tersebut diatur dalam
peraturan.
137
Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2007 menyiratkan Otorita Batam beralih menjadi
Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam. Kemudian dalam
Hak Pengelolaan Tanah dalam Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2007 disebutkan Hak
Pengelolaan atas tanah yang menjadi kewenangan Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau
Batam beralih kepada Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas
Batam
97
taat dan patuh dalam menunaikan kewajiban pembayaran Uang Wajib Tahunan
Otorita (UWTO). Uang Wajib Tahunan Otorita atau lebih dikenal dengan
singkatan UWTO adalah uang sewa tanah yang harus dibayarkan oleh pemohon
alokasi tanah kepada Otorita Batam yang sekarang bernama Badan Pengusahaan
(BP) Batam. Uang Wajib Tahunan Otorita selanjutnya akan digunakan untuk
1. Uang Wajib Tahunan Otorita telah dibayar lunas untuk jangka waktu 30 (tiga
2. Lahan telah dan atau tetap dimanfaatkan sesuai dengan peruntukan semula dan
sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RT/RW) Kota Batam di lokasi
138
Keputusan Kepala BP Batam Nomor 85 tahun 2010 tentang penetapan perpanjangan waktu
alokasi lahan dan tarif perpanjangan Uang Wajib Tahunan Otorita. Selain pungutan Uang Wajib
Tahunan Otorita masyarakat juga harus membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) berdasarkan
ketentuan Kementerian Agraria dan Tataruang. Bedanya, PBB dibayar setiap tahun, sementara
Uang Wajib Tahunan Otorita dibayar setiap 20 atau 30 tahun sekali Uang Wajib Tahunan Otorita
atau lebih dikenal dengan singkatan Uang Wajib Tahunan Otorita adalah uang sewa tanah yang
harus dibayarkan oleh pemohon alokasi tanah kepada Otorita Batam yang sekarang bernama
Badan Pengusahaan (BP) Batam digunakan untuk pembangunan infrastruktur dan fasilitas publik
sehingga memaksimalkan pelaksanaan pengembangan serta menjamin kegiatan usaha di bidang
perekonomian yang meliputi perdagangan, maritim, industri, perhubungan, perbankan, pariwisata,
dan bidang-bidang lainnya.
98
SPJ atau SKEP terakhir, Fotocopy SPJ atau SKEP terakhir, Fotocopy
Peralihan (bila sudah dialihkan), Fotocopy Akta Jual Beli (bila sudah dijual),
Fotocopy Akta Jual Beli (bila sudah dijual), Fotocopy Sertifikat Hak Guna
Bangunan /HGB ( bila ada ), Fotocopy Sertifikat Hak Guna Bangunan /HGB
139
Keputusan Kepala BP Batam Nomor 85 Tahun 2010 Tentang Penetapan Perpanjangan Waktu
Alokasi Lahan Dan Tarif Perpanjangan Uang Wajib Tahunan Otorita Untuk Jangka Waktu 20
Tahun Atas Penyerahan Bagian-Bagian Tanah Hak Pengelolaan Otorita Pengembangan Daerah
Industri Pulau Batam Kepada Pihak Ketiga; Perpanjangan Uang Wajib Tahunan Otorita dapat
dilakukan dengan cara membayar secara lunas sekaligus dan membayar secara cicilan sampai
berakhirnya jangka waktu pengalokasian lahan untuk 30 (tiga puluh) tahun pertama
BAB IV
FAKTOR YANG MENJADI KENDALA ATAU HAMBATAN SERTA
UPAYA PERPANJANGAN HAK ATAS TANAH KOTA BATAM
oleh Boedi Harsono adalah bahwa permukaan bumi itu disebut tanah. Dalam
penggunaannya, tanah meliputi juga tubuh bumi dan air serta ruang angkasa yang
ada diatasnya sekedar hal itu diperlukan untuk kepentingan yang langsung
adat sebagaimana dikemukakan oleh Djaren Saragih adalah suatu tempat dari
melanjutkan kehidupannya.140
karena itu tanah dianggap sakral. Pandangan ini sangat dominan pada masyarakat
99
100
berikut: “Tanah adalah benda milik umum maupun milik pribadi. Tanah
merupakan persediaan permanen dan kurang lebih baku. Nilai harganya lebih
abstrak yaitu keringat yang mengucur dari tubuh manusia berserta segenap
tangan dan turut bertindak seirama dengan kelompok dominan. Dalam prespektif
itulah Miarsono berpendapat sebagai berikut: ditinjau dari segi sosial ekonomi dan
keresahan agraris, secara terselubung atau secara terbuka, jika tidak ditangani
belaka dan dari situlah sebenarnya sengketa bermula. Pandangan serba ekonomis
141
Adrian Sutedi, Opcit, hal. 100. Didalam pelaksanaan kegiatan pendaftaran tanah yang
merupakan tanda bukti hak atas tanah yang kuat, dalam rangka pembukuan hak atas tanah sampai
terbitnya sertifikat itu sendiri meliputi beberapa kegiatan dan waktu yang diperlukan. Untuk
pendaftaran tanah pertama kali secara sporadik dilakukan dengan tanah yang belum bersertifikat
berasal dari hak adat, karena dilakukan secara individu. Tanah yang ada di Indonesia terdiri dari
tanah adat dan yasan, sehingga apabila dilakukan pendaftaran tanah maka akan dikeluarkan suatu
produk sertifikat yang berupa hak milik. Tanah asal yang dimiliki masyarakat Indonesia pada
umumnya adalah tanah adat peninggalan dari proses peralihan hakberupa warisan, jual beli
maupun hibah. Kegiatan pelaksanaan pendaftaran tanah meliputi kegiatan dari menyiapkan
formulir-formulir yang diperlukan dalam rangka konversi hak atau tanah bekas hak adat sampai
pada tingkat kegiatan pemeriksaan tanda bukti/alas hak kepemilikan tanah serta pemeriksaan ke
lapangan atau kelokasi atas letak tanahnya di desa yang dilakukan oleh petugas yang ditunjuk oleh
Kantor Pertanahan. Dalam hal ini peranan Kepala Desa sangatlah penting, karena letak dari tanah
yang berlokasi di desa-desa yang mengetahui tentang data-data tanah adalah Kepala
Desa/Lurah/Camat setempat.
101
selanjutnya diuraikan pengertian tanah negara. Tanah negara adalah tanah yang
dikuasai langsung oleh negara, yaitu tanah-tanah yang bebas sama sekali dari hak-
Bila negara telah memberikan suatu hak tertentu pada sebidang tanah
negara pada seseorang atau badan itu ataupun instansi pemerintah, maka
kekuasaan negara atas tanah tersebut dibatasi oleh hak yang melekat di atasnya
dan tanah yang bersangkutan disebut sesuai dengan hak yang diberi tadi. Menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu tanah hak milik, tanah hak
pakai, tanah hak guna usaha, tanah hak guna bangunan, tanah hak pengelolaan,
dan lain-lain.
dengan gerak jalan kehidupan bernegara dan tuntutan kebutuhan hukum dalam
Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1997 tentang Tata Cara Permohonan dan
tentang Pemberian Hak Milik Atas Tanah untuk Rumah Sangat Sederhana dan
Rumah Sederhana.
102
Hukum, atau Kepala Unit instansinya di daerah yang bertindak untuk dan atas
nama instansi induknya di pusat, dengan surat kuasa. 142 Permohonan diajukan
untuk mendapatkan hak pakai dengan jangka waktu selama dipergunakan. Dalam
permohonan hak tersebut dilampirkan surat tanda bukti perolehan tanah seperti
jual-beli, hibah, berita acara pembebasan tanah, surat pelepasan hak, dan lain-lain.
143
142
Manan Marlini, Opcit, hal. 140. Pada dasarnya langkah-langkah pendaftaran tanah secara
sporadik sama seperti pendaftaran secara sistematik, hal-hal yang membedakan antara lain: (a)
Berdasar Pasal 15 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 yang menyebutkan jika wilayah-
wilayah yang belum ditunjuk sebagai wilayah pendaftaran tanah secara sitemetik oleh Badan
Pertanahan Nasional diusahakan tersedianya peta dasar pendaftaran untuk keperluan pendafatran
tanah secara sporadik. Ini berarti bahwa adanya peta dasar pendaftaran tanah bidang tanah yang
didaftar dalam pendaftaran tanah seacara sporadik maka dapat dihindarkan terjadinya sertifikat di
atas satu bidang tanah; (b) Dalam hal pembuktian tertulis hak lama yang akan didaftarkan tidak
lengkap maka pembuktiannya dapat dilakukan dengan keterangan saksi atau pernyataan yang
bersangkutan yang dapat dipercaya kebenarannya menurut Kepala Kantor Pertanahan; (c)
Kesimpulan mengenai status tanah dan pemegang haknya dituangkan dalam suatu keputusan
berupa pengakuan hak yang bersangkutan oleh Kepala Kantor Pertanahan; (d) Daftar isian Pasal
25 ayat (2) serta bidang atau bidang-bidang tanah yang bersangkutan sebagai hasil pengukuran
Pasal 20 ayat (1) diumumkan dalam 60 hari untuk memberikan kesempatan bagi pihak yang
berkepentingan mengajukan keberatan/gugatan; (e) Waktu pengumuman lebih lama dibanding
dengan pendaftaran sistematik karena pendaftaran sporadik sifatnya individu dengan ruang
lingkup terbatas; (f) Setelah jangka waktu pengumuman di atas berakhir, data fisik dan data yuridis
oleh Kantor Pertanahan disahkan dengan suatu berita acara yang bentuknya ditetapkan oleh
Menteri; (g) Jika terjadi sengketa mengenai dat fisik dan data yuridisnya maka Kepala Kantor
Pertanahan memberitahukan kepada para pihak yang berkeberatan untuk mengajukan gugatan
kepengadilan dalam waktu 90 hari sejak disampaikannya pemberitahuan secara tertulis tersebut;
(h) Penanda tanganan sertifikat dilakukan oleh Kepala Kantor Pertanahan; (i) Mengenai petunjuk
pelaksanaan dari pendaftaran tanah secara sporadik ditentukan dalam Peraturan Menteri
Agraria/Kepala Badan Pertanahann Nasional Nomor 3 Tahun 1997.
143
Berdasarkan ketentuan dalam Standar Prosedur Operasi Pengaturan dan Pelayanan Kantor
Pertanahan Kabupaten/Kota yang dijabarkan oleh Bapak laharring parenrengi, maka jangka waktu
yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan pendaftaran tanah secara sporadik pada tanah yang
belum bersertifikat dibagi dalam waktu 25 hari untuk melakukan kegiatan pengukuran dan
103
Jika tanda bukti perolehan tidak lengkap atau tidak ada sama sekali dibuat
surat pernyataan dari instansi induk. Setelah berkas permohonan hak diterima di
dokumen yang lengkap yaitu bukti-bukti perolehan yang berasal dari pembebasan
Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 1985 dan tidak ada perubahan pada
gambar situasinya yang sudah ada, maka apabila menurut pertimbangan Kepala
Untuk permohonan hak oleh instansi pemerintah atas tanah yang belum
pernah terdaftar, pemeriksaan fisik di lapangan tidak perlu dilakukan oleh panitia
pemeriksaan atas tanah A tetapi cukup hanya oleh Tim Penelitian Tanah yang
pemetaan, 60 (enam puluh) hari ditambah lima hari untuk kegiatan pengumuman dan pelaksana
tugas dari PHI, sisanya adalah waktu yang diperlukan untuk kegiatan pemeriksaan, pencatatan dan
pembukuan. Jangka waktu tersebut tidak bisa secara mutlak harus selesai dengan jangka waktu
tersebut dikarenakan untuk mengatasi hambatan yang dihadapi dalam proses pengukuran dan
pemetaan.Berdasarkan ketentuan prosedur permohonan pendaftaran tanah untuk pertama kali pada
tanah yang belum bersertifikat dan jangka waktu penyelesaiaannya maka waktu yang dibutuhkan
adalah 124 hari. Yang di bagi dalam tahap – tahap : ? 1). Penyelesaian di loket 1 Hari; 2).
Penyelesaian di Seksi Survey dan Pengukuran 20 Hari; 3). Penyelesaian di Seksi HT dan PT 86
Hari; 4). Penyelesaian di Kepala Kantor 7 Hari; 5). Administrasi dan pembukuan sertifikat 7 Hari;
6). Penyerahan Sertifikat Hak Milik ke Loket 3 Hari; 7). Jumlah 124 Hari
144
Berdasarkan analisis penulis di lapangan bahwa produk akhir dari kegiatan pendaftaran tanah
adalah berupa sertifikat hak tanah. Dalam Pasal 1 butir 20 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
1997 menyebutkan, sertifikat adalah surat tanda bukti hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19
ayat (2) huruf c Undang-Undang Pokok Agraria untuk hak atas tanah, hak pengelolaan, tanah
wakaf, hak milik atas satuan rumah susun dan hak tanggungan yang masing-masing sudah
dibukukan dalam buku tanah yang bersangkutan.
104
Tim atau Kepala Seksi Hak-hak atas tanah yang ditunjuk; (b). Keanggotaan Tim
dalam suatu berita acara yang memuat segala aspek di dalam pertimbangan
permohonan hak atas tanah; (e). Bilamana atas yang dimohon oleh instansi
pemerintah berasal dari tanah yang sudah pernah terdaftar tidak diperlukan
pembuatan berita acara cukup dengan “konstatering raport dari Kepala Kantor
Pertanahan setempat.
(a). Permohona hak instansi yang bersangkutan. (b). Berita acara Tim penelitian
tanah/konstatering raport. (c.) Gambar situasi tanah yang dimohon. (d). Fotokopi
bukti perolehan penguasaan tanah dan atau surat pernyataan instansi yang
tembusan Kepala Badan Pertanahan Nasional dan instansi pemohon. 145 Dalam
145
Penulis juga manemukan di lapangan bahwa jika dalam jangka waktu pengumuman
sebagaimana disebutkan di atas, ada yang mengajukan keberatan tentang data fisik dan atau data
yuridis yang diumumkan ketua panitia ajudikasi dalam pendaftaran tanah secara sistematik atau
kepala kantor pertanahan dalam pendaftaran tanah secara sporadik mengusahakan agar secepatnya
keberatan yang diajukan diselesaikan secara musyawarah untuk mufakat. Jika musyawarah untuk
mufakat membawa hasil dibuatkan berita acara penyelesaian dan jika penyelesaian yang dimaksud
mengakibatkan perubahan pada apa yang diumumkan, maka dengan adanya perubahan dimaksud
diadakan pada peta bidang tanah dan atau daftar isian yang bersangkutan.Jika penyelesaian secara
msyawarah untuk mufakat tidak dapat dilakukan atau tidak membawa hasil ketua panitia ajudikasi
dalam pendaftaran tanah secara sistematik dan kepala kantor pertanahan dalam pendaftaran tanah
secara sporadik memberitahukan secara tertulis kepada pihak yang mengajukan keberatan agar
mengajukan gugatan tentang data fisik dan atau data yuridis yang disengketakan ke pengadilan.
105
instansi pemerintah yang telah memenuhi syarat dan tidak ada permasalahan,
selama 2 bulan (b). Proses penertiban surat keputusan pemberian hak di Kantor
selama 1 bulan Untuk lebih jelasnya dapat dilihat rekapitulasi pemberian hak
yang dijumpai.
Parenrengi bahwa dalam proses permohonan kendala utama yang dihadapi adalah
146
Adrian Sutedi, Opcit, hal. 130. Pendaftaran tanah untuk pertama kali dilaksanakan melalui
pendaftaran tanah secara sistematik dan pendaftaran tanah secara sporadik. Pendaftaran tanah
secara sistematik adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali yang dilakukan secara
serentak yang meliputi semua obyek pendaftaran tanah yang belum didaftar dalam wilayah atau
bagian wilayah suatu desa/kelurahan. Dan pendaftaran secara sporadik adalah kegiatan
pendaftaran tanah untuk pertama kali mengenai satu atau beberapa obyek pendaftaran tanah
dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa/kelurahan secara individual atau massal.
Pendaftaran tanah secara sistematik didasarkan pada suatu rencana kerja dan dilaksanakan di
wilayah-wilayah yang ditetapkan oleh Menteri. Dalam melaksanakan pendaftaran tanah secara
sistematik, Kepala kantor Pertanahan dibantu oleh Panitia Ajudikasi yang dibentuk oleh Menteri
atau Pejabat yang ditunjuk.
106
bidang tanah Hak Penguasaan dengan hak lain. Dalam kaitan diatas apabila Hak
hak lain kepada pihak ketiga, hal ini akan menjadi kasus tanah-tanah Perum
Baik statusnya sebagai tanah milik adat/pasini dan atau tanah hak
milik/hak guna bangunan yang mana pada saat pembebasan tanahnya selesai tidak
segera dilakukan langsung langkah pengaman atas bidang tanahnya dengan jalan
memasang tanda batas pada setiap sudut bidang tanah secara permanen.148
Ketentuan dari Pasal 2 dan 5 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun
1977 dapat menimbulkan masalah hukum dalam hal pendaftaran hak lain atas
147
Wawancara Penulis dengan Bapak laharring parenrengi, selaku kepala Subseksi penetapan hak
Tanah dan Pemberdayaan hak tanah masyarakat Kota Batam, pada tanggal 20 Maret 2017, Pukul.
11.00 WIB di kantor Badan Pertanahan Kota Batam.
148
Ibid
107
tanah Hak Penguasaan disatu pihak dan eksistensi dari Hak Penguasaan itu
lembaga instansi atau badan hukum milik pemerintah pemegang Hak Penguasaan,
maka sekarang ini perlu dipikirkan aturan mengenai ketentuan-ketentuan dan tata
149
Bapak laharring parenrengi, selaku kepala Subseksi penetapan hak Tanah dan Pemberdayaan
hak tanah masyarakat Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Batam, pada tanggal 25 April
2017, pukul. 12.00 WIB, di Kantor BPN Kota Batam, juga mengatakan: Setelah dilakukannya
penilaian sebagaimana disebutkan di atas, kemudian dibuatkan dalam suatu daftar, dan kemudian
diumumkan selama 30 hari dalam pendaftaran tanah secara sistematik atau 60 hari dalam
pendaftaran tanah secara sporadik untuk memberikan kesempatan kepada pihak yang
berkepentingan mengajukan keberatan. Pengumuman dimaksud dilakukan di kantor Panitia
Ajudikasi dan Kantor Kepala Desa/Kelurahan letak tanah yang bersangkutan dalam pendaftaran
tanah secara sistematik atau di Kantor Pertanahan dan Kantor Kepala Desa/Kelurahan letak tanah
yang bersangkutan dalam pendaftaran tanah secara sporadik serta ditempat lain yang dianggap
perlu. Selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 disebutkan dalam hal tidak
atau tidak lagi tersedia secara lengkap alat-alat pembuktian sebagaimana disebutkan di atas,
pembukuan hak dapat dilakukan berdasarkan kenyataan penguasaan fisik bidang tanah yang
bersangkutan selama 20 tahun atau lebih secara berturut-turut oleh pemohon pendaftaran dan
pendahulu-pendahulunya dengan syarat:? (a). Penguasaan tersebut dilakukan dengan itikad baik
dan secara terbuka oleh yang bersangkutan sebagai yang berhak atas tanah serta diperkuat oleh
kesaksian orang yang dapat dipercaya; (b). Penguasaan tersebut baik sebelum maupun selama
pengumuman (diberikannya kesempatan untuk mengajuan keberatan) dan desa/kelurahan yang
bersangkutan ataupun pihak lainnya.
108
Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 1988 diberi tugas untuk mengelola dan
menjadi dasar pelaksanaan tugas adalah semua peraturan yang telah ada di
rangsangan dari luar atau lingkungan yang dipengaruhi oleh pengalaman. Faktor
terhadap tanah-tanah yang masih kosong atau belum dibangun, dengan cara antara
lain:150 memasang pagar atau tanda batas permanen; membuat pos jaga; membuat
150
Berdasarkan waawancara dengan Bapak laharring parenrengi selaku staf kepala Subseksi
penetapan hak Tanah dan Pemberdayaan hak tanah masyarakat Kantor Badan Pertanahan
Nasional Kota Batam,, pada tanggal 20 Maret 2017, Pukul. 11.00 WIB di kantor Badan
Pertanahan Nasional Batam , beliau menutup wawancara penulis dengan mengatakan: Bahwa
demikian uraian tentang langkah-langkah pemerintah dalam penyelesaian masalah pemberian Hak
Penguasaan tas tanah Negara.Pendaftaran tanah berarti mencatat hak-hak yang dipegang
olehperorangan atau kelompok ataupun suatu lembaga atas sebidang tanah olehpejabat yang
berwenang dan mengeluarkan surat bukti hak. Hak-hak inibermacam-macam, seperti hak milik,
hak gunabangunan, hak guna usaha, hakpakai dan lain-lain.Secara yuridispendaftaran tanah telah
dijamin diseluruh wilayahRepublik Indonesia. Hal inidapat diketahui dari Pasal 19 UUPA
yangmenyatakan bahwa demi kepastianhukum tanah harus didaftarkan, denganmemperhatikan
keadaan socialekonomis dan rakyat yang tidak mampudibebaskan dari pembayaran biayabiaya
pendaftaran. Penulis berpendapat dan dikaitkan dengan teori yang ada dalam penelitian ini Dalam
berbagai lapangan hidup timbul keinginan untuk mencapai hukum responsif yang bersifatterbuka
terhadap perubahan-perubahan masyarakat dengan maksud untuk mengabdi pada usaha
109
papan nama; dan tidak mengizinkan pemakaian/penggarapan oleh pihak lain tanpa
Pengawasan berkala ke lapangan juga harus dilakukan oleh pemerintah agar dapat
meringankan beban kehidupan sosial dan mencapai sasaran-sasaran kebijakan sosial seperti
keadilan sosial, emansipasi kelompok-kelompok sosial yang dikesampingkan dan ditelantarkan
serta perlindungan terhadap lingkungan hidup.Dalam konsep hukum responsif ditekankan
pentingnya makna sasaran kebijakan dan penjabaran yuridis dan reaksi kebijakan serta
pentingnya partisipasi kelompok-kelompok dan pribadi-pribadi yang terlibat dalam penentuan
kebijakan. Nonet dan Selznick tidak bermaksud bahwa penggunaan hukum merupakan alat untuk
mencapai sasaran-sasaran yang ditetapkan secara sewenang-wenang, tetapi hukum yang
mengarahkan pada perwujudan nilai-nilai yang terkandung dalam cita-cita dan kehendak yuridis
dari seluruh masyarakat. Nilai-nilai ini bukan hal yang telah menjadi kebijakan pemerintah, tetapi
nilai-nilai ini harus tercemin secara jelas di dalam praktik penggunaan dan pelaksanaan hukum,
sehingga dalam penghayatannya nilai-nilai ini mampu untuk memberikan arah pada kehidupan
politik dan hukum.Namun demikian, pendaftaran tanah tidak berjalansebagaimanamestinya. Hal
itu tentu bukan lagi disebabkan oleh faktor-faktor hukum,akantetapi faktor-faktor diluar hukum
seperti faktor sosial ekonomi.Faktor tersebutsangat mempengaruhi para pemilik tanah yang
syogianya didaftarkan.Pendaftaran tanah merupakan persoalan yang sangat penting dalamUUPA,
karena pendaftaran tanah merupakan awal dari proses lahirnya sebuahbukti kepemilikan atas hak
atas tanah. Begitu pentingnya persoalan pendaftarantanah tersebut sehingga UUPA
memerintahkan kepada pemerintah untukmelakukan pendaftaran tanah diseluruh wilayah
Indonesia.Hal ini sesuaiketentuan dalam pasal 19 ayat (1) UUPA dinyatakan bahwa : “untuk
menjaminkepastian hukum oleh Pemerintah diadakan pendaftarantanah di seluruh
wilayahRepublik Indonesia menurut ketentuan-ketentuanyang diatur dengan
PeraturanPemerintah.Sebagai tindak lanjut dari perintah pasal 19 ayat (1) UUPA
tersebut,pemerintah mengeluarkan PP No 10 tahun1961, maka setelah berlaku kuranglebih selama
38 tahun, pemerintahmengeluarkan PP No 24 tahun 1997 tentangpendaftaran tanah. Pengertian
Pendaftaran Tanah menurut PP No 10 Tahun 1961: PP No 10 Tahun 1961telah memberi
pengertian tentang Pendaftaran tanah yang tekanannya ada pada penyelenggaraan kegiatan,
terutama penyelenggaraan kegiatan pengukuran desa demi desa.“Pasal 1 : Pendaftaran tanah
diselenggarakan oleh jawatan. Pendaftaran Tanah menurut ketentuan-ketentuan dalam Peraturan
Pemerintah ini dan mulai pada tanggal ditetapkan oleh Menteri Agraria untuk masing-masing
daerah. Pasal 2: Pendaftaran Tanah diselenggarakan desa demi desa atau daerah-daerahsetingkat
dengan itu”.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
dalam pemberian Hak Penguasaan atas tanah negara di Kota Batam sudah
110
111
Daerah Tingkat I Riau (Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 48); Peraturan
Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna
Bangunan Dan Hak Pakai Atas Tanah (Tambahan Lembaran Negara Tahun
1996 Nomor 3643); Peraturan Menteri Agraria Nomor 9 Tahun 1965 tentang
Cara Pemberian Hak Atas Tanah; Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5
(Lembaran Negara Republik Indonesia Kota Batam Tahun 2004 Nomor 52).
ada kepastian hukum dengan peraturan yang konsisten dan sinkron yang
kepentingan rakyat tugasnya pada dasarnya diatur dalam peraturan yang ada.
baik itu tata cara pemeberian maupun tata cara pemberian dan pembatalan
hak atas tanah negara dan hak pengelolaan diatur dalam Peraturan Menteri
112
Hak Penguasaan atas tanah oleh Badan Pengusahaan Batam dan Pemerintah
tanda batas bidang tanah yang tidak jelas; hubungan hukum hak pengelolaan
dengan tanahnya; oordinasi antar instansi belum berjalan sesuai dengan apa
B. Saran
antar susunan pemerintahan dan antar Pemerintah Daerah serta potensi dan
juga perlu bertindak aktif dan berperan serta dalam rangka menyukseskan
pihak tersebut seharusnya tidak bertindak egois dan melaksanakan fungsi serta
Kota Batam.
3. Diharapkan agar pemerintah Kota Batam dapat membuat aturan baru yang
A. Buku-buku
Ahmad A.K Muda, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Reality Publisher, Jakarta,
2006.
Adrian Sutedi, Peralihan Hak Atas Tanah dan Pendaftarannya, Jakarta, 2013.
Deddy Mulyadi, Studi Kebijakan Publik dan Pelayanan Publik, Konsep dan
Aplikasi Proses Kebijakan dan Pelayanan Publik, Alfabeta, Bandung,
2015.
114
115
Fajar, Mukti et al., Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, PT.
Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2010.
Fuady, Munir, Teori Negara Hukum Modern (Rechtstaat), PT. Refika Aditama,
Bandung, 2009.
Lilik Rasyidi dan Ira Thania Rasyidi, Dasar-Dasar Filsafat dan Teori Hukum,
Citra Aditya Bhakti, Bandung, 2004.
Lubis, M. Solly, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Madju, Bandung, 1994.
Lubis, Mhd. Yamin dan Abd. Rahim Lubis, Hukum Pendaftaran Tanah, CV.
Mandar Maju, Bandung, 2010.
MuhammadAdam,IlmuPengetahuanNotariat,SinarBaru,Bandung, 1985.
Muh. Erwin, Filsafat Hukum; Refleksi Kritis Terhadap Hukum, Rajawali Press,
Jakarta, 2011.
Nasution, Bahder Johan, Metode Penelitian Hukum, CV. Mandar Maju, Bandung,
2008.
Ramli Zein, Hak Penguasaan Dalam Sistem UUPA, Rineka Cipta, Jakarta, 1995.
Rony Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia Jakarta,
2011.
Salim HS dan Erlies Septiana Nurbani, Penerapan Teori Hukum Pada Tesis dan
Disertasi, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2014.
Sukarno Aburaera, Muhadar dan Maskun, Filsafat Hukum Teori dan Praktik,
Prenada Media Group, Jakarta, 2015.
Saleh, K.Wantjik, Hak Anda Atas Tanah, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1977.
Santoso, Urip, Hukum Agraria dan Hak-Hak Atas Tanah, Kencana, Jakarta,
2007.
Soimin, Sudharyo, Status Hak dan Pembebasan Tanah, Edisi Ketiga, Sinar
Grafika, Jakarta, 2001, halaman 24
Sutedi, Adrian Peralihan Hak Atas Tanah dan Pendaftarannya, Sinar Grafika,
Jakarta, 2010.
B. Peraturan Perundang-Undangan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1977 Tentang Tata Cara
Permohonan dan Penyelesaian Pemberian Hak Atas Bagian-Bagian Tanah
Hak Penguasaan Serta Pendaftarannya
Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 2 Tahun 2004 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Batam Tahun 2004 – 2014 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Kota BatamTahun 2004 Nomor 52)
Buku Pedoman Penyusunan Proposal dan Tesis Program Magister Ilmu Hukum
Pasca Sarjana (S2), Universitas Batam, 2014.
D. Webesite/Internet
http://konsultasikehidupan.wordpress.com/2009/05/07/teori-peran-role-theory/
diunduh pada tanggal 29 Januari 2015, pukul 12:30WIB.
http://www.negarahukum.com/hukum/filsafat-hukum-konsepsi-hukum
pembangunan. html,diakses pada tanggal 9 Februari 2017, pukul. 16:30
WIB.