Oleh
A. Latar Belakang
Undang-undang No.5 tahun 1960 tersebut bersifat nasionalis, yaitu diberlakukan secara
nasional dimana seluruh warga negara indonesia menggunakan Undanng-Undang Pokok
Agraria No. 5 tahun 1960 tersebut. Dasar kenasionalan hukum agraria yang telah dirumuskan
dalam UUPA, adalah:
1. Wilayah indonesia yang terdiri dari bumi, air, ruang angkasa, dan kekayaan alam
yang terkandung didalamnya merupakan satu kesatuan tanah air dari rakyat indonesia
yang bersatu sebagai bangsa indonesia (pasal 1 UUPA).
2. Bumi air ruang angkasa dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya merupakan
karunia tuhan yang maha esa kepada bangsa indonesia dan merupakan kekayaan
nasional. Untuk itu kekayaan tersebut harus dipelihara dan digunakan
untuksebesarbesarnya kemakmuran rakyat (pasal1,2,14, dan 15 UUPA).
3. Hubungan antara bangsa indonesia dengan bumi, air, ruang angkasa, dan kekayaan
alam yang terkandung didalamnyabersifat abadi, sehingga tidak dapat diputuskan oleh
siapa pun (pasal 1 UUPA).
4. Negara sebagai organisasi kekuasaan dari bangsa dan rakyat indonesia diberi
wewenang untuk menguasai bumi, air, ruang angkasa, dan kekayaan alam yang
terkandung didalamnya untuk sebesar-besarnya kemakmuran, rakyat (pasal 2 UUPA).
5. Hak ulayat sebagi hak masyarakat hukum adat diakui keberadaanya. Pengakutan
tersebut disertai syarat bahwa hak ulayat tersebut masih ada, tidak bertentangan
dengan kepentingan nasional dan peraturan perundang-uandangan yang lebih tinggi
(pasal 3 UUPA).
6. Subjek hak yang mempunyai hubungan sepenuhnya dengan bumi, air, ruang
angkasa, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya adalah warga negara
indonesia tanpa dibedakan asli dan tidak asli. Badan hukum pada perinsipnya tidak
mempunyai hubungan sepenuhnya alam yang terkandung didalamnya (pasal 9, 21,dan
49 UUPA)
2
B. Pembahasan
UUD 1945 meletakkan dasar politik agraria nasional yang dimuat dalam Pasal 33
ayat 3, yaitu bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung untuk sebesarnya
kemakmuran rakyat. Ketentuan ini bersifat Imperatif, yaitu mengandung pemerintah
kepada negara agar bumi,air,dan kekayaan alam alam yang terkandung didalamnya,
yang diletakkan dalam penguasaan negara itu dipergunakan untuk mewujudkan
kemakmuran bagi seluruh rakyat indonesia. Dengan demikian, tujuan dari penguasaan
oleh negara atas bumi,air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya adalah
untuk mewujudkan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat indonesia.
a. Agrarishe wet stb. 1870 no.55 sebagai yang termuat dalam pasal 51 IS
stb. 1925 no.447.
Dalam UUPA dimuat 8 asas dari hukum agraria nasional. Asas ± asas ini kerena
sebagai dasar dengan sendirinya harus menjiwai pelaksanaan dari UUPA dan segenap
peraturan pelaksanaannya. Delapan asas tersebut, adalah sebagai berikut
5
a. Asas kenasionalan,
e. Asas hanya negara indonesia yang mempunyai hak milik atas tanah,
g. Asas tanah pertanian harus dikerjakan atau diusahakan secara aktif oleh
pemiliknya sendiri dan mencegah cara-cara yang bersifat pemerasan,
6). Menganjurkan menerima skema hak-hak atas tanah yang diusulkan oleh
panitia Agraria Yogya;
7
Atas pertimbangan bahwa Panitia Agraria Jogya tidak lagi sesuai dengan
keadaan Negara, maka berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 36 tanggal 19
Maret 1951 Panitian Agraria Yogya dibubarkan dan dibentuk panitia baru, yaitu
berkedudukan di Jakarta, sehingga panitia ini disebut panitia Agraria Jakarta.
Panitia ini tugasnya hampir sama dengan panitian agrarian yogya dan tidak
banyak perubahan yang dapat dihasilkan karena seringnya ketua mendapat tugas-tugas
keluar dari pemerintah. Panitia Agraria Jakarta diketuai oleh Sarimin Reksodiharjo,
yang kemudian tahun 1953 diganti oleh Singgih Prapdihardjo.
Karena melihat tidak banyak yang diharapkan dari panitia Jakarta, maka tanggal
14 Januari 1956 panitia tersebut dibubarkan dan dibentuk panitia baru, yaitu :
Panitia Urusan Agraria yang diketuai oleh Soewahjo Soemodilogo.
Pada tanggal 1 Januari 1957 Panitia ini berhasil menyelesaikan tugasnya berupa
Naskah Rencana UUPA.
1). Dihapuskannya asas domein dan diakuinya hak ulayat yang harus
ditundukan pada kepentingan umum (Negara);
2). Asas domein diganti dengan hak kekuasaan Negara atas dasar
ketentuan Pasal 38 ayat (3) UUDS 1950; dalam hukum adat maupun hukum
4). Menentukan hak-hak tanah : hak milik sebagai hak yang terkuat, yang
berfungsi social, juga ada hak usaha, hak bangunan dan hak pakai;
8
5). Hak milik hanya dapat dipunyai oleh orang-orang warga Indonesia, tidak
diadakan perbedaan antara warga Negara asli dan tidak asli. Badan-badan
hukum pada asasnya tidak boleh mempunyai hak milik atas tanah;
4. Rancangan Soenarjo
5. Rancangan Sadjarwo
1). Berhubung dengan berlakunya kembali UUD 1945 (Dekrit Presiden 5 Juli
1959), maka rancangan Soenarjo yang masih memakai UUDS ditarik
kembali dengan surat Presiden 23 Maret 1960 Nomor 1532/HK/1960.
2). Dalam rangka menyesuaikan RUUPA tersebut dengan UUD 1945 baik
pihak DPR maupun kementrian Agraria masih selalu mengadakan hubungan
dan minta saran dari UGM.
3). Untuk mengadakan tukar pikiran dan minta penjelasan mengenai RUUPA
yang dibuat oleh UGM, pada tanggal 29 Desember 1959 Mentri Agraria yang
baru yaitu MR Sadjarwo beserta stafnya yaitu Singgih Prapto Dihardjo, Mr
Budiharsono, Mr Soemitro dating ke Yogya untuk mengadakan pembicaraan
dengan seksi Agraria UGM pada waktu itu dijabat oleh Prof Drs Notonagoro,
SH dan Drs Imam Soetinjo.
4). Hasil penelitian ilmiah seksi Agraria UGM serta konsep RUUPA-nya
digunakan dalam menyusun UUPA.
D. Penutup
Negara Indonesia adalah Negara hukum, dimana salah satu ciri dari Negara hukum
adalah adanya kepastian terhadap hukum, untuk itu hukum yang mengatur tentang bumi, air,
tanah maupun ruang angkasa berseta seluk-beluknya juga harus diatur. Ketidak pastian
terhadap hukum juga memilki dampak yang buruk bagi perkembangan hukum dinegara
Indonesia.
9
Dengan demikian diperlukannya aturan yang mengatur tentang hal tersebut, dengan
diterbitkanya Undang-undang Nomor 5 tahun 1960 tentang Undang-undang Pokok-pokok
Agraria yang bersifat nasional maka menggugurkan aturan-aturan yang sebelumnya mengatur
tentang tanah.
Bernhard Limbong, Politik Pertanahan, Margaretha Pustaka, Jakarta, 2014. Hadi Setia Tunggal,
Peraturan Perumahan dan Pertanahan, Harvarindo, Jakarta, 2011.
Dr. Mukti fajar ND, Yulianto Achmad, M.H, Dualisme Penelitian Hukum Normatif & Empiris,
Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2013.
Muchsin, Konflik Sumber Daya Agraria dan Upaya Penegakan Hukumnya, Makalah, Seminar
Pertahanan Nasional 2002, Pembaruan Agraria STPN, Yogyakarta 2002 Notonagoro, Politik
Hukum dan Pembangunan Agraria Di Indonesia, Bina Aksara, Jakarta, 1984.
Urip Santoso, Hukum Agraria & Hak-hak Atas Tanah, PT Fajar Interpratama Offset, Jakarta,
2009.
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta, Bina Aksara, 1989.
Soeprapto, Undang-undang pokok Agraria Dalam Praktek, Universitas indonesia Perss, Jakarta
1986.
Widhi Handoko, Kebijakan Hukum Pertanahan Sebuah Refleksi Keadilan Hukum Progresif,
Thafa Media, Jogjakarta, 2014.