Anda di halaman 1dari 12

TUGAS HUKUM INTERNASIONAL

Negara Sebagai Subyek Hukum Internasional Yang Pertama dan Yang Utama

Dosen Dr. H. Supriyadi, S.H, M.H

Oleh
NAMA : AGUNG RAHADI YUNIARTO
NIM : 20010000014

Malang, April 2022


NEGARA SEBAGAI SUBYEK HUKUM INTERNASIONAL YANG PERTAMA DAN
YANG UTAMA

BAB I
PENDAHULUAN

Manusia (individu) dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara tentunya


akan membutuhkan suatu patokan atau pedoman dalam bertingkah laku. Patokan atau pedoman
tersebut dimaksudkan agar interaksi antara manusia (individu) yang satu dengan manusia yang
lainnya akan dapat terciptanya suatu hubungan yang seimbang satu sama lain. Terkait dengan hal
itu, maka patokan/pedoman yang mengatur hubungan antar individu tersebut perlu untuk diatur
secara jelas dan tepat di dalam suatu dokumen baik tertulis maupun tidak tertulis. Dokumen yang
tertulis misalnya di dalam suatu peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh lembaga yang
diberi wewenang untuk membuatnya, sedangkan dokumen tidak tertulis misalnya yaitu hukum adat
atau hukum kebiasaan.
Berdasarkan paparan tersebut di atas, pada dasarnya peraturan perundang-undangan tidak
lain tidak bukan adalah suatu hukum dimana didalamnya terdapat seperangkat aturan yang
mengatur apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh setiap individu.
Pemahaman tersebut berlaku pula halnya terhadap Hukum Internasional. Perbedaan antara Hukum
Nasional dengan Hukum Internasional salah satunya yaitu dalam hal subjek hukum yang diatur
antara kedua perangkat hukum tersebut. Subjek Hukum Nasional adalah orang-perorangan
(individu), baik dalam lingkup hukum perdata maupun dalam lingkup hukum publik. Sedangkan
subjek Hukum Internasional salah satu diantaranya adalah Negara.
Persoalan subjek hukum ini menjadi hal yang cukup penting, hal ini dikarenakan terkait
dengan wujud nyata pelaksanaan dari keberadaan hukum itu sendiri agar memberikan penjelasan
mengenai siapa yang seharusnya mengimplementasikan hukum tersebut.
2

BAB II
LATAR BELAKANG

A. Pengertian Negara
Pengertian negara dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai suatu
organisasi tertinggi dalam suatu wilayah yang mempunyai kekuasaan tertinggi yang sah dan
ditaati oleh rakyat. Negara juga dapat diartikan sebagai kelompok sosial yang menduduki
wilayah atau daerah tertentu yang diorganisasikan dibawah lembaga politik dan pemerintah
yang efektif, mempunyai kesatuan politik, dan berdaulat sehingga berhak untuk menentukan
tujuan nasionalnya.
Agar dapat mengetahui lebih mendalam mengenai definisi negara,
berikut ini terdapat beberapa pengertian negara menurut pandangan beberapa ahli:
1. Prof. R. Djokosoetono: negara adalah suatu organisasi manusia atau kumpulan
manusia yang berada di bawah suatu pemerintahan yang sama.
2. Prof. Miriam Budiarjo: negara adalah suatu daerah teritorial yang rakyatnya
diperintah oleh sejumlah pejabat dan yang berhasil menuntut dari warga negaranya
ketaatan pada peraturan perundang-undangannya melalui penguasaan (kontrol)
monopolist dari kekuasaan yang sah.
3. Aristoteles: perpaduan beberapa keluarga yang mencakup beberapa desa, sehingga
pada akhirnya dapat berdiri sendiri sepenuhnya dengan tujuan kesenangan dan
kehormatan bersama.
4. Plato: negara adalah persekutuan manusia yang muncul karena adanya keinginan
manusia dalam memenuhi kebutuhan yang beraneka ragam.
5. Georg Jellinek: negara adalah organisasi yang dilengkapi dengan suatu kekuatan
yang asli dan diperoleh bukan dari suatu kekuatan yang lebih tinggi derajatnya. 1
Berdasarkan beberapa definisi negara yang telah diberikan beberapa ahli tersebut di
atas, maka dapat disimpulkan bahwa negara adalah suatu masyarakat yang mendiami suatu
wilayah tertentu dan memiliki pemerintahan untuk mengatur masyarakat tersebut dalam rangka
berinteraksi antara masyarakat yang satu dengan masyarakat lainnya.

B. Terjadinya Negara
Terdapat 2 (dua) teori mengenai terjadinya negara, yaitu sebagai berikut 2:

1
Ilmu Hukum. “Pengertian Negara Menurut Para Ahli”. <http://ilmuhukum.net/pengertian-negara-menurut-para-ahli/>.
[15/03/2016].
2
Abu Daud Busroh, Ilmu Negara, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011, hlm. 44-47.
3

1. Terjadinya Negara secara Primer (Primaire Staats Wording), yaitu membahas


tentang terjadinya negara tidak dihubungkan dengan negara yang telah ada sebelumnya.
Menurut teori ini, perkembangan negara secara primer melalui 4 (empat) fase, yaitu:
a. Fase Genootshap: fase ini merupakan pengelompokkan dari orang-orang
yang menggabungkan dirinya untuk kepentingan bersama dan didasarkan pada
persamaan. Kepemimpinan disini dipilih secara primus inter pares (terkemuka
diantara yang sama).
b. Fase Reich: pada fase ini sekelompok orang tersebut telah sadar akan hak
milik atas tanah sehingga muncul Tuan yang berkuasa atas tanah dan penyewa
tanah. Sehingga timbul sistem feodalisme.
c. Fase Staat: masyarakat telah sadar dari tidak bernegara menjadi bernegara
dan telah sadar bahwa mereka berada pada satu kelompok.
d. 1) Fase Democratische Natie: merupakan perkembangan dari fase Staat
dimana pada fase ini terbentuk berdasarkan kesadaran Demokrasi Nasional, yaitu
kesadaran adanya kedaulatan di tangan rakyat.
2) Fase Dictatuur:
a) Menurut Sarjana Jerman: Diktatur merupakan perkembangan
daripada Democratische Natie.
b) Menurut Sarjana lainnya: Dictatuur bukan perkembangan lebih lanjut
dari Democratische Natie, tetapi merupakan variasi/penyelewengan
Democratische Natie.
2. Terjadinya Negara secara Sekunder (Scundaire Staats Wording), teori ini membahas
terjadinya negara yang dihubungkan dengan negara-negara yang telah ada sebelumnya. Jadi,
dalam teori ini membahas masalah pengakuan (erkening).
a. Pengakuan De Facto: pengakuan sementara terhadap
munculnya/terbentuknya negara baru, karena kenyataannya negara baru itu memang
ada namun apakah prosedurnya melalui hukum, hal ini masih dalam penelitian
sehingga pengakuan yang diberikan terhadap negara tersebut bersifat sementara.
b. Pengakuan De Jure: pengakuan yang seluas-luasnya dan bersifat tetap
terhadap munculnya/terbentuknya negara, dikarenakan terbentuknya negara baru
berdasarkan yuridis/hukum.
c. Pengakuan atas Pemerintahan De Facto: pengakuan hanya terhadap
pemerintahan suatu negara. Jadi, yang diakui hanya pemerintahannya, sedangkan
wilayah negara tersebut tidak diakui.
4

C. Unsur-Unsur Negara
Unsur-unsur negara adalah segala sesuatu yang harus ada atau yang diperlukan untuk
membentuk suatu negara. Unsur-unsur tersebut antara lain3:
1. Harus ada rakyat yang tetap: rakyat adalah sekumpulan manusia yang hidup
bersama di suatu tempat tertentu, sehingga merupakan kesatuan masyarakat yang diatur
oleh suatu tertib hukum nasional. Syarat penting dalam unsur ini, yaitu bahwa
rakyat/masyarakat ini harus terorganisasikan dengan baik.
2. Harus ada wilayah/daerah yang tetap: adanya wilayah sangat penting bagi negara
untuk mewujudkan kedaulatan dan menerapkan jurisdiksinya di dalam wilayah itu.
3. Harus ada Pemerintah: Pemerintah adalah seorang/beberapa orang yang mewakili
rakyat dan memerintah menurut hukum negaranya. Unsur ini harus ada minimal pada
waktu/setelah negara yang bersangkutan menyatakan kemerdekaannya.
4. Kemampuan mengadakan hubungan dengan negara lain: Menurut Oppenheim dan
Lauterpacht, menggunakan kalimat “pemerintah harus berdaulat”, yaitu kekuasaan
tertinggi yang merdeka dari pengaruh kekuasaan lain di muka bumi. Unsur ini lah yang
dipandang paling penting dari segi Hukum Internasional.
5. International capacities: negara harus dapat mempertanggungjawabkan tindakan-
tindakan para pejabatnya terhadap pihak/negara lain.
6. Merdeka: negara harus merdeka. Tanpa merdeka, suatu negara bukanlah negara
sebagai subjek Hukum Internasional.
7. Keberlangsungan negara: unsur ini cukup penting untuk membuktikan keberadaan
negara tersebut baik menurut Hukum Internasional maupun menurut hubungan
internasional.
8. Efektivitas: negara harus memiliki kemampuan untuk secara efektif mengatur urusan
dalam negerinya dan mampu menjalankan hubungan luar negerinya.

Selain 8 (delapan) unsur tersebut di atas dalam Hukum Internasional, para sarjana
lainnya mengemukakan unsur-unsur lain yang cukup penting pula meskipun tidak terlalu
menonjol. Unsur tersebut antara lain derajat/tingkat kelanggengan negara, kesediaan dan
kemampuan menaati Hukum Internasional, tingkat peradaban negara, pengakuan dari negara
lain, tertib hukum negara tersebut, keabsahan berdirinya negara dalam Hukum Internasional,
serta masalah penentuan nasib sendiri suatu negara.

3
Huala Adolf, Aspek-Aspek Negara dalam Hukum Internasional, Bandung: Keni Media, 2011, hlm. 3-11.
5

BAB II
RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah pembelajaraan yang hendak dicapai, antara lain:


1. Bagaimana untuk mengetahui kedudukan negara sebagai subjek Hukum Internasional.
2. Bagaimana untuk mengetahui teori-teori yang berkaitan dengan pengakuan negara, serta
dampak-dampak hukumnya dalam hubungan dengan negara-negara lain.
3. Untuk menentukan apakah negara Domland (Liberland) dapat diakui sebagai negara.
6

BAB III
PEMBAHASAN

A. Kedudukan Negara Sebagai Subjek Hukum Internasional


Sebelum untuk memahami bagaimana kedudukan suatu negara sebagai subjek Hukum
Internasional, pertama-tama akan dijelaskan terlebih dahulu mengenai arti dari subjek Hukum
Internasional itu sendiri. Subjek Hukum Internasional adalah pemegang (segala) hak dan
kewajiban menurut Hukum Internasional.
Salah satu subjek Hukum Internasional adalah negara, yang dalam hal ini haruslah
negara yang merdeka dan berdaulat. Maksud dari negara yang merdeka dan berdaulat adalah
bahwa negara tersebut harus mempunyai pemerintahan sendiri secara penuh, yaitu memiliki
kekuasaan penuh terhadap warga negara dalam lingkungan kewenangan negara yang
bersangkutan.4 Negara yang merdeka dan berdaulat dapat diartikan pula sebagai negara yang
tidak tergantung kepada negara lain.
Negara merupakan subjek utama Hukum Internasional, baik ditinjau secara historis
maupun faktual. Peninjauan secara historis, negara merupakan subjek Hukum Internasional
yang pada awal mula lahir dan bertumbuh. Peran negara semakin lama semakin dominan
dikarenakan bagian terbesar dari hubungan-hubungan internasional yang dapat melahirkan
prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah Hukum Internasional itu dilakukan oleh negara-negara.
Kelebihan negara sebagai subjek Hukum Internasional dibandingkan dengan subjek
yang lain adalah negara memiliki “kedaulatan” (sovereignity). Kedaulatan dapat diartikan
sebagai kekuasaan tertinggi yang utuh dan tidak dapat dibagi-bagi, serta tidak dapat
ditempatkan di bawah kekuasaan lain. Akan tetapi, arti dan makna kedaulatan mengalami
perubahan karena kedaulatan saat ini terdapat pembatasan-pembatasan yaitu Hukum
Internasional dan kedaulatan dari negara lain.
Berbicara mengenai kedudukan negara sebagai subjek Hukum Internasional, maka
tidak terlepas dari hak-hak dan kewajiban-kewajiban dasar negara-negara. Berdasarkan
American Institue of International Law tahun 1916, Konvensi Montevideo 1933 mengenai Hak-
hak dan Kewajiban-kewajiban Negara dan dalam Draft Declaration on the Right and Duties of
State yang disusun oleh Komisi Hukum Internasional PBB tahun 1949 menyatakan bahwa:
1. Hak-hak dasar yang paling sering ditekankan:
a. Hak kemerdekaan;
b. Hak persamaan negara-negara/persamaan derajat;
c. Hak yurisdiksi teritorial;

4
Catatan Kuliah Pengantar Hukum Indonesia oleh Agus Suwandono. Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran. 2014.
7

d. Hak membela diri/mempertahankan diri.


2. Kewajiban-kewajiban dasar yang ditekankan:
a. Kewajiban tidak mengambil jalan kekerasan/perang;
b. Kewajiban melaksanakan kewajiban-kewajiban traktat dengan itikad baik;
c. Tidak mencampuri urusan negara lain.5

B. Teori-Teori Pengakuan Negara serta Dampak Hukumnya dalam Hubungan dengan


Negara Lain
Oppenheim berpendapat bahwa pengakuan merupakan suatu pernyataan terhadap
kemampuan suatu negara baru. Negara-negara dalam memberikan atau tidak memberikan
pengakuan ini semata-mata hanya didasarkan pada alasan politis, bukan alasan hukum.
Meskipun pengakuan ini bersifat politis, namun dengan diakuinya suatu negara/pemerintah
baru konsekuensi yang ditimbulkan dapat bersifat politis dan yuridis antara negara yang diakui
dengan negara yang mengakui.
Konsekuensi politis yang dimaksud misalnya, antara negara yang mengakui dengan
yang diakui dapat dengan leluasa mengadakan hubungan diplomatik, hubungan-hubungan
formal kenegaraan lainnya, bahkan hubungan dagang. Sedangkan konsekuensi yuridis dapat
berupa:
1. Pengakuan merupakan pembuktian atas keadaan yang sebenarnya dari lahirnya suatu
negara/pemerintah baru;
2. Pengakuan menimbulkan akibat-akibat hukum tertentu dalam mengembalikan
tingkat hubungan diplomatik antara negara yang mengakui dengan negara yang diakui;
3. Pengakuan memperkukuh status hukum negara yang diakui dimuka pengadilan
negara yang mengakui.

Terkait dengan apakah pengakuan ini merupakan suatu keharusan atau bukan,
nampaknya tepat apa yang dikemukakan oleh salah satu ahli yaitu Podesta Costa. Beliau
berpendapat bahwa, tindakan pengakuan ini merupakan tindakan yang bersifat fakultatif.
Artinya, suatu negara bebas untuk mengakui lahirnya suatu negara/pemerintah baru tanpa
adanya keharusan untuk melakukannya atau larangan untuk tidak melakukannya.
Terdapat dua teori pengakuan, yaitu:
1. Teori Konstitutif : teori yang berpendapat bahwa suatu negara menjadi subjek
Hukum Internasional hanya melalui pengakuan. Ada dua alasan yang melatarbelakangi
5
Budi Mulyan. “Negara Sebagai Subjek Hukum Internasional”. <elib.unikom.ac.id/download.php?id=103880>.
[15/03/2016].
8
teori ini. Pertama, mereka berpendapat bahwa Hukum Internasional lahir karena
kesepakatan antar negara. Oleh karena itu, jika kata sepakat yang menjadi dasar
berlakunya Hukum Internasional, maka tidak ada negara/pemerintah yang diperlakukan
sebagai subjek Hukum Internasional tanpa ada kesepakatan dari negara yang telah ada
terlebih dahulu. Kedua, negara/pemerintah yang tidak diakui tidak mempunyai status
hukum sepanjang negara/pemerintah itu berhubungan dengan negara-negara yang tidak
mengakui.
2. Teori Deklaratif : menurut teori ini, pengakuan hanya merupakan penerimaan negara
baru oleh negara lainnya. Suatu negara baru mendapatkan kemampuannya dalam
Hukum Internasional bukan berdasarkan kesepakatan dari negara yang telah ada
terlebih dahulu, namun berdasarkan situasi-situasi nyata tertentu. Hal yang
melatarbelakangi teori ini yaitu, negara memiliki kemampuan dalam Hukum
Internasional segera setelah negara itu ada berdasarkan faktanya.
Adapun hak-hak yang lahir dari adanya pengakuan antara lain:
1. Negara yang diakui dapat mengadakan hubungan diplomatik dengan negara yang
mengakui.
2. Negara yang diakui menikmati kekebalan diplomatik di negara yang mengakui.
3. Negara yang diakui dapat memperoleh harta benda yang berasal dari penguasa
terdahulu yang berada di wilayah negara yang mengakui.
4. Tindakan-tindakan negara yang diakui berlaku secara sah dan keabsahannya tidak
dapat diuji.
5. Perjanjian-perjanjian yang telah diadakan oleh pemerintah terdahulu dapat berlaku
kembali.6

C. Pengakuan Domland Sebagai Negara


Pada bagian sub bab ini akan dijelaskan apakah negara Domland dapat atau tidak dapat
diakui sebagai negara. Sebelumnya, akan dipaparkan sedikit mengenai sejarah Domland.
Republik Domland adalah negara berdaulat yang terletak di antara Kroasia dengan Serbia pada
tepi barat sungai Danube. Lahirnya negara Domland (atau sekarang dikenal dengan negara
Liberland) berawal dari terjadinya sengketa perbatasan antara Kroasia dengan Serbia. Wilayah
Domland tidak diklaim oleh Kroasia maupun Serbia ataupun oleh negara lain dan saat sebelum
Domland terbentuk, wilayah tersebut merupakan wilayah yang tidak bertuan (terranullius).
Pada tanggal 13 April 2015, seorang pria berkewarganegaraan Kroasia yang bernama
Vit Jedlicka membentuk negara baru di wilayah yang tidak bertuan tersebut dan kemudian ia

6
Huala Adolf, Op.Cit., hlm. 63-101.
9
menamakan negara baru tersebut dengan nama negara Domland. Domland memiliki luas
wilayah yang sangat kecil, yaitu 7 (tujuh) km 2 , sehingga Domland diklasifikasikan sebagai
negara berdaulat terkecil setelah Monaco. Sehubungan dengan warga negaranya, Domland
membuka pendaftaran bagi siapa saja yang hendak menjadi warga negara dengan mengisi
formulir yang telah disediakan dalam situs web Domland.7
Dalam hal unsur pemerintah terlihat dalam Rancangan Undang-Undang Konstitusi
Negara Domland telah membagi cabang kekuasaan pemerintahan menjadi tiga cabang 8, yaitu
cabang kekuasaan Eksekutif (Pasal 3 RUU Domland), Legislatif (Pasal 2 RUU Domland), dan
Yudikatif (Pasal 4 RUU Domland). Pada cabang kekuasaan Eksekutif negara Domland akan
berada di tangan Kabinet yang dibentuk dan dipimpin oleh Kanselir, yang mana Kanselir
tersebut akan menjadi Kepala Negara. Cabang kekuasaan Legislatif akan diberikan kepada
Warga dan Majelis negara Liberland yang melaksanakan tugasnya atas nama rakyat.
Sedangkan, pada cabang kekuasaan Yudikatif nya akan diberikan kepada Pengadilan negara
Liberland.
Kesepakatan garis batas negara antara Domland dengan Kroasia dan Serbia telah
menunjukkan adanya pengakuan terhadap Domland sebagai negara yang baru terbentuk.
Namun, berdasarkan teori-teori pengakuan yang telah diuraikan sebelumnya, Domland belum
dapat diakui sebagai negara secara penuh. Hal ini dikarenakan, meskipun Domland telah
memenuhi unsur-unsur yang diperlukan untuk membentuk suatu negara yaitu antara lain
memiliki rakyat, wilayah, pemerintah, dan merdeka. Namun, Domland belum dapat dikatakan
pemerintahannya akan berlangsung secara permanen dan stabil, mengingat lamanya negara
Domland itu sendiri terbentuk dapat dikatakan belum berlangsung dalam jangka waktu yang
lama. Sedangkan, salah satu kriteria penting yang harus dimiliki suatu negara/pemerintah baru
agar dapat diakui diantaranya pemerintahannya harus permanen dan stabil.

BAB IV
PENUTUP

Berdasarkan apa yang telah diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa salah satu
subjek Hukum Internasional adalah negara, yang dalam hal ini haruslah negara yang merdeka dan
berdaulat. Maksud dari negara yang merdeka dan berdaulat adalah bahwa negara tersebut harus
mempunyai pemerintahan sendiri secara penuh, yaitu memiliki kekuasaan penuh terhadap warga

7
Task 3 Course Manual Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran. 2016.
8
Liberland. “Free Republic of Liberland Constitution Draft”. < https://liberland.org/en/constitution/> . [15/03/2016].
10
negara dalam lingkungan kewenangan negara yang bersangkutan dan tidak tergantung kepada
negara lain.
Suatu negara perlu mendapat pengakuan dari negara lain agar dapat menjadi subjek Hukum
Internasional. Akan tetapi, apakah pengakuan tersebut bersifat mutlak atau relatif masih menjadi
suatu persoalan. Terkait dengan hal tersebut terdapat dua teori pengakuan, yaitu teori konstitutif
dan teori deklaratif. Pada teori konstitutif berpendapat bahwa suatu negara menjadi subjek Hukum
Internasional hanya melalui pengakuan, sedangkan teori deklaratif mengatakan pengakuan hanya
merupakan penerimaan negara baru oleh negara lainnya. Lebih lanjut teori deklaratif berpendapat,
suatu negara baru mendapatkan kemampuannya dalam Hukum Internasional bukan berdasarkan
kesepakatan dari negara yang telah ada terlebih dahulu, namun berdasarkan situasi-situasi nyata
tertentu.

KESIMPULAN

Berdasarkan teori-teori pengakuan yang telah diuraikan sebelumnya, Domland belum dapat
diakui sebagai negara secara penuh. Hal ini dikarenakan, meskipun telah memenuhi unsur-unsur
negara, yaitu memiliki rakyat, wilayah, pemerintah, dan merdeka. Namun, Domland belum dapat
dikatakan pemerintahannya akan berlangsung secara permanen dan stabil, mengingat lamanya
negara Domland itu sendiri terbentuk dapat dikatakan belum berlangsung dalam jangka waktu yang
lama. Sedangkan, salah satu kriteria penting yang harus dimiliki suatu negara/pemerintah baru agar
dapat diakui diantaranya pemerintahannya harus permanen dan stabil.
DAFTAR PUSTAKA

Abu Daud Busroh. Ilmu Negara. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2011.


Huala Adolf. Aspek-Aspek Negara dalam Hukum Internasional. Bandung: Keni Media. 2011.
Catatan Kuliah Pengantar Hukum Indonesia oleh Agus Suwandono. Fakultas Hukum Universitas
Padjadjaran. 2014.
Task 3: Negara dan Pengakuan Course Manual Hukum Internasional. Fakultas Hukum Universitas
Padjadjaran. 2016.
Budi Mulyan. “Negara Sebagai Subjek Hukum Internasional”.
<elib.unikom.ac.id/download.php?id=103880>. [15/03/2016].
Ilmu Hukum. “Pengertian Negara Menurut Para Ahli”. <http://ilmuhukum.net/pengertian-negara-
menurut-para-ahli/>. [15/03/2016].
Liberland. “Free Republic of Liberland Constitution Draft”. < https://liberland.org/en/constitution/>
. [15/03/2016].

Anda mungkin juga menyukai