Anda di halaman 1dari 20

BAB V.

NEGARA DAN KOSNTITUSI:

DINAMIKA DAN URGENSI KONSTITUSI DALAM KEHIDUPAN BERNEGARA

A. PENDAHULUAN

Negara sebagai suatu institusi sosial yang tumbuh dalam masyarakat

karena diperlukan untuk mengurus, mengatur dan menyelenggarakan

kepentingan masyarakat. Negara dalam hal ini penyelenggara negara

diatur kewenangannya dan warga negara diberikan perlindungan oleh

Negara berdasarkan amanah dari konstitusi.

Konstitusi merupakan dasar dalam penyeranggaraan negara. Setiap

warga negara dan penyelenggara negara dalam bertindak tunduk dan taat

berdasarkan ketentuan dalam konstitusi. Maka dari itu konstitusi menjadi

norma dasar yang dalam istilah Belanda disebut grondwet. menjadi hidup

(living constitution) dan kemudian memunculkan prilaku konstitusional.

Dengan adanya mahasiswa belajar konstitusi yakni Undang-Undang

Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai konstitusi negara

Indonesia, maka mahasiswa memberikan contoh berperilaku

konstitusional.

B. KONSEP NEGARA

Ada berbagai istilah asing berkaitan dengan ”negara” antara lain; staat

(Bahasa Belanda), state (Inggris), d,etat (Prancis), estado (Spanyol), Stato

(Italia). Istilah staat, state ataupun d’etat ini secara etimologis berasal dari
istilah dalam Bahasa Latin status atau statum, yang berarti menaruh

dalam keadaan berdiri; membuat berdiri; menempatkan berdiri. 1

Kaitannya dengan konsep negara, Hans Kelsen 2 menguraikan

pandangannya bahwa, negara atau state as juristic entity dan state as a

politically organized society atau state as a power. Elemen negara

menurut Kelsen mencakup: (i) The therritory of the state, seperti mengenai

pembentukan dan pembubaran negara, serta mengenai pengakuan atas

negara dan pemerintahan;(ii) Time elemen of the state, yaitu waktu

pembentukan negara yang bersangkutan; (iii) the people of the state, yaitu

rakyat negara yang bersangkutan; (iv) the competence of the state as the

Material Spehere of Validity of the National Legal Order, misalnya yang

berkaitan dengan pengakuan Internasional; (v) Conflict of Laws,

pertentangan antara tata hukum; (vi) The so called Fundamental Right

and Duties of the States, soal jaminan hak dan kebebasaan asasi

manusia; dan (vii) the power of the State, aspek-aspek mengenai

kekuasaan negara. Negara sebenarnya merupakan konstruksi yang

diciptakan oleh umat manusia (human creation) tentang pola hubungan

antara manusia dalam kehidupan bermasyarakat yang diorganisasikan

sedemikian rupa untuk maksud memenuhi kepentingan dan mencapai

tujuan bersama.

Secara sederhana, oleh para sarjana sering diuraikan adanya empat

unsur pokok dalam setiap negara, A. Appadorai (2005: 10) yaitu: (i) a

definite territory; (ii) population; (iii) a goverment; dan (iv) sovereingty.

Namun demikian, untuk menguraikan pengertian negara dalam tataran

1
Soetomo, 1993, Ilmu Negara, Usaha Nasional, Surabaya, hlm. 20
2
Hans Kelsen, General Theory Of Law and State, Russell & Russell, New York, 1961
yang lebih filosofis, dapat pula merujuk kepada pendapat Hans Kelsen

dalam bukunya General theory of law and state. Menurut pasal 1 Konvensi

Montevideo 1993 unsur suatu negara adalah (1) penduduk yang tetap; (2)

wilayah yang pasti; (3) pemerintahan; (4) kemampuan untuk mengadakan

hubungan dengan negara lain.3 Keempat unsur tersebut, menurut

Parthiana dapat dibedakan menjadi 2 (dua) unsur pokok, yaitu: Pertama,

unsur faktual atau riil. Unsur yang faktual atau riil merupakan unsur yang

mudah diamati secara fisik yaitu unsur penduduk, wilayah, atau

pemerintahan. Kedua, unsur yang tidak riil merupakan unsur yang tidak

mudah untuk diamati secara fisik, hal tersebut disebabkan karena unsur

ini bersifat relatif dan subjektif. Unsur yang tidak riil ialah unsur ke empat

yaitu kemampuan untuk mengadakan hubungan dengan negara lain.

Dimana dalam praktiknya kemampuan untuk mengadakan hubungan

dengan negara lain merupakan unsur yang sangat menentukan apakah

kelompok individu yang telah memenuhi persyaratan atau unsur

penduduk, wilayah dan pemerintahan dapatdisebut sebagai negara atau

tidak.

C. HAKIKAT DAN TUJUAN BERDIRINYA NEGARA

Leon Duguit menjelaskan bahwa pentingnya pembicaraan hakikat

negara agar dapat mengetahui luasnya kekuasaan negara, serta

kebebasan dari warga negaranya. Sebab yang menjadi persolan pokok

dalam negara itu adalah pertimbangan antara kekuasaan negara dengan

3
Suryo Sakti Hadiwijoyo, Perbatasan Negara Dalam Dimensi Hukum Internasional, 2011, Graha Ilmu,
Yogyakarta, hlm, 3.
kebebasan warga negara4. Kedua hal itu, kendatipun dapat dibahas

secara terpisah, namun sesungguhnya saling terkait dan saling

memperkuat satu dengan yang lain. Dengan demikian, hakikat negara

menurut Leon Duguit adalah kekuasaan dan kebebasan.

Menurut Soehino5, dalam membicarakan hakikat negara berarti

menggambarkan sifat dari negara. Hakikat negara berbeda-beda karena

pengaruh aliran filsafat yang dianut oleh sarjana Ilmu Negara serta

keadaan pemerintahan yang dialaminya.6 Ada enam (6) teori tentang

hakikat negara yakni:7

a. Teori Sosiologis; memandang negara sebagai suatu institusi sosial

yang tumbuh dalam masyarakat karena diperlukan untuk

mengurus, mengatur dan menyelenggarakan kepentingan

masyarakat. Tokohnya: Rudolf Smend.

b. Teori Organis; menurut teori ini negara dipandang sebagai suatu

organisasi yang hidup dan mempunyai kehidupan sendiri yang

dalam berbagai hal menunjukkan persamaan dengan organisme

manusia, bahkan mempunyai kehendak sebagai manusia,

dipengaruhi oleh teori evolusi kehidupan mulai dari lahir, kemudian

bertumbuh menjadi muda, tua dan akhirnya mati. Jadi, negara pada

hakikatnya sebagai organisme yang keberadaanya mulai dari

proses lahir, tumbuh – berkembang, dan akhirnya mengalami

kematian. Tokohnya: Johann Kaspar Bluntscli dari Swiss.

4
Soehino, 1980, Ilmu Negara, Liberty, Jogyakarta, hlm. 136
5
Ibid, hlm.146
6
I Dewa Gede Atmadja, Ilmu Negara Sejarah, Konsep Negara, dan Kajian Kenegaraan, Cetakan 1, Malang,
Setara, 2012, hlm.41
7
Dewa Gede atmadja, Opcit, hlm.42-46
c. Teori Ikatan Golongan; hakikat negara dipandang sebagai ikatan

atau gabungan kelompok masyarakat untuk mencapai tujuan

bersama. Negara mengikat gabungakelompok masyarakat itu

kearah perumusan kehendak bersama dan bukan kepentingan

golongan atau kelompok tertentu.

d. Teori Hukum Murni (Reine Rechtsleer); teori ini memandang

negara sebagai suatu sistem hukum semata-mata, dimana

ketertiban negara adalah merupakan ketertiban hukum. Negara

merupakan tatanan dari tertib norma-norma hukum yang mengikat

yang disebut dengan ”tata hukum” (legal order) maka sebagai

konsekuensi logisnya negara mempunyai kekuasaan. Oleh karena

itu negara identik dengan hukum, dan tata negara sama dengan

tata hukum. Teori ini diintrodusir oleh Hans Kelsen dalam bukunya

General Theory of Law and State.

e. Teori Dua Sisi atau Dua Segi (Zwizeitenteorie) yang dikemukakan

oleh G. Jellinek. Teori ini mengkaji negara dari 2 (dua) sudut

dipandang – dua segi, yaitu:

1) Negara dipandang sebagai sociale factum, yaitu negara

sebagai suatu kenyataan sosialyang ada dalam masyarakat.

Negara dilihat sebagai institusi dalam masyarakat (social

istitutions).

2) Negara dipandang sebagai Rechtliche Institution, yaitu

sebagai suatu lembaga hukum dimana nampak sebagai

suatu struktur atau organisasi yang terdiri dari

lembagalembaga negara
f. Teori Modern yang dikemukan oleh Krenenburg negara dipandang pada

hakikatnya sebagai organisasi yang diciptakan oleh sekelompok manusia

yang disebut bangsa.

Dengan demikian di sini yang utama adalah sekelompok manusia yang

sudah berstatus sebagai bangsa. Bangsa itulah yang primer, yang

mendauhuli pembentukan negara, sehingga negara bersifat sekunder.

Bangsa itulah yang mendirikan negara untuk memelihara dan

mewujudkan kepentingan-kepentingannya. Kranenburg menyatakan

bahwa kelompok menjadi semakin teratur jika memenuhi unsur-unsur

yaitu: keadaan hidup bersama; susunan kelompok yang tergantung pada

sifat khusus, keadaan hidup yang sama atau serupa dan tujuan bersama

yang ditetapkan berdasarkan persamaan kepentingan. 8

D. SEJARAH BERDIRINYA NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

Istilah Indonesia muncul pertama kali dalam arti geografis pada tahun

1950 dalam tulisan bangsa Inggris yang bernama JR. Logan. Selanjutnya

istilah Indonesia dalam arti etimologi (ilmu tentang bangsa-bangsa)

digunakan dalam tahun 1884 oleh bangsa Jerman yang bernama Bastian.

Kemudian Arti Indonesia dalam arti politik ketatanegaraan digunakan oleh

kaum nasionalis Indonesia yang belajar di Belanda pada tahun 1917. Kata

Indonesia menjadi sangat populer dan dipergunakan dalam arti yang lebih

luas lagi oleh para wakil pemuda dari seluruh pelosok tanah air, pada

Kongres Pemuda tahun 1928. Yang kemudian dikenal dengan nama

Kongres Pemuda 1928, dengan dasar yang berisi: Satu tanah air, satu

8
Azhary, 1983, Ilmu Negara Pembahasan Buku Prof. Mr. R. Kranenburg, Cetakan Keempat, Ghalia Indonesia,
Jakarta, hlm. 34.
bangsa dan satu bahasa yakni Indonesia Yang kemudian mencapai titik

puncak/klimaknya pada tanggal 17-08-1945 dengan pemakaian kata

istilah Indonesia, sebagai wujud bangsa yang merdeka, berdaulat untuk

mencapai masyarakat yang adil dan makmur di tengah-tengah

masyarakat / banyak dunia.

Tanggal 29 April 1945, dibentuklah BPUPKI atau Badan Penyelidik

Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia yang digagas oleh Pemerintah

Jepang, sebelum akhirnya pada tanggal 6 Agustus 1945, Hiroshima

diledakkan oleh bom atom. Tidak mau terpuruk dengan peristiwa tersebut,

Jepang terus mencoba menepati janjinya untuk memberikan kemerdekaan

bagi Indonesia. Hingga akhirnya pada tanggal 7 Agustus 1945, BPUPKI

berganti menjadi PPKI atau Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia.

Namun, peristiwa memilukan kembali menimpa Jepang. Pada tanggal 9

Agustus 1945, Kota Nagasaki kembali diledakkan dengan bom atom. Hal

tersebutlah yang membuat Jepang akhirnya bertekuk lutut dan menyerah

kepada Sekutu.

Demi memanfaatkan momen tersebut, pada tanggal 16 Agustus 1945,

terjadi peristiwa Rengasdengklok, dimana para pemuda membawa Bung

Karno dan Bung Hatta untuk menjauhkan keduanya dari pengaruh Jepang

dan tetap memproklamirkan kemerdekaannya. Kemudian terjadilah

peristiwa proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945 di kediaman Ir.

Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur, No. 56. Menindaklanjuti peristiwa

proklamasi tersebut, pada tanggal 18 Agustus 1945 disahkannya UUD

1945 yang menandai terbentuknya NKRI dibawah pimpinan Presiden Ir.

Soekarno dan Wakil Presiden Moh. Hatta.


E. KONSEP KOSTITUSI : GRONDWET ATAU CONSTITUER

Kata konstitusi berasal dari bahasa Perancis “constituer” yaitu sebagai

suatu ungkapan yang berarti membentuk. Oleh karena itu, pemakaian

kata konstitusi lebih dikenal untuk maksud sebagai pembentukan,

penyusunan atau menyatakan suatu negara. Dengan kata lain, secara

sederhana, konstitusi dapat diartikan sebagai suatu pernyataan tentang

bentuk dan susunan suatu negara, yang dipersiapkan sebelum maupun

sesudah berdirinya negara yang bersangkutan. 9

Leon Duguit misalnya, seorang pakar hukum kenamaan dari Perancis,

dalam bukunya traite de droit constututionnel, dia memandang negara dari

fungsisosialnya. Pemikiran Duguit banyak dipengaruhi oleh aliran sosiologi

yang diprakarsai oleh Auguste Comte, menurutnya hukum itu adalah

penjelmaan de facto dari ikatan solidaritas sosial yang nyata. Dia juga

berpendapat bahwa yang berdaulat itu bukanlah hukum yang tercantum

dalam bunyi teks undang-undang, melainkan yang terjelma di dalam

sociale solidariteit (solidaritas sosial). Oleh karena itu, yang harus ditaati

adalah sociale recht itu. Bukan undang-undang yang hanya

mencerminkan sekelompok orang yang kuat dan berkuasa. 10

Lain halnya dengan Wheare, salah seorang pakar konstitusi

modern,dikutip dalam buku Jazim Hamidi yang berjudul Hukum

Perbandingan Konstitusi, berujar, “…it use to describe the whole system

of government of a country, the collection of rules which establish

9
Jazim Hamidi & Malik, 2008, Hukum Perbandingan Konstitusi, Prestasi Pustaka, Jakarta,Halaman 87
10
Jimly Asshiddiqie, 2009, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, Halaman 97.
andregulate or govern the governmonet…”. Konstitusi dalam pandangan

Wheare tersebut di atas, selain dipahami sebagai istilah untuk

menggambarkan keseluruhan sistem pemerintahan suatu negara, juga

sebagai kumpulan aturan yang membentuk dan mengatur atau

menentukan pemerintahan negara yang bersangkutan.

Sementara itu, Jimly Asshiddiqie, mendefinisikan konstitusi sebagai

hukum dasar yang dijadikan pegangan dalam penyelenggaraan suatu

negara. Konstitusi dapat berupa hukum dasar tertulis yang lazim disebut

Undang-Undang Dasar, dan dapat pula tidak tertulis. Hal tersebut tidak

terlepas karena tidak semua negara memiliki konstitusi tertulis atau

Undang-undang Dasar. Kerajaan Inggris misalnya, tidak memiliki satu

naskah Undang-Undang Dasar sebagai konstitusi tertulis, namun biasa

disebut sebagai negara konstitusional.

Konstitusi juga disebut sebagai ground wet atau dalam oxforddictionary

of law, perkataan Constituion diartikan sebagai :

”…the rule and practices that determine the composition and functions of

the organs of the central and local government in a state and regulate the

relationship between individual and the state”...

Artinya, yang diatur itu tidak saja berkenaan dengan organ negara beserta

komposisi dan fungsinya, baik di tingkat pusat maupun di tingkat

pemerintah daerah (local government), tetapi juga mekanisme hubungan

antara negara atau organ negara itu dengan warga Negara.

James Bryce, konstitusi adalah suatu konstitusi yang mengatur segala

institusi baik itu dari kekuasaan institusi tersebut dan cara kekuasaan
institusi dijalankan. Oleh karena itu dapat ditarik sebuah pemahaman

secara sederhana bahwa objek dari konstitusi itu sendiri adalah

kekuasaan dari institusi atau pemerintahan.

Konstitusi menurut K.C. Wheare adalah keseluruhan sistem

ketatanegaraan dari suatu negara, berupa kumpulan peraturan yang

membentuk, mengatur, atau memerintah dalam pemerintahan suatu

negara. Istilah UUD merupakan terjemahan istilah Belanda “Gronwet”.

Grond: dasar atau tanah, wet: undang-undang. Dengan demikian mau

menjelaskan bawah Grondwet adalah noma yang paling dasar.

F. SUBTANSI KONSTITUSI

Penting mengetahui subtansi atau materi munatan dari konstitusi C.F

Strong menganalogikan konstitusi seperti tubuh manusia dan negara, dan

badan politik sebagai organ dari tubuh itu. Maka organ tubuh akan

berjalan dengan ideal apabila tubuh dalam kondisi yang sehat, begitu pun

sebaliknya. Oleh karena itu dapat dipahami bahwa konsep

konstitusionalisme adalah suatu konsep yang mengatur tentang

supremasi konstitusi. Hal tersebut dijalankan agar mendapatkan suatu

jaminan terhadap hak-hak warga negara yang sudah dijamin oleh suatu

hukum tertinggi suatu negara.

Adnan Buyung Nasution yang menyatakan bahwa konstitusi

merupakan suatu aturan tertinggi dalam suatu negara dan semua

komponen dalam negara tersebut wajib hukumnya untuk mematuhi tanpa


terkecuali. Sebagaimana pendapat Louis Henkin yang menjelaskan

elemen-elemen dalam konstitusional, sebagai berikut 11:

1. Pemerintah berdasarkan konstitusi (government according to the

constitution);

2. Pemisahan kekuasaan (separation of power);

3. Kedaulatan rakyat dan pemerintahan yang demokratis (sovereignty of

the people and democratic government);

4. Riview atas konstitusi (constitutional review);

5. Independensi kekuasaan kehakiman (independent judiciary);

6. Pemerintah yang dibatasi oleh hak-hak individu (limited government

subject to a bill of individual rights);

7. Pengawasan atas kepolisian (controlling the police);

J. G. Steenbeek, menjelaskan substansi atau muatan materi konstitusi

pada umumnya suatu konstitusi berisi tiga hal pokok yakni :

1. Adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia warga negaranya

2. Ditetapkannya susunan ketatanegaraan suatu negara yang bersifat

fundamental

3. Adanya pembagian dan pembatasan tugas ketatanegaraan yang juga

bersifat fundamental.

Sedangkan Miriam Budiardjo, setiap UUD memuat ketentuan-

ketentuan mengenai:

11
Rusma Dwiyana, Konsep Konstitusionalisme, Pemisahan Kekuasaan, dan Checks and Balance System, Pusat
Kajian Hukum Administrasi Negara. hlm.3
1. Organisasi negara, misalnya pembagian kekuasaan antara badan

legislatif, eksekutif dan yudikatif

2. Hak-hak asasi manusia

3. Prosedur mengubah UUD

4. Adakalanya memuat larangan untuk mengubah sifat tertentu dari

UUD

G. KEDUDUKAN, FUNGSI DAN TUJUAN KONSTITUSI NEGARA

Kedudukan, fungsi, dan tujuan Konstitusi dalam negara berubah dari

zaman ke zaman. Pada masa peralihan dari negara feodal monarki atau

oligarki dengan kekuasaan mutlak penguasa ke negara nasional

demokrasi, Konstitusi berkedudukan sebagai benteng pemisah antara

rakyat dan penguasa yang kemudian secara berangsur-angsur

mempunyai fungsi sebagai alat rakyat dalam perjuangan kekuasaan

melawan golongan penguasa.12

1. Kedudukan Konstitusi Negara

Konstitusi bergeser kedudukan dan perannya dari sekedar penjaga

keamanan dan kepentingan hidup rakyat terhadap kezaliman golongan

penguasa menjadi senjata pamungkas rakyat untuk mengakhiri

kekuasaan sepihak satu golongan dalam sistem monarki dan oligarki,

serta untuk membangun tata kehidupan baru atas dasar landasan

kepentingan bersama rakyat dengan menggunakan berbagai ideologi

seperti individualisme, liberalisme, universalisme, demokrasi dan

sebagainya. Selanjutnya kedudukan dan fungsi Konstitusi ditentukan oleh


12
Dahan Thaib, dkk, Teori dan Hukum Konstitusi, Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, 2003, h.8
ideologi yang melanda negara Karena Konstitusi itu sendiri merupakan

hukum yang dianggap paling tinggi tingkatannya.

Menempati kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan

ketatanegaran suatu negara, yaitu : 1) Sebagai Hukum Dasar, karena

berisi aturan-aturan dan ketentuan tentang hal-hal yang mendasar dalam

kehidupan suatu negara; 2) Sebagai Hukum Tertinggi, konstitusi lazimnya

diberi kedudukan sebagai hukum tertinggi dalam tata hukum sehingga

aturan-aturan yang terdapat dalam konstitusi secara hierarkis mempunyai

kedudukan lebih tinggi atau superior terhadap aturan lainnya

2. FUNGSI KONSTITUSI NEGARA

Selanjutnya fungsi Konstitusi ditentukan oleh ideologi yang dianut oleh

negaranya, karena Konstitusi itu sendiri merupakan hukum yang

dianggap paling tinggi tingkatannya. Fungsi konstitusi negara yakni :

a. Fungsi penentu atau pembatas kekuasaan

b. Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antar organ negara

c. Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antara organ negara dengan

warga negara

d. Fungsi pemberi atau sumber legitimasi terhadap kekuasaan negara

ataupun kegiatan penyelenggaraan kekuasaan negara

e. Fungsi penyalur atau pengalih kewenangan dari sumber kekuasaan

yang sah kepada organ negara

f. Fungsi simbolik yaitu sebagai sarana pemersatu (symbol of unity),

sebagai rujukan identitas dan keagungan kebangsaan (identity of

nation) serta center of ceremony


g. Fungsi sebagai sarana pengendalian masyarakat (social control),

baik dalam arti sempit yaitu bidang politik dan dalam arti luas

mencakup bidang sosial ekonomi

h. Fungsi sebagai sarana perekayasa dan pembaharuan masyarakat

(social engineering atau social reform).

3. TUJUAN KONSTITUSI NEGARA

Tujuan Konstitusi sebagai hukum tertinggi untuk mencapai dan

mewujudkan tujuan yang tertinggi. Tujuan yang dianggap tertinggi itu

adalah: 1. Keadilan; 2. Ketertiban; 3. Perwujudan nilai-nilai ideal seperti

kemerdekaan atau kebebasan dan kesejahteraan atau kemakmuran

bersama, sebagaimana dirumuskan sebagai tujuan bernegara oleh

para pendiri negara (the founding fathers and mothers). 13

Dengan demikian melihat kedudukan dan fungsi maka tujuan konstitusi

negara yaitu :

a. Untuk memberikan pembatasan dan pengawasan terhadap

kekuasaan.

b. Untuk membebaskan kekuasaan dari kontrol mutlak para

penguasa, serta menempatkan bagi penguasa tersebut batas-

batas kekuasaan mereka.

c. Menjamin pemenuhan hak-hak dasar warga negara.

H. UNDANG-UNDANG DASAR 1945 SEBAGAI KONSTITUSI NEGARA


13
Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Depok, Rajawali Pers, 2017, h.119
Konstitusi negara Indonesia adalah Undang-Undang Dasar 1945 yang

untuk pertama kali disahkan oleh PPKI tanggal 18 Agustus 1945 dalam

tata susunan peraturan perundang-undangan negara, UUD 1945

menempati tingkat tertinggi. Menurut jenjang norma hukum, UUD 1945

merupakan kelompok Staatsgrundgesetz atau Aturan Dasar atau Pokok

Negara.

I. DINAMIKA SEJARAH KONSTITUSI DI INDONESIA

Menurut Thaib ada dua model perubahan konstitusi yakni:

1. Amandemen konstitusi

Perubahan yang dilakukan merupakan addendum atau sisipan dari

konstitusi yang asli, konstitusi yang asli tetap berlaku. Sistem

perubahan ini dianut oleh Amerika Serikat.

2. Pembaharuan konstitusi

Perubahan yang dilakukan adalah “baru” secara keseluruhan,

yang berlaku adalah konstitusi yang baru, yang tidak ada kaitannya

lagi dengan konstitusi yang lama. Sistem ini dipakai di Belanda,

Perancis, Jerman

Dalam perjalanan sejarah, konstitusi Indonesia telah mengalami

beberapa kali pergantian baik nama, subtansi materi yang

dikandungnya maupun masa berlakunya, beserta perubahan-

perubahannya yakni dengan rincian sebagai berikut :

1. Undang-undang dasar 1945 (18 Agustus 1945-27 Desember

1949)
2. Konstitusi Republik Indonesia Serikat (27 Desember 1949-17

Agustus 1950)

3. Undang-undang Dasar Sementara Republik Indonesia 1950

(17 Agustus 1950-5Juli 1959)

4. Undang-undang Dasar 1945 (5 Juli 1959-19 Oktober 1999)

5. Undang-undang Dasar 1945 dan Perubahan I (19 Oktober

1999-18 Agustus 2000)

6. Undang-undang Dasar 1945 dan Perubahan I dan II (18

Agustus 2000-9 Nopember 2001)

7. Undang-undang Dasar 1945 dan Perubahan I, II, dan III (9

Nopember 2001 – 10 Agustus 2002)

8. Undang_undang Dasar 1945 dan perubahan I,II, III dan IV (10

Agustus 2002)

Perubahan Undang-Undang Dasar 1945 dan hasil-hasilnya :

1. Amandemen Pertama

Sidang Umum MPR Tahun 1999, disahkan 19 Oktober 1999. MPR

dalam sidang umum tahun 1999 mengeluarkan putusan mengenai

UUD 1945 dengan perubahan yang kemudian dikenal dengan

Amandemen Pertama atau Perubahan Pertama. Perubahan

pertama atas UUD 1945 tersebut diambil dalam suatu putusan

majelis pada tanggal 19 Oktober 1999. Perubahan pertama ini MPR

mengubah Pasal 5 ayat (1), Pasal 7, Pasal 9, Pasal 13 ayat (2),

Pasal 14, Pasal 15, Pasal 17 ayat (2) dan (3), Pasal 20 dan Pasal
21 UUD 1945. Perubahan pertama, yang telah diamandemen

sebanyak 9 (sembilan) pasal.

2. Amandemen Kedua

Amandemen Kedua atau Perubahan Kedua, Sidang Tahunan MPR,

disahkan tanggal 18 Agustus 2000. MPR dalam sidang tahunan

tahun 2000 mengeluarkan putusan mengenai UUD 1945 dengan

perubahan yang kemudian dikenal dengan Perubahan Kedua yang

diambil dan ditetapkan tanggal 18 Agustus 2000. MPR RI

mengubah dan/atau menambah Pasal 18, Pasal 18A, Pasal 18B,

Pasal 19, Pasal 20 ayat (5), Pasal 20A, Pasal 22A, Pasal 22B, Bab

IXA, Pasal 25E, Bab X, Pasal 26 ayat (2) dan ayat (3), Pasal 27

ayat (3), Bab XA, Pasal 28A, Pasal 28B, Pasal 28C, Pasal 28D,

Pasal 28E, Pasal 28F, Pasal 28G, Pasal 28H, Pasal 28I, Pasal 28J,

Bab XII, Pasal 30, Bab XV, Pasal 36A, Pasal 36B, dan Pasal 36C

UUD Republik Indonesia Tahun 1945

3. Amandement Ketiga

MPR dalam sidang tahunan tahun 2001 mengeluarkan putusan

mengenai UUD 1945 dengan perubahan yang kemudian dikenal

dengan Amandemen Ketiga atau Perubahan Ketiga yang diambil

dan ditetapkan tanggal 10 November 2001. Pada perubahan ketiga,

MPR RI mengubah dan/atau menambah Pasal 1 ayat (2) dan (3),

Pasal 3 ayat (1), (3), daan (4), Pasal 6 ayat (1) dan (2), Pasal 6A

ayat (1), (2), (3) dan (5), Pasal 7A, Pasal 7B, ayat (1), (2), (3), (4),
(5), (6), dan (7), Pasal 7c, Pasaal 8 ayat (1) dan (2), Pasal 11 ayat

(2) dan (3), Pasal 17 ayat (4), Bab VIIA, Pasal 22Cayat (1), (2), (3),

dan (4), Pasal 22D ayat (1) , (2), (3), dan (4), Bab VIIB, Pasal 22E

ayat (1), (2), (3), (4), (5), dan (6), Pasal 23 ayat (1), (2) dan (3),

Pasal 23A, Pasal 23G ayat (1) dan (2), Pasal 24 ayat (1) dan (2),

Pasal 24A ayat (1), (2), (3), (4) daan (5), Pasal 24B ayat (1), (2),

(3), dan (4), Pasal 24C ayat (1), (2), (3), (4), (5), dan (6) UUD

Negara RI 1945. Jadi pada amandemen yang ketiga yang

diamandemen sebanyak 23 pasal.

4. Amandemen Kempat

MPR dalam sidang tahunan tahun 2002 kembali

mengeluarkan putusan mengenai UUD 1945 dengan

perubahan yang kemudian dikenal dengan Amandemen

Keempat atau Perubahan Keempat yang diambil dan

ditetapkan tanggal 10 Agustus 2002. Perubahan keempat

MPR RI mengubah dan/atau menambah Pasal 2 ayat 1), Pasal

6A ayat (4), Pasal 8 ayat (3), Pasal 11 ayat (1), Pasal 16, Pasal

23B, Pasal 23D, Pasal 24 ayat (3), Bab XIV, Pasal 33 ayat (4)

dan (5), Pasal 34 ayat (1), (2), (3), dan (4), Pasal 37 ayat (1),

(2), (3), (4) dan (5), Aturan Peralihan Pasal I, II, dan III, Aturan

Tambahan Pasal I dan II UUD Negara RI 1945. Jadi, pada

perubahan keempat ini yang diamandemen sebanyak 13 pasal

serta 3 pasal Aturan Peralihan dan 2 Pasal Aturan Tambahan.


J. URGENSI DAN TANTANGAN UUD 1945 SEBAGAI KONSITUSI

NEGARA

Urgensi konstitusi atau UUD dalam suatu negara, sesuai dengan akar

historisnya di Dunia Barat adalah untuk menentukan batas wewenang

penguasa, menjamin hak rakyat dan mengatur jalannya pemerintahan.

JadI, mealui konstltusi atau UUD suatu negara akan dapat diketahui

tentang keberadaannya, baik bentuk kedaulatan maupun system

pemerintahannya. Oleh karena itu,negara dan konstltusi merupakan dua

Institusi yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Hal ini pula yang

menyebabkan tidak ada satu negara pun di dunia ini yang tidak

mempunyai konstitusi atau Undang-Undang Dasar. 14

Undang-Undang Dasar 1945 yang merupakan Konstitusi Negara

diperlukan untuk membatasi kekuasaan, membagi kekuasaan negara dan

memberi dan memberikan jaminan HAM bagi setiap warga negara.

Undang-Undang Dasar 1945 menjadi lebih baik mengingat ada 4 (empat )

kali Amandemen yang memilki muatan berisikan asas-asas ideologi

negara, cita-cita negara organisasi negara, HAM, prosedur mengubah

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 dan larangan

mengubah sifat tertentu dari Undang-Undang Dasar Negara Republik

1945.

Pada awal reformasi adanya tuntutan perubahan Undang Undang Dasar

1945 mengingat Undang-Undang Dasar 1945 tidak cukup memuat

landasan kehidupan berbangsa yang demokratis, pemberdayaan rakyat

serta penghormatan terhadap rakyat. Kemudian dalam tubuh Undang-

Undang Dasar 1945 terdapat pasal-pasal yang menimbulkan penafsiran


14
Sri Soemantri, 1987, M., Prosedur dan Sistem Perubahan Konstitusi,Bandung,Cetakan ke-6. Alumni, him. 1-2.
beragam (multitafsir), ini dapat memberikan kesempatan kepada

penyelenggara Negara menjadi otoriter, sentralistik, tertutup dan praktik

Korupsi Kolusi dan Nepotisme.

K. PENUTUP

Negara dan Konstitusi menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam

kehidupan bernegara. Mengingat Warga Negara dan Penyelenggara

Negara diatur dan dilindungi tindakannya oleh konstitusi.

Anda mungkin juga menyukai