Anda di halaman 1dari 54

BAB V

NEGARA HUKUM DAN KONSTITUSI

I. PENGERTIAN NEGARA
Negara merupakan suatu organisasi diantara sekelompok atau beberapa

kelompok manusia yang secara bersama-sama mendalami wilayah (trritorial) tertentu,

dengan mengakui adanya suatu pemerintahan yang mengurus tata tertib dan

keselamatan sekelompok atau beberapa kelompok manusia yang ada di wilayahnya.

Organisasi negara dalam suatu wilayah bukanalah satu-satunya organisasi, ada

beberapa organisasi-organisasi lain (keagamaan, kepartaian, kemasyarakatan dan

organisasi lainnya yang masing-masing memiliki kepribadian yang terlepas dari

masalah kenegaraan). Secara umum negara diartikan sebagai suatu organisasi utama

yang ada didalam suatu wilayah karena memiliki pemerintahan yang berwenang dan

mampu untuk ikut campur dalam banyak hal dalam bidang organisasi-organisasi

lainnya. Terdapat beberapa elemen yang berperan dalam membentuk negara. Elemen-

elemen tersebut adalah :

1. Masyarakat

Masyarakat adalah unsur terpenting dalam tatanan suatu negara. Masyarakat atau

rakyat merupakan suatu individu yang berkepentingan dalam suksesnya suatu tatanan

dalam pemerintahan. Pentingnya unsur rakyat dalam suatu negara tidak hanya

diperlukan dalam ilmu kenegaraan (staatsleer) tetapi juga perlu melahirkan apa yang

disebut ilmu kemasyarakatan (sosiologi), yaitu suatu ilmu pengetahuan baru yang

1
khusus menyelidiki, mempelajari hidup kemasyarakatan. Sosiologi merupakan ilmu

penolong bagi ilmu ketatanegaraan.

2. Wilayah (tutorial)

Suatu negara tidak dapat berdiri sendiri tanpa adanya suatu wilayah. Selain

pentingnya unsur wilayah dengan batas-batas yang jelas, penting pula keadaan khusus

wilayah yang bersangkutan, artinya apakah layak suatu wilayah itu masuk suaty negara

tertentu atau sebaliknya dipecah menjadi wilayah berbagai negara. Dan apabila

menegluarkan peraturan perundang-undangan hanya berlaku bagi orang-orang yang

berada di wilayah itu sendiri. Orang akan segera sadar jika berada dalam suatu negara

tertentu apabila melampaui batas-batas wilayahnya setelah berhadapan dengan aparat

(imigrasi negara) untuk memenuhi berbagai kewajiban yang di tentukan oleh wilayah

tersebut. Paul Renan (Prancis) menyatakan bahwa satu-satunya ukuran bagi suatu

masyarakat untuk menjadi suatu negara ialah keinginan bersatu (le desir deetre

ansemble). Otto Bauer menyatakan bahwa ukuran itu lebih diletakkan pada keadaan

khusus dari wilayah satu negara.

3. Pemerintahan

Ciri khusus dari pemerintahan dalam negara adalah pemerintah memiliki

kekuasaan atas semua anggota masyarakat yang merupakan penduduk suatu negara dan

dalam wilayah negara. Ada empat macam teori mengenai suatu kedaulatan, yaitu teori

kedaulatan tuhan., kedaulatan negara, kedaulatan hukum, dan kedaulatan rakyat.

2
a. Teori Kedaulatan Tuhan (Gods Souvereiniteit)

Teori kedaulatan Tuhan (Gods Souvereiniteit) menyatakan atau menganggap

kekuasaan pemerintah suatu negara diberikan oleh Tuhan. Contohnya kerajaan

Belanda, Raja atau Ratu secara resmi menamakan dirinya Raja atas kehendak Tuhan

bij de Gratie Gods, atau Ethiopia (Raja Haile Selasi) dinamakan Singa Penakluk dari

suku Yuda yang terpilih Tuhan menjadi Raja di Ethiopia.

b. Teori Kedaulatan Negara (Staats Souvereiniteit)

Teori kedaulatan Negara (Staats Souvereiniteit) menganggap sebagai suatu

axioma yang tidak dapat dibantah, yang artinya dalam suatu wilayah negara, negaralah

yang berdaulat. Inilah inti pokok dari semua kekuasaan yang ada dalam wilayah suatu

negara. Otto Mayer (dalam buku Deutsches Verwaltungsrecht) menyatakan kemauan

negara aadalah milik kekuasaan kekerasan menurut kehendak alam. Sementara itu

Jellinek dalam buku Algemeine Staatslehre menyatakan bahwa kedaulatan negara

sebagai pokok pangkal kekuasaan yang tidak diperoleh dari siapapun. Pemerintah

adalah Alat Negara.

c. Teori Kedaulatan Hukum (Rechts Souvereiniteit)

Teori kedaulatan Hukum (Rechts souvereiniteit) menyatakan semua kekuasaan

dalam negara berdasar atas hukum. Pelopor teori ini adalah H. Krabbe dalam buku Die

Moderne Staats Idee.

3
d. Teori Kedaulatan Rakyat (Volks aouvereiniteit)

Teori kedaulatan Rakyat (Volks aouvereiniteit), semua kekuasaan dalam suatu

negara didasarkan pada kekuasaan rakyat (bersama). J.J. Rousseau (Perancis)

menyatakan apa yang dikenal dengan kontrak sosial, suatu perjanjian antara seluruh

rakyat yang menyetujui Pemerintah mempunyai kekuasaan dalam suatu negara.

Di dalam perkembangan sejarah ketatanegaraan, 3 unsur negara menjadi 4

bahkan 5 yaitu rakyat, wilayah, pemerintahan, UUD (Konstitusi) dan pengakuan

Internasional (secara de facto maupun de jure).

II. PENGERTIAN KONSTITUSI

Konstitusi berarti pembentukan, yang berasal dari kata kerja Constituer

(Prancis) atau membentuk. Yang dibentuk adalah negara, yang mengandung arti awal

atau permulaan dari segala peraturan perundang-undangan tentang negara. Belanda

menggunakan istilah Grondwet yaitu berarti suatu undang-undang yang menjadi

dasar (grond) dari segala hukum. Indonesia menggunakan istilah Grondwet menjadi

Undang-Undang Dasar.

Dulu konstitusi digunakan sebagai petunjuk hukum penting biasanya biasanya

dikeluarkan oleh kaisar atau raja dan digunakan secara luas dalam hukum kanon untuk

menandakan keputusan subsitusi trtentu terutama dari Paus. Konstitusi pada umumnya

bersifat kondifaksi yaitu sebuah dokumen yang berisian aturan-aturan untuk

menjalankan suatu organisasi pemerintah negara, namun dalam pengertian ini,

konstitusi harus diartikan dalam arti tidak semuanya berupa dokumen tertulis (formal).

Tetapi menurut para ahli ilmu hukum maupun ilmu politik konstitusi harus

4
diterjemahkan termasuk kesepakatan politik, negara, kekuasaan, pengambilan

keputusan, kebijakan, dan distibusi maupun alokasi konstitusi bagi organisasi

pemerintah negara yang dimaksud terdapat beragam bentuk dan kompleksitas

strukturnya, terdapat konstitusi politik atau hukum akan tetapi mengandung pula arti

konstitusi ekonomi.

Kontitusi memuat aturan-aturan pokok (fundamental) yang menopang suatu

negara. Ada dua jenis konstitusi, yaitu konstitusi tertuis (Written Constitution) dan

konstitusi tidak tertulis (Unwritten Constitution). Yang diartikan seperti halnya

Hukum Tertulis (Geschreven Recht) yang temuat dalam undang-undang dan Hukum

Tidak Tertulis (Ongeschreven Recht) yang berdasar adat kebiasaan. Dalam karangan

Constitution of Nation, Amos J. Peaslee menyatakan hampir semua negara di dunia

mempunyai konstitusi tertulis, kecuali inggris dan kanada. Dibeberapa negara terdapat

dokumen yang menyerupai konstitusi, namun oleh negara tersebut tidak disebut sebagai

konstitusi. Dalam buku yang berjudul The Law and The Constitution, Ivor Jenning

menyebutkan didalam dokumen konstitusi tertulis yang dianut oleh negara-negara

tertentu mengartur tentang :

1. Adanya wewenang dan tata cara bekerja disuatu lembaga kenegaraan.

2. Adanya ketentuan hak asasi yang dimiliki oleh warga negara yang diakui dan

dilindungi oleh pemerintah.

Tidak semua lembaga-lembaga pemerintahan dapat diatur dalam poin 1 dan

tidak semua warga negara diatur dalam poin 2. Seperti halnya negara inggris. Dokumen-

dokumen yang tertulis hanya mengatur beberapa lembaga dan beberapa hak asasi yang

dimiliki oleh rakyat, satu dokumen dengan dokumen lainnya tidak sama. Ada konstitusi

5
yang materi muatannya sangat panjang dan sangat pendek. Kntitusi yang terpanjang

yaitu dinegara India yang mempunyai 394 pasal. Kemudian Amerika Latin seperti

Uruguay mempunyai 332 pasal, Nicaragua 328 pasal, Cuba mempunyai 286 pasal,

Panama mempunyai 271 pasal, Peru mempunyai 236 pasal, Brazil dan Colombia 286

pasal, selanjutnya di Asia Burma mempunyai 234 pasal, di Eropa Belanda mempunyai

210 pasal. Konstitusi terpendek adalah Spanyol yang mempunyai 36 pasal, Indonesia

mempunyai 37 pasal, Laos mempunyai 44 pasal, Guatemala mempunyai 45 pasal,

Ethiopia mempunyai 55, Ceylon mempunyai 91 pasal dan Finlandia mempunyai 95

pasal.

1. Tujuan Dari Konstitusi

Pada umumnya hukum bertujuan agar adanya tata tertib untuk keselamatan

masyarakat yang penuh dengan konflik antara berbagai kepentingan yang ada di tengah

masyarakat. Tujuan hukum tata negara pada dasarnya sama dan karena sumber utama

dari hukum tata negara adalah konstitusi atau Undang-Undang Dasar, akan lebih jelas

dapat dikemukakan tujuan konstitusi itu sendiri. Konstitusi juga memiliki tujuan hampir

sama dengan hukum, namun tujuan dari konstitusi lebih terkait dengan :

1. Berbagai lembaga-lembaga kenegaraan dengan wewenang dan tugasnya

masing-masing.

2. Hubungan antara lembaga negara.

3. Hubungan antara lembaga (pemerintah) dengan warga negara (rakyat).

4. Adanya jaminan atas hak asasi manusia.

5. Hal-hal lain yang sifatnya mendasar sesuai dengan tuntutan jaman.

6
Semakin banyak pasal-pasal yang terdapat di dalam suatu konstitusi tidak

menjamin bahwa konstitusi tersebut baik. Buktinya, banyak negara yang memiliki

lembaga-lembaga yang tidak tercantum di dalam konstitusi namun memiliki peran yang

tidak kalah penting dengan lembaga lembaga yang terdapat di dalam konstitusi.

Bahkan terdapat hak-hak asasi manusia yang diatur diluar konstitusi mendapat

perlindungan lebih baik dibandingkan dengan yang di atur di dalam konstitusi. Dengan

demikian banyak negara yang memiliki aturan-aturan tertulis diluar konstitusi memiliki

kekuatan yang sama dalam pasal-pasal yang terdapat pada konstitusi. Konstitusi selalu

terkait dengan paham konstitusionalisme. Walton H. Hamilton menyatakan

Constitutionalisme is the name given to the trust which men repose in the power of

words engrossed on parchment to keep a government in order. Untuk tujuan to keep a

government in order itu diperlukan pengaturan yang sedemikian rupa, sehingga

dinamika kekuasaan dalam proses pemerintahan dapat dibatasi dan dikendalikan

sebagaimana mestinya. Gagasan mengatur dan membatasi kekuasaan ini secara alamiah

muncul kareana adanya kebutuhan untuk merespon perkembangan peran relatif

kekuasaan umum dalam kehidupan umat manusia.t manusia.

2. Klasifikasi Konstitusi

Hampir semua negara memiliki konstitusi, namun antara negara satu

dengan negara lainya tentu memiliki perbedaan dan persamaan. Dengan demikian akan

sampai pada klasifikasi dari konstitusi yang berlaku di semua negara. Para ahli hukum

tata negara atau hukum konstitusi kemudian mengadakan klasifikasi berdasarkan cara

pandang mereka sendiri, antara lain K. C. Wheare, C. F. Strong, James Bryce dan lain-

7
lainnya. Dalam buku K. C Wheare Modern Constitution (1975) mengklasifikasi

konstitusi sebagai berikut :

a. Konstitusi tertulis dan tidak tertulis (Written Constitution and Unwritten

Constitution).

b. Konstitusi fleksibelitas dan konstitusi rigid (Flexible and Rigid Constitution).

Konstitusi flesibelitas memiliki ciri-ciri pokok:

a. Sifat elastis artinya dapat disesuaikan dengan mudah.

b. Dinyatakan dan dilakukan perubahan dengan mudah seperti mengubah

udang-undang.

c. Konstitusi derajat tinggi dan konstitusi derajat tidak tinggi (Supreme and Not

Supreme Constitution).

Konstitusi derajat tinggi, konstitusi yang mempunyai kedudukan tinggi

dalam negara (tingkat peraturan perundang-undang). Konstitusi tidak derajat

tinggi yaotu konstitusi yang tidak mempunyai kedudukan seperti yang pertama.

d. Konstitusi Negara Serikat dan Negara Kesatuan (Federal and Unitary

Constitution)

Bentuk negara akan sangat menentukan kostitusi negara yang

bersangkutan. Dalam suatu negara serikat terdapat pembagian kekuasaan antara

pemerintah federal (Pusat) dengan negara-negara bagian. Hal itu diatur dalam

kostitusinya. Pembagian kekuasaan seperti itu tidak diatur dalam konstitusi

negara kesatuan, karena pada dasarnya semua kekuasaan berada di tangan

pemerintah pusat.

8
e. Konstitusi Pemerintah Presidensial dan Pemerintah Parlementer (President

Executive dan Parliamentary Executive Constitution).

Dalam sistem pemerintahan presidensial (strong) terdapat ciri-ciri antara lain:

a. Presiden memiliki kekuasaan nominal sebagai kepala negara, tetapi juga

memiliki kedudukan sebagai Kepala Pemerintahan.

b. Presiden dipilih langsung oleh rakyat atau dewan pemilih.

c. Presiden tidak termasuk pemegang kekuasaan legislatif dan tidak dapat

memerintah pemilihan umum.

Berlakunya suatu konstitusi sebagai dasar hukum yang mengikat didasarkan atas

kekuasaan tertinggi atau prinsip kedaulatan yang dianut dalam suatu negara. Jika negara

itu menganut paham kedaulatan rakyat, maka sumber legitimasi konstitusi adalah

rakyat. Jika yang berlaku adalah paham kedaulatan raja, maka raja yang menentukan

berlaku tidaknya suatu konstitusi. Hal ini disebut para ahli sebagai constituent power

yang merupakan kewenangan yang diluar dan sekaligus diatas sistem yang diaturnya.

Karena itu, di lingkungan negara-negara demokrasi, rakyatlah yang dianggap

menentukan berlakunya suatu konstitusi.

Constituent Power mendahului konstitusi, dan konstitusi mendahului organisasi

pemerintahan yang diatur dan dibentuk berdasarkan konstitusi. Pengertian constituent

power berkaitan pula dengan pengertian hirarki hukum (hierarchy of law). Konstitusi

merupakan hukum yang lebih tinggi atau bahkan paling tinggi serta paling fundamental

sifatnya, karena konstitusi itu sendiri merupakan sumber legitimasi atau landasan

otorisasi bentuk-bentuk hukum atau peraturan-peraturan perundang-undangan lainnya.

9
Sesuai dengan prinsip hukum yang berlaku universal, maka agar peraturan-peraturan

yang tingkatannya berada di bawah Undang-Undang Dasar dapat berlaku dan

diberlakukan, peraturan-peraturan itu tidak boleh bertentangan dengan hukum yang

lebih tinggi tersebut. Dengan ciri-ciri konstitusi yang disebutkan oleh Wheare

Konstitusi Pemerintahan Presidensial dan pemerintahan Parlementer (President

Executive and Parliamentary Executive Constitution), oleh Sri Soemantri, Undang-

Undang Dasar 1945 (UUD 45) tidak termasuk kedalam golongan konstitusi

Pemerintahan Presidensial maupun pemerintahan Parlementer . Hal ini dikarenakan di

dalam tubuh UUD 45 mengndung ciri-ciri pemerintahan presidensial dan ciri-ciri

pemerintahan parlementer. Oleh sebab itu menurut Sri Soemantri di Indonesia

menganut sistem konstitusi campuran.

III. PANCASILA DAN KONSTITUSI DI INDONESIA

Seperti yang kita ketahui dalam kehidupan bangsa indonesia, pancasila

merupakan filosofische grondslag dan common platforms atau kalimatun sawa. Pada

masa lalu timbul suatu permasalahan yang mengakibatkan Pancasila sebagai alat yang

digunakan untuk mengesahkan suatu kekuasaan dan mengakibatkan Pancasila

cenderung menjadi ideologi tertutup. Hal ini dikarenakan adanya anggapan bahawa

pancasila berada diatas dan diluar konstitusi. Pancasila disebut sebagai konstitusi norma

fundamental negara (Staats Fundamental Norm) dan menggunakan teori Hans Kelsen

dan Hans Nawaiasky.

Teori Hans Kelsen yang mendapat banyak perhatian adalah hierarki norma

hukum dan rantai validitas yang membentuk piramida hukum (stufentheorie). Salah

10
seorang tokoh yang mengembangkan teori tersebut adalah murid Hans Kelsen, yaitu

Hans Nawiasky. Teori Nawiaky disebut dengan theorie von stufenufbau der

rechtsordnung. Susunan norma menurut teori tersebut adalah:

a. Norma fundamental negara (Staats Fundamental Norm)

b. Aturan dasar negara (staatsgrundgesetz)

c. Undang-undang formal (formell gesetz)

d. Peraturan pelaksanaan dan peraturan otonom (verordnung en autonome

satzung).

Staatsfundamentalnorm adalah norma yang merupakan dasar bagi

pembentukan konstitusi atau Undang-Undang Dasar (staatsverfassung) dari suatu

negara. Posisi hukum dari suatu Staatsfundamentalnorm adalah sebagai syarat bagi

berlakunya suatu konstitusi. Staatsfundamentalnorm ada terlebih dahulu dari konstitusi

suatu negara. Berdasarkan teori Nawiaky tersebut, A. Hamid S. Attamimi

membandingkannya dengan teori Kelsen dan menerapkannya pada struktur tata hukum

di Indonesia. Attamimi menunjukkan struktur hierarki tata hukum Indonesia dengan

menggunakan teori Nawiasky. Berdasarkan teori tersebut, struktur tata hukum

Indonesia adalah

a. Staatsfundamentalnorm: Pancasila (Pembukaan UUD 1945).

b. Staatsgrundgesetz: Batang Tubuh UUD 1945, Tap MPR, dan Konvensi

Ketatanegaraan.

c. Formell gesetz: Undang-Undang.

d. Verordnung en Autonome Satzung: Secara hierarkis mulai dari Peraturan

Pemerintah hingga Keputusan Bupati atau Walikota.

11
Penempatan pancasila sebagai suatu Staatsfundamentalnorm di kemukakan

pertama kali oleh Notonagoro. Posisi ini mengharuskan pembentukan hukum positif

adalah untuk mencapai ide-ide dalam Pancasila, serta dapat digunakan untuk menguji

hukum positif. Dengan ditetapkannya Pancasila sebagai Staatsfundamentalnorm maka

pembentukan hukum, penerapan, dan pelaksanaanya tidak dapat dilepaskan dari nilai-

nilai Pancasila. Dengan menempatkan pancasila sebagi Staatsfundamentalnorm, maka

kedudukan pancasila berada di atas undang-undang dasar. Pancasila tidak termasuk

dalam pengertian konstitusi, karena berada di atas konstitusi.

Yang menjadi pertanyaan mendasar sekarang adalah, apakah pancasila

merupakan staatsfundamentalnorm atau merupakan bagian dari konstitusi? Dalam

pidatonya, Soekarno menyebutkan dasar negara sebagai Philosofische grondslag

sebagai fondamen, filsafat, pikiran yang sedalam-dalamnya yang diatasnya akan

didirikan bangunan negara Indonesia. Soekarno juga menyebutnya dengan istilah

Weltanschauung atau pandangan hidup. Pancasila adalah lima dasar atau lima asas.

Jika masalah dasar negara disebutkan oleh Soekarno sebagai Philosofische

grondslag ataupun Weltanschauung, maka hasil dari persidangan-persidangan tersebut,

yaitu Piagam Jakarta yang selanjutnya menjadi dan disebut dengan Pembukaan UUD

1945, yang merupakan Philosofische grondslag dan Weltanschauung bangsa Indonesia.

Seluruh nilai-nilai dan prinsip-prinsip dalam Pembukaan UUD 1945 adalah dasar

negara Indonesia, termasuk di dalamnya Pancasila.

12
IV. HUBUNGAN NEGARA DENGAN KONSTITUSI

Berhubungan sangat erat, konstitusi lahir merupakan usaha untuk

melaksanakan dasar negara. Dasar negara memuat norma-norma ideal, yang

penjabarannya dirumuskan dalam pasal-pasal oleh UUD (Konstitusi) Merupakan satu

kesatuan utuh, dimana dalam Pembukaan UUD 45 tercantum dasar negara Pancasila,

melaksanakan konstitusi pada dasarnya juga melaksanakan dasar negara.

13
BAB VI
WAWASAN NUSANTARA DAN KETAHANAN NASIONAL

I. PENGERTIAN

Suatu bangsa dalam menyelengarakan kehidupannya tidak terlepas dari

pengaruh lingkungannya, yang didasarkan atas hubungan timbal balik atau kait-mengait

antara filosofi bangsa, idiologi, aspirasi, dan cita-cita yang dihadapkan pada kondisi

sosial. Masyarakat, budaya dan tradisi, keadaan alam dan wilayah serta pengalaman

sejarah.

Kata wawasan berasal dari bahasa Jawa yaitu wawas (mawas) yang artinya melihat atau

memandang, jadi kata wawasan dapat diartikan cara pandang atau cara melihat.

Kehidupan negara senantiasa dipengaruhi perkembangan lingkungan strategik sehinga

wawasan harus mampu memberi inspirasi pada suatu bangsa dalam menghadapi

berbagai hambatan dan tantangan yang ditimbulkan dalam mengejar kejayaanya.

Dalam mewujudkan aspirasi dan perjuangan ada tiga faktor. Penentu utama yang harus

diperhatikan oleh suatu bangsa :

1. Bumi/ruang dimana bangsa itu hidup.

2. Jiwa, tekad dan semangat manusia/rakyat.

3. Lingkungan.

14
II. LATAR BELAKANG

a. Falsafah Pancasila

Nilai-nilai pancasila mendasari pengembangan wawasan nusantara.

Nilai-nilai tersebut adalah :

Penerapan HAM (Hak Asasi Manusia), misalnya pemberian kesempatan

dalam menjalankan ibadah sesuai dengan agama yang dianutnya.

Mengutamakan pada kepentingan masyarakat dari pada kepentingan individu

dan golongan.

Pengambilan keputusan berdasarkan dalam musyawarah mufakat.

b. Aspek Kewiilayahan Nusantara

Aspek kewilayahan nusantara dalam hal ini pada pengaruh geografi karena

Indonesia kaya akan Sumber Daya Alam dan suku bangsa

c. Aspek Sosial Budaya

Aspek sosial budaya dimana dalam hal ini dapat terjadi karena Indonesia

terdapat ratusan suku bangsa yang keseluruhan memiliki adat istiadat, bahasa,

agama dan kepercayaan yang berbeda-beda, yang menjadikan tata kehidupan

nasional memiliki hubungan interaksi antara golongan karena dapat menyebabkan

konflik yang besar dari keberagaman budaya.

d. Aspek Sejarah

Dapat mengacuh kepada aspek sejarah karena Indonesia memiliki banyak

pengalaman sejarah yang tidak ingin terulangnya perpecahan dalam bangsa dan

15
negara Indonesia. Dimana kemerdekaan yang didapatkan merupakan hasil semangat

persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia, sehingga harus dipertahankan untuk

persatuan bangsa dan menjaga wilayah kesatuan Indonesia.

III. FUNGSI

Fungsi wawasan nusantara dibedakan dalam beberapa pandangan antara

lain sebagai berikut :

Fungsi wawasan nusantara sebagai konsepsi ketahanan nasional adalah sebagai

konsep dalam pembangunan, pertahanan keamanan dan kewilahayan.

Fungsi wawasan nusantara sebagai pembangunan nasional adalah mencakup

kesatuan politik, sosial dan ekonomi, sosial dan politik, dan kesatuan pertahanan

dan keamanan.

Fungsi wawasan nusantara sebagai pertahanan dan keamanan adalah pandangan

geopolitik Indonesia sebagai satu kesatuan pada seluruh wilayah dan segenap

kekuatan negara.

Fungsi wawasan nusantara sebagai wawasan kewilayahan adalah pembatasan

negara untuk menghindari adanya sengketa antarnegara tetangga.

IV. TUJUAN

Tujuan wawasan nusantara terdiri dari dua, yaitu:

1. Tujuan nasional, dapat dilihat dalam Pembukaan UUD 1945, dijelaskan bahwa

tujuan kemerdekaan Indonesia adalah untuk melindungi segenap bangsa

Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk mewujudkan

16
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut

melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian

abadi dan keadilan sosial.

2. Tujuan ke dalam adalah mewujudkan kesatuan segenap aspek kehidupan baik

alamiah maupun sosial, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan bangsa Indonesia

adalah menjunjung tinggi kepentingan nasional, serta kepentingan kawasan

untuk menyelenggarakan dan membina kesejahteraan, kedamaian dan budi luhur

serta martabat manusia di seluruh dunia.

V. IMPLEMENTASI / PENERAPAN

a. Kehidupan Politik

Pelaksanaan politik diatur dalam UU partai politik, pemilihan umum,

pemilihan presiden dimana pelaksanaannya sesuai hukum dan

mementingkan persatuan bangsa. Misalnya dalam pemilihan presiden, DPR,

dan kepala daerah harus menjalankan prinsip demokratis dan keadilan, agar

tidak menghancurkan persatuan dan kesatuan bangsa indonesia.

Pelaksanaan kehidupan bermasyarakat dan bernegara harus sesuai dengan

hukum yang berlaku di Indonesia tanpa pengecualian.

Mengembangkan sikap HAM dan pluralisme dalam mempersatukan dan

mempertahankan berbagai suku, agama, dan bahasa, sehingga terciptanya

dan menumbuhkan rasa toleransi.

Memperkuat komitmen politik dalam partai politik dan pada lembaga

pemerintahan untuk meningkatkan kebangsaan, persatuan dan kesatuan.

17
Meningkatkan peran Indonesia dalam dunia internasional dan memperkuat

korps diplomatik dalam upaya penjagaan wilayah Indonesia khususnya

pulau terluar dan pulau kosong.

b. Kehidupan Ekonomi

Harus sesuai berorientasi pada sektor pemerintahan, perindustrian, dan

pertanian.

Pembangunan ekonomi harus memperhatikan keadilan dan keseimbangan

antara daerah, sehingga dari adanya otonomi daerah dapat menciptakan

upaya dalam keadilan ekonomi.

Pembangunan ekonomi harus melibatkan partisipasi rakyat, seperti dengan

memberikan fasilitas kredit mikro dalam pengembangan usaha kecil.

c. Kehidupan Sosial

Mengembangkan kehidupan bangsa yang serasi antara masyarakat yang

berbeda, dari segi budaya, status sosial, maupun daerah.

Pengembangan budaya Indonesia untuk melestarikan kekayaan Indonesia,

serta dapat dijadikan kegiatan pariwisata yang memberikan sumber

pendapatan nasional maupun daerah.

d. Kehidupan Pertahanan dan Keamanan

Memberikan kesempatan kepada setiap warga negara untuk beperan aktif

karena merupakan kewajiban setiap warga negara seperti meningkatkan

18
kemampuan disiplin, memelihara lingkungan, dan melaporkan hal-hal

yang mengganggu kepada aparat dan belajar kemiliteran.

Membangun rasa persatuan dengan membangun rasa solidaritas dan

hubungan erat antara warga negara berbeda daerah dengan kekuatan

keamanan agar ancaman suatu daerah atau pulau menjadi ancaman bagi

daerah lain untuk membantu daerah yang diancam tersebut.

Membangun TNI profesional dan menyediakan sarana dan prasarana bagi

kegiatan pengamanan wilayah Indonesia, khususnya pulau dan wilayah

terluar Indonesia.

VI. KEDUDUKAN

Dalam paradigma nasional, kedudukan wawasan nusantara adalah sebagai

berikut :

Pancasila sebagai falsafah, ideologi bangsa dan dasar negara berkedudukan

sebagai landasan idil.

UUD 1945 adalah landasan konstitusi negara yang berkedudukan sebagai

landasan konstitusional.

Sebagai visi nasional yang berkedudukan sebagai landasan visional.

Ketahanan nasional sebagai konsepsi nasional yang berkedudukan sebagai

landasan konsepsional

19
GBHN (Garis-Garis Besar Haluan Negara) sebagai politik dan strategi

nasional atau sebagai kebijakan dasar nasional yang berkedudukan sebagai

landasan operasional.

VII. LANDASAN

Wawasan nusantara dilandasi dengan dua landasan antara lain :

Landasan Idil adalah Pancasila.

Landasan Konstitusional adalah UUD 1945.

VIII. ASAS

Asas wawasan nusantara adalah ketentuan dasar yang harus dipatuhi, ditaati,

dipelihara demi mewujudkan ketaatan dan kesetiaan kepada setiap komponen atau

unsur pembentuk bangsa Indonesia (golongan/suku) terhadap kesepakatan

(commitmen) bersama. Macam-macam asas wawasan nusantara adalah sebagai berikut:

Kepentingan/tujuan yang sama

Keadilan

Kejujuran

Solidaritas

Kerja sama

Kesetiaan terhadap kesepakatan

20
IX. HAKIKAT

Hakikat wawasan nusantara adalah hakikat yang selalu utuh dengan menyeluruh

dalam lingkup nusantara untuk kepentingan nasional, tanpa menghilangkan

kepentingan lainnya seperti kepentingan daerah, golongan, dan perorangan.

X. DASAR HUKUM

Dasar hukum wawasan nusantara diterima sebagai konsepsi politik

kewarganegaraan yang tercantum dalam dasar-dasar hukum antara lain sebagai berikut:

Tap MPR. No. IV/MPR/1973 pada tanggal 22 maret 1973.

Tap MPR. No IV/1978/22/Maret/1978/ tentang GBHN.

Tap MPR. No. II/MPR/1983/12/Maret/1983.

KETAHANAN NASIONAL

I. PENGERTIAN

Ketahanan Nasional Indonesia adalah kondisi dinamik bangsa Indonesia yang

meliputi segenap aspek kehidupan nasional yang terintegrasi, berisi keuletan dan

ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional,

dalam menghadapi dan mengatasi segala ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan

baik yang datang dari luar maupun dari dalam, yang langsung maupun tidak langsung,

yang membahayakan kehidupan nasional untuk menjamin identitas, integritas,

kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan mencapai Tujuan Nasionalnya.

21
II. LANDASAN

Landasan Ideal, yaitu Pancasila

Landasan Konstitusional, yaitu UUD 1945

Landasan Visional, yaitu Wawasan Nusantara

Landasan Konsepsional, yaitu Ketahanan Nasional

Landasan Operasional, yaitu Dokumen Rencana Pembangunan

(RPJMN/RPJMD)

III. ASAS-ASAS

a. Asas Kesejahteraan dan Keamanan

Kesejahteraan dan keamanan dapat dibedakan tetapi tidak dapat

dipisahkan dan merupakan kebutuhan manusia yang mendasar dan esensial, baik

sebagai perorangan maupun kelompok dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara.

b. Asas Komprehensif Integral atau Menyeluruh Terpadu

Ketahanan nasional mencakup ketahanan segenap aspek kehidupan

bangsa secara utuh, menyeluruh dan terpadu.

c. Asas Mawas ke Dalam dan Dawas ke Luar

Sistem kehidupan nasional merupakan perpaduan segenap aspek

kehidupan bangsa yang saling berinteraksi. Mawas ke dalam bertujuan

menumbuhkan hakikat, sifat dan kondisi kehidupan nasional itu sendiri. Mawas

ke luar bertujuan untuk dapat mengantisipasi dan ikut berperan serta menghadapi

dan mengatasi dampak lingkungan strategis luar negeri.

22
d. Asas Kekeluargaan

Mengandung keadilan, kearifan, kebersamaan, kesamaan, gotong rotong,

tenggang rasa dan tanggung jawab dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa

dan bernegara.

IV. SIFAT-SIFAT

a. Mandiri

Ketahanan nasional bersifat percaya pada kemampuan dan kekuatan

sendiri dengan keuletan dan ketangguhan yang mengandung prinsip tidak mudah

menyerah serta bertumpu pada identitas, integritas dan kepribadian bangsa.

b. Dinamis

Ketahanan nasional tidaklah tetap melainkan dapat meningkat dan atau

menurun tergantung pada situasi dan kondisi bangsa dan negara serta kondisi

lingkungan strategisnya.

c. Wibawa

Makin tinggi tingkat ketahanan nasional Indonesia makin tinggi pula nilai

kewibawaan nasional yang berarti makin tinggi tingkat daya tangkal yang

dimiliki bangsa dan negara Indonesia.

d. Konsultasi dan Kerjasama

Konsepsi ketahanan nasional Indonesia tidak mengutamakan sikap

konfrontatif dan antagonis, tidak mengandalkan kekuasaan dan kekuatan fisik

semata tetapi lebih pada sikap konsultatif dan kerjasama serta saling menghargai

dengan mengandalkan pada kekuatan moral dan kepribadian bangsa

23
V. KEDUDUKAN DAN FUNGSI

Ketahanan nasional merupakan suatu ajaran yang diyakini kebenarannya oleh

seluruh bangsa Indonesia serta merupakan cara terbaik yang perlu di implementasikan

secara berlanjut dalam rangka membina kondisi kehidupan nasional yang ingin

diwujudkan, wawasan nusantara dan ketahanan nasional berkedudukan sebagai

landasan konseptual, yang didasari oleh Pancasila sebagai landasan ideologi dan UUD

sebagai landasan konstisional dalam paradigma pembangunan nasional.

Adapun fungsi dari ketahan nasional yaitu sebagai berikut :

Ketahanan nasional Indonesia berfungsi sebagai doktrin dasar nasional.

Ketahanan nasional Indonesia berfungsi sebagai metode pembinaan kehidupan

nasional.

Konsepsi ketahanan nasional dalam fungsinya sebagai pola dasar pembangunan

nasional.

VI. CIRI-CIRI

Untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan mengembangkan kehidupan,

maka suatu negara perlu pertahanan menghadapi dan mengatasi tantangan, ancaman

dari luar maupun dari dalam negeri. Di dasarkan pada metode astagrata; seluruh aspek

kehidupan nasional tercermin dalam sistematika astagarata yang terdiri atas 3 aspek

alamiah (trigatra) yang meliputi geografi, kekayaan alam, dan kependudukan dan lima

aspek sosial (pancagatra) yang meliputi ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan

pertahanan keamanan.

24
VII. HAKIKAT

Hakikat Ketahanan Nasional Indonesia adalah kondisi kemampuan dan kekuatan

bangsa untuk dapat menjamin kelangsungan hidup dan mengembangkan kesejahteraan

nasional bangsa dan negara dalam mencapai Tujuan Nasional.

VIII. LEMBAGA-LEMBAGA

Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) adalah Lembaga Pemerintah Non

Departemen Indonesia yang bertugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang

pengkajian dan pendidikan strategik ketahanan nasional.

Lembaga Ketahanan Nasional yang sebelumnya bernama Lembaga Pertahanan

nasional berdiri pada tanggal 20 Mei 1965 berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor

37 Tahun 1964 dan berada langsung di bawah Presiden.

Pada tahun 1983, lembaga ini berubah nama menjadi Lembaga Ketahanan

Nasional, yang berada di bawah Panglima ABRI.

Pada tahun 1994 lembaga ini berada langsung di bawah Menteri Pertahanan dan

Keamanan.

Sejak tahun 2001, Lemhannas merupakan Lembaga Pemerintah Non

Departemen yang bertanggung jawab kepada Presiden.

25
BAB VII

KEWARGANEGARAAN, HAK DAN KEWAJIBAN DAN BELA


NEGARA

I. PENGERTIAN HAK DAN KEWAJIBAN BELA NEGARA

Seseorang memperoleh hak setelah melaksanakan kewajiban. Pembelaan negara

atau bela negara adalah tekad, sikap dan tindakan warga negara yang teratur,

menyeluruh, terpadu dan berlanjut yang dilandasi oleh kecintaan pada tanah air serta

kesadaran hidup berbangsa dan bernegara. Bagi warganegara Indonesia, usaha

pembelaaan negara dilandasi oleh kecintaan pada tanah air (wilayah Nusantara) dan

kesadaran berbangsa dan bernegara Indonesia dan keyakinan pada Pancasila sebagai

dasar negara serta berpijak pada UUD 1945 sebagai konstitusi negara.

Wujud dari usaha bela negara adalah kesiapan dan kerelaan setiap warganegara

untuk berkorban demi mempertahankan kemerdekaan, kedaulatan negara, persatuan

dan kesatuan bangsa Indonesia, keutuhan wilayah Nusantara dan yuridiksi nasional,

serta nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945.

II. ASAS DEMOKRASI DALAM PEMBELAAN NEGARA

Berdasarkan pasal 27 ayat (3) dalam Perubahan Kedua UUD 1945, bahwa usaha

bela negara merupakan hak dan kewajiban setiap warganegara. Hal ini menunjukkan

adanya asas demokrasi dalam pembelaan negara yang mencakup dua arti, yaitu:

26
1. Bahwa setiap wargannegara turut serta dalam menentukan kebijakan tentang

pembelaan negara melalui lembaga-lembaga perwakilan sesuai dengan UUD 1945

dan perundang-undangan yang berlaku.

2. Bahwa setiap warganegara harus turut serta dalam setiap usaha pembelaan negara,

sesuai dengan kemampuan dan profesinya masing-masing.

III. MOTIVASI DALAM PEMBELAAN NEGARA

Usaha pembelaan negara bertumpu pada kesadaran setiap warganegara akan hak

dan kewajibannya. Kesadarannya demikian perlu ditumbuhkan melalui proses motivasi

untuk mencintai tanah air dan untuk ikut serta dalam pembelaan negara. Proses motivasi

untuk membela negara dan bangsa akan berhasil jika setiap warga memahami

keunggulan dan kelebihan negara dan bangsanya. Di samping itu setiap warga negara

hendaknya juga memahami kemungkinan segala macam ancaman terhhadap eksistensi

bangsa dan negara Indonesia. Dalam hal ini ada beberapa dasar pemikiran yang dapat

dijadikan sebagai bahan motivasi setiap warga negara untuk ikut serta membelanegara

Indonesia.

1. Pengalaman sejarah perjuuangan RI

2. Kedua wilayah geografis Nusantara yang strategis

3. Keadaan penduduk (demografis) yang besar

4. Kekayaan sumber daya alam

5. Perkembangan kemajuan IPTEK di bidang persenjataan

6. Kemungkinan timbulnya bencana perang

27
IV. ALASAN BAHWA NEGARA WAJIB DIBELA OLEH WARGANYA

1. Negara Memiliki Seluruh Bangsa Indonesia dan Melindungi Seluruh Bangsa

Indonesia

Pada pembukaan UUD 1945, alinea keempat tersebut mengungkapkan

pentingnya pertahanan dan keamanan negara. Ada dua pokok isi yang terkandung di

dalamnya yaitu :

Melindungi segenap bangsa Indonesia dan sluruh tumpah darah Indonesia.

Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian

abadi dan keadilan sosial.

Dengan demikian, pemerintah harus melindungi bangsa dan negara dari segala

ancaman, baik dari dalam maupun dari luar. Untuk dapat melindungi rakyatnya dari

berbagai gangguan dan ancaman yang dating dari dalam maupun dari luar negara

memiliki perlengkapan atau alat-alat negara seperti TNI ( Tentara Nasional Indonesi )

yang memiliki persenjataan lengkap baik angkatan darat, laut maupun udara, tetapi

usaha melindungi rakyat tersebut tidak akan memiliki arti banyak tanpa partisipasi dari

warga negara.

2. Negara Mewajibkan Warga Negaranya untuk Melakukan Bela Negara

Alasan yang melandasinya, yaitu:

Bela negara merupakan wujud kecintaan warga negara kepada Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

28
Bangsa Indonesia menentang berbagai bentuk penjajahan dan menganut

politik luar negeri bebas aktif. Bentuk perlawanan Indonesia dalam rangka

membela kemerdekaan dan kedaulatannyabersifat kerakyatan, kesemestaan,

dan kewilayahan.

Upaya bela negara selain sebagai kewajiban dasar manusia juga merupakan

kehormatan bagi setiap warga negara yang dilaksanakan dengan penuh

kesadaran, tanggung jawab, dan rela berkorban dalam mengabdi kepada

negara dan bangsa.

Bangsa Indonesia cinta perdamaian, tetapi lebih cinta kemerdekaan dan

kedaulatannya.

V. BERBAGAI ANCAMAN YANG MEMBAHAYAKAN KESELAMATAN

NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

Pasal 1 ayat 1 UU No. 3 Tahum 2002 menegaskan bahwa TNI merupakan

komponen utama dalam pertahanan negara. Pertahanan negara adalah segala usaha

untuk mempertahankan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara kesatuan Republik

Indonesia, dan keselamatan segenap bangsa dari ancaman dan gangguan terhadap

keutuhan bangsa dan negara. Sedangkan ancaman adalah setiap usaha dan kegiatan baik

dari dalam negeri maupun luar negeri yang dinilai membahayakan kedaulatan negara,

keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa. Jenis ancaman dibedakan

menjadi dua yaitu ancaman militer yang dihadapi oleh TNI sebagai komponen utama

29
dan ancaman non militer yang dihadapi oleh lembaga pemerintahan di luar bidang

pertahanan didukung unsur lain sebagai kekuatan bangsa.

VI. PENTINGNYA USAHA PEMBELAAN NEGARA

Usaha pembelaan negara memiliki arti yang sangat penting karena usaha

pembelaan negara akan dapat:

Mewujudkan keamanan dan ketertiban di seluruh wilayah negara (wilayah

Indonesia).

Menjamin kelancaran penyelenggaraan negara/pemerintah.

Mendorong kelancaran pelaksanaan pembangunan nasional.

Menjamin ketenangan kehidupan warga negara sehingga semangat untuk

melaksanakan pembangunan.

Meningkatkan rasa cita terhadap tanah air dan bangsa.

Meningkatkan harga diri sebagai bangsa(bangsa lain tidak

menghina/mengabaikan).

Menghilangkan segala bentuk kejahatan terhadap bangsa dan negara misalnya

sparatisme, pemberontakan, teroris, sabotase dll.

Menjamin tetap tegaknya suatu negara serta kelangsungan hidup bangsa dalam

hidup benegara.

Menanggulangi berbagai ancaman yang dating dari dalam dan dari luar.

Membangkitkan semangat kepahlawanan terutama kerelaan berkorban untuk

bangsa dan Negara.

Menjamin stabilitas nasional.

30
VII. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TENTANG WAJIB BELA

NEGARA

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu: Pasal 27

ayat (3) Amandemen kedua UUD 1945

Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan

negara. Pasal 30 ayat 1, 2, 3, 4, dan 5 Amandemen kedua UUD 1945.

2. Ketetapan MPR RI Nomor VI / MPR / 2000 tentang Pemisahan TNI

Salah satu dari tuntutan reformasi, MPR membuat sebuah ketetapan yang

berisi tentang pemisahan TNI dan Porli. Lahirnya ketetapan ini dilatar belakangi

oleh kerancuan dan tumpang tindih peran TNI sebagai kekuatan pertahanan

negara dengan peran dan tugas kepolisian negara RI sebagai kekuatan keamanan

ketertiban masyarakat.

3. Ketetapan MPR RI Nomor VII / MPR / 2000 tentang Peran TNI dan Polri

Ketetapan ini terdiri atas 2 bab yaitu bab 1 tentang TNI (Tentara Nasional

Indonesia ) dan bab 2 tentang Polri ( Kepolisian anaegara Republik Indonesia ).

Dalam Bab 1, jati diri dan peran TNI diuraikan dalam pasal 1 dan 2.

4. Pasal 1 : Jati diri TNI

1) Tentara Nasional Indonesia merupakan bagian dari rakyat, lahir dan

berjuang bersama rakyatdemi membela kepentingan negara.

2) Tentara Nasional Indonesia berperan sebagai komponen pertama

dalam sistem pertahanan negara.

31
3) Tentara Nasional Indonesia wajib memiliki kemampuan dan

keterampilan secara professional sesuai dengan peran dan fungsinya.

5. Pasal 2 : Peran TNI

1) Tentara Nasional Indonesia merupakan alat negara yang berperan

sebagai alat pertahanan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2) Tentara Nasional Indonesia sebagai alat pertahanan negara, bertugas

pokok menegakkan kedaulatan negara, keutuhan wilayah Negara

Kesatuan Republik Indonesia yang bedasarkan Pancasila dan Undang-

Undang Dasar 1945, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh

tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap

keutuhan bangsa dan negara.

3) Tentara Nasional Indonesia melaksanakan tugas negara dalam

penyelanggaraan wajib militer bagi warga negara yang diatur dengan

Undang-Undang.

6. Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara RI

7. Menurut pasal 2 UU RI No. 2 Tahun 2002 dijelaskan bahwa fungsi kepolisian

adalah salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan

dan ketertiban masyarakat, penegakan hokum, perlindungan, pengayoman, dan

pelayanan kepada masyarakat.

8. Undang-Undang RI Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara

9. Undang-Undang No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara. Undang-Undang

ini menggantikan Undang-Undang No. 20 Tahun 1982 tentang Ketentuan-

Ketentuan Pokok Pertahanan Keamanan Negara Republik Indonesia.

32
10. Di dalam ketentuan umum UU No. 3 Tahun 2002 ini, antara lain:

1) Pertahanan negara adalah segala usaha untuk mempertahankan

kedaulatan negara, keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia, dan keselamatan segenap bangsa dari ancaman dan

gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara.

2) Sistem pertahanan negara adalah sistem pertahanan yang bersifat

semesta yang melibatkan seluruh warga negara, wilayah dan sumber

daya nasional lainnya, serta dipersiapkan secara dini oleh pemerintah

dan diselenggarakan secara total, terpadu, terarah, dan berlanjut untuk

menegakkan kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan

segenap bangsa dari segala ancaman.

3) Sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta adalah sistem

pertahanan dan keamanan seluruh rakyat dan komponen-komponen

yang ada (fasilitas negara dan sumber daya alam).

VIII. CONTOH-CONTOH TINDAKAN YANG MENUNJUKKAN UPAYA

PEMBELAAN NEGARA

1. Yang dilakukan TNI (Tentara Nasional Indonesia) adalah membela dan

mempertahankan negara dari:

Ancaman Agresi Belanda pertama dan kedua.

33
Ancaman gerakan federalis dan sparatis APRA, RMS, PRRI /

PERMESTA, Papua merdeka, separatis Aceh (GSA), melawan PKI, DI /

TII dan sebagainya.

2. POLRI telah melakukan upaya membela negara terutama yang berkaitan dengan

ancaman yang mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat seperti

kerusuhan, penyalahgunaan narkotik, konflik komunal, dan sebagainya.

3. Yang dilakukan oleh selain TNI dan POLRI yaitu: Kelaskaran yang kemudian

dikembangkan menjadi barisan cadangan pada periode perang kemerdekaan RI.

Pada periode perang kemerdekaan II pada organisasi Pasukan Gerilya Desa

(Pager Desa) termasuk mobilisasi pelajar (Mobpel) sebagai bentuk

perkembangan dari bariisan cadangan. Periode tahun 1958 1960 muncul

organisasi Keamanan Desa (OKD) dan organisasi Perlawanan Rakyat (OPR)

yang merupakan kelanjutan Pager Desa. Pada tahun 1961 dibentuk Hansip,

Wanra, Kamra sebagai bentuk penyempurnaan dari OKD / OPR. Perwira

cadangan yang dibentuk sejak tahun 1993. Kemudian berdasarkan UU No. 20

Tahun 1982 ada organisasi yang disebut Rakyat Terlatih dan anggota

perlindungan Masyarakat (LINMAS). Selain itu, terdapat pula tindakan upaya

membela negara yang dilakukan secara berencana melalui organisasi profesi,

seperti antara lain Tim SAR untuk mencari dan menolong korban bencana alam,

PMI, dan para medis. Selain melalui kegiatan organisasi, tindakan upaya

membela negara dapat dilakukan secara individu, misalnya sikap dan perilaku

34
nasionalisme, patriotisme, dan membela keyakinan pada Pancasila dan UUD

1945.

IX. PERAN SERTA DALAM USAHA PEMBELAAN NEGARA

1. Makna Peran Serta dalam Usaha Pembelaan Negara

Peran serta memiliki makna ikut berpartisipasi (aktif / tidak tinggal diam) atau

melibatkan diri dalam kegiatan. Sedangkan pembelaan negara dapat diartikan

sebagai upaya mempertahankan, menjaga / memelihara negara agar tetap tegak dan

jaya atau memiliki ketahanan nasional yang tinggi. Ketahanan nasional dapat

diartikan sebgai kemampuan dan ketangguhan suatu bangsa di dalam menghadapi

segala ancaman, gangguan, rintangan dan hambatan yang berasal dari dalam negeri

ataupun luar negeri demi kelangsungan hidup bangsa serta kejayaan bangsa.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa peran serta warga negara dalam

usaha pembelaan negara adalah segala bentuk kegiatan warga negara yang berupaya

untuk mempertahankan negara dan segala ancaman, gangguan, hambatan dan

rintangan yang berasal dari dalam negeri atau luar negeri demi kelangsungan

hidupserta kejayaan negara. Kegiatan-kegiatan ini meliputi kegiatan-kegiatan yang

positif berupa kegiatan langsung turut serta atau tidak langsung (memberi dukungan

materiil / spirituil) terhadap segala upaya yang dampaknya dapat memperkokoh

berdirinya negara dan menanggulangi segala ancaman terhaadap keutuhan negara.

2. Sikap terhadap Pihak-Pihak Tertentu yang Ingin Mengahancurkan Negara

Kesatuan Republik Indonesia

35
Mengawasi kegiatan mereka agar tidak melakukan kegiatan-kegiatan-

kegiatan yang dapat memebahayakan keselamatan Negara Kesatuan

Republik Indonesia.

Memberikan nasihat agar pihak-pihak tersebut segera sadar sehingga

memiliki kesetiaan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Melaporkan kepada yang berwajib apabila ada pihak-pihak yang ingin

menghancurkan NKRI. Apabila diberi peringatan tidak mengindahkan,

diambil tindakan tegas oleh aparatur negara. Membentu pemerintah dalam

mengambil tindakan tegas terhadap pihak-pihak yang menghancurkan

bangsa.

3. Perwujudan Sikap Bela Negara yang Harus Diterapkkan dalam Kehidupan

Sehari-hari

a. Rasa Memiliki

Ikut membina dan melestarikan alam sekitar, barang milik negara, situs

peninggala sejarah, serta seni budaya daerahnya.

Tidak merusak seni daerah, etika dan estetika yang berlaku.

b. Rela Berkorban

Suka memberi bantuan kepada orang lain.

Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.

Menghindari sikap egois dan masa bodoh.

Selalu memberi perhatian pada kepentingan umum.

36
Terbiasa bersikap mengutamakan kepentingan orang lain daripada

kepentingan sendiri.

c. Setia terhadap Bangsa dan Negara

Mendahulukan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan

pribadi / golongan.

Setiap terhadap ideologi negara, konstitusi negara, segala peraturan

perundang-undangan.

Membela negara jika diancam musuh.

Menghormati lambang-lambang kadaulatan negara.

Mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

d. Cinta Tanah Air

Tidak mementingkan rasa pamrih dan berbakti pada nusa dan bangsa.

Mencintai bagsa dan budaya bangsa.

Bangga sebagai bangsa Indonesia yang bertanah air Indonesia.

Menegembangkan pergaulan yang dapat meningkatkan persatuan dan

kesatuan bangsa yang berbhineka tunggal ika.

Rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara.

4. Contoh-Contoh Perilaku Warga Negara yang Menunjukkan Partisipasi dalam

Upaya Membela Negara

Ikut membantu pihak penegak hukum dalam mencari dan menangkap

pelaku kejahatan.

37
Menjunjung tinggi kedaulatan negara dan kewajiban pemerintah.

Menjaga dan menghormati lambang-lambang kedaulatan negara

misalnya lambang negara dan bendera negara.

Membantu dan meringankan para korban bencana alam, misal dengan

memberi bantuan kemanusiaan, evakuasi para korban, dukungan moral,

memberi tempat tinggal sementara.

Melestarikan sumber daya alam dengan cara menanam tumbuhan,

mengadakan penghijauan / reboisasi, tidak merusak lingkungan.

Memerangi segala bentuk kejahatan narkotika dan sejenisnya dengan

tidak memproduksi, mengedarkan dan mengkonsumsinya.

Menciptakan dan memelihara kebersihan dan di rumah dan lingkungan

sekitar.

Mencegah dan mengobati timbulnya penyakit di lingkungan sekitar.

Ikut mengawasi keamanan wilayahnya masing-masing, contoh dengan

kegiatan ronda.

Melaporkan segala kegiatan yang dianggap mencurigakan, meresahkan

dan mengancam keamanan warga kepada pihak terkait.

38
BAB VIII
PENDIDIKAN ANTI KORUPSI

I. PENGERTIAN DARI KORUPSI

Korupsi atau rasuah (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang

bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok) adalah tindakan

pejabat publik, baik politisi maupunpegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat dalam

tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak legalmenyalahgunakan kepercayaan

publik yang dikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan keuntungan sepihak.

Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar memenuhi

unsur-unsur sebagai berikut:

perbuatan melawanhukum,

penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana,

memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi, dan

merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.

Jenis tindak pidana korupsi di antaranya, namun bukan semuanya, adalah

memberi atau menerima hadiah atau janji (penyuapan),

penggelapan dalam jabatan,

pemerasan dalam jabatan,

ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara), dan

menerimagratifikasi (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara).

39
Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah penyalahgunaan jabatan

resmi untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintah|pemerintahan rentan

korupsi dalam prakteknya. Beratnya korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan

dalam bentuk penggunaan pengaruh dan dukungan untuk memberi dan menerima

pertolongan, sampai dengan korupsi berat yang diresmikan, dan sebagainya. Titik ujung

korupsi adalah kleptokrasi, yang arti harafiahnya pemerintahan oleh para

pencuri, dimana pura-pura bertindak jujur pun tidak ada sama sekali.

Korupsi yang muncul di bidang politik dan birokrasi bisa berbentuk sepele atau

berat, terorganisasi atau tidak. Walau korupsi sering memudahkan kegiatan kriminal

seperti penjualan narkotika, pencucian uang, dan prostitusi, korupsi itu sendiri tidak

terbatas dalam hal-hal ini saja. Untuk mempelajari masalah ini dan membuat solusinya,

sangat penting untuk membedakan antara korupsi dan kejahatan.

Tergantung dari negaranya atau wilayah hukumnya, ada perbedaan antara yang

dianggap korupsi atau tidak. Sebagai contoh, pendanaan partai politik ada yang legal di

satu tempat namun ada juga yang tidak legal di tempat lain.

II. KONDISI YANG MENDUKUNG MUNCULNYA KORUPSI

Konsentrasi kekuasaan di pengambil keputusan yang tidak bertanggung jawab

langsung kepada rakyat, seperti yang sering terlihat di rezim-rezim yang bukan

demokratik.

Kurangnya transparansi di pengambilan keputusan pemerintah

Kampanye-kampanye politik yang mahal, dengan pengeluaran lebih besar dari

pendanaan politik yang normal.

Proyek yang melibatkan uang rakyat dalam jumlah besar.

40
Lingkungan tertutup yang mementingkan diri sendiri dan jaringan teman lama.

Lemahnyaketertiban hukum.

Lemahnyaprofesi hukum.

Kurangnyakebebasan berpendapat atau kebebasan media massa.

Gaji pegawai pemerintah yang sangat kecil.

Mengenai kurangnya gaji atau pendapatan pegawai negeri dibanding dengan

kebutuhan hidup yang makin hari makin meningkat pernah di kupas oleh B

Soedarsono yang menyatakan antara lain pada umumnya orang menghubung-

hubungkan tumbuh suburnya korupsi sebab yang paling gampang dihubungkan

adalah kurangnya gaji pejabat-pejabat.. namun B Soedarsono juga sadar bahwa

hal tersebut tidaklah mutlak karena banyaknya faktor yang bekerja dan saling

memengaruhi satu sama lain. Kurangnya gaji bukanlah faktor yang paling

menentukan, orang-orang yang berkecukupan banyak yang melakukan korupsi.

Namun demikian kurangnya gaji dan pendapatan pegawai negeri memang faktor

yang paling menonjol dalam arti merata dan meluasnya korupsi di Indonesia, hal ini

dikemukakan oleh Guy J Parker dalam tulisannya berjudul Indonesia 1979: The

Record of three decades (Asia Survey Vol. XX No. 2, 1980 : 123). Begitu pula J.W

Schoorl mengatakan bahwa di Indonesia di bagian pertama tahun 1960 situasi

begitu merosot sehingga untuk sebagian besar golongan dari pegawai, gaji sebulan

hanya sekadar cukup untuk makan selama dua minggu. Dapat dipahami bahwa

dalam situasi demikian memaksa para pegawai mencari tambahan dan banyak

diantaranya mereka mendapatkan dengan meminta uang ekstra untuk pelayanan

41
yang diberikan. ( Sumber buku Pemberantasan Korupsi karya Andi Hamzah,

2007)

Rakyat yang cuek, tidak tertarik, atau mudah dibohongi yang gagal memberikan

perhatian yang cukup ke pemilihan umum.

Ketidakadaannya kontrol yang cukup untuk mencegah penyuapan atau sumbangan

kampanye.

III. JENIS-JENIS TINDAKAN KORUPSI

Dalam melaksanakan tugas atau melakukan kegiatan usaha banyak hal yang terjadi.

Para pegawai dalam melaksanakan tugasnya lalai, kinerjanya tidak baik dan kurang

disiplin. Hal ini merupakan suatu pelanggaran yang bisa dikatagorikan korupsi. Para

pengusaha atau para perilaku ekonomi lain dalam melaksanakan kegiatannya banyak

melakukan hal tidak terpuji yang dicapai untuk mencapai keuntungan dengan cara-cara

seperti :

Pengusaha, untuk mendapatkan izin usaha dengan cepat bersedian membayar

kepada petugas pengurusan perizinan walaupun diluar ketentuan

Pegawai, yang mutasi bersedia membayar harga pengurusan surat-surat

mutasinya kepada petugas di instansi yang bersangkutan walaupun tidak ada

aturan dan ketentuannya

Pelamar kerja, demi bisa diterima bersedia membayar kepada pejabat atau

petugas yang bersedia mengusahakan agar bisa diterima padahal itu diluar

ketentuan

Berdasarkan contoh perilaku di atas baik yang dilakukan oleh orang yang

42
dilayani maupun oleh petugas sebagai pelayan keduanya melanggar aturan.

Karena dari perilaku tersebut muncul bibit-bibit korupsi yang tidak terasa

perkembangannya.

Terdapat beberapa jenis tindak pidana korupsi antara lain :

- Memberi atau menerima hadiah atau janji (penyuapan)

- Penggelapan dalam jabatan

- Pemerasan dalam jabatan

- Ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai negeri atau penyelenggara

negara).

IV. DAMPAK KORUPSI

Demokrasi

Korupsi menunjukan tantangan serius terhadap pembangunan. Di dalam

dunia politik, korupsi mempersulit demokrasi dan tata pemerintahan yang baik

(good governance) dengan cara menghancurkan proses formal. Korupsi di

pemilihan umum dan di badan legislatif mengurangi akuntabilitas dan

perwakilan di pembentukan kebijaksanaan; korupsi di sistem pengadilan

menghentikan ketertiban hukum; dan korupsi di pemerintahan publik

menghasilkan ketidak-seimbangan dalam pelayanan masyarakat. Secara umum,

korupsi mengkikis kemampuan institusi dari pemerintah, karena pengabaian

prosedur, penyedotan sumber daya, dan pejabat diangkat atau dinaikan jabatan

bukan karena prestasi. Pada saat yang bersamaan, korupsi mempersulit

legitimasi pemerintahan dan nilai demokrasi seperti kepercayaan dan toleransi.

43
Ekonomi

Korupsi juga mempersulit pembangunan ekonomi dengan membuat

distorsi dan ketidak efisienan yang tinggi. Dalam sektor private, korupsi

meningkatkan ongkos niaga karena kerugian dari pembayaran ilegal, ongkos

manajemen dalam negosiasi dengan pejabat korup, dan risiko pembatalan

perjanjian atau karena penyelidikan. Walaupun ada yang menyatakan bahwa

korupsi mengurangi ongkos (niaga) dengan mempermudah birokrasi, konsensus

yang baru muncul berkesimpulan bahwa ketersediaan sogokan menyebabkan

pejabat untuk membuat aturan-aturan baru dan hambatan baru. Dimana korupsi

menyebabkan inflasi ongkos niaga, korupsi juga mengacaukan lapangan

perniagaan. Perusahaan yang memiliki koneksi dilindungi dari persaingan dan

sebagai hasilnya mempertahankan perusahaan-perusahaan yang tidak efisien.

Korupsi menimbulkan distorsi (kekacauan) di dalam sektor

publik dengan mengalihkan investasi publik ke proyek-proyek masyarakat yang

mana sogokan dan upah tersedia lebih banyak. Pejabat mungkin menambah

kompleksitas proyek masyarakat untuk menyembunyikan praktek korupsi, yang

akhirnya menghasilkan lebih banyak kekacauan. Korupsi juga mengurangi

pemenuhan syarat-syarat keamanan bangunan, lingkungan hidup, atau aturan-

aturan lain. Korupsi juga mengurangi kualitas pelayanan pemerintahan dan

infrastruktur; dan menambahkan tekanan-tekanan terhadap anggaran

pemerintah.

44
Para pakar ekonomi memberikan pendapat bahwa salah satu faktor

keterbelakangan pembangunan ekonomi di Afrika dan Asia, terutama di Afrika,

adalah korupsi yang berbentuk penagihan sewa yang menyebabkan

perpindahan penanaman modal (capital investment) ke luar negeri, bukannya

diinvestasikan ke dalam negeri (maka adanya ejekan yang sering benar bahwa

ada diktator Afrika yang memiliki rekening bank di Swiss). Berbeda sekali

dengan diktator Asia, seperti Soeharto yang sering mengambil satu potongan

dari semuanya (meminta sogok), namun lebih memberikan kondisi untuk

pembangunan, melalui investasi infrastruktur, ketertiban hukum, dan lain-lain.

Pakar dari Universitas Massachussetts memperkirakan dari tahun 1970 sampai

1996, pelarian modal dari 30 negara sub-Sahara berjumlah US $187 triliun,

melebihi dari jumlah utang luar negeri mereka sendiri. (Hasilnya, dalam artian

pembangunan (atau kurangnya pembangunan) telah dibuatkan modelnya dalam

satu teori oleh ekonomis Mancur Olson). Dalam kasus Afrika, salah satu

faktornya adalah ketidak-stabilan politik, dan juga kenyataan bahwa

pemerintahan baru sering menyegel aset-aset pemerintah lama yang sering

didapat dari korupsi. Ini memberi dorongan bagi para pejabat untuk menumpuk

kekayaan mereka di luar negeri, di luar jangkauan dari ekspropriasi di masa

depan.

Kesejahteraan umum negara

Korupsi politis ada di banyak negara, dan memberikan ancaman besar

bagi warga negaranya. Korupsi politis berarti kebijaksanaanpemerintah sering

45
menguntungkan pemberi sogok, bukannya rakyat luas. Satu contoh lagi adalah

bagaimana politikus membuat peraturan yang melindungi perusahaan besar,

namun merugikan perusahaan-perusahaan kecil (SME). Politikus-politikus pro-

bisnis ini hanya mengembalikan pertolongan kepada perusahaan besar yang

memberikan sumbangan besar kepada kampanye pemilu mereka.

V. BENTUK BENTUK PENYALAHGUNAAN

Korupsi mencakup penyalahgunaan oleh pejabat pemerintah seperti

penggelapan dan nepotisme, juga penyalahgunaan yang menghubungkan sektor swasta

dan pemerintahan seperti penyogokan, pemerasan, campuran tangan, dan penipuan.

Penyogokan: penyogok dan penerima sogokan

Korupsi memerlukan dua pihak yang korup: pemberi sogokan (penyogok) dan

penerima sogokan. Di beberapa negara, budaya penyogokan mencakup semua aspek

hidup sehari-hari, meniadakan kemungkinan untuk berniaga tanpa terlibat penyogokan.

Negara-negara yang paling sering memberikan sogokan pada umumnya tidak sama

dengan negara-negara yang paling sering menerima sogokan.

Duabelas negara yang paling minim korupsinya, menurut survey persepsi (anggapan

tentang korupsi oleh rakyat) oleh Transparansi Internasional di tahun 2001 adalah

sebagai berikut:

Australia

Kanada

46
Denmark

Finlandia

Islandia

Luxemburg

Belanda

Selandia Baru

Norwegia

Singapura

Swedia

Swiss

Israel

Menurut survei persepsi korupsi , tigabelas negara yang paling korup adalah:

Azerbaijan

Bangladesh

Bolivia

Kamerun

Indonesia

Irak

Kenya

Nigeria

Pakistan

Rusia

47
Tanzania

Uganda

Ukraina

Namun demikian, nilai dari survei tersebut masih diperdebatkan karena ini

dilakukan berdasarkan persepsi subyektif dari para peserta survei tersebut, bukan dari

penghitungan langsung korupsi yg terjadi (karena survey semacam itu juga tidak ada)

Sumbangan kampanye dan uang haram

Di arena politik, sangatlah sulit untuk membuktikan korupsi, namun lebih sulit lagi

untuk membuktikan ketidakadaannya. Maka dari itu, sering banyak ada gosip

menyangkut politisi.

Politisi terjebak di posisi lemah karena keperluan mereka untuk meminta

sumbangan keuangan untuk kampanye mereka. Sering mereka terlihat untuk bertindak

hanya demi keuntungan mereka yang telah menyumbangkan uang, yang akhirnya

menyebabkan munculnya tuduhan korupsi politis.

VI. TUDUHAN KORUPSI SEBAGAI ALAT POLITIK

Sering terjadi dimana politisi mencari cara untuk mencoreng lawan mereka dengan

tuduhan korupsi. Di Republik Rakyat Cina, fenomena ini digunakan oleh Zhu Rongji,

dan yang terakhir, oleh Hu Jintao untuk melemahkan lawan-lawan politik mereka.

48
VII. MENGUKUR KORUPSI

Mengukur korupsi dalam artian statistik, untuk membandingkan beberapa

negara, secara alami adalah tidak sederhana, karena para pelakunya pada umumnya

ingin bersembunyi. Transparansi Internasional, LSM terkemuka di bidang anti

korupsi, menyediakan tiga tolok ukur, yang diterbitkan setiap tahun: Indeks Persepsi

Korupsi (berdasarkan dari pendapat para ahli tentang seberapa korup negara-negara

ini); Barometer Korupsi Global (berdasarkan survei pandangan rakyat terhadap

persepsi dan pengalaman mereka dengan korupsi); dan Survei Pemberi Sogok, yang

melihat seberapa rela perusahaan-perusahaan asing memberikan sogok. Transparansi

Internasional juga menerbitkan Laporan Korupsi Global; edisi tahun 2004 berfokus

kepada korupsi politis. Bank Dunia mengumpulkansejumlah data tentang korupsi,

termasuk sejumlah Indikator Kepemerintahan.

VIII. HAL-HAL YANG DAPAT DILAKUKAN UNTUK MEMBERANTAS

KORUPSI

- Strategi Preventif

Strategi ini harus dibuat dan dilaksanakan dengan diarahkan pada hal-hal

yang menjadi penyebab timbulnya korupsi. Setiap penyebab yang terindikasi

harus dibuat upaya preventifnya, sehingga dapat meminimalkan penyebab

korupsi. Disamping itu perlu dibuat upaya yang dapat meminimalkan peluang

untuk melakukan korupsi dan upaya ini melibatkan banyak pihak dalam

pelaksanaanya agar dapat berhasil dan mampu mencegah adanya korupsi.

49
- Strategi Deduktif

Strategi ini harus dibuat dan dilaksanakan terutama dengan diarahkan

agarapabila suatu perbuatan korupsi terlanjur terjadi, maka perbuatan

tersebutakan dapat diketahui dalam waktu yang sesingkat-singkatnya

danseakurat-akuratnya, sehingga dapat ditindaklanjuti dengan tepat.

Dengandasar pemikiran ini banyak sistem yang harus dibenahi, sehingga

sistem-sistem tersebut akan dapat berfungsi sebagai aturan yang cukup

tepatmemberikan sinyal apabila terjadi suatu perbuatan korupsi. Hal ini

sangatmembutuhkan adanya berbagai disiplin ilmu baik itu ilmu

hukum,ekonomi maupun ilmu politik dan sosial.

- Strategi Represif

Strategi ini harus dibuat dan dilaksanakan terutama dengan diarahkan

untuk memberikan sanksi hukum yang setimpal secara cepat dan tepat kepada

pihak-pihak yang terlibat dalam korupsi. Dengan dasar pemikiran ini proses

penanganan korupsi sejak dari tahap penyelidikan, penyidikan dan penuntutan

sampai dengan peradilan perlu dikaji untuk dapat disempurnakan di segala

aspeknya, sehingga proses penanganan tersebut dapat dilakukan secara cepat

dan tepat. Namun implementasinya harus dilakukan secara terintregasi. Bagi

pemerintah banyak pilihan yang dapat dilakukan sesuai dengan strategi yang

hendak dilaksanakan. Bahkan dari masyarakat dan para pemerhati atau

pengamat masalah korupsi banyak memberikan sumbangan pemikiran dan

50
opini strategi pemberantasan korupsi secara preventif maupun secara represif

antara lain :

- Konsep carrot and stick

Konsep carrot and stick yaitu konsep pemberantasan korupsi yang

sederhana yang keberhasilannya sudah dibuktikan di Negara RRC dan

Singapura. Carrot adalah pendapatan netto pegawai negeri, TNI dan Polriyang

cukup untuk hidup dengan standar sesuai pendidikan, pengetahuan,

kepemimpinan, pangkat dan martabatnya, sehingga dapat hidup layak bahkan

cukup untuk hidup dengan gaya dan gagah. Sedangkan Stick adalah bila

semua sudah dicukupi dan masih ada yang berani korupsi, maka hukumannya

tidak tanggung-tanggung, karena tidak ada alasan sedikitpun untuk melakukan

korupsi, bilamana perlu dijatuhi hukuman mati.

- Gerakan Masyarakat Anti Korupsi

Gerakan masyarakat anti korupsi yaitu pemberantasan korupsi di

Indonesia saat ini perlu adanya tekanan kuat dari masyarakat luas dengan

mengefektifkan gerakan rakyat anti korupsi, LSM, ICW, Ulama NU dan

Muhammadiyah ataupun ormas yang lain perlu bekerjasama dalam upaya

memberantas korupsi, serta kemungkinan dibentuknya koalisi dari partai politik

untuk melawan korupsi. Selama ini pemberantasan korupsi hanya dijadikan

sebagai bahan kampanye untuk mencari dukungan saja tanpa ada realisasinya

dari partai politik yang bersangkutan. Gerakan rakyat ini diperlukan untuk

51
menekan pemerintah dan sekaligus memberi kandukungan moral agar

pemerintah bangkit memberantas korupsi.

- Gerakan Pembersihan

Gerakan Pembersihan yaitu menciptakan semua aparat hukum

(Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan) yang bersih, jujur, disiplin, dan

bertanggung jawab serta memiliki komitmen yang tinggi dan berani melakukan

pemberantasan korupsi tanpa memandang status sosial untuk menegakkan

hukum dan keadilan. Hal ini dapat dilakukan dengan membenahi sistem

organisasi yang ada dengan menekankan prosedur structure follows strategy

yaitu dengan menggambar struktur organisasi yang sudah ada terlebih dahulu

kemudian menempatkan orang-orang sesuai posisinya masing-masing dalam

struktur organisasi tersebut.

- Gerakan Moral

Gerakan moral yang secara terus menerus mensosialisasikan bahwa

korupsi adalah kejahatan besar bagi kemanusiaan yang melanggar harkat dan

martabat manusia. Melalui gerakan moral diharapkan tercipta kondisi

lingkungan sosial masyarakat yang sangat menolak, menentang, dan

menghukum perbuatan korupsi dan akan menerima, mendukung, dan

menghargai perilaku anti korupsi. Langkah ini antara lain dapat dilakukan

melalui lembaga pendidikan, sehingga dapat terjangkau seluruh lapisan

masyarakat terutama generasi muda sebagai langkah yang efektif membangun

peradaban bangsa yang bersih dari moral korupsi.

52
- Gerakan Pengefektifan Birokrasi

Gerakan pengefektifan birokrasi yaitu dengan menyusutkan

jumlahpegawai dalam pemerintahan agar didapat hasil kerja yang optimal

dengan jalan menempatkan orang yang sesuai dengan kemampuan

dankeahliannya. Dan apabila masih ada pegawai yang melakukan

korupsi,dilakukan tindakan tegas dan keras kepada mereka yang telah

terbuktibersalah dan bilamana perlu dihukum mati karena korupsi

adalahkejahatan terbesar bagi kemanusiaan dan siapa saja yang

melakukankorupsi berarti melanggar harkat dan martabat

kehidupan.Pemerintah setiap negara pada umumnya pasti telah melakukan

langkah-langkah untuk memberantas korupsi dengan membuat undang-

undang.Indonesia juga membuat undang-undang tentang pemberantasan tindak

pidanakorupsi (undang-undang terlampir dihalaman belakang).

53
TUGAS RANGKUMAN
KEBANGSAAN, DEMOKRASI DAN HAK ASASI MANUSIA
(BAB V, VI,VII, VIII)

Oleh:
PUSPITA DINDA RAHMAWATI
072001600038

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2017
54

Anda mungkin juga menyukai