1.1 Pengertian Kedaulatan
1.3 Bentuk Kedaulatan
1.4 Teori Kedaulatan
1.4.1 Kedaulatan Tuhan
2.3 Demokrasi Pancasila
2.5.1 Pemilihan Umum
3 Melaksanakan Prinsip-Prinsip Kedaulatan sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945
4 Referensi
Hakikat dan Teori Kedaulatan
Sebelum membahas seperti apa kedaulatan di negeri ini, tentunya kita harus
mengetahui terlebih dahulu mengenai arti dari kedaulatan itu sendiri. Selain
itu, terdapat beberapa teori kedaulatan yang dapat menjadi pijakan berpikir
dalam memahami hakikat kedaulatan yang sesungguhnya. Berikut adalah
beberapa literasi penting mengenai kedaulatan.
Pengertian Kedaulatan
Kata “kedaulatan” berasal dari bahasa arab, yaitu ”daulah” yang artinya
kekuasaan tertinggi. Pengertian kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi untuk
menentukan hukum seperti membuat undang-undang dalam suatu Negara
dan melaksanakannya dengan segala cara yang tersedia (Tim Kemdikbud,
2017, hlm. 54). Oleh karena itu, kedaulatan rakyat membawa dan memberikan
konsekuensi, bahwa rakyat adalah pemegang kekuasaan tertinggi dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Menurut Jean Bodin (1500 dalam Tim Kemdikbud, 2017, hlm. 55) kedaulatan
adalah kekuasaan tertinggi untuk menentukan hukum dalam suatu Negara
yang memiliki empat sifat pokok, yakni:
1. asli, artinya kekuasaan tidak berasal dari kekuasaan lain yang lebih
tinggi;
2. permanen, artinya kekuasaan itu tetap ada sepanjang negara tetap
berdiri walaupun pemerintah sudah berganti;
3. tunggal, artinya kekuasaan itu merupakan satu-satunya dalam negara
dan tidak dibagikan kepada badan-badan lain; serta
4. tidak terbatas, artinya kekuasaan itu tidak dibatasi oleh kekuasaan lain.
Bentuk Kedaulatan
Kedaulatan atau kekuasaan tertinggi suatu negara terdiri atas dua bentuk,
yaitu kedaulatan ke dalam dan kedaulatan ke luar.
1. Kedaulatan ke dalam,
berarti bahwa bangsa yang merdeka memiliki kekuasaan untuk menyusun dan
mengatur organisasi pemerintahan sendiri menurut kehendak bangsanya
sendiri, serta kekuasaan untuk mengelola semua yang ada di wilayahnya yang
mengandung sumber daya alam baik di darat, laut, maupun udara, untuk
kemakmuran rakyatnya tanpa campur tangan negara lain berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Kedaulatan ke luar,
berarti mempunyai kekuasaan untuk berhubungan dan bekerja sama dengan
bangsa lain tanpa terikat oleh kekuasaan lain. Contoh pelaksanaan kedaulatan
ke luar antara lain dilakukan dengan cara mengadakan perjanjian dengan
negara lain, menyatakan perang atau perdamaian, ikut serta dalam organisasi
internasional, dan sebagainya.
Teori Kedaulatan
Kedaulatan Tuhan
Menurut teori kedaulatan Tuhan, kekuasaan yang berasal dari Tuhan itu
diberikan kepada tokoh-tokoh negara terpilih, yang secara kodrati ditetapkan-
Nya menjadi pemimpin negara dan berperan selaku wakil Tuhan di dunia.
Teori ini umumnya dianut oleh raja-raja yang mengaku sebagai keturunan
dewa.
Karena berasal dari Tuhan, maka kedaulatan negara bersifat mutlak dan suci.
Seluruh rakyat harus setia dan patuh kepada raja yang melaksanakan
kekuasaan atas nama dan untuk kemuliaan Tuhan. Menurut Hegel, dalam
kedaulatan Tuhan, raja adalah manifestasi keberadaan Tuhan, dan karenanya
raja atau pemerintah selalu benar dan tidak mungkin salah.
Peletak dasar utama teori ini adalah Niccolo Machiavelli (1467- 1527) melalui
karyanya, II Principle. Ia mengajarkan bahwa negara harus dipimpin oleh
seorang raja yang memiliki kekuasaan mutlak. Sementara itu, Jean Bodin
menyatakan bahwa kedaulatan negara memang dilambangkan dalam pribadi
raja, namun seorang raja harus tetap menghormati hukum kodrat, hukum
antarbangsa, dan konstitusi kerajaan (leges imperii).
Di Inggris, teori ini dikembangkan oleh Thomas Hobes (1588- 1679) yang
mengajarkan bahwa kekuasaan mutlak seorang raja justru diperlukan untuk
mengatur negara dan menghindari homo homini lupus. Teori kedaulatan raja,
beranggapan bahwa kekuasan tertinggi terletak di tangan raja sebagai
penjelmaan kehendak Tuhan. Karena kedaulatan dimiliki para raja, akhirnya
raja berkuasa dengan sewenang-wenang.
Lalu seperti apa bentuk dan prinsip kedaulatan dari Negara Republik
Indonesia? Negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas kedaulatan
rakyat. Landasan hukum negara Indonesia menganut kedaulatan rakyat
ditegaskan dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Namun, penyerahan ini tetap dalam pengawasan oleh rakyat, baik secara
langsung maupun melalui lembaga yang dipilih atau dibentuk atas mandat
rakyat.
Berdasarkan paparan di atas dan menurut Tim Kemdikbud (2017, hlm. 61)
prinsip-prinsip kedaulatan Negara Republik Indonesia adalah sebagai berikut.
Prinsip negara kedaulatan rakyat, memiliki hubungan yang erat dengan makna
demokrasi atau pemerintah kerakyatan. Dalam perkembangannya, demokrasi
mengalami pasang surut. Hal itu karena demokrasi harus menerapkan
sejumlah syarat agar dapat berjalan dengan baik.
1. Perlindungan konstitusional.
2. Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak.
3. Pemilihan umum yang bebas.
4. Kebebasan untuk menyatakan pendapat.
5. Kebebasan untuk berserikat/berorganisasi dan beroposisi.
6. Pendidikan kewarganegaraan.
Demokrasi Pancasila
Untuk lebih jelasnya, berikut adalah perbandingan dari beberapa penerapan demokrasi yang
meliputi demokrasi Pancasila dengan demokrasi liberal dan demokrasi sosialis.
No. Demokrasi Pancasila Demokrasi Liberal Demokrasi Sosialis
Keputusan diambil dengan Keputusan diambil dengan suara Keputusan diambil berdasarkan
2.
musyawarah mufakat. terbanyak kehendak mayoritas.
1. Pengisian keanggotaan DPD [Pasal 22C ayat (1) UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945].
2. Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden dalam satu paket pasangan
secara langsung [Pasal 6A ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945].
3. Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah [UU No. 23 Tahun
2014].
Pemilihan Umum
Selain itu terdapat pemilihan umum yang menjadi keikutsertaan seluruh rakyat
Indonesia dalam memilih para wakilnya. Pemilihan umum merupakan
perwujudan dari kedaulatan rakyat dan demokrasi. Pemilihan umum sebagai
sarana perwujudan kedaulatan rakyat dan demokrasi, dilaksanakan
berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil (LUBER dan
Jurdil).
1. Langsung,
maksud dari asas langsung adalah bahwa rakyat sebagai pemilih memiliki hak
untuk memberikan suaranya secara langsung sesuai dengan kehendak hati
nuraninya tanpa perantara.
2. Umum,
asas umum mengandung arti bahwa semua warga negara yang telah
memenuhi syarat sesuai dengan peraturan perundang-undangan berhak
mengikuti pemilu. Hak ini diberikan tanpa melihat jenis kelamin, suku, agama,
ras, pekerjaan, dan lain sebagainya.
3. Bebas,
asas bebas bermakna bahwa semua warga negara yang telah memiliki hak
dalam pemilu, memiliki kebebasan untuk menentukan pilihannya tanpa
tekanan dan paksaan dari siapa pun.
4. Rahasia,
artinya memberikan jaminan bahwa para pemilih yang melaksanakan haknya
dijamin pilihannya tidak akan diketahui oleh siapa pun dengan jalan apa pun.
5. Jujur,
mengandung arti bahwa, penyelenggara pemilu, aparat pemerintah, peserta
pemilu, pengawas pemilu, pemantau pemilu, pemilih, serta semua pihak yang
terkait harus bersikap dan bertindak jujur sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
6. Adil,
asas adil menjamin bahwa setiap pemilih dan peserta pemilu, mendapatkan
perlakuan yang sama serta bebas dari kecurangan pihak manapun.
Melaksanakan Prinsip-Prinsip
Kedaulatan sesuai dengan Undang-
Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945
Oleh :
IX.A