Anda di halaman 1dari 12

B.

Teori Kedaulatan
Kedaulatan sering diartikan sebagai kekuasaan tertinggi merupakan hasil terjemahan
dari kata sovereignty (Inggris), souvereniteit (Belanda), souverenite (Prancis), dan sovranus
(Italia). Dalam bahasa latin dikenal dengan nama supranus yang diberi arti yang tertinggi. 1
Kedaulatan merupakan kekuasaan penuh dan tertinggi dalam suatu negara untuk mengatur
seluruh wilayahnya tanpa campur tangan dari negara lain.
Dalam perkembangannya pengertian kedaulatan mengalami perubahan, sehingga
kedaulatan mempunyai berbagai macam pengertian. Kedaulatan adalah hak khusus untuk
menjalankan kewenangan tertinggi atasu suatu wilayah atau kkelompok orang, seperti negara
atau daerah tertentu. Istilah kedaultana dalam bahasa Indonesia berarti kekuasaan atau dinasti
pemerintahan. Kedaulatan umumnya dijalanakan oleh pemerintah atau lembaga politik
sebuah negara.
Jean Bodin salah seorang sarjana Prancis dianggapa sebagai orang pertama yang
memberikan dan menggunakan istilah kedaulatan dalam hubungan dengan negara yaitu
sebagai ciri negara, atribut negara, yang membedakan negara dengan persekutuanpersekutuan lainya. Jean Bodin melihat hakekat negara pada kedaulatan itu. Kedaulatan
sebagai satu-satunya kekuasaan tertinggi dalam suatu negara , kedaulatan itu bersifat mutlak.
Maka dalam personifikasinya kedaaulatan itu bersifat lenggeng (permenence) artinya
kedaulatan itu abadi, akan tetap ada dan dimiliki negara sepanjang negara itu ada; tidak dapat
dipisah-pisahkan

(indivisible)

artinya kedaulatan itu bulat, tunggal, tidak terbagi-bagi

sehingga hanya ada satu kekuasaa; sebagai kekuasaan tertinggi (supreme) dan tidak terbatas
artinya tidak ada kekuasaan yang lebih tinggi yang dapat membatasi kedaulatan; asli artinya

1 F. Isyawara, 1980, Pengantar Ilmu Politik, Bina Cipta, Jakarta, Hlm. 107

kekuasaan tetinggi itu tidak berasal dari kekuasaan lain yang lebih tinggi, sehingga
konsepnya tergolong tradisional atau disebut juga dengan konsep kedaulatan yang monistis.2
Selain konsep monistis, terdapat aliran pluralis yang menyangkal kekuasaan yang
tertinggi dan tak terbatas dari negara. Aliran pruralis tidak menyangkal kekuasaan negara
dalam bidang perundang-undangan, tetapi kekuasaan negara tidak mutlak, melainkan ada
batasnya.3
Persoalan kedaulatan bermula pada persoalan legitimasi kekuasaan, yaitu persoalan
yang membicarakan darimana sumber kekuasaan dalam negara. Dari persoalan ini maka lahir
beberapa teori kedaulatan.
Teori kedaulatan yang pertama dalam sejarah, mengajarkan bahwa negara dan
pemerintah mendapatkan kekuasaan tertinggi dari Tuhan sebagai asal segala sesuatu (causa
prima). Menurut teori ini, kekuasaan yang berasal dari Tuhan itu diberikan kepada tokohtokoh negara terpilih, yaitu secara kodrati ditetapkaNya menjadi pemimpin negara dan
berperan selaku wakil Tuhan didunia. Pelopor teori kedaulatan Tuhan (God Sovereighty)
antara lain Agustinus (354-430), Thomas Aquino (1215-1274), juga F. Hegel (1770-1831)
dan F.J. Stahil (1802-1861).
Karena berasal dari Tuhan, maka kedaulatan negara bersifat mutlak dan suci. Seluruh
rakyat harus setia dan patuh keepada raja yang melaksanakan kekuasaan atas nama dan untuk
kemulian Tuhan. Menurut Hegel, raja adalah manifestasi keberadaan Tuhan. Maka,
raja/pemerintah selalu benar, tidak mungkin salah. Teori kedaulatan Tuhan melahirkan negara
yang berdasarkan pada teokrasi (theocratische theorien).

2 Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, 1980, Pengantar Ilmu Hukum Tata
Negara, Pusat Studi HTN, FH UI, Jakarta, Hlm. 112
3 F. Isywara, Op. Cit, Hlm. 112

Dalam abad Pertengahan Teori Kedaulatan Tuhan berkembang menjadi teori kedaulatan
raja (sovereignty of the king), yang menganggap bahwa raja bertanggung jawab kepada
dirinya sendiri. Kekuasaan raja berada diatas konstitusi. Ia bahkan tak perlu menaati hukum,
moral dan agama, karena raja sebagai representasi/wakil Tuhan di dunia. Maka, pada masa itu
kekuasaan raja berupa tirani bagi rakyatnya.
Peletak dasar utama teori ini adalah Niccolo Machiavelli (1467-1527) melalui
karyanya, II Principe. Ia mengajarkan bahwa negara harus dipimpin oleh seorang raja yang
berkuasa secara mutlak, sedangkan Jean Bodin menyatakan bahwa kedaulatan negara
memang dipersonifikasikan dalam pribadi raja, namun raja harus tetap menghormati hukum
kodrat, hukum antarbangsa, dan konstitusi kerajaan (legel imperii). Di Inggiris teori ini
dikembangkan oleh Thomas Hobbes (1588-1679) yang mengajarkan bahwa kekuasaan
mutlak seorang raja justru diperlukan untuk mengatur negara dan menghindari homo homini
lupus.
Teori kedaulatan negara (states sovereihnty) mengajarkan bahwa pemegang kedaulatan
terletak pada negara. Sumber kedaulatan negara adalah negara, yang tidak mungkin dibantah
bahwa dalam wilayah suatu negara, negara itulah yang berdaulat. Inilah pokok pangkal dari
segala kekuasaan yang ada dalam suatu wilayah atau negara.4 Kedaulatan timbul bersamaan
dengan berdirinya suatu negara. Hukum dan Konstitusional lahir menurut kehendak negara,
diperlukan negara, dan diabdikan kepada kepentingan negara. Demikian F. Hegel
mengajarkan bahwa terjadinya negara adalah kodrat alam, menurut huku alam dan hukum
Tuhan. Maka kebijakan dan tindakan negara tidak dapat dibatasi hukum. Ajaran Hegel ini
dianggap paling absolut sepanjang sejarah. Para penganut teori ini melaksanakan
pemerintahan tiran, teristimewa melalui kepala negara yang bertindak sebagai diktator.
4 Warjono Prodjodikoro, 1977, Asas Hukum Tata Negara, Dian Rakyat, Jakarta,
Hlm. 5

Pengembangan teori Hegel menyebar dinegara-negara komunis. Peletak dasar teori ini antara
lain : Jean Bodin (1530-1596), F. Hegel (1770-1831), George Jellineck (1851-1911), Paul
Laband (1879-1958).5
Menurut Jellinek,6 hukum itu adalah penjelmaan dari kehendak atau kemauan negara.
Maka negaralah yang menciptakan hukum, dan negara adalah satu-satunya sumber hukum,
yang memiliki kekuasaan tertinggi atau kedaulatan. Diluar negara tidak ada satu orang pun
yang berwewenang menetapkan hukum.
Pandangan lain mengenai teori kedaulatan negara ini diajarkan oleh sarjana-sarjana
dalam mazhab Deutsche Pubtizisten Schule, sehubungan dengan kekuasaan raja Jerman yang
mutlak pada suasana teori kedaulatan rakyat. Menurrut mereka negara ini kuat karena
mendapat dukungan dari tiga golongan, yaitu : (1) Armee (angkatan perang); (2) Junkertum
(golongan industrialis); dan (3) Burokrasi (staf pegawai negeri). Sebaliknya rakyat tidak
mempunyai kekuatan apa-apa, sehingga tidak mempunyai wewenang apa-apa, maka tidak
mungkin memiliki kekuasaan tertinggi (kedaulatan). Oleh karena itu, menurut sarjana-sarjana
Deutsche Publizisten Schule pemegang kedaulatan adalah negara. Gagasan bahwa negaralah
yang berdaulat, dapat disimpulkan dari kenyataan bahwa dalam kehidupan masyarakat
sehari-hari kepentingan individu selalu dikalahkan oleh kepentingan negara.7
Salah satu tokoh peletak dasar pemikiran teori kekuasaan negara adalah Shang Yang
(Lord Shang) yang didasari semasa hidupnya, pemerintahan Cina (Tiongkok) saati itu dilanda

5 Soehino prodjodikoro, 1977, Asas Hukum Tata Negara, Dian Rakyat, Jakarta,
Hlm. 5
6 Abdul Latif, dkk, 2007, Buku Ajar Ilmu Negara, Tanpa Penerbit, Hlm.84
7 I b I d, Hlm. 84

kekacauan besar, penuh kerusuhan, kekuasaan pemerintah melemah, dan daerah-daerah tidak
mau tunduk kepada pemerintah pusat.
Bertitik tolak dari kenyataan yang

memprihatinkan itu, Lord Shang mendabakan

terbentuknya pemerintah pusat yang kuat, Menurut Lord Shang 8 bahwa didalam setiap negara
terdapat subjek yang selalu berhadapan dan bertentangan, yaitu pemerintah dan rakyat.
Apabila satunya kuat, yang lainya tentu lemah. Pihak pemerintahlah yang harus lebih kuat
dari rakyat, supaya tidak terjadi kekacauan dan anarkis. Karena itu, pemerintah harus selalu
berusaha untuk lebih kuat daraipada rakyat. Negara harus mengumpulkan kekuasaan yang
sebesar-besarnya, hal ini bisa tercapai dengan menyiapkan tentara yang kuat, disiplin, dan
bersedia menghadapi segala bentuk ancaman, baik dari dalam maupun dari luar negara.
Teori kedaulatan hukum (Recht Souvereiniteit) menganggap yang memiliki dan
pemegang kekuasaan tertinggi dalam suatu negara adalah hukum. Hukum yang mengatur
kehidupan bernegara, membimbing kekuasaan pemerintah. Hukum sebagai panglima
mewajibkan penegakan hukum dan penyelenggaran negara dibatasi oleh hukum. Negara
tunduk pada hukum. Menurut Krabbe, yang berdaulat itu adalah hukum. Hukum timbul dari
kendak negara . hukum bersumber

pada perasaan hukum pada suatu negara. Hukum

bersumber pada perasaan hukum didalam masyarakata.9 Pelopor teori kedaulatan hukum
antara lain : Hugo de Groot, Krabbe, Immanuel Kant dan Leon Duguit.
Teori kedaulatan hukum dikemukakan oleh Krabbe, sebagai reaksii penyangkalan
terhadap teori kedaulatan negara. Dalam ajaran kedaulatan negara, kedudukan hukum lebih
rendah daripada kedudukan negara. Dalam ajaran kedaulatan negara , kedudukan hukum
lebih rendah daripada kedudukan negara. Negara tidak tunduk kepada hukum karena hukum
8 M. Solly Lubis, 1990, Ilmu Negara, Mandar maju, bandung, Hlm. 44
9 Sehino, Ib Id, Hlm. 156

diartikan sebagai perintah-perintah darrai negara (bentuk imperatif dari norma). Akan tetapi
menurut Krabbe, justru negara sendiri dalam kenyataan tunduk pada hukum.10
Pandangan Krebbe tersebut dianggap oleh Jellinek dengan mengemukakan teori
Selbstbindung, yaitu suatu ajaran yang menyatakan bahwa negara dengan sukarela
mengingatkan diri atau mengharuskan dirinya tunduk kepada hukum sebagai penjelmaan dari
kehendaknya sendiri. Akan tetapi muncul pula persoalan baru bahwa faktor-faktor apa yang
menyebabkan Selbstbindung tersebut, maka Jellinek menjawab bahwa pertama-tama dalam
lapangan hukum disamping faktor kemasyarakatan juga ada faktor ideal, yaitu rasa hukum,
kesadaran hukum, dan rasa keadilan. Jawaban demikanlah yang memperkuat pandangan
Krabbe bahwa hal-hal yag diutarakan Jellinek sebagai faktor yang memepengaruhi
Selbstbindung itu kedudukanya diatas negara, yaitu kesadaran hukum. Jadi bukanlah nega
yang memiliki kedaulatan melainkkan kesadaran hukum yang memiliki kedaulatan.
Menurut teori kedaulatan hukum atau Rechts-Souvereiniteit tersebut bahwa yang
memiliki kekuasaan tertinggi adalah hukum. Karena baik raja/penguasa, rakyat, maupun
negara itu sendiri semuanya tunduk pada hukum. Menurut Krabbe.11 Hukum itu sendiri
bersumber dari rasa hukum yang terdapat dalam masyarakat itu sendiri. Rasa hukum ini yang
disebut instink hukum sebagai tingkatan terendah, sebaliknya dalam tingkatanya yang lebih
tinggi disebut kesadaran hukum. Lebih lanjut Krabbe mengatakan bahwa rrasa hukum itu
terdapat pada diri setiap individu, dii samping rasa lainya seperti rasa kesusilaan, rasa
keindahan, rasa keagungan. Hukum merupakan penjelmaan dari salah satu bagian perasaan
manusia, yang dalam perhubunganya dengan manusia-manusia lain penjelmaan tersebut
dalam bentuk norma. Ada bermacam-macam norma, dan norma-norma itu terlepas dari
10 Abdul Latif, dkk, 2007, Loc. Cit.
11 I b I d, Hlm. 85

kehendak indiviidu yang bersangkutan. Demikian pula hukum sendiri adalah terlepas dari
negara, akan tetapi berlaku bagi negara. Didalam masyarakat ada ketentuan yang bersifat
tetap dala, reaksi kesadaran hukum manusia. Setiap anggota masyarakat merasa berkesamaan
hak untuk menerima keuntungan dan kerugian, atau perlakuan sama terhadap keadilan dan
ketidakadilan. Kecuali ada syarat khusus yang menentukan lain. Hal ini yang disebut hukum
keseimbangan, atau postulat keseimbangan. Jadi rasa hukum setiap individu adalah hak sama
dan selalu berubah. Akan tetapi diantara rasa hukum itu ada unsur-unsur yang sama dalam
reaksi kesadaran hukum, yang bersifat tetap. Gagasan bahwa hukum yang berdulat dapat
disimpulkan

dari kenyataan dalam negara hukum, yang berarti bahwa segala tindakan

penguasa harus berdasarkan hukum


Teori keadilan rakyat (Peoples Sovereignty) menjadi inspirasi banyak negara termasuk
Indonesia, hal ini dapat dilihat pada pasal 1angka (2) UUD NRI Tahun 1945 kedaulatan
berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-undang dasar.12
Menurut teori ini, rakyatlah yang berdaulat dan mewakilkan kekuasaanya kepada
negara. Kemudian memecah menjadi beberapa kekuasaan yang diberikan pemerintah,
ataupun lembaga perwakilan. Bilamana pemerintah melaksanakan tugasnya tidak sesuai
dengan kehendak rakyat, maka rakyat akan bertindak mengganti pemerintah itu.
Menurut Rousseau13 rakyat tidak mnyerahkan kekuasaan kepada pihak penguasa,
karena pada perjanjian masyarakat, individu-individu itu menyerahkan haknya kepada rakyat
sendiri sebagai satu keseluruhan. Penguasa menjalankan kekuasaan bukan karena haknya
sendiri melainkan sebagai mendataris rakyat. Sewaktu-waktu rakyat bisa mengubah atau
12 Pasal 1 angka (2), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, setelah diamandemen.
13 Moh. Kusnardi dan Harmaily ibrahim, 1980, Pengantar Hukum Tata Negara
Indonesia, Pusat Studi Hukum tata Negara, FH UI, Jakarta, Hlm. 114

menarik kembali mandat itu. Rakyat menurut Rousseau bukanlah penjumlahan dari individuindividu dalam negara itu, dan mempunyai kehendak umum. Kedaulatan rakyat, didasarkan
pada kehendak umum yang disebut volonte gerale yang dianggap mencerminkan kemauan
atau kehendak umum.14
Jasi dengan perjanjian masyarakat terbentuklah dua hal, yaitu :15
a. Terciptanya kemauan umum/volonte generale, yaitu kesatuan dan kemauan orangorang yang telah menyelenggarakan perjanjian masyarakat, inilah yang merupakan
kekuasaan tertinggi atau kedaulatan.
b. Terbentuknya masyarakat atau gemeinshhaft, yaitu kesatuan dari orang-orang yang
menyelenggarakan perjanjian masyarakat, masyarakat inilah yang memiliki
kemauan umum, yaitu kekuasaan tertinggi atau kedaulatan yang tidak dapat
dilepaskan.
Raja memerintah hanya sebagai wakil, sedangkan kedaulatan penuh ditangan rakyat
dan tidak dapat dibagikan kepada pemerintah itu. Dengan demikian, dapat disimpulkan
kedaulatan rakyat mempunyai makna sebagai berikut :
1. Kekuasaan tertinggi berada ditangan rakyat;
2. Kekuasaan pemerintah atau pengusaha berasal dari rakyat;
3. Pemerintah atau penguasa bertanggung jawab kepada rakyat dan bekerja untuk
kesejahteraan rakyat.
Pemerintah adalah sebuah badan negara. Akan tetapi tidak bersiri sendiri, melainkan
bersandar kepada pemilik kedaulatan, yaitu rakyat. Dalam melaksanakan kehendak rakyat,
maka pemerintah juga mempunyai kehendak yang disebut volonte generale, maka harus ada
14 Soehino, Op. Cit. Hlm. 160
15 Ib Id, Hlm. 120

badan yang tugasnya menyalurkan kehendak rakyat dan mengawasi agar kemauan rakyat
dapat dilaksanakan oleh pemerintah, sehingga lahirlah badan perwakilan rakyat sebagai
perwujudan kedaulatan rakyat. Badan perwakilan rakyat menyalurkan kehendak rakyat yang
diwujudkan dalam pembentukan peraturan perundang-undangan. Sehingg pembentukan
peraturan perundang-undangan merupakan kesatuan rakyat melalui wakil-wakilnya.16
Sumber ajaran kedaulatan rakyat adalah demokrasi. Teori ini memunculkan suatu teori
pembagian kekuasaan seperti dalam ajaran trias politika yang dikemukakan oleh
Montesquieu dalam bukunya De LEsprit Des Lois. Teori trias politika menganjurkan agar
kekuasaan pemerintahan negara dipisahkan menjadi tiga lembaga, yaitu : kekuasaan legislatif
(la puissance executive) yang melaksanakan undang-undang, kekuasaan yudikatif (la
puissance de juger) yang menjalankan kekuasaan kehakiman.17 Kebebasan politik hanya ada
dinegara-negera, dimana kekuasaan negara, bersama dengan semua fungsinya, tidak berada
pada tangan orang yang sama. Suatu negara yang menganut teori rakyat mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut :
1. Negara memiliki lembaga perwakilan rakyat sebagai badan/majelis yang mewakili atau
mencerminkan kehendak rakyat.
2. Pelaksanaan pemilu untuk mengangkat dan menetapkan anggota lembaga perwakilan
diatur oleh Undang-Undang.
3. Kekuasaan dan kedaulatan rakyat dilaksanakan oleh badan atau lembaga majelis yang
bertugas mengawasi pemerintah.
16 Rosikin Daman, Op. Cit. Hlm. 155
17 E. Utrecht, 1990,Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, Ichtiar
Baru, Jakarta, Hlm. 3. Koentjoro Poerbopronoto, 1987, Sistem Pemerintahan
Demokrasi, Eresco, Bandung, Hlm. 23, dalam La Ode Husen, 2009, Negara
Hukum, Demokrasi dan Pemisahan Kekuasaan, PT. Umitoha Ukhuwah Grafika,
Makassar, Hlm. 43.

4. Susunan kekuasaan badan atau majelis itu ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar.
Ajaran kedaulatan rakyat adalah ajaran yang memberikan kekuasaan tertinggi kepada
rakyat atau juga disebut dari rakyat dan untuk rakyat. Hukum yang berlaku yang berlaku
berasal dari aspirasi rakyat, serta mengikat penyelenggara negara karena dikehendaki dan
sesuai prikehidupan rakyat. Ciri-cirinya adalah : kedaulatan tertinggi berada ditangan rakyat
(teori ajaran demokrasi) dan konstitusi harus menjamin hak asasi manusia.
Bangsa Indonesia yang mempunyai falsafah pancasila, dalam melaksanakan kedaulatan
rakyat dalam kehidupan bernegara tidak akan terlepas dari falsafah yang dianutnya.
Demokrasi Pancasila mengandung bermacam-macam konsekuensi, yaitu perlunya disahkkan
dan dipelihara beberapa macam keseeimbangan, diantaranya yaitu keseimbangan antara
kemerdekaan dan keadilan. Kemerdekaan menjamin keadilan. Dan keadilan menjamin
kemerdekaan.18
Pandangan J. Oliver Hall dan Russeli. E. Klinger bahwa dalam pemerintahan demokrasi
(berkedaulatan rakyat), dikandung asas-asas umum, yaitu :
1. Pemerintahan rakyat, dari rakyat dan untuk rakyat (govermment of the people, by the
people, for the people).
2. Rakyat bebas berfikir, berbuat menurut kemaunya dalam batas-batas tertentu (That
people are free to think and act as they please, with limitation).
3. Adanya kemerdekaan mengeritik sebaik mungkin sebagaimana menyatakan
penghargaan atau memuji terhadap pemerintah (freedom to criticize as weel as praise
our govermment).
4. Adanya kebebasan beragama menurut pilihanya (freedom to worship as one choses)

18 Sri Sumantri, 1969,Demokrasi Pancasila dan implementasinya menurut/dalam


UUD 1945, Alumni, Bandung, Hlm.5.

5. Adanya persamaan dari semua orang dan penghargaan/penghormatan bagi setiap


orang satu sama lain (The equality of all persons and respect for each individual).
6. Adanya

suatu

pemerintahan

dalam

mana

masing-masing

warna

negara

berbuat/bekerja untuk kebaikan bersama atau untuk kepentingan semua (A


govermment in which each citizen works for the good of all)19
Beberapa pandangan pelopor teori kedaulatan rakyat :
1. J.J. Rousseau menyatakan bahwa kedaulatan itu perwujudan dari kehendak
umumdari suatu bangsa merdeka yang mengadakan perjanjian masyarakat (social
contarct).
2. Johanes Althuisiss menyatakan bahwa setiap susunan pergaulan hidup manusia
terjadi dari perjanjian masyarakat yang tunduk kepada kekuasaan, dan pemegang
kekuasaan itu dipilih oleh rakyat.
3. Jhon Locke menyatakan bahwa kekuasaan negara berasal dari rakyat, bukan dari raja.
Menuurut dia, perjanjian masyarakat menghasilkan penyerahan hak-hak kepada
rakyat kepada pemerintah dan pemerintah mengembalikan hak dan kewajiban asasi
kepada rakyat melalui peraturan perundang-undangan.
4. Montesquieu yang membagi kekuasaan negara menjadi : Kekuasaan legislatif,
eksekutif dan yudikatif (trias politica)
Teoori Kant tentang tujuan negara didasarkan

pada asumsinya bahwa semua orang

adalah merdeka dan sederajat sejak lahir. Dengan dasar anggapan itu, bahwa tujuan negara
adalah menegakkan hak-hak dan kebesan warganya. Rakyat tidak perlu tinduk pada undangundang yang tidak terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dari rakyat. Hidup rakyat
sebagai manusia dalam negara, bukanlah karena kemurahan hati pemerintah, melainkan
berdasarkan hak-hak kekuatan sendiri. Inilah sebagai bagian dari ajaran teori negara hukum.20

19 J. Oliver dan Russell. E. Klinger, 1958, Problem Solving in our american


Democracy, American Book Company, New York, hal. 60. Dalam Rosikin Daman,
Op. Cit. Hlm. 161-162
20 M. Solly Lubis, Op. Cit, Hlm. 48

Jean Bodin (1530-1559) dan Grotius (1583-1645) melontarkan kedaulatan sebagai salah
satu unsur penting dari suatu negara. Kedua pelopor kedaulatan tersebut, pada akhirnya
melahirkan kedaulatan kedalam dan kedaulatan ke luar :
1. Kedaulatan Ke dalam (interne souverniteit), ialah bahwa kekuasaan negara itu ditaati
dan dapat memaksakan untuk ditaati oleh rakyatnya.
2. Kedaulatan ke luar (externe souverniteit), ialah bahwa kekuasaan negara itu mampu
mempertahankan diri terhadap serangan

yang datang dari luar dan sanggup

mrngadakan hubungan dengan luar negeri. Kedaulatan keluar ini biasanya disebut
kemerdekaan (independence)
Bagian suatu negara, memiliki kedaulatan berarti berhak atas ketiga hal berikut :
1. Menjadi negara yang berdiri sejajar dengan negara-negara merdeka lain;
2. Memiliki kekuasaan atau hak untuk mengatur dan mengurus negaranya sendiri tampa
campur tangan negara lain;
3. Menjadi negara yang memiliki kekuasaan atau hak untuk berinteraksi dan
bekerjasama dengan negara lain.
Meski tiap negara merdeka memiliki kedaulatan masing-masing, tapi mereka menyadari
bahwa mereka membutuhkan negara lain. Hai ini disebabkan tidak ada satu negara pun yang
mampu memenuhi sendiri semua kebutuhanya. Kondisi keterbatasan itulah yang mendorong
berdirinya organisasi atau lembaga-lembaga internasional. Seperti Perserikatan Bangsa
Bangsa (PBB). Hal ini menunjukkan pula betapapentingnya hubungan kerjasama dengan
bangsa lain bagi setiap bangsa, baik untuk saat ini maupun masa yang akan datang.

Anda mungkin juga menyukai