Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kedaulatan (sovereigniteit) adalah ciri, pertanda atau atribut hukum dari Negara. Sebagai
atribut Negara, kedaulatan mempunyai sejarah yang tidak sebaya, maksudnya bahwa kedaulatan
lebih tua secara konseptual dari pada konsep Negara itu sendiri.

Kedaulatan sendiri memiliki banyak teori yang hingga saat ini masih diperdebatkan. Dan
dari para ahli banyak menyumbangkan pikirannya dalam memberi anggapan mengenai
kedaulatan. Seperti, Charles Benoist menganggap kedaulatan sebagai suatu konsep yang palsu
sejak semula yang kemudian dipalsukan dalam sejarah, tanpa manfaat dan lebih-lebih lagi,
kedaultan adalah konsep yang berbahaya. Sedangkan Esmein, memandang bahwa kedaulatan
sebagai suatu “chimere anarchiste” dan kedaulatan hanya menimbulkan pemerintahan yang
berdasar kekuasaan belaka. Hal ini dapat dilakukan pembenaran, karena semua peperangan besar
dan konflik antar-negara secara umum bersumber dari persoalan kedaulatan politik Negara yang
berperang itu. Sedangkan menurut Jean Bodin, sesungguhnya tidak terdapat kedaulatan
mutlak,yang ada hanya kedaulatan terbatas, baik kedalam maupun di luar wilayah Negara.

Salah satu unsur atau syarat yang harus dipenuhi untuk terbentuknya suatu negara adalah
pemerintahan yang berdaulat atau kedaulatan. Istilah kedaulatan ini pertama kali diperkenalkan
oleh seorang ahli kenegaraan berkebangsaan Perancis yang bernama Jeans Bodin (1539-1596).
Menurut Jeans Bodin, kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi dalam suatu negara. Kedaulatan ini
sifatnya tunggal, asli, dan tidak dapat dibagi-bagi. Tunggal berarti hanya ada satu kekuasaan
tertinggi, sehingga kekuasaan itu tidak dapat dibagi-bagi. Asli berarti kekuasaan itu berasal atau
tidak dilahirkan dari kekuasaan lain. Sedangkan abadi berarti kekuasaan negara itu berlangsung
terus-menerus tanpa terputus-putus. Maksudnya pemerintah dapat berganti-ganti, kepala negara
dapat berganti atau meninggal dunia, tetapi negara dengan kekuasaannya berlangsung terus tanpa
terputus-putus.

1
Kedaulatan atau sovereignity adalah ciri atau atribut hukum dari negara, dan sebagai
atribut negara sudah lama ada, bahkan ada yang berpendapat bahwa kedaulatan itu mungkin
lebih tua dari konsep negara itu sendiri.

B. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi fokus permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah pengertian dan hakekat kedaulatan yang sesungguhnya?


2. Apa sajakah teori-teori mengenai kedaulatan?
3. Apa yang dimaksud dengan kedaulatan menurut Harold J. Laski dan C. F. Strong?
4. Apa sajakah lembaga-lembaga pelaksana kedaulatan negara di Indonesia?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengertian dan hakekat kedaulatan yang sesungguhnya


2. Untuk mengetahui apa saja teori-teori kedaulatan
3. Untuk mengetahui pendapat Harold J. Laski dan C. F. Strong mengenai kedaulatan
4. Untuk mengetahui lembaga-lembaga pelaksana kedaulatan negara di Indonesia

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kedaulatan

Kedaulatan merupakan hasil terjemahan dari kata sovereignty (bahasa inggris),


souverainete (bahasa prancis), sovranus (bahasa italia). Istilah ini diturunkan dari kata latin
“superanus” yang berarti yang tertinggi. Para pemikir Negara dan hukum pada abad
pertengahan, menggunakan makna superanus dengan istilah summa potestas atau plenitudo
potestatis yang artinya kedaulatan tertinggi dari suatu kesatuan politik. Supremasi sendiri berarti
di atas segalanya dan menguasai segala-galanya.

Jadi, kedaulatan dapat diartikan kekuasaan yang tertinggi, yaitu kekuasaan yang tidak
berasal dan tidak dibawah kekuasaan lain. (Samidjo, 1996:137)

Jean Bodin (1530- 1596) merupakan bapak ajaran kedaulatan atau peletak dasar
kedaulatan, menurut Jean Bodin, kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi terhadap para warga
Negara dan rakyatnya,tanpa ada suatu pembatasan apapun dari undang-undang.

Kedaulatan menurut Jean Bodin adalah kekuasaan tertinggi untuk membuat hukum
didalam suatu Negara yang sifatnya:

1. Tunggal, berarti bahwa di dalam Negara itu tidak ada kekuasaan lainnya lagi yang
berhak menentukan atau membuat undang-undang atau hukum.
2. Asli, berarti bahwa kekuasaan itu tidak berasal dari kekuasaan lain.
3. Abadi, berarti bahwa yang mempunyai kekuasaan tertinggi atau kedaulatan itu
adalah Negara.
4. Tidak dapat dibagi-bagi, berarti bahwa kedaulatan itu tidak dapat diserahkan
kepada orang atau badan lain, baik sebagian maupun seluruhnya.

3
Kedaulatan adalah kekuasaaan yang tertinggi dalam setiap Negara. Kedaulatan tidak
mengizinkan adanya saingan. Kedaulatan tidak mengenal batas, karena membatasi kedaulatan
berarti adanya kedaulatan yang lebih tinggi. Kedaulatan itu lengkap, sempurna, karena tidak ada
manusia dan organisasi yang diperkecualikan dari kekuasaan yang berdaulat.

B. Kedaulatan menurut Harold J. Laski dan C. F. Strong

Menurut Harold J. Laski, Kedaulatan (souvereignity) adalah kekuasaan yang sah


(menurut hukum) yang tertinggi, kekuasaan tersebut meliputi segenap orang maupun golongan
yang ada di dalam masyarakat yang dikuasainya.

Sedangkan C. F. Strong dalam bukunya Modern Political Constitution mengemukakan,


Kedaulatan adalah kekuasaan untuk membentuk hukum serta kekuasaan untuk memaksakan
pelaksanaannya.

C. Teori-Teori Kedaulatan

Muncullah teori-teori kedaulatan yang mencoba merumuskan siapa dan apakah yang
berdaulat dalam suatu negara:

1. Kedaulatan Tuhan.
2. Kedaulatan Raja
3. Kedaulatan Negara.
4. Kedaulatan Rakyat.
5. Kedaulatan Hukum.
Bentuk kedaulatan negara dan kedaulatan hukum menunjukkan kedaulatan yang tidak
dipegang oleh suatu persoon.
1. Teori Kedaulatan Tuhan
Teori yang mendasarkan berlakunya hukum atas kehendak Tuhan dinamakan Teori
Kedaulatan Tuhan (Teori Teokrasi). Teokrasi berasal dari kata Theos yang artinya Tuhan, dan
Cratein yang artinya memerintah. Teori ini mengajarkan bahwa pemerintah/negara memperoleh
kekuasaan yang tertinggi itu dari Tuhan.
Teori kedaulatan Tuhan menurut sejarahnya berkembang pada zaman abad pertengahan,
yaitu antara abad ke-5 sampai abad ke-15. Didalam perkembangannya teori ini sangat erat

4
hubungannya dengan perkembangan agama baru yang timbul pada saat itu yaitu agama Kristen,
yang kemudian dioraganisasi dalam satu organisasi keagamaan, yaitu gereja yang dikepalai
seorang paus. Tokoh-tokoh penganut teokrasi antara lain; Agustinus, Thomas Aquinas, dan
Marsillius.
Agustinus mengajarkan bahwa yang menjadi wakil Tuhan di dunia adalah Paus.
Marsillius mengatakan bahwa yang menjadi wakil Tuhan di dunia adalah Raja. Sedangkan
Thomas Aquinas mengajarkan bahwa Raja dan Paus mempunyai kekuasaan yang sama, hanya
bidangnya yang berbeda. Tugas Raja dalam bidang keduniawian, sedangkan tugas Paus dalam
bidang keagamaan.
Sedangkan, menurut Ahmad Azhar Basyir, predikat teokrasi tidak dapat diterima sebab
Islam tidak mengenal adanya kekuasaan Negara yang menerima limpahan dari Tuhan,
menurutnya kekuasaan Negara berasal dari umat dan penguasanya bertanggung jawab kepada
umat-umat. Menurut ajaran Islam, kedaulatan hanya milik Allah semata, dan hanya Dia-lah
pemberi hukum. Dalam Negara Islam, organisasi-organisasi politik itu disebut khilafah. Manusia
merupakan khalifah Tuhan di muka bumi dan memiliki tugas untuk melaksanakan dan
menegakkan perintah dari pemegang kedaulatan.
Sejalan dengan perkembangan alam pikiran modern, maka sekarang orang mencari-cari
bukti atas kekuasaan yang didasarkan pada ketuhanan tersebut, maka lahirlah apa yang disebut
sebagai teori teokrasi modern.
Ada orang yang hendak mendasarkan kekuasaan Raja (atau siapa saja) atas dasar
‘kehendak Tuhan” dengan mencari bukti anggapannya dalam sejarah. Misalnya: rakyat dalam
keadaan bahaya yang sulit diatasi, tiba-tiba datanglah seseorang yang berhasil membebaskan
rakyat dari keadaan bahaya tersebut. Dalam peristiwa ini dilihat adanya bukti, bahwa Tuhan
telah mengirim pemimpin unruk menolong rakyatnya. Jadi, secara tidak langsung kekuasaan
pemimpin itu dan keturunannya didasarkan atas ketuhanan. (Samidjo, 1996:144).
2. Teori Kedaulatan Raja

Kedaulatan raja (the kings of souveregnty) berarti dalam Negara itu, yang berdaulat
adalah raja, raja dianggap sebagai orang yang suci, bijaksana sehingga dianggap berbeda dengan
rakyat (warga negaranya) meskipun sama-sama manusia. Posisi raja dalam hal ini adalah sangat
kuat dan tidak ada yang menandingi pada saat itu.

5
Menurut Marsilius, kekuasaan tertinggi dalam Negara berada di tangan raja, karena raja
adalah wakil Tuhan atau semacam diberi amanah dari Tuhan untuk berkuasa atas rakyat dan
berhak melakukan apa saja karena menurutnya semua tindakannya itu sesuai dengan apa yang
dikehendaki Tuhan. bahkan raja merasa berkuasa menetapkan kepercayaan atau agama yang
harus dianut oleh rakyatnya atau warga negaranya.

Kekuasaan mutlak yang ada pada raja, sehingga terjadi penyelewengan kekuasaan
kedalam tyranny. Seperti yang terjadi di Prancis pada masa pemerintahan raja Louis IV yang
menyatakan “Negara adalah saya (I’etat cest moi)”. Pada saat itu banyak keluarga raja yang
berpesta pora diatas kesengsaraan rakyat, yang menyebabkan rakyat tidak lagi percaya pada
kekuasaan tertinggi yang berada ditangan raja. "Ahmad Azhar Basyir yang dipetik dalam:
ni;matul huda, Ilmu Negara (yogyakarta: UII)" Kemudian rakyat mulai memberontak terhadap
kekuasaan raja dan mulai menyadari kekuatannya sendiri sebagai “rakyat” yang beridentitas dan
berhak.

3. Teori Kedaulatan Negara


Teori kedaulatan negara lahir pada bagian kedua abad XIX. Menurut teori ini, negara
dianggap sebagai satu kesatuan ide yang paling sempurna. Negara adalah satu hal yang tertinggi,
yang merupakan sumber kedaulatan dalam negara. Karena itu, negara dianggap mempunyai hak
yang tidak terbatas terhadap life, liberty, and property dari warganya. Warga negara bersama-
sama hak miliknya itu, apabila perlu, dapat dikerahkan untuk kepentingan dan kejayaan negara.
Mereka taat kepada hukum, tidak disebabkan oleh suatu perjanjian, tetapi karena hukum itu
adalah kehendak negara.
Dalam teori kedaulatan Negara (staatssouvereniteit) ini menganggap Negara sebagai
suatu “rechtsperson” atau “badan hukum” yang dianggap memiliki berbagai hak dan kewajiban
serta dapat melakukan perbuatan atau tindakan hukum, tidak ubahnyaseperti juga seorang
“natuurlijkpersoon” yang menjadi pendukung hak dan kewajiban yang sekaligus dapat
melakukan perbuatan atau tindakan hukum. Negara sebagai badan hokum inilah yang memiliki
kekuasaan tertinggi didalam kehidupan manusia sebagai anggota masyarakat.
Tokoh-tokoh dari teori kedaulatan negara ini antara lain adalah Paul Laband (1838-
1918) dan Georg Jellineck. Paul Laband mengatakan bahwa tidak ada negara yang tidak
berkekuasaan tertinggi, negara adalah satu-satunya sumber segala kekuasaan tertinggi. Menurut

6
Georg Jellineck yang menciptakan hukum bukan tuhan dan bukan pula raja, tetapi Negara.
Adanya hukum karena adanya Negara. Jellineck juga mengatakan bahwa hukum merupakan
penjelmaan dari kemauan Negara. Negara adalah satu-satunya sumber hukum. Oleh sebab itu,
kekuasaan tertinggi harus dimiliki oleh Negara.
Namun ada pula yang beranggapan bahwa kedaulatan Negara merupakan kelanjutan dari
kedaulatan raja, dimana pada pelaksanaanya yang menjadi penguasa atau yang memegang
kekuasaan dalam suatu Negara adalah raja sendiri, seperti yang disebut dengan ajaran
“verkulpringstheorie” yang artinnya Negara menjelma dalam tubuh raja.

4. Teori kedaulatan Rakyat

Menurut teori ini, negara memperoleh kekuasaan dari rakyatnya, bukan dari tuhan atau
dari raja. Teori ini tidak sependapat dengan teori kedaulatan tuhan, dan mengemukakan
kenyataan-kenyataan yang tidak sesuai dengan apa yang diajarkan oleh teori kedaulatan tuhan
yaitu:

a. Raja yang seharusnya memerintah rakyat dengan adil, jujur, dan baik hati ternyata
bertindak dengan sewenang-wenang terhadap rakyat
b. Apabila kedaulatan raja itu berasal dari tuhan, mengapa dalam suatu peperangan
antara raja yang satu dengan raja yang lain dapat mengakibatkan salah seorang
raja
Kedaulatan rakyat (popular sovereignty) dimaksudkan kekuasaan rakyat sebagai
tandingan atau imbangan terhadap kekuasaan penguasa tunggal atau yang berkuasa. Ajaran
kedaulatan rakyat mensyaratkan adanya pemilihan umum yang menghasilkan dewan-dewan
rakyat yang mewakili rakyat dan yang dipilih langsung atau tidak langsung oleh warga Negara.
Paham kedaulatan rakyat itu sudah dikemukakan oleh kaum monarchomachen seperti
Marsilio, William Ockham, Buchanan, Hotman dan lain-lain. Mereka inilah yang mula-mula
sekali mengemukakan ajaran bahwa, rakyatlah yang berdaulat penuh dan bukan raja, karena raja
berkuasa atas persetujuan rakyat. Ajaran kaum monarchomachen ini kemudian dilanjutkan oleh
John Locke dan kemudian J.J Rousseau.
Menurut Locke, memang rakyat menyerahkan kekuasaan-kekuasaannya kepada Negara.
Dengan demikian Negara memiliki kekuasaan yang besar. Tetapi kekuasaan ini ada batasnya,

7
batas itu adalah hak alamiah dari manusia, yang melekat padanya ketika manusia itu lahir. Hak
ini sudah ada sebelum Negara terbentuk. karena itu, Negara tidak bisa mengambil atau
mengurangi hak alamiah itu.
5. Teori Kedaulatan Hukum

Menurut teori kedaulatan hukum atau rechts-souvereiniteit, kekuasaan tertinggi di dalam


suatu Negara itu adalah hukum itu sendiri. Karena itu baik raja atau penguasa maupun rakyat
atau warga Negaranya, bahkan Negara itu sendiri semuanya tunduk kepada hukum. Semua sikap,
tingkah laku, dan perbuatannya harus sesuai atau menurut hukum.

Kemudian terjadi pertentangan diantara para ahli penganut paham berbeda yakni antara
Krabbe yang menganut teori kedaulatan hukum dengan Jellineck yang menganut paham
kedaulatan Negara. Jellineck mengemukakan teorinya “selbstbindung” yang isinya antara lain
bahwa Negara harus tunduk secara sukarela kepada hukum. "Gde panca astawa: ilmu negara &
teori Negara (Bandung cetakan 2:2012)" Kemudian Krabbe yang menganut aliran historis yang
pelopori oleh Von savigny, yang mengatakan bahwa “hukum timbul bersama kesadaran hukum
masyarakat. Hukum tidak tumbuh dari kehendak atau kemauan Negara, maka berlakunya hukum
terlepas dari kemauan Negara.” Alasan ini dikemukakan sebagai jawaban, bahwa kalau benar
Negara yang berkuasa, apa sebabnya Negara itu patuh kepada hukum dan dapat dihukum.
Bukankah Negara berkuasa membuat undang-undang? bagaimana mungkin Negara yang
berkuasa secara sukarela mengikat dirinya dengan undang-undang itu.

D. Lembaga-lembaga Pelaksana Kedaulatan Rakyat di Indonesia

Berdasarkan pasal 1 ayat 2 UUD 1945 menyatakan Kedaulatan berada di tangan rakyat
dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar. Ini berarti ada lembaga negara yang berfungsi
untuk menjalankan tugas negara sebagai wakil rakyat dan merupakan lembaga negara yang
bertugas sebagai pelaksana kedaulatan rakyat yaitu :

Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)

Majelis Permusyawaratan Rakyat adalah lembaga negara dalam sistem ketatanegaraan


Republik Indonesia, yang terdiri atas anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan anggota Dewan
Perwakilan Daerah. Atas dasar ketentuan Pasal 2 ayat (1) UUD 1945, jumlah anggota MPR

8
didasarkan atas penjumlahan anggota DPR dan anggota DPD. Jumlah anggota DPR sebanyak
560 orang (Pasal 74 ayat (1) UU No. 7 Tahun 2009).

Alat kelengkapan MPR terdiri atas Pimpinan, Panitia Ad Hoc, dan Badan Kehormatan.
Pimpinan MPR terdiri atas seorang ketua dan 3 orang wakil ketua yang mencerminkan unsur
DPR dan DPD yang dipilih dari dan oleh anggota MPR dalam Sidang Paripurna MPR.
Perubahan (Amandemen) UUD 1945 membawa aplikasi terhadap kedudukan, tugas, dan
wewenang MPR. MPR yang dahulu berkedudukan sebagai lembaga tertinggi negara pemegang
dan pelaksana sepenuhnya kedaulatan rakyat, kini MPR berkedudukan sebagai lembaga negara
yang setara dengan lembaga negara lainnya, seperti Lembaga Kepresidenan, DPR, DPD, BPK,
MA, dan MK.

Tugas dan wewenang MPR diatur dalam UU No. 7 Tahun 2009 tentang Susunan dan
Kedudukan Anggota MPR, DPR, DPD, dan DPRD.

Presiden

UUD 1945 mengharuskan bahwa calon Presiden dan calon Wakil Presiden sebagai berikut.

1. Warga negara Indonesia sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima


kewarganegaraan lain karena kehendaknya sendiri (pasal 6 (1).
2. Tidak pernah mengkhianati negara (pasal 6 (1).
3. Mampu secara rohani dan jasmani untuk melaksanakan tugas dan kewajiban
Presiden dan Wakil Presiden.
4. Dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat (pasal 6A (1).
5. Diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilu sebelum
pelaksanaan pemilu (pasal 6A (2).

Syarat-syarat untuk menjadi presiden dan wakil presiden diatur lebih lanjut dengan UU
Nomor 23 Tahun 2003. Presiden dan wakil presiden memegang jabatan selama 5 tahun, dan
sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk satu kali masa jabatan
(pasal 7 UUD 1945).

Presiden RI memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD 1945, yang dalam


melakukan kewajibannya dibantu oleh satu orang wakil presiden. (pasal 4 UUD 1945).

9
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) adalah lembaga negara dalam sistem ketatanegaraan
Republik Indonesia yang merupakan lembaga perwakilan rakyat dan memegang kekuasaan
membentuk Undang-Undang. DPR terdiri atas anggota partai politik peserta pemilihan umum,
yang dipilih berdasarkan hasil Pemilihan Umum. Anggota DPR berjumlah 560 orang. Masa
jabatan anggota DPR adalah 5 tahun, dan berakhir bersamaan pada saat anggota DPR yang baru
mengucapkan sumpah/janji.

Fungsi DPR ditegaskan dalam pasal 20A (1) UUD 1945 bahwa DPR memiliki fungsi
legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan.

1. Fungsi legislasi antara lain diwujudkan dalam pembentukan UU bersama


presiden.
2. Fungsi anggaran berupa penetapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
yang diajukan presiden.
3. Fungsi pengawasan dapat meliputi pengawasan terhadap pelaksanaan UU,
pengawasan terhadap kebijakan pemerintah sesuai dengan jiwa UUD 1945.

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) merupakan lembaga negara yang bebas dan mandiri,
dengan tugas khusus untuk menerima pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara (pasal
29E (1)

Dalam melaksanakan tugasnya, BPK berwenang meminta keterangan yang wajib


diberikan oleh setiap orang, badan/instansi pemerintah atau badan swasta sepanjang tidak
bertentangan dengan UU, BPK mengawasi apakah kebijaksanaan dan arah keuangan negara
yang dilaksanakan oleh pemerintah sudah sesuai dengan tujuan semula dan apakah sudah
dilaksanakan dengan tertib. Hasil pemeriksaan BPK diserahkan DPR, DPD dan DPRD sesuai
dengan kewenangannya (pasal 23E (2)). BPK berkedudukan di ibukota negara dan memiliki
perwakilan di setiap provinsi.

10
Mahkamah Agung (MA)

Mahkamah Agung (MA) merupakan lembaga negara yang memegang kekuasaan


kehakiman disamping Mahkamah Konstitusi di Indonesia (pasal 24 (2). Dalam melaksanakan
kekuasaan kehakiman, MA membawahi beberapa macam lingkungan peradilan, yaitu Peradilan
Umum, Peradilan Agama, dan Peradilan Militer dan PTUN (pasal 24 (2). Kekuasaan kehakiman
merupakan kekuasaan merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum
dan keadilan (pasal 24 (1).

Mahkamah Konstitusi (MK)

Mahkamah Konstitusi adalah salah satu kekuasaan kehakiman di Indonesia. Mahkamah


Konstitusi mempunyai kewenangan untuk

1. Mengadili pada tingkat pertama dan terakhir untuk menguji UU terhadap UUD;
2. Memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh
UUD;
3. Memutus pembubaran partai politik;
4. Memutus perselisihan tentang hasil pemilu (pasal 24C (2) UUD 1945).
5. Wajib memberi putusan atas pendapat DPR mengenai dugaan pelanggaran oleh
presiden dan/atau wakil presiden menurut UUD 1945.

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)

DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat daerah sebagai unsur penyelenggara


pemerintahan daerah. DPRD memiliki tiga fungsi, yaitu :

1. Fungsi legislasi, yaitu fungsi membentuk peraturan daerah bersama


pemerintahdaerah;
2. fungsi anggaran, yaitu fungsi menyusun dan menetapkan APBD bersama pemerintah
daerah;
3. fungsi pengawasan, yaitu fungsi melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan
pemerintah daerah.

11
Komisi Pemilihan Umum (KPU)

KPU merupakan komisi yang bertanggung jawab akan pelaksanaan pemilihan umum di
Indonesia. KPU bersifat nasional, tetap, dan mendiri (pasal 22E (5) UUD 1945).

Komisi Yudisial (KY)

Komisi Yudisial adalah lembaga yang mandiri yang dibentuk oleh presiden dengan
persetujuan DPR (pasal 24B (3) UUD 1945). Anggota Komisi Yudisial harus mempunyai
pengetahuan dan pengalaman di bidang hukum serta memiliki integritas dan kepribadian yang
tidak tercela (pasal 24B (2) UUD 1945). Komisi Yudisial berwenang mengusulkan pengangkatan
Hakim Agung serta menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat dan perilaku
hakim (pasal 24B (17) UUD 1945).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa MPR, Presiden, DPR, DPD, BPK,
MA, dan MK merupakan lembaga negara yang bertugas sebagai pelaksana kedaulatan rakyat.

12
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Polemik tentang siapakah sebenarnya pemegang kekuasaan tertinggi dalam suatu


Negara masih menjadi perdebatan para ahli, dengan mempertahankan argument masing-masing
yang kemudian menjadi tombak lahirnya berbagai teori mengenai kedaulatan (kekuasaan
tertinggi dalam negara). Kedaulatan yang menurut istilah yang berarti kekuasaan tertinggi dari
suatu kesatuan politik atau menurut Jean Bodin kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi untuk
membuat hukum didalam suatu Negara yang bersifat: tunggal yang berarti bahwa hanya
negaralah yang memiliki, asli yang berarti kekuasaan yang tidak berasal dari kekuasaan lain,
kemudian, abadi yang berarti memiliki kekuasaan tertinggi dan abadi, serta tidak dapat dibagi-
bagi yang berarti bahwa kedaulataan itu tidak dapat diserahterimahkan baik sebagian maupun
seluruhnya.

13

Anda mungkin juga menyukai