Anda di halaman 1dari 8

Nama : I Dewa Ayu Ahadhita

Nim : 1904551054

ILMU NEGARA

1. Teori Teokrasi

Teokrasi berasal dari bahasa Yunani theo yang berarti tuhan dan cratein yang berarti
pemerintahan. Secara sederhana, teokrasi dapat diartikan sebagai pemerintahan oleh
tuhan Secara epistemologi, teokrasi adalah suatu sistem pemerintahan yang dijalankan
oleh seseorang dengan mengatasnamakan tuhan.Dalam teokrasi, kedaulatan tertinggi
bersifat mutlak dan suci karena kedaulatan tertinggi berada di tangan tuhan dan
pemimpinnya mengklaim dirinya “mendapatkan kekuasaan dari tuhan”.

Teokrasi muncul pertama kali di daratan eropa pada abad pertengahan (medieval age)
yang dipelopori oleh seorang kaisar romawi bernama Augustinus. Pada akhir abad ke
enam, gereja romawi mulai mengorganisasikan institusi kepausannya di bawah komando
paus Gregory I yang dikenal sebagai “the Great”. Dialah yang membangun awal mula
birokrasi kepausan (papacy’s power).

Munculnya faham yang mengemukakan bahwa kedaulatan negara itu berasal dari
Tuhan (Goddelijke souvereiniteit), karena orang beragama dan beriman bahwa Tuhanlah
Maha Pencipta langit dan bumi serta segala isinya dan Tuhan pula yang mempunyai
kekuasaan tertinggi diseluruh alam raya ini. Segala kekuasaan di langit dan di bumi
berasal dari Tuhan Yang Maha Esa, tiada kekuasaan manapun di bumi ini yang tidak
berasal dari pada-Nya.

Argumentasi :

Negara itu terjadi karena kehendak Tuhan. Suatu negara tidak atau belum akan
terbentuk di muka bumi ini, jika Tuhan belum memperkenannya. Perlambang dari faham
yang menganut teori ini seperti : “Atas berkat rakhmat Tuhan Yang Maha Esa” yang
tercantum pada berbagai konstitusi atau Undang-Undang Dasar suatu negara.
Munculnya faham yang mengemukakan bahwa kedaulatan negara itu berasal dari
Tuhan (Goddelijke souvereiniteit), karena orang beragama dan beriman bahwa Tuhanlah
Maha Pencipta langit dan bumi serta segala isinya dan Tuhan pula yang mempunyai
kekuasaan tertinggi diseluruh alam raya ini. Segala kekuasaan di langit dan di bumi
berasal dari Tuhan Yang Maha Esa, tiada kekuasaan manapun di bumi ini yang tidak
berasal dari pada-Nya.

Kesimpulan :
Maka dari itu kekuasaan yang ada pada negara pun berasal dari anugerah Tuhan,
yang dianugerahkan dan diamanatkannya kepada pemerintah. Menjadi kewajiban
pemerintah dari suatu negara untuk melanjutkan kesinambungan kedaulatan Tuhan itu
kepada rakyatnya sesuai dengan perintah dan kehendak-Nya dan harus pula ditujukan
untuk memuliakan, melaksanakan perintah Tuhan dan menjauhi larangan-Nya.
Berdasarkan alam pikiran inilah, maka raja-raja pada zaman purbakala sampai
abad pertengahan tetap dipandang rakyatnya sebagai “Wakil Tuhan” atau “Bayang-
bayang Allah di muka bumi”, karena para raja itulah sebagai pemegang kekuasaan yang
tertinggi di dunia. Pada upacara penobatan raja-raja di eropa misalnya, Paus di roma
datang untuk meletakkan mahkota di atas kepala raja, atas nama Tuhan.

Pertanyaan :
1. Sudah dijelaskan bahwa teori teokrasi tersebuat adalah kekuasaan tertinggi atas
nama Tuhan, seperti yang kita tahu Tuhan merupakan maha benar. Lalu apakah
teori teokrasi ini mempunyai dampak negatif dan positifnya?

2. Teori Perjanjian
Teori perjanjian ini disebut juga teori kontrak sosial. Di antara penganjurnya
seperti Thomas Hobbes menghendaki agar negara yang terbentuk berdasarkan kontrak
sosial itu terbentuk kerajaan (monarchie). Sebaliknya John Locke menuntut agar negara
tersebut berbentuk kerajaan konstitusional. Sementara Jean Jaques Rousseau
menghendaki organisasi negara itu berdasarkan kedaulatan rakyat.
Pandangan Thomas Hobbes, John Locke dan Jean Jacques Rousseau yang
mendasarkan pembentukan negara atas suatu perjanjian antara anggota masyarakat, itulah
yang kemudian dikenal dengan dengan teori perjanjian masyarakat atau kontrak sosial.
Perbandingan antara ketiga teori para ahli dirumuskan oleh Utrecht (sebagaimana
dikutip M. Solly Lubis dalam bukunya “Ilmu Negara”): “walaupun tak berlainan, mereka
mempunyai anggapan tentang pembentukan dan adanya negara itu disusun atas
pembentukan dan adanya negara itu disusun atas suatu perjanjian sosial, kesimpulan-
kesimpulan yang mereka tarik tentang sifat negara tersebut sangat berlainan”.
Menurut Hobbes negara negara itu bersifat totaliter, negara itu diberi kekuasaan
tak terbatas (absolut). Pendapat Locke, negara selayaknya bersifat kerajaan konstitusional
yang memberi jaminan tentang hak–hak dan kebebasan– kebebasan pokok manusia (ingat
: life, liberty, healty, dan property). Sementara Rousseau memandang negara bersifat
suatu perwakilan rakyat , Negara sepantasnya berbentuk negara demokrasi, yakni yang
berdaulat adalah rakyat.

Argumetasi :
Menurut teori ini, terjadinya suatu negara karena adanya perjanjian masyarakat.
Semua warga negara mengikat dirinya dalam suatu perjanjian bersama untuk mendirikan
negara. Kemudian masing-masing warga negara menyerahkan kedaulatan dirinya kepada
negara yang baru terbentuk itu, agar negara tersebut berdaulat sehingga dapat melindungi
dan menjamin kehidupan mereka bersama.

Kesimpulan :
Ada pihak-pihak. Pihak di sini adalah subjek perjanjian sedikitnya dua orang atau badan
hukum dan harus mempunyai wewenang melakukan perbuatan hukum sesuai yang ditetapkan
oleh undang-undang. Ada persetujuan antara pihak-pihak, yang bersifat tetap dan bukan suatu
perundingan.Ada tujuan yang akan dicapai. Hal ini dimaksudkan bahwa tujuan para pihak
hendaknya tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan dan undang-undang.Ada
bentuk tertentu, lisan atau tulisan. Hal ini berarti bahwa perjanjian bisa dituangkan secara lisan
atau tertulis. Hal ini sesuai ketentuan undang-undang yang menyebutkan bahwa hanya dengan
bentuk tertentu suatu perjanjian mempunyai kekuatan mengikat dan bukti yang kuat.

Pertanyaan ;
1. Dalam melakukan perjanjian, apakah ada syarat-syarat tertentu? Apa saja syarat
tersebut? Lalu bagaimana jika kita tidak menaati syarat tersebut?
3. Teori Kekuasaan
Kekuasaan dalam sebuah negara dijalankan oleh pemimpin, pemimpin menurut Inu
Kencana Syafiie adalah pemimpin (dalam Bahasa Inggris “Leader”) berarti orang yang
mempengaruhi pihak lain melalui proses kewibawaan komunikasi sehingga orang lain
tersebut bertindak untuk mencapai tujuan tertentu.
Dalam sebuah neagra pemimpin bisa berupa Raja, Presiden, Ratu atau sebutan
lainnya, dalam melaksanakan kepepimpinan pemimpin memiliki kekuasaan atau
kewenangan dalam menjalankan kekuasannya. Kekuasaan inilah yang digunakan oleh
pemimpin untuk memaksa orang yang dipimpin membayar pajak, mmenjarakan orang
sampai menaati peraturan-peraturan
Pemimpin dalam menjalakan kekuasannya pada sebuah negara harus memilik
keabsahaan (legitimasi). Legitimasi adalah kesesuain suatu tindakan perbuatan dengan
hukumyang berlaku, atau pertauran yang ada, baik peraturan hukum formal, etis, adat isti
adat, maupun hukum kemasyarakatan yang sudah lama tercipta secara syah. Jadi
hendaknya kekuasaan itu harus diperoleh secara sah, agar kekuasaan itu tidak
disalahgunakan dan tidk menjalankan kekuasaan itu dengan sewenag-wenang.

Argumentasi :
Kekuasaan sangat erat kaitannya dengan negara sebagai tempat perwujudan dari
sebuah kekuasaan, selain itu kekuasaan juga tidak dapat dipisah dengan politik sebab
politik dari banyak ahli mengatakan sebagai sebuah alat untuk merebut, menjalankan
serta mempertahankan kekuasaan itu sendiri. Selanjutnya kekuasaan juga tidak bisa
dipisahkan dengan pemimpin, karena orang tau sekelompok orang itulah yang
menjalankan kekuasaan disebuah negara ataupun disuatu organisasi, perwujudan
kekuasaan juga diimplementasikan kedalam bentuk pemerintahan.
Kekuasaan adalah kesempatan seseorang atau sekelompok orang untuk
menyadarkan masyarakat akan kemauan-kemauannya sendiri, dengan sekaligus
menerapkannya terhadap tindakan-tindakan perlawanan dari orang-orang atau golongan
tertentu. Pada dasarnya kekuasaan diperuntukan untuk melindungi masyarakat yang
dipimpinnya serta kekuasaan itu untuk mencapai tujuan bersama serta cita-cita bernegara.

Kesimpulan :
Maka dari itu, kemampuan pemegang kekuasaan tertinggi yang dapat
mempengaruhi dan mengubah pemikiran orang lain atau kelompok untuk melakukan
suatu tindakan yang diinginkan oleh pemegang kekuasaan dengan sungguh-sungguh atau
bukan karena paksaan baik secara fisik maupun mental untuk hasil yang baik.
Dengan kemulian tujuan kekuasaan itu maka hendaknya kekuasaan jangan sampai disala
hgunakan, sebagai alat untuk memperkaya diri sendiri, kelompok serta partai tertentu, serta hend
aknya dalam menjalankan kekuasaan yang telah diraih memiliki legitimasi agar benar-benar me
milki kedudukan yang sah secara hukum

Pertanyaan :
1. Negara muncul karenan adanya kekuatan kekuasaan. Bagaimana pendapatmu
tentang penyalahgunaan teori kekuasaan ini?
4. Teori Kedaulatan

Kedaulatan merupakan ciri, pertanda atau atribut hukum dari negara.Kata


Kedaulatan berasal dari kata Soveregnty (Bahasa Inggris), Suoverainete (Bahasa
Prancis), Sovranus (Bahasa Italia). Kata- kata asing tersebut diturunkan dari sebuah kata
dalam bahas Latin yaitu:
Superanus yang berarti “yang tertinggi” (Supreme). Sarjana
sarjana dari Abad Pertengahan lazim menggunakan pengertian-pengertian yang serupa
maknanya dengan istilah superanus itu, yaitu Summaperates atau Plenitudo potestatis
yang berarti wewenang tertinggi dari suatu kekuasaan politik. Banyak sekali definisi
untuk kata Kedaulatan tetapi “istilah ini selalu diartikan sebagai Otoritas pemerintahan
dan Hukum”.
 
Jean Bodin merupakan “bapak ajaran kedaulatan” atau “peletak dasar ajaran
kedaulatan”. Menurut Jean Bodin, kedaulatan adalah kekauasaan tertinggi terhadap para
warga negara dan rakyatnya, tanpa ada suatu pembatasan apapun dari undang-undang.
Kedaulatan juga merupakan kekasan tertinggi untuk menentukan hukum dalam negara.
Jean Bodin juga beranggapakan bahwa tidak ada kedaualatan yang bersifat mutlak, yang
ada hanyalah kedaulatan terbatas baik diluar maupun didalam negaranya, tetapi
kedaulatan merupakan kekuasaan tertinggi dari sebuah negara.

Beberapa Teori Tentang Kedaulatan


Adapun teori-teori tentang kedaulatan adalah sebagai berikut :
1. Teori Kedaulatan Tuhan
            Menurut teori ini bahwa negara atau pemerintah memperoleh kekuasaan tertinggi
itu berasal dari perintah atau titah Tuhan. Oleh karena itu pemerintah harus
mempergunakan kedaulatan itu sesuai dengan kehendak Tuhan. Jadi menurut teori ini,
Tuhanlah yang berdaulat. Berdasarkan alam pikiran inilah  maka raja-raja zaman dahulu
sampai dengan abad pertengahan, tetap dipandang rakyatnya sebagai “Wakil Tuhan” atau
“Bayang-bayang Tuhan” di muka bumi.
2. Teori Kedaulatan Rakyat
            Menurut teori ini, karena Raja mendapat limpahan kekuasaan dari rakyat, maka
yang memegang kekuasaan tertinggi sekaligus pemegang kedaulatan adalah rakyat. Raja
hanya melaksanakan saja aspirasi dan amanat rakyat.  Perihal yang terbaik dalam suatu
masyarakat, bukanlah sebagaimana yang dikehendaki oleh raja, melainkan apa yang
dianggap baik oleh rakyat itu sendiri. Adapun yang diserahkan kepada
pemerintah/penguasa adalah ‘kekuasaan saja’ untuk jangka waktu tertentu , sedangkan
kedaulatan tetap berada pada rakyat.

3. Teori Kedaulatan Negara


            Menurut teori ini, yang berdaulat bukanlah rakyat melainkan negara, karena
negaralah yang membuat hukum. Ditambahkan lagi bahwa dengan adanya berbagai
gejala dalam masyarakat, ternyata kepentingan individu selalu dikalahkan oleh
kepentingan negara. Negara di sini dianggap sebagai suatu keutuhan yang berwenang
membuat peraturan. Adanya hukum karena dikehendaki pemerintah atau negara.
            Menurut paham ini, kedaulatan itu timbul karena adanya negara dan oleh karena
itu kedaulatan melekat secara utuh pada keberadaan negara.

4. Teori Kedaulatan  Hukum


            Menurut teori ini hukum itu tercipta dari rasa keadilan yang hidup pada
sanubari rakyat.  Menurut Savigny, pembuat undang-undang sebenarnya bukanlah
pencipta undang-undang itu sendiri. Mereka adalah sekedar perumus dari kesadaran
hukum yang tumbuh dari dalam kalangan masyarakat. Oleh karena itu pemerintah
memperoleh kekuasaan bukanlah dari Tuhan, rakyat ataupun negara, akan tetapi dari
hukum dan berdasarkan atas hukum, sehingga kedaulatan itu berada pada hukum. Baik
pemerintah maupun rakyat yang memperoleh kekuasaan dari hukum itu, wajib tunduk
pada ketentuan hukum itu sendiri.

Argumentasi :
Kedaulatan adalah suatu kekuasaan tertinggi pada suatu negara yang berlaku
terhadap seluruh wilayah dan segenap rakyat dalam negara tersebut.
Yang berkemampuan untuk memiliki kekuasaan atau yang berhasil mencapai suatu
kekuasaan, selayaknya mereka memegang tampuk pemerintah. Kekuasaan itu adalah
upaya dan ciptaan mereka yang paling kuat dan berkuasa. Baik dengan kekuatan fisik,
kekuatan ekonomi, politik maupun sosial
Kesimpulan :
Kedaulatan merupakan suatu kekuasaan tertinggi didalam negara, dimana
kekuasaan tersebut dipegang oleh satu orang atau lebih dengan bertujuan untuk
menjalankan kegiatan negara, tujuan negara dan berjalannya pemerintahan dalam negara.
Teori teori tentang kedaualatan negara berdasarkan kategorisasi atas siapa pemegang
kekuasaan tertinggi atau kedaualatan suatu negara.
Ciri khas kedaulatan ialah dimana kekuasaan itu sama sekali tidak terikat dan
tergantung, tidak dibatasi oleh apapun dan siapapun serta kekuasaan itu harus bebas dan
berlaku terus menerus untuk jangka waktu yang tidak terbatas

Pertanyaan :
1. Dari manakah sesungguhnya Pemerintah atau Penguasa tersebut memperoleh
kedaulatan ?

Anda mungkin juga menyukai