Anda di halaman 1dari 6

Radikalisme berasal dari bahasa Latin radix yang berarti akar.

Maksudnya yakni
berpikir secara mendalam terhadap sesuatu sampai ke akar-akarnya. Merupakan istilah
yang digunakan pada akhir abad ke-18 untuk pendukung gerakan radikal. Radikalisme
merupakan suatu paham yang menghendaki adanya perubahan, pergantian, dan
penjebolan terhadap suatu sistem di masyarakat sampai ke akarnya. Radikalisme
menginginkan adanya perubahan secara total terhadap suatu kondisi atau semua aspek
kehidupan masyarakat. Tentu saja melakukan perubahan (pembaruan) merupakan hal
yang wajar dilakukan bahkan harus dilakukan demi menuju masa depan yang lebih baik.
Namun perubahan yang sifatnya revolusioner sering kali “memakan korban” lebih
banyak sementara keberhasilannya tidak sebanding. Sebagian ilmuwan sosial
menyarankan perubahan dilakukan secara perlahan-lahan, tetapi kontinu dan sistematik,
ketimbang revolusioner tetapi tergesa-gesa.
Radikalisme sendiri merupakan paham pemikiran sekelompok masyarakat yang
menginginkan pembaharuan untuk hidup lebih baik namun dengan cara tidak benar
karena dengan menghalalkan segala cara. Radikalisme disebagian masyarakat bisa
muncul karena banyak hal, salah satunya adalah karena lemahnya pemahaman agama.
Radikalisme ini merupakan sasaran yang tepat bagi orang-orang yang bertujuan
menyelewangkan ajaran agama atau mengajarkan paham-paham keagamaan yang sesat.
Dalam segi pelanggaran norma-norma Pancasila, radikalisme hamper melanggar
keseluruhan norma yang ada dalam Pancasila, dari pelanggaran yang menyangkut agama
sampai sosial. Berawal dari pemikiran sempit oleh sekelompok massa dapat
menimbulkan banyak kerugian yang begitu besar. Jika tidak segera di tanggani akan
menimbulkan dampak buruk, bukan hanya kepada masyarakat menjadi tidak tenang,
tetapi juga kepada bangsa dan negara.
1.1 Rumusan Masalah
1. Mengapa gerakan radikalisme di pandang mengganggu ketatanegaraan dan tidak
sesuai dengan Pancasila.
2. Ciri-ciri dari sikap radikalisme
3. Apa upaya untuk mengatasi radikalisme di Indonesia
1.2 Tujuan Penulisan
Untuk dapat memahami dampak negatife gerakan radikalisme terhadap
ketatanegaraan NKRI yang tidak sesuai dengan Pancasila, dan mampu untuk
mengatasi radikalisme yang ada di Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Dampak Negatif Radikalisme Terhadap Ketatanegaraan NKRI yang


Tidak Sesuai Dengan Pancasila.
Semua gerakan yang dilakukan oleh orang-orang radikalisme sangat tidak sesuai
dengan Pancasila, banyak gerakan radikalisme yang mengatasnamakan agama. Tentu
dalam sila pertama Pancasila yang berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”, di dalam
sila ini tidak mengartikan bagaimana gerakan radikalisme yang disebarkan, tetapi sila
ini memberi tahu bahwa semua masyarakat yang berada di Indonesia berhak
memeluk agamanya sendiri-sendiri.
Dampak negatif Gerakan radikalisme itu sendiri adalah banyaknya pembrontakan
yang mengatasnamakan agama, contohnya saja terorisme yang melakukan
pembrontakan dengan cara membunuh atau melakukan bom bunuh diri. Salah satu
kejadian di Indonesia adalah bom bunuh diri di Bali yang terjadi hingga 2x yang
mengakibatkan kematian. Pada saat itu para turis mancanegara sangat ketakutan,
sehingga mereka kembali ketempat asal mereka. Kita tahu bahwa pulau Bali adalah
salah satu investasi besar di Indonesia.
Selain agama, radikalisme juga sudah “menjangkiti” aliran-aliran
sosial,politik,budaya,dan ekonomi. Ada anggapan di kalangan masyarakat awam
bahwa radikalisme hanya dilakukan oleh agama tertentu saja, sebenarnya bukan
karena agamanya namun lebih kepada perilaku manusia itu sendiri.

2.2 Ciri-ciri Dari Sikap Radikalisme

Radikalisme merupakan suatu sikap yang mendambakan perubahan secara total


dan bersifat revolusioner dengan menjungkirbalikkan nilai-nilai yang ada secara
drastis lewat kekeraan (violence) dan aksi-aksi yang ekstrem.
Ada beberapa ciri yang bisa dikenali dari sikap dan paham radikal yaitu:
1) Intoleran (tidak mau menghargai pendapat dan keyakinan orang lain)
2) Fanatik (selalu merasa benar sendiri, menganggap orang lain salah)
3) Eksklusif (membedakan diri dari umat Islam umumnya)
4) Revolusioner (cenderung menggunakan cara-cara kekerasan untuk mencapai
tujuan)

Memiliki sikap dan pemahaman radikal saja tidak mesti menjadikan seseorang
terjerumus dalam paham dan aksi terorisme. Ada faktor lain yang memotivasi
seseorang bergabung dalam jaringan terorisme. Motivasi tersebut disebabkan oleh
beberapa faktor.
1) Faktor domestik, yakni kondisi dalam negeri yang semisal kemiskinan,
ketidakadilan atau merasa kecewa dengan pemerintah.
2) Faktor internasional, yakni pengaruh lingkungan luar negeri yang memberikan
daya dorong tumbuhnya sentiment keagamaan seperti ketidakadilan global,
politik luar negeri yang arogan, dan imperialisme modern negara adidaya.
3) Ketiga, faktor kultural yang sangat terkait dengan pemahaman keagamaan
yang dangkal dan penafsiran kitab suci yang sempit dan leksikal (harfiyah).
Sikap dan pemahaman yang radikal dan dimotivasi oleh berbagai faktor di atas
seringkali menjadikan seseorang memilih untuk bergabung dalam aksi dan
jaringan terorisme.

2.3 Upaya Mengatasi Radikalisme di Indonesia

1. Memperkenalkan Ilmu Pengetahuan Dengan Baik Dan Benar

Hal pertama yang dapat dilakukan untuk mencegah paham radikalisme dan
tindak terorisme ialah memperkenalkan ilmu pengetahuan dengan baik dan benar.
Pengenalan tentang ilmu pengetahuan ini harusnya sangat ditekankan kepada
siapapun, terutama kepada para generasi muda. Hal ini disebabkan pemikiran para
generasi muda yang masih mengembara karena rasa keingintahuannya, apalagi
terkait suatu hal yang baru seperti sebuah pemahaman terhadap suatu masalah dan
dampak pengaruh globalisasi.

2. Meningkatkan Pemahaman Keagamaan

Radikalisme  disebabkan oleh minimnya pemahaman agama. Belajar agama


secara dangkal dapat memicu mereka melakukan kekerasan, bahkan atas nama
agama. Tindakan terorisme balakangan ini dilakukan dengan cara bunuh diri,
misalnya bom bunuh diri, sebab agama justru melarang  tindakan bunuh diri,
sehingga tindakan terorisme  dalam bentuk apapun sangat bertentangan dengan
ajaran agama

3. Meminimalisir Kesenjangan Sosial

Kesenjangan sosial yang terjadi juga dapat memicu munculnya pemahaman


radikalisme dan tindakan terorisme. Sedemikian sehingga agar kedua hal tersebut
tidak terjadi, maka kesenjangan sosial haruslah diminimalisir. Apabila tingkat
pemahaman radikalisme dan tindakan terorisme tidak ingin terjadi pada suatu
Negara termasuk Indonesia, maka kesenjangan antara pemerintah dan rakyat
haruslah diminimalisir. Caranya ialah pemerintah harus mampu merangkul pihak
media yang menjadi perantaranya dengan rakyat sekaligus melakukan aksi nyata
secara langsung kepada rakyat. Begitu pula dengan rakyat, mereka harusnya juga
selalu memberikan dukungan dan kepercayaan kepada pihak pemerintah bahwa
pemerintah akan mampu menjalankan tugasnya dengan baik sebagai pengayom
rakyat dan pemegang kendali pemerintahan Negara.

4. Menjaga Persatuan Dan Kesatuan

Menjaga persatuan dan kesatuan juga bisa dilakukan sebagai upaya untuk
mencegah pemahaman radikalisme dan tindakan terorisme di kalangan
masyarakat, terbelih di tingkat Negara. Sebagaimana kita sadari bahwa dalam
sebuah masyarakat pasti terdapat keberagaman atau kemajemukan, terlebih dalam
sebuah Negara yang merupakan gabungan dari berbagai masyarakat. Oleh karena
itu, menjaga persatuan dan kesatuan dengan adanya kemajemukan tersebut sangat
perlu dilakukan untuk mencegah masalah radikalisme dan terorisme. Salah satu
yang bisa dilakukan dalam kasus Indonesia ialah memahami dan penjalankan
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, sebagaimana semboyan yang tertera
di sana ialah Bhinneka Tunggal Ika.

5. Mendukung Aksi Perdamaian

Aksi perdamaian mungkin secara khusus dilakukan untuk mencegah


tindakan terorisme agar tidak terjadi. Kalau pun sudah terjadi, maka aksi ini
dilakukan sebagai usaha agar tindakan tersebut tidak semakin meluas dan dapat
dihentikan. Namun apabila kita tinjau lebih dalam bahwa munculnya tindakan
terorisme dapat berawal dari muncul pemahaman radikalisme yang sifatnya baru,
berbeda, dan cenderung menyimpang sehingga menimbulkan pertentangan dan
konflik. Oleh karena itu, salah satu cara untuk mencegah agar hal tersebut
(pemahaman radikalisme dan tindakan terorisme) tidak terjadi ialah dengan cara
memberikan dukungan terhadap aksi perdamaian yang dilakukan, baik oleh
Negara (pemerintah), organisasi/ormas maupun perseorangan.

6. Meningkatkan Pemahaman Akan Hidup Kebersamaan


Meningkatkan pemahaman tentang hidup kebersamaan juga harus
dilakukan untuk mencegah munculnya pemahaman radikalisme dan tindakan
terorisme. Meningkatkan pemahaman ini ialah terus mempelajari dan memahami
tentang artinya hidup bersama-sama dalam bermasyarakat bahkan bernegara yang
penuh akan keberagaman, termasuk Indonesia sendiri. Sehingga sikap toleransi
dan solidaritas perlu diberlakukan, di samping menaati semua ketentuan dan
peraturan yang sudah berlaku di masyarakat dan Negara. Dengan demikian, pasti
tidak akan ada pihak-pihak yang merasa dirugikan karena kita sudah paham
menjalan hidup secara bersama-sama berdasarkan ketentuan-ketentuan yang sudah
ditetapkan di tengah-tengah masyarakat dan Negara.

7. Menyaring Informasi Yang Didapatkan

Menyaring informasi yang didapatkan juga merupakan salah satu cara yang
dapat dilakukan untuk mencegah pemahaman radikalisme dan tindakan terorisme.
Hal ini dikarenakan informasi yang didapatkan tidak selamanya benar dan harus
diikuti, terlebih dengan adanya kemajuan teknologi seperti sekarang ini, di mana
informasi bisa datang dari mana saja. Sehingga penyaringan terhadap informasi
tersebut harus dilakukan agar tidak menimbulkan kesalahpahaman, di mana
informasi yang benar menjadi tidak benar dan informasi yang tidak benar menjadi
benar. Oleh karena itu, kita harus bisa menyaring informasi yang didapat sehingga
tidak sembarangan membenarkan, menyalahkan, dan terpengaruh untuk langsung
mengikuti informasi tersebut.

8. Ikut Aktif Mensosialisasikan Radikalisme Dan Terorisme

Mensosialisasikan di sini bukan berarti kita mengajak untuk menyebarkan


pemahaman radikalisme dan melakukan tindakan terorisme, namun kita
mensosialisasikan tentang apa itu sebenarnya radikalisme dan terorisme. Sehingga
nantinya akan banyak orang yang mengerti tentang arti sebenarnya dari
radikalisme dan terorisme tersebut, di mana kedua hal tersebut sangatlah
berbahaya bagi kehidupan, terutama kehidupan yang dijalani secara bersama-sama
dalam dasar kemajemukan atau keberagaman. Jangan lupa pula untuk
mensosialisasikan tentang bahaya, dampak, serta cara-cara untuk bisa menghindari
pengaruh pemahaman radikalisme dan tindakan terorisme.
https://www.academia.edu/10170398/MAKALAH_RADIKALISME_DI_INDONESIA

Anda mungkin juga menyukai