KELOMPOK 8
1. Khanza Gayatri (2102010346)
2. Nurahma Salsa Eka Afitarani (2102010323)
3. Ghefira Amalia Husein (2102010337)
4. Devina Nur Zalfa Soraya (2102010318)
5. Putri Rizky Aulia (2102010325)
Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, karena berkat petunjuk dan
hidayah-nya makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya adapun tema dari makalah
ini adalah “Wawasan Nusantara”. Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih
kepada dosen mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang telah memberikan bimbingan
materi kepada kami. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak - pihak yang telah
membantu dalam pembuatan makalah ini. Kami jauh dari sempurna dan ini merupakan
langkah yang baik dari studi yang sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan
kemampuan kami maka kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan semoga
makalah ini dapat berguna bagi kita semua.
DAFTAR ISI
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian wawasan nusantara?
2. Apa sifat atau ciri-ciri wawasan nusantara?
3. Apa saja isu-isu dan konflik dari wawasan nusantara?
C. Tujuan Penulisan
1. Memaparkan pengertian Wawasan Nusantara
2. Memaparkan sifat atau ciri-ciri Wawasan Nusantara
3. Menjelaskan dan memaparkan isu dan konflik dari wawasan nusantara
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Wawasan Nusantara
Wawasan mengendung arti pandangan, tinjauan, penglihatan atau tanggap inderawi.
Sedangkan Nusantara dipergunakan untuk menggambarkan kesatuan wilayah perairan
dan gugusan pulau-pulau Indonesia yang terletak di antara Samudera Pasifik dan
Samudera Indonesia serta antara benia Asia dan Benua Australia.
Menurut Tap MPR Tahun 1993 dan 1998 Tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara
(GBHN), pengertian Wawasan Nusantara adalah cara pandnag atau sikap bangsa
Indonesia mengenai diri dan lingkungan dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan
bangsa serta kesatuan wilayah dalam menyelenggarakan kehidupan masayarakat,
berbangsa, dan bernegarauntuk mencapai tujuan nasional.
Sehingga Wawasan Nusantara dapat diartikan dengan cara pandang bangsa Indonesia
mengenai diri dan lingkungannya yang didasarkan oleh pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia, mulai dari sejarah hingga lingkungan alamnya.
Dahulu Timor Leste merupakan salah satu bagian dari NKRI, secara geografis
ada bagian wilayah Timor Leste berdekatan dengan Provinsi Nusa Tenggara
Timur (NTT) bahkan ada wilayahnya yang masuk ke sana.
b. Manunggal di bidang bangsa. Indonesia memiliki berbagai masam suku dan
bahasa yang mereka gunakan sehari hari, selain itu Negara Indonesia juga
memiliki berbagai macam agama dan kepercayaan yang dianut oleh
masayarakatnya. Maka dari itu kesatuan bangsa harus dipertahankan dalam
arti yang seluas luasnya.
Setelah Inonesia dan Timor Leste dinyatakan berpisah, hal ini meninggalkan
permasahalan bagi pemerintah Republik Inonesia yang memerlukan
penyelesaian secara serius karena hal ini berpengaruh terhadap hubungan
antara kedua negara di masa depan, salah satunya adalah aset pemerintah
Republik Indonesia di Timor Leste.
f. Manunggal di bidang sosial. Masyarakat Indoneisa ialah satu, maka dari itu
perikehidupan bangsa pun haruslah merupakan satu kehidupan yang
homongen dengan tingkat kemajuan masyarakat yang seimbang dan merata,
serta keselarasan kehidupan sesuai dengan kemajuan bangsa. Namun dalam
hal ini Timor Leste lebih memilih untuk berpisah dari Indonesia dikarenakan
beberapa hal.
Tidak bisa dipungkuri bahwa dalam hal ini Indonesia pernah gagal dalam
menjaga pertahanan dan keamanannya, kasus Timor Leste contohnya.
Indonesia gagal dalam diplomasinya dalam meyakinkan masayarakat
internasional akan kehendak rakyat Timor Timur untuk merdeka melalui
integrasi, adanya ancaman internasional mengenai pelanggaran HAM yang
terjadi di Timor Timur. Sehingga itu salah satu penyebab rakyat Timor Leste
lebih memilih untuk merdeka dari Indonesia.
2. Utuh dan menyeluruh, artinya utuh dan menyeluruh bagi Nusantara dan rakyat
indonesia, sehingga merupakan satu kesatuan yang utuh bulat dan tidak dapat
dipecah-pecah oleh kekuatan apa pun dan bagaimanapun, sesuai dengan Satu Nusa,
Satu Bangsa, Satu Bahasa (Lemhannas, 1994:39-40).
(1) Sektor Timur (sektor utama/main sector) di Kabupaten Belu dan Kabupaten Malaka
yang berbatasan langsung dengan Distrik Covalima dan Distrik Bobonaro di Timor
Leste sepanjang 149, 1 km; dan
(2) Sektor Barat di Kabupaten Kupang dan Kabupaten Timur Tengah Utara yang
berbatasan langsung dengan Distrk Oecussi yang merupakan wilayah enclave Timor
Leste sepanjang 119,7 km.
Sebagian besar batas darat kedua negara dalam bentuk batas alam yang berupa
watershed dan thalweg (bagian terdalam sungai). Melitasi batas RI dengan Timor Leste
di Pulau Timor mengacu pada perjanjian antara Pemerintah Hindia Belanda dan Portugis
pada tahun 1904 dan Permanent Court Award (PCA) 1914, serta perjanjian antara
pemerintah Indonesia dan Timor Leste pada tanggal 8 April 2005. Perundingan
perbatasan antara RI dan Timor Leste mulai dilaksanakan sejak tahun 2001 dengan
diadakannya pertemuan pertama Technical Sub-Committee On Border Demarcationand
Regulation (TSCBDR) RI-UNTAET (United Nations Transactional Administration For
East Timor). Batas negara antara RI dan Timor Leste sebanyak 907 titik-titik koordinat
telah ditetapkan dalam persetujuan tentang perbatasan darat (Provisional Agreement)
yang ditandatangani oleh Menlu RI dan Menlu Timor Leste pada tanggal 8 Juni 2005 di
Dili namun masih ada segmen yang belum terselesaikan dan yang belum disurvei/diukur
oleh tim survei kedua negara. Sampai saat ini telah dilakukan demarkasi berupa
pemasangan 42 pilar batas di Sektor Timur dan 8 pilar batas di Sektor Barat. Sedangkan
panjang garis yang selesai dilacak (Delineasi) sekitar 95% dari total panjang batas.
Selain itu telah dilakukan kegiatan CBDRF dan pemetaan bersama di sepanjang garis
batas. Permasalahan batas RI-Timor Leste yaitu adanya ketidakcocokan antara
kesepakatan yang tertera dalam dasar hukum (traktat 1904 dan PCA 1914) dengan
kenyataan di lapangan maupun yang diketahui oleh masyarakat sekitar perbatasan.
Penjelasan yang disampaikan oleh warga masyarakat sekitar perbatasan kedua negara
terkadang saling bertentangan, selain itu ada masyarakat adat yang memiliki pandangan
tersendiri mengenai batas tersebut. Mereka secara tradisional memandang bahwa batas
yang diakui secara turuntemurun oleh suku-suku yang berbeda diantara masyarakat
perbatasan. Di sisi lain bukti-bukti yang ada belum mendukung klaim diantara suku-suku
tersebut, hal inilah yang kemudian tidak bisa dibawa ke meja perundingan antara kedua
Negara. Permasalahan ini sangat jelas terlihat di sektor Barat khususnya Kawasan
Manusasi dan Naktuka. (Batubara Harmen, 2015. Penetapan Dan Penegasan Batas
Negara, penerbit Wilayahperbatasan.com, Bandung). Degradasi Nasionalisme dan
Konflik Kepentingan Perbatasan Indonesia masih ada yang memprihatinkan khususnya
di pulau Timor (batas darat RI-RDTL Naktuka dan Citrana). Daerah-daerah perbatasan
banyak yang mengalami keterbelakangan ekonomi karena tiadanya program dan
program pemerintah maupun swasta. Panjangnya garis perbatasan baik darat maupun
laut yang sulit untuk diawasi oleh aparat keamanan. Akibatnya pelanggaran wilayah
perbatasan, penyeludupan dan aktivitas ilegal lintas batas lainnya seringkali terjadi.
Masyarakat di perbatasan justru kebanyakan mendapat fasilitas administrasi dan
pelayanan publik dari negara tetangga yang kemudian dapat menimbulkan nasionalisme
mereka terbelah dan akhirnya mereka mengalami degradasi nasionalisme.
Selain itu bahwa pembangunan daerah perbatasan, terutama perbatasan darat RI-
RDTL agar dijadikan prioritas untuk mencegah munculnya ide Negara Timor Raya
(NTR). Hal ini dapat disebabkan jika pembangunan di Timor Leste jauh lebih maju dari
NTT (Indonesia), maka dikhawatirkan sebagian warga Timor Barat akan memilih
bergabung dengan Timor Leste dan membentuk Negara Timor Raya. Hal lain yang juga
perlu diperhatikan adalah pentingnya pembangunan wawasan kebangsaan melalui
pendidikan di kawasan perbatasan, sehingga generasi muda di wilayah perbatasan tidak
menginginkan kemerdekaan seperti negara tetangganya Timor Leste. Wawasan
kebangsaan juga tidak akan dimaknai oleh masyarakat di daerah perbatasan apabila
kesejahteraan mereka tidak diperhatikan oleh pemerintah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Wawasan Nusantara adalah pandangan untuk menjadi bangsa yang satu dan utuh
dalam satu kesatuan republik Indonesia. Untuk mencapai tujuan nasional maka
diperlukan suatu paham geopolitik dan dikembangkan menjadi wawasan nusantara dan
diwujudkan sebagai satu kesatuan politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan
keamanan.Kesatuan wawasan nusantara ini dilakukan dengan cara desentralisasi dalam
penyelenggaraan pemerintahan.
B. Saran
Sebagai salah satu komponen bangsa strategis, Perguruan Tinggi beserta jajaran
civitas akademikanya memiliki peran, tugas dan tanggung jawab yang sangat strategis
dalam membangkitkan kembali wawasan kebangsaan untuk memperkuat watak dan
karakter bangsa. Oleh karena itu, Perguruan Tinggi perlu terus meningkatkan perannya
secara aktif dalam menyusun dan mensosialisasikan upaya revitalisasi nilai luhur
Pancasila dalam rangka memelihara jati diri ke-Indonesia-an di kalangan generasi
penerus yang sarat dengan nilai Moral dan Etika; Kejujuran, Kompetensi dan Nilai –
nilai Kebangsaan.
DAFTAR PUSTAKA
Rangkuti, Misdar. 2021. Hubungan Bilateral Indonesia Dengan Timor Leste Tahun 2002-
2015. Kabupaten Bogor: GUEPEDIA.
Lutfi, Zazim. 2018. “Alasan Timor Timur Melepaskan Diri Dari Indonesia”.
https://www.scribd.com/document/377785553/Alasan-Timor-Timur-Melepaskan-Diri-
Dari-Indonesia, diakses pada 15 Maret 2022 pukul 04.49.