Anda di halaman 1dari 12

WAWASAN NUSANTARA

KASUS TIMOR LESTE

KELOMPOK 8
1. Khanza Gayatri (2102010346)
2. Nurahma Salsa Eka Afitarani (2102010323)
3. Ghefira Amalia Husein (2102010337)
4. Devina Nur Zalfa Soraya (2102010318)
5. Putri Rizky Aulia (2102010325)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO


TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, karena berkat petunjuk dan
hidayah-nya makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya adapun tema dari makalah
ini adalah “Wawasan Nusantara”. Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih
kepada dosen mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang telah memberikan bimbingan
materi kepada kami. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak - pihak yang telah
membantu dalam pembuatan makalah ini. Kami jauh dari sempurna dan ini merupakan
langkah yang baik dari studi yang sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan
kemampuan kami maka kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan semoga
makalah ini dapat berguna bagi kita semua.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ II


DAFTAR ISI...................................................................................................................... III
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................
A. Latar Belakang Masalah.............................................................................................
B. Rumusan masalah.......................................................................................................
C. Tujuan Penulisan .......................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................
A. Pengertian Wawasan Nusantara ................................................................................
B. Sifat atau Ciri-Ciri Wawasan Nusantara ...................................................................
C. Isu dan Konflik Wawasan Nursantara........................................................................
BAB III PENUTUP.............................................................................................................
A. Kesimpulan ...............................................................................................................
B. Saran ..........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Wawasan nusantara bisa diartikan sebagai cara pandang bangsa Indonesia tentang
diri dan lingkungannya sesuai dengan ide nasional yang dilandasi Pancasila dan UUD
1945. Yang merupakan hasil aspirasi bangsa Indonesia yang merdeka, bermartabat, dan
berdaulat serta tetap menjiwai tata hidup dan tindakan kebijaksanaannya dalam mencapai
tujuan nasional. Berdasarkan aspek historis wawasan nusantara masih berkaitan dengan
pengalaman sejarah Indonesia sejak masa kerajaan hingga kemerdekaan. Mengingat dulu
ada banyak kerajaan yang berdiri di wilayah Indonesia, seperti kerajaan Majapahit
kemudian muncul nama nusantara yang mencakup seluruh wilayah Indonesia. Lalu
terdapat penjajahan yang membuat nilai-nilai persatuan muncul untuk mendapatkan
kemerdekaan. Hingga akhirnya bangsa Indonesia bisa meraih kemerdekaan setelah
sekian lama menjadi objek kolonialisme. Hal itu kemudian patutu untuk dijadikan
sebagai pembelajaran dalam memperkuat persatuan baik antar suku bangsa Indonesia
maupun kedaulatan wilayah Indonesia.
Contoh kasus wawasan nusantara yang pernah terjadi di Indonesia salah satunya
adalah Sengketa Terpecahnya Negara Timur Leste yang terlepas dari Negara Kesatuan
Indonesia. Ketika membahas timur leste atau yang sekarang disebut negara timur-timur,
sama halnya kita mengenang luka lama yang sudah sejak lama hilang. Wilayah itu
dulunya merupakan bagian dari wilayah indonesia. Namun setelah jajak pendapat, Timor
Leste membelah menjadi bagian negara sendiri yang terlepas dari Negara Kesatuan
Repbulik Indonesia dilihat dari jejak asal usulnya timur leste merupakan wilayah jajahan
portugis pada masa silam. Sengketa perbatasan yang terjadi antara Indonesia dan Timor
Leste memang lebih disebabkan perebutan lahan petanian (sumber daya alam) antara
kedua warga negara yakni warga desa Haumeni Ana, Kecamatan Bikomi Nilulat,
Kabupaten Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur dan warga Pasabbe, Distrik
Oecussi, Timor Leste. Permasalahan mengenai penetepan sengketa batas wilayah antar
kedua negara juga menjadi pemicu, namun pendekatan pembangunan ekonomi berupa
kesejahteraan dan tingkat pendidikan juga berpengaruh dalam konflik tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian wawasan nusantara?
2. Apa sifat atau ciri-ciri wawasan nusantara?
3. Apa saja isu-isu dan konflik dari wawasan nusantara?

C. Tujuan Penulisan
1. Memaparkan pengertian Wawasan Nusantara
2. Memaparkan sifat atau ciri-ciri Wawasan Nusantara
3. Menjelaskan dan memaparkan isu dan konflik dari wawasan nusantara
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Wawasan Nusantara
Wawasan mengendung arti pandangan, tinjauan, penglihatan atau tanggap inderawi.
Sedangkan Nusantara dipergunakan untuk menggambarkan kesatuan wilayah perairan
dan gugusan pulau-pulau Indonesia yang terletak di antara Samudera Pasifik dan
Samudera Indonesia serta antara benia Asia dan Benua Australia.

Menurut Tap MPR Tahun 1993 dan 1998 Tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara
(GBHN), pengertian Wawasan Nusantara adalah cara pandnag atau sikap bangsa
Indonesia mengenai diri dan lingkungan dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan
bangsa serta kesatuan wilayah dalam menyelenggarakan kehidupan masayarakat,
berbangsa, dan bernegarauntuk mencapai tujuan nasional.

Menurut Lembaga Ketahanan Nasional (LEMHANNAS) tahun 1999, wawasan


nusantara merupakan cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri serta
lingkungannya yang beragam serta bernilai strategis dengan mengutamakan persatuan
serta juga kesatuan bangsa dan juga kesatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara untuk mencapai tujuan nasional.

Sehingga Wawasan Nusantara dapat diartikan dengan cara pandang bangsa Indonesia
mengenai diri dan lingkungannya yang didasarkan oleh pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia, mulai dari sejarah hingga lingkungan alamnya.

B. Sifat atau Ciri-Ciri Wawasan Nusantara


Wawasan nusantara memiliki 2 sifat atau ciri, diantaranya :
1. Manunggal. Yang dimaksud dengan manunggal ialah keserasian dan keseimbangan
yang dinamis dalam segala aspek kehidupan, baik dalam aspek ilmiah maupun
aspek sosial sekalipun. Seusai dengan makna dari Bhineka Tunggal Ika yang
merupakan sifat asasi negara pancasila, maka semua aspek kehidupan sosial itu
selalu menuntut agar dimanunggalkan secara serasi dan berimbang. Manunggal
sendiri meliputi :

a. Manunggal di bidang wilayah. Wilayah Republik Indonesia merupakan negara


kepulauan yang terdiri atas beribu-ribu pulau besar dan kecil yang banyak dari
perbatasan pulau tersebut dipisahkan oleh selat dan lautan yang harus dijaga
dan diusahakan agar tetap menjadi satu kebulatan wilayah nasional degan
segala isi dan kekayaannya. Dalam kebulatan wilayahpun harus meliputi
adanya wadah, ruang hidup hingga kesatuan seluruh bangsa, agar bisa menjadi
modal dan milik bangsa bersama.

Dahulu Timor Leste merupakan salah satu bagian dari NKRI, secara geografis
ada bagian wilayah Timor Leste berdekatan dengan Provinsi Nusa Tenggara
Timur (NTT) bahkan ada wilayahnya yang masuk ke sana.
b. Manunggal di bidang bangsa. Indonesia memiliki berbagai masam suku dan
bahasa yang mereka gunakan sehari hari, selain itu Negara Indonesia juga
memiliki berbagai macam agama dan kepercayaan yang dianut oleh
masayarakatnya. Maka dari itu kesatuan bangsa harus dipertahankan dalam
arti yang seluas luasnya.

Indonesia bisa dibilang negara yang memiliki beribu-ribu pulau di dalamnya,


maka tak hean jika Indonesia memiliki banyak selaki ragam bahasa dan
kepercayaan di dalamnya. Sebelum Timor Leste menyatakan dirinya berpisah
dari Indonesia, ragam bahasa yang ada Indonesia jauh lebih banyak. Hal ini
dikarenakan masyarakat Timor Timur atau yang sekarang kita sebut Timor
Leste dipempati oleh masyarakat yang berasal dari rumpun Austroneisa,
Melayu Polinesia, dan papua yang dihumi oleh masyarakat yabg berasal dari
300 tribal dengan 30 macam bahasa yang berbeda.

c. Manunggal di bidang ideologi. Indonesia merupakan negara yang terdiri dari


banyaknya pulau yang ditinggali oleh berbagai macam suku, oleh karena itu
indonesia perlu memiliki satu ideologi yang berfungsi untuk melandai,
membimbing, serta mengarahkan bangsa Indoneisa untuk mencapai cita-
citanya, yaitu ideologi Pancasila.

Indonesia selalu mempunyai satu ideologi, yaitu Pancasila sebagai pedoman


untuk melandai, membimbing, serta mengarahkan bangsa Indoneisa untuk
mencapai cita-cita bangsa. Bahkan Timor Leste yang dahulu merupakan salah
satu dari Negara Kesatuan Republik Indonesia pun menganut ideologi
Pancasila.

d. Manunggal di bidang politik. Indonesia hanya menganut ideologi Pancasila,


maka dari itu dalam bidang politik perlu diwujudkan dan di bina kestabilan
politik yang menitik beratkan pada program and achievemet oriented.

Setelah Inonesia dan Timor Leste dinyatakan berpisah, hal ini meninggalkan
permasahalan bagi pemerintah Republik Inonesia yang memerlukan
penyelesaian secara serius karena hal ini berpengaruh terhadap hubungan
antara kedua negara di masa depan, salah satunya adalah aset pemerintah
Republik Indonesia di Timor Leste.

e. Manunggal di bidang ekonomi. Banyak sekali kekayaan di wilayah Indonesia


baik potensial maupun efektifnya yang merupakan modal dan milik bangsa
bersama, selain itu keperluan hidup untuk sehari-hari haruslah tersedia di
segala penjuru tanah air. Tingkat pembangunan di Indonesia pun haruslah
sama, sekuran-kurangnya ialah berimbang di seluruh daerah tanpa
meninggalkan ciri khas yang dimiliki daerah dalam mengembangkan
kehidupan ekonominya.
Dilihat dari sudut pandang ekonomi saat itu, integrasi Timor Leste ke NKRI
tidak menguntungkan bagi Indonesia karena karena daerah Timor Leste berupa
pegunungan dan merupakan daerah yang miskin, tandus, penduduknya
terbelakang dan bodoh dibandingkan penduduk yang lain, namun disamping
itu Indonesia tetap menerima bahwa keinginan rakyat Timor Leste untuk
berintegrasi pada Indonesia.

f. Manunggal di bidang sosial. Masyarakat Indoneisa ialah satu, maka dari itu
perikehidupan bangsa pun haruslah merupakan satu kehidupan yang
homongen dengan tingkat kemajuan masyarakat yang seimbang dan merata,
serta keselarasan kehidupan sesuai dengan kemajuan bangsa. Namun dalam
hal ini Timor Leste lebih memilih untuk berpisah dari Indonesia dikarenakan
beberapa hal.

g. Manunggal di bidang kebudayaan. Kebudayaan bangsa Indonesia ialah satu,


corak dan ragam budaya menggambarkan kekayaan bangsa indonesia yang
menjadi modal dan landasan pengembangan budaya bangsa seluruhnya, dan
hasilnya dapat dinikmati oleh seluruh bangsa.

Indonesia merupakan negara yang memiliki beribu-ribu pulau di dalamnya,


maka tak heran jika Indonesia memiliki banyak sekali ragam kebudayaan di
dalamnya. Sebelum Timor Leste menyatakan dirinya berpisah dari Indonesia,
ragam kebudayaan yang ada di Indonesia jauh lebih banyak dari saat ini.

h. Manunggal di bidang keamanan. Seluruh kepulauan Nusantara haruslah


merupakan kesatuan pertahanan dan keamanan yang setiap warganya
mempunyai hak dan kewajiban sama dalam membela negara dan bangsa.
Karena hakekatnya ancaman atau gangguan yang dilontarkan kepada terhadap
suatu daerah, maka itu juga merupakan ancaman terhadap seluruh bangsa dan
negara.

Tidak bisa dipungkuri bahwa dalam hal ini Indonesia pernah gagal dalam
menjaga pertahanan dan keamanannya, kasus Timor Leste contohnya.
Indonesia gagal dalam diplomasinya dalam meyakinkan masayarakat
internasional akan kehendak rakyat Timor Timur untuk merdeka melalui
integrasi, adanya ancaman internasional mengenai pelanggaran HAM yang
terjadi di Timor Timur. Sehingga itu salah satu penyebab rakyat Timor Leste
lebih memilih untuk merdeka dari Indonesia.

i. Manunggal di bidang psikologi. Secara psikologis, bangsa Indonesia


menganggap dirinya satu, bernasib sama dan sepenanggungan, sebangsa dan
setanah air, serta mempunyai tekad yang kuat dalam meraih cita cita bangsa.
Perasaan inilah yang wajib dijaga oleh seluruh bangsa Indonesia terhadap
pengaruh-pengaruh perkembangan kondisi sosial politik dan ekonomi yang
hakekatnya merupakan faktor yang dapat mengubah perasaan.
Salah satu hal yang mendasari Indonesia menerima Timor Leste ialah bahwa
dari prespektif sejarah terdapat persamaan nasib antara keduanya sebagai
bangsa yang pernah dijajah dan tertindas.

j. Berkeseimbangan. Selain berorientasi pada hidup di dunia, manunggal juga


haruslah berimbang dengan akhirat. Antara jiwa dan pikiran, laut dan udara,
nasional dan internasional serta antara individu dan masyarakt.

2. Utuh dan menyeluruh, artinya utuh dan menyeluruh bagi Nusantara dan rakyat
indonesia, sehingga merupakan satu kesatuan yang utuh bulat dan tidak dapat
dipecah-pecah oleh kekuatan apa pun dan bagaimanapun, sesuai dengan Satu Nusa,
Satu Bangsa, Satu Bahasa (Lemhannas, 1994:39-40).

C. Isu dan Konflik Wawasan Nusantara


Penanganan batas Negara RI-Timor Leste selama ini ditangani langsung oleh 2 (dua)
lembaga yaitu Joint Border Committee (JBC) RI-RDTL yang dikoordinasikan oleh
Kementerian Dalam Negeri, serta sub Komisi Teknis Border Demarcation And
Regulation RI-RDTL dan juga dikoordinasi oleh Kementerian Pertahanan dan
Bakosurtanal. Perbatasan darat antara Republik Indonesia dengan Timor Leste memiliki
panjang 268,8 km, yang melintasi 4 kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur, yaitu
Kabupaten Belu, Timor Tengah Utara, Kabupaten Kupang dan Kabupaten Malaka.
Perbatasan darat RI dengan Timor Leste terbagi atas dua sektor, yaitu :

(1) Sektor Timur (sektor utama/main sector) di Kabupaten Belu dan Kabupaten Malaka
yang berbatasan langsung dengan Distrik Covalima dan Distrik Bobonaro di Timor
Leste sepanjang 149, 1 km; dan
(2) Sektor Barat di Kabupaten Kupang dan Kabupaten Timur Tengah Utara yang
berbatasan langsung dengan Distrk Oecussi yang merupakan wilayah enclave Timor
Leste sepanjang 119,7 km.

Sebagian besar batas darat kedua negara dalam bentuk batas alam yang berupa
watershed dan thalweg (bagian terdalam sungai). Melitasi batas RI dengan Timor Leste
di Pulau Timor mengacu pada perjanjian antara Pemerintah Hindia Belanda dan Portugis
pada tahun 1904 dan Permanent Court Award (PCA) 1914, serta perjanjian antara
pemerintah Indonesia dan Timor Leste pada tanggal 8 April 2005. Perundingan
perbatasan antara RI dan Timor Leste mulai dilaksanakan sejak tahun 2001 dengan
diadakannya pertemuan pertama Technical Sub-Committee On Border Demarcationand
Regulation (TSCBDR) RI-UNTAET (United Nations Transactional Administration For
East Timor). Batas negara antara RI dan Timor Leste sebanyak 907 titik-titik koordinat
telah ditetapkan dalam persetujuan tentang perbatasan darat (Provisional Agreement)
yang ditandatangani oleh Menlu RI dan Menlu Timor Leste pada tanggal 8 Juni 2005 di
Dili namun masih ada segmen yang belum terselesaikan dan yang belum disurvei/diukur
oleh tim survei kedua negara. Sampai saat ini telah dilakukan demarkasi berupa
pemasangan 42 pilar batas di Sektor Timur dan 8 pilar batas di Sektor Barat. Sedangkan
panjang garis yang selesai dilacak (Delineasi) sekitar 95% dari total panjang batas.
Selain itu telah dilakukan kegiatan CBDRF dan pemetaan bersama di sepanjang garis
batas. Permasalahan batas RI-Timor Leste yaitu adanya ketidakcocokan antara
kesepakatan yang tertera dalam dasar hukum (traktat 1904 dan PCA 1914) dengan
kenyataan di lapangan maupun yang diketahui oleh masyarakat sekitar perbatasan.
Penjelasan yang disampaikan oleh warga masyarakat sekitar perbatasan kedua negara
terkadang saling bertentangan, selain itu ada masyarakat adat yang memiliki pandangan
tersendiri mengenai batas tersebut. Mereka secara tradisional memandang bahwa batas
yang diakui secara turuntemurun oleh suku-suku yang berbeda diantara masyarakat
perbatasan. Di sisi lain bukti-bukti yang ada belum mendukung klaim diantara suku-suku
tersebut, hal inilah yang kemudian tidak bisa dibawa ke meja perundingan antara kedua
Negara. Permasalahan ini sangat jelas terlihat di sektor Barat khususnya Kawasan
Manusasi dan Naktuka. (Batubara Harmen, 2015. Penetapan Dan Penegasan Batas
Negara, penerbit Wilayahperbatasan.com, Bandung). Degradasi Nasionalisme dan
Konflik Kepentingan Perbatasan Indonesia masih ada yang memprihatinkan khususnya
di pulau Timor (batas darat RI-RDTL Naktuka dan Citrana). Daerah-daerah perbatasan
banyak yang mengalami keterbelakangan ekonomi karena tiadanya program dan
program pemerintah maupun swasta. Panjangnya garis perbatasan baik darat maupun
laut yang sulit untuk diawasi oleh aparat keamanan. Akibatnya pelanggaran wilayah
perbatasan, penyeludupan dan aktivitas ilegal lintas batas lainnya seringkali terjadi.
Masyarakat di perbatasan justru kebanyakan mendapat fasilitas administrasi dan
pelayanan publik dari negara tetangga yang kemudian dapat menimbulkan nasionalisme
mereka terbelah dan akhirnya mereka mengalami degradasi nasionalisme.

Apabila kawasan perbatasan tidak dikelola secara baik khususnya perbatasan di


Oepoli Kecamatan Amfoang Timur, tentunya kedaulatan negara menjadi pertaruhan dan
jangan heran ketika masyarakat di perbatasan lebih memilih berpindah warga negara.
Persoalan tersebut ditandai dengan pembangunan secara besar-besaran oleh negara
Timor Leste, hal ini yang kemudian menjadi potensi bagi warga Indonesia yang di
perbatasan lebih memilih berpindah warga negara. Ironisnya sudah 66 KK yang ada di
daerah perbatasan memilih menjadi warga negara Timor Leste, mereka tergiur dengan
kesejahteraan yang dijanjikan. Mereka juga dimudahkan dalam pengurusan administrasi
sebab jangkauan mereka ke ibu kota kabupaten lebih jauh ketimbang menyebrang ke
Timor Leste . Daerah perbatasan yang kurang diperhatikan setidaknya dapat
menimbulkan tindakan degradasi nasionalisme. Selain itu karena buruknya kesejahteraan
dan infrastruktur di daerah perbatasan banyak penduduk di kawasan ini lebih memiliki
kedekatan emosional dan interaksi sosial ekonomi dengan masyarakat perbatasan negara
tetangga. Sangat memungkinkan terjadinya krisis identitas kebangsaan berhubung
rendahnya perhatian negara terhadap perkembangan daerah. Persoalan kewenangan
perbatasan, penaganan pengungsi dan aktivitas-aktivitas ekonomi ilegal/penyeludupan,
secara signifikan menjadi faktor-faktor koleratif kerawanan Kamtibmas dan juga menjadi
ancaman sesungguhnya dari non-konvensional di perbatasan. Masing-masing
stakeholders di perbatasan memiliki kepentingan yang berbeda-beda satu sama lain
terhadap masalah keamanan. Masalah konflik kepentingan di perbatasan cukup kompleks
misalnya warga eks-pengungsi Timor-Timur menuntut untuk diperhatikan
kesejahteraannya dan diberikan peran sebagai warga Negara Indonesia. Sedangkan
masyarakat sekitar perbatasan menginginkan pembangunan pasar tradisional di
perbatasan untuk dapat meningkatkan aktivitas ekonomi. Sementara itu aparat keamanan
juga memiliki kepentingan untuk menciptakan keamanan dan sekaligus memegang
kontrol atas daerah perbatasan sesuai kewenangan yang diberikan undang-undang.
Sedangkan pemerintah daerah berusaha menggunakan alasan pembangunan kawasan
perbatasan, untuk menuntut pemerintah pusat agar lebih banyak mengalokasikan
anggaran untuk daerah tersebut. Pada sisi lain masyarakat NTT maupun pengungsi
sendiri hidup dalam kondisi kemiskinan dan tidak memiliki akses terhadap tanah.
Perbedaan persepsi dan konflik kepentingan antar stakeholders ini jika tidak
dikomunikasikan secara baik, maka akan menimbulkan ancaman bagi keamanan
perbatasan, dan hal ini tentu saja dapat merugikan pemerintah Indonesia. Kodisi yang
demikian tentunya tidak mudah untuk menyusun rekomendasi, jika hanya melihat secara
parsial kepentingan masing-masing stakeholders. Namun demikian paling tidak kita
berusaha untuk membangun konsepsi tentang apa yang diinginkan dan diaspirasikan dari
masing-masing pemangku kepentingan. Dilihat dari perspektif nasional tentang
perbatasan, pemerintah harus menghilangkan diskriminasi terhadap warga eks pengungsi
Timor-Timur.

Selain itu bahwa pembangunan daerah perbatasan, terutama perbatasan darat RI-
RDTL agar dijadikan prioritas untuk mencegah munculnya ide Negara Timor Raya
(NTR). Hal ini dapat disebabkan jika pembangunan di Timor Leste jauh lebih maju dari
NTT (Indonesia), maka dikhawatirkan sebagian warga Timor Barat akan memilih
bergabung dengan Timor Leste dan membentuk Negara Timor Raya. Hal lain yang juga
perlu diperhatikan adalah pentingnya pembangunan wawasan kebangsaan melalui
pendidikan di kawasan perbatasan, sehingga generasi muda di wilayah perbatasan tidak
menginginkan kemerdekaan seperti negara tetangganya Timor Leste. Wawasan
kebangsaan juga tidak akan dimaknai oleh masyarakat di daerah perbatasan apabila
kesejahteraan mereka tidak diperhatikan oleh pemerintah.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Wawasan Nusantara adalah pandangan untuk menjadi bangsa yang satu dan utuh
dalam satu kesatuan republik Indonesia. Untuk mencapai tujuan nasional maka
diperlukan suatu paham geopolitik dan dikembangkan menjadi wawasan nusantara dan
diwujudkan sebagai satu kesatuan politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan
keamanan.Kesatuan wawasan nusantara ini dilakukan dengan cara desentralisasi dalam
penyelenggaraan pemerintahan.

B. Saran
Sebagai salah satu komponen bangsa strategis, Perguruan Tinggi beserta jajaran
civitas akademikanya memiliki peran, tugas dan tanggung jawab yang sangat strategis
dalam membangkitkan kembali wawasan kebangsaan untuk memperkuat watak dan
karakter bangsa. Oleh karena itu, Perguruan Tinggi perlu terus meningkatkan perannya
secara aktif dalam menyusun dan mensosialisasikan upaya revitalisasi nilai luhur
Pancasila dalam rangka memelihara jati diri ke-Indonesia-an di kalangan generasi
penerus yang sarat dengan nilai Moral dan Etika; Kejujuran, Kompetensi dan Nilai –
nilai Kebangsaan.
DAFTAR PUSTAKA

Rangkuti, Misdar. 2021. Hubungan Bilateral Indonesia Dengan Timor Leste Tahun 2002-
2015. Kabupaten Bogor: GUEPEDIA.

Lutfi, Zazim. 2018. “Alasan Timor Timur Melepaskan Diri Dari Indonesia”.
https://www.scribd.com/document/377785553/Alasan-Timor-Timur-Melepaskan-Diri-
Dari-Indonesia, diakses pada 15 Maret 2022 pukul 04.49.

Anda mungkin juga menyukai