Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ASURANSI DAN INVESTASI

( Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hadis Ekonomi

Jurusan Ekonomi Islam Semester IV )

Oleh : Kelompok X

SALSABILLA SIAGIAN (0501181002)

NISYA NAINITA SIMBOLON (0501183230)

M. HABIB WAHID R SAPUTRO (0501183285)

DOSEN PENGAMPU : SYAFARUDDIN MUNTHE, M. EI

JURUSAN EKONOMI ISLAM

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuransi dan Investasi” tepat pada waktunya.

Makalah ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini, terkhusus kepada Bapak Syafaruddin Munthe selaku dosen
mata kuliah Hadis Ekonomi.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
penulis dapat memperbaiki dalam penulisan makalah selanjutnya.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah tentang transformasi pertanian dan
pembangunan daerah pedesaan ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi
terhadap pembacanya.

Medan, 01 April 2020

Kelompok X

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ......................................................................................................i

Daftar Isi ...............................................................................................................ii

BAB I ....................................................................................................................1

A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................2

BAB II...................................................................................................................3

A. Pengertian Asuransi dan Investasi.............................................................3


B. Hadis Asuransi dan Investasi.....................................................................5
C. Prinsip Syariah Asuransi dan Investasi......................................................9

BAB III..................................................................................................................12

A. Kesimpulan................................................................................................12
B. Saran..........................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Investasi secara harfiah diartikan sebagai aktifitas atau kegiatan penanaman
modal, sedangkan investor adalah orang atau badan hukum yang mempunyai uang
untuk melakukan investasi atau penanaman modal.Kegiatan penanaman modal
bukanlah hal yang baru dalam peradaban manusia, karena sudah sejak zaman dahulu
masyarakat sudah melakukan berbagai bentuk investasi. Hanya saja pada zaman dahulu
masyarakat melakukan investasi dalam bentuk investasi yang dilakukan secara langsung
seperti: investasi dalam pembelian ternak, pembelian tanah pertanian, atau investasi
dalam pembuatan perkebunan dan lain sebagainya.
Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, corak dan ragam investasi juga mulai mengalami perkembangan, dari
investasi yang bersifat kebendaan dan dilakukan secara langsung menjadi investasi
terhadap modal atau bentuk-bentuk investasi baru sepertisurat berharga, seperti saham,
obligasi dan lain-lain.
Asuransi syariah merupakan prinsip perjanjian berdasarkan hukum islam antara
perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi dengan pihak lain, dalam menerima
amanah dalam mengelola dana peserta melalui kegiatan investasi yang di selenggarakan
sesuai dengan syariah.
Di Indonesia, perkembangan asuransi juga semangkin berkembang. Lahirnya
perusahaan asuransi syariah didukung dengan besarnya jumlah penduduk yang
beragama islam yang membutuhkan suatu lembaga keuangan islami sehingga setiap
interaksi muamalah yang dilakukannya sesuai dengan syariah. karena pada dasarnya
masyarakat muslim memandang operasional asuransi konvensional dengan ragu-ragu,
atau bahkan keyakinan bahwa praktek itu cacat dari sudut pandang syari‟at. Hal ini
dikarenakan sejumlah fatwa yang di keluarkan oleh lembaga-lembaga otoritas fikih
menyatakan ketidakbolehan sistem asuransi konvensional, karena akadnya mengandung
unsur riba, spekulasi, kecurangan, dan ketidak jelasan.

1
B. Rumusan Masalah

Masalah-masalah yang akan di bahas dalam penulisan makalah ini adalah


sebagai berikut:

1. Apa pengertian asuransi dan investasi?


2. Apa hadis asuransi dan investasi?
3. Apa prinsip syariah asuransi dan investasi?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui pengertian asuransi dan investasi


2. Mengetahui hadis asuransi dan investasi
3. Mengetahui prinsip syariah asuransi dan investasi

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Asuransi dan Investasi


1. Pengertian Asuransi
Kata asuransi berasal dari bahasa Inggris, insurance yang menurut Echols
dan Shadilly memaknai dengan asuransi dan jaminan. Menurut Muhammad
Muslehuddin asuransi adalah persiapan yang dibuat oleh sekelompok orang yang
masing-masing menghadapi kerugian kecil sebagai sesuatu sesuatu yang tidak dapat
diduga. Apabila kerugian itu menimpa salah seorang dari mereka yang menjadi
anggota perkumpulan tersebut, maka kerugian tersebut akan ditanggung bersama.1
Asuransi dalam bahasa Arab disebut at-ta’mi’n yang berasal dari kata
amanah yang berarti memberikan perlindungan, ketenangan, rasa aman serta bebas
dari rasa sakit. Istilah menta’mi’nkan sesuatu berarti seseorang memberikan uang
cicilan agar ia atau orang yang ditunjuk menjadi ahli warisnya mendapatkan ganti
rugi atas hartanya yang hilang.2
Istilah asuransi, menurut pengertian ekonomi menunjukkan suatu aransemen
ekonomi yang menghilangkan atau mengurangi akibat-akibat yang merugikan di
masa akan datang kerena berbagai kemungkinan sejauh menyangkut kekayaan
(vermoegen) seorang individu. Kemungkinan-kemungkinan tersebut harus bersifat
tidak tetap (casual) bagi individu yang dipengaruhinya, sehingga setiap kejadian
merupakan peristiwa yang tak terduga. Asuransi membagi rata segala akibat yang
merugikan atas serangkaian kasus yang terancam oleh bahaya yang sama namun
belum benar-benar terjadi.
Dalam Ensiklopedi Hukum Islam disebutkan bahwa asuransi (at-ta’mi>n)
adalah transaksi perjanjian antara dua belah pihak, pihak yang satu berkewajiban
membayar iuran dan pihak lain berkewajiban memberikan jaminan sepenuhnya3
kepada pembayar iuran jika terjadi sesuatu yang menimpa pihak pertama sesuai
dengan perjanjian yang dibuat.

1
Mustamam dkk, Pendidikan Agama Islam Mu’amalat, (Medan: Manhaji, 2016), h. 57.
2
Netta Agusti, Sharing Of Risk Pada Asuransi Syariah (Takaful): Pemahaman Konsep Dan
Mekanisme Kerja, Jurnal Membangun Profesionalisme Manajemen Dakwah Vol. 3, No. 2, Juli -
Desember 2017
3

3
Dalam Kitab Undang-Undang Dagang (KUHD) pasal 246 dijelaskan bahwa
yang dimaksud asuransi atau pertanggungan adalah “Suatu perjanjian, dengan mana
seorang penanggung mengikat diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima
suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya, kerena suatu kerugian,
kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan yang mungkin akan
dideritanya, kerena suatu peristiwa tak tertentu.
2. Pengertian Investasi
Islam mengajarkan umatnya untuk berusaha mendapatkan kehidupan yang
lebih baik di dunia maupun di akhirat. Memperoleh kehidupan yang baik di dunia
dan diakhirat ini yang dapat menjamin tercapainya kesejahteraan lahir dan batin
(falah). Salah satu cara untuk mencapai kesejahteraan itu adalah dengan melakukan
kegiatan investasi.
Investasi berasal dari bahasa Inggris investmen dari kata dasar invest yang
berarti menanam. Dalam bahasa Arab investasi disebut dengan istitsmar yang
bermakna "menjadikan berbuah, berkembang dan bertambah jumlahnya. Dalam
Webster's New Collegiate Dictionary, kata invest didefinisikan sebagai to make use
of for future benefits or advantages and commit (money) in order to earn a
financialreturn. Kemudian kata investment diartikan sebagai the outly of money for
income or profit. Sedangkan dalam kamus istilah pasar modal keuangan, investasi
diartikan sebagai penanaman uang atau modal dalam suatu perusahan atau proyek
untuk tujuan memperoleh keuntungan, meskipun terkadang buntung atau rugi
karena investasi merupakan jenis kegitan yang tidak pasti.4
Investasi juga merupakan dana yang dipercayakan oleh Nasabah kepada
Bank Syariah dan/atau UUS berdasarkan Akad mudharabah atau Akad lain yang
tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah dalam bentuk Deposito, Tabungan, atau
bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.5
Dari paparan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa investasi adalah kegitan
menanam modal dengan harapan akan mendapatkan suatu keuntungan di kemudian
hari. Investasi sesungguhnya merupakan kegiatan yang sangat beresiko karena
berhadapan dengan dua kemungkinan yaitu untung dan rugi artinya ada unsur

4
Sakinah, Investasi dalam islam, Jurnal Istiqshadia, V o l . 1 N o. 2 Desember 2014, h. 249
5
Mardhiyah Hayati, Investasi Menurut Perspektif Ekonomi Islam, Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Islam (Journal of IslamicEconomics and Business) Volume 1, Nomor 1, Mei 2016, h. 67.

4
ketidakpastian. Dengan demikian perolehan kembalian suatu usaha tidak pasti dan
tidak tetap. Suatu saat mungkin mengalami keuntungan banyak, mungkin sedang-
sedang saja (lumayan), hanya kembali modal mungkin pula bangkrut dan kena tipu.

B. Hadis Asuransi dan Investasi


1. Hadis Asuransi

‫ت اِحْ داھُ َما ْأالُ ْخ َرى‬ ِ ‫ت اِ ْم َرأَت‬


ْ ‫َان ِمن ھُ َز ْی ٍل فَ َر َم‬ ْ َ‫ اِ ْقتَتَل‬:‫عَن اَبِي ھُ َر ْی َر ِة [رض] قَا َل‬
‫ضى أَ َّن ِدیَةً َجنِ ْینِھَا‬
َ َ‫ص ُموا اِلَى النَّبِي [ص] فَق‬ َ َ‫اخ ت‬ْ َ‫طنِھَا ف‬ ْ َ‫بِ َح َج ٍر فَقَتَلَ ْتھَا َو َما فِي ب‬
]‫ [رواه البخارى‬.‫ضى ِدیَةً ْال َمرْ أَ ِة عَالَى عَاقِلَتِھَا‬
َ َ‫ُغ َّرةٌ أَوْ َولِیْدةٌ َوق‬

Artinya: “Diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, dia berkata: Berselisih dua orang
wanita dari suku Huzail, kemudian salah satu wanita tersebut melempar batu ke
wanita yang lain sehingga mengakibatkan kematian wanita tersebut beserta janin
yang dikandungnya. Maka ahli warisdari wanita yang meninggal tersebut
mengadukan peristiwa tersebut kepada rasulullah Saw., maka rasulullah Saw.,
memutuskan ganti rugi dari pembunuhan terhadap janin tersebut dengan
pembebasan seorang budak laki-laki atau perempuan, dan memutuskan ganti rugi
kematian wanita tersebut dengan uang darah (diyat) yang dibayarkan oleh aqilahnya
(kerabat dari orang tua laki-laki)”. (HR. Bukhari).
Hadits ini menjelaskan tentang praktik aqilah yang telah menjadi tradisi di
masyarakat Arab. Aqilah dalam hadits di atas dimaknai dengan ashabah (kerabat
dari orang tua laki-laki) yang mempunyai kewajiban menanggung denda (diyat) jika
ada salah satu anggota sukunya melakukan pembunuhan terhadap anggota suku
yang lain. penanggungan bersama oleh aqilah-nya merupakan suatu kegiatan yang
mempunyai unsur seperti yang berlaku pada bisnis asuransi. Kemiripan ini
didasarkan atas adanya prinsip saling menanggung (takaful) antar anggota suku.6

َ َّ‫ب ال ُّد ْنیَا نَف‬


‫س‬ ِ ‫س ع َْن ُم ْؤ ِم ٍن ُك َر‬ َ َّ‫ َم ْن نَف‬:‫ع َْن أَبِي ھُ َر ْی َرةَ [رض] ع َِن الَّنَّبِي [ص] قَا َل‬
‫ْس ٍر یَ َّس َر هللا َعلَ ْی ِھ فِى ال ُّد ْنیَا َواألَ ِخ َر ِة‬
ِ ‫ب یَوْ ِم ا ْلقِیَا َم ِة َو ِم ْن یَ َّس َر َعلَى ُمع‬
ِ ْ‫هللا َع ْنھُ ُكر‬
]‫[رواه مسلم‬

Tinjauan Umum Tentang Asuransi di akses pada http://repository.uin-suska.ac.id/7417/4/BAB


6

%20III.pdf 30 Maret 2020

5
Artinya: “Diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, Nabi Muhammad bersabda:
barangsiapa yang menghilangkan kesulitan duniawinya seorang mukmin, maka
Allah Swt. akan menghilangkan kesulitannya pada hari kiamat. Barangsiapa yang
mempermudah kesulitan seseorang, maka Allah Swt. akan mempermudah
urusannya di dunia dan di akhirat.” (HR. Muslim).
Dalam hadist tersebut tersirat adanya anjuran untuk saling membantu antara
sesama manusia dengan menghilangkan kesulitan seseorang atau dengan
mempermudah urusan duniawinya, niscaya Allah Swt. akan mempermudah segala
urusan dunia dan urusan akhiratnya. Dalam perusahaan asuransi, kandungan hadits
di atas terlihat dalam bentuk pembayaran dana sosial (tabarru’) dari anggota
(nasabah) perusahaan asuransi yang sejak awal mengikhlaskan dananya untuk
kepentingan sosial, yaitu untuk membantu dan mempermudah urusan saudaranya
yang kebetulan mendapatkan musibah atau bencana (peril).

َ‫ال َرسُوْ الُ هللا ِ [ص] اِ ْن تَ َر ْكتَ َولَدَكَ أَ ْغنِیَا َء خ‬ َ َ‫ ق‬... ْ‫ع َْن عَا ِمرْ بِ ْن أَبِي َوقَاص‬
َ َ‫ ق‬...‫ال‬
]‫ [رواه البخارى‬.‫ْی ٌر ِم ْن أَ ْن تَت ََر َكھُ ْم عَالَةًیَتَ َكفَّفُوْ نَ النَّاس‬
Artinya: “Diriwayatkan dari Amir bin Sa’ad bin Abi Waqasy, telah bersabda
Rasulullah Saw.:“Lebih baik jikau engkau meninggalkan anak-anak kamu (ahli
waris) dalam keadaan kaya raya, dari pada meninggalkan mereka dalam keadaan
miskin (kelaparan) yang meminta-minta kepada manusia lainnya. (HR. Bukhari)

Rasulullah Saw. sangat memperhatikan kehidupan yang akan terjadi di masa


datang (future time) dengan cara mempersiapkan sejak dini bekal yang harus
diperlukan untuk kehidupan dan keturunan (ahli waris) nya di masa mendatang.
Meninggalkan keluarga (ahli waris) yang berkecukupan secara materi, dalam
pandangan Rasulullah Saw., sangatlah baik daripada meninggalkan mereka dalam
keadaan terlantar yang harus meminta-minta kepada orang lain. Dalam pelaksanaan
operasionalnya, organisasi asuransi mempraktikkan nilai yang terkandung dalam
hadist di atas dengan cara mewajibkan anggotanya untuk membayar uang iuran
(premi) yang digunakan sebagai tabungan dan dapat dikembalikan ke ahli warisnya
jika pada suatu saat terjadi peristiwa yang merugikan, baik dalam bentuk kematian
nasabah atau kecelakaan diri.

6
:‫ َر ُج ٌل یَا َرسُوْ الَ هللا ِ [ص] أَ َعقَّلَھَا أَوْ أَت ََو َّكلْ ؟ قَا َل‬:‫ال‬ ِ ‫ع َْن أَ ن‬
َ َ‫َس ب ِْن َمالِك [رض] ق‬
]‫ [رواه اترمذى‬.‫أعقَّلھَ ا َوت ََو َّكل‬

Artinya: “Diriwayatkan dari Anas bin Malik ra, bertanya seseorang kepada
Rasulullah Saw. tentang (untanya):”Apa (unta) ini saya ikat saja atau langsung saya
bertawakal pada (Allah Swt)? ”Brsabda Rasulullah Saw. :”Pertama ikatlah unta itu
kemudian bertakwalah kepada Allah Swt.” (HR. Tirmidzi).
Rasulullah Saw. memberi tuntunan pada manusia agar selalu bersikap
waspada terhadap kerugian atau musibah yang akan terjadi, bukan langsung
menyerahkan segalanya (tawakal) kepada Allah Swt. Hadist di atas mengandung
nilai implisit agar kita selalu menghindar dari resiko yang membawa kerugian pada
diri kita, baik itu berbentuk kerugian materi ataupun kerugian yang berkaitan
langsung dengan diri manusia (jiwa). Praktik asuransi adalah bisnis yang bertumpu
pada bagaimana cara mengelola resiko itu dapat diminimalisasi pada tingkat yang
sedikit (serendah) mungkin. Resiko kerugian terebut akan terasa ringan jika dan
hanya jika ditanggung bersama-sama oleh semua anggota (nasabah) asuransi.
Sebaliknya jika resiko kerugian tersebut hanya ditanggung oleh pemiliknya, maka
akan berakibat terasa berat bagi pemilik resiko tersebut.
2. Hadis Investasi
Profesi berdagang nabi saw. dimulai sejak beliau berusia 12 tahun, ketika
ikut magang (internship) kepada pamannya untuk berdagang ke Syiria. Ketika
muda, nabi saw. pernah juga mengelola perdagangan milik seseorang (investor)
dengan mendapatkan upah dalam bentuk unta. Karir profesional nabi saw. dimulai
sejak Muhammad muda dipercaya menerima modal dari para investor yaitu para
janda kaya dan anak-anak yatim yang tidak sanggup mengelola sendiri harta
mereka. Mereka menyambut baik seseorang untuk menjalankan bisnis dengan uang
atau modal yang mereka miliki berdasarkan kerjasama muḍarabah (bagi hasil).7
Dengan demikian, nabi Muhammad saw. memasuki dunia bisnis dan
perdagangan dengan cara menjalankan modal orang lain (investor), baik dengan
upah (fee based) maupun dengan sistem bagi hasil (profit sharing). Profesi ini
kurang lebih bertahan selama 25 tahun, angka ini sedikit lebih lama dari masa
7
Elif Pardiansyah, Investasi dalam Perspektif Ekonomi Islam: Pendekatan Teoritis dan Empiris,
Jurnal Ekonomi Islam – Volume 8, Nomor 2 (2017), h. 347.

7
kerasulan Muhammad saw. yang berlangsung selama kurang lebih 23 tahun. Salah
satu hadis beliau yang masyhur mengenai investasi dan perserikatan adalah:

‫ "قَا َل‬:‫صلّى هللا َعلَ ْي ِه َو َسلّم‬


َ ‫قال َرسُو ُل هللا‬َ :‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ قال‬ ِ ‫ع َْن أَبي هُ َريْرةَ َر‬
‫ت ِم ْن‬ُ ْ‫ فَإذا َخانَ خَ َرج‬،ُ‫صا ِحبَه‬ َ ‫ث ال َّش ِر ْي َك ْي ِن َما لَ ْم يَ ُخ ْن أَ َح ُدهُ َما‬
ُ ِ‫ أَنا ثَال‬:‫هَّللا ُ تَعالى‬
‫ص ّح َحهُ ْال َحا ِك ُم‬ َ ‫بَ ْينِ ِه َم‬
َ ‫ا"ر َواهُ أبو دا ُو َد َو‬
“Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda: Allah berfirman: Aku
menjadi orang ketiga dari dua orang yang bersekutu selama salah seorang dari
mereka tidak berkhianat kepada temannya. Jika ada yang berkhianat, aku keluar dari
(persekutuan) mereka (HR. Abu Dawud dan dinilai shahih oleh al-Hakim).
Berdasarkan paparan di atas, praktik investasi sudah ada sejak nabi
Muhammad saw., bahkan beliau secara langsung terjun dalam praktik binis dan
investasi. Beliau memberikan contoh bagaimana mengelola investasi hingga
mengasilkan keuntungan yang banyak. Hal ini tidak terlepas dari pengalaman beliau
yang lama sebagai pedagang dan pengelola bisnis (muḍarib).

‫لَّى هللا َعلَي ِه‬-‫ص‬ َ ‫وْ اُل هلل‬-‫ أُتِ َي َر ُس‬: ‫ض َي هللا َع ْنهُ يَقُوْ ُل‬ ّ ْ ‫ار‬
ِ ‫ي َر‬ ِ ‫ص‬ َ ‫ضالَةَ ْبنَ ُعبَ ْي ٍدااْل َ ْن‬ َ َ‫ع َْن ف‬
‫وْ ُل هللا‬- ‫ فَأ َ َم ُر َر ُس‬،‫ع‬
ُ ‫ا‬--َ‫انِ ِم تُب‬--‫ َو ِه َي ِمنَ ْال َم َغ‬, ٌ‫اخَر ٌز َو َذهَب‬-
َ -َ‫ت فِ ْيه‬ٍ ‫ َوبِخَ ْيبَ َربِقِاَل َد‬- ُ‫لَّ َم َوه‬- ‫َو َس‬
ِ ُ‫ب الَّ ِذي فِي ْالقِاَل َد ِةفَن‬
َ َ‫ ثُ َّم ق‬،ُ‫ َده‬-ْ‫ز َع َوح‬-
‫و ُل هللا‬-‫ال لَهُ ْم َر ُس‬- ِ َ‫ َّذه‬-‫لَّ َم بِال‬-‫لَّى هللا َعلَي ِه َو َس‬-‫ص‬
َ
(‫رواه مسلم‬ )"‫و ْزنَا بِ َو ْز ِن‬، ِ َ‫" ال َّذهَبُ بِال َّذه‬: ‫صلَّى هللا َعلَي ِه َو َسلَّم‬
َ ‫ب‬ َ
Artinya: “fadhalah bin “ubaid al-Anshari r.a. mengatakan bahwa rosululla hdisodori
sebuah kalung yang berisimerjan (permata) dan emas untuk dijual ketika beliau ada
di Khabair. Kalung tersebut berasal dari Ghanimah. Maka Rosulullah
memerintahkan untuk mengambil emas yang ada dikalung itu lalu dipisahkan,
kemudian beliau bersabda, “emas hendaknya dijual (ditukar) dengan emas dengan
berat yang sama” (HR Muslim)
Hadits tersebut menjelaskan tentang berinvestasi dengan ketentuan yang
benar yang tidak menimbulkan kerugian dari pihak yang terlibat di dalamnya.

‫اريَ ٍة َو ِع ْل ٍم يُ ْنتَفَ ُع بِ ِه‬ َ ‫ان ا ْنقَطَ َع َع َملُهُ إِاَّل ِم ْن ثَاَل ثَ ٍة ِم ْن‬


ِ ‫ص َدقَ ٍة َج‬ ُ ‫إِ َذا َماتَ اإْل ِ ْن َس‬
(‫رواه مسلم‬ )ُ‫ح يَ ْد ُعو لَه‬ ٍ ِ‫صال‬ َ ‫َو َولَ ٍد‬

8
Artinya: “Apabila manusia mati, maka  terputuslah amalnya, kecuali tiga perkara
yaitu, Sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak yang saleh yang
mendoakannya.”  (HR. Muslim)
Hadits tersebut menjelaskann tentang investasi akhirat, yakni investasi
Investasi yang mendatangkan keberuntungan bagi sipenanamnya, yang akan dituai
diakhirat nanti. Bersandar kepada hadist riwayat Muslim tersebut, kiranya
investasi akhirat ini perlu dilirik karena menguntungkan bagi orang-orang yang
mengerjakannya dengan ikhlas.8

C. Prinsip-Prinsip Syariah Asuransi dan Investasi


1. Prinsip Asuransi
Adapun prinsip-prinsip asuransi tersebut pada dasarnya meliputi:9
a. Prinsip kepentingan yang dapat diasuransikan (Insurable Interest Principle)
Definisi dari prinsip ini adalah hak menurut hukum untuk
mengasuransikan yang timbul dari hubungan financial antara tertanggung
dengan pokok pertanggungan (objek pertanggungan). Pengertian financial
dimaksudkan bahwa apabila terjadi musibah kerugian/klaim, maka besarnya
klaim harus dapat dihitung dengan nilai/sejumlah uang, baik dalam bentuk
rupiah, dollar atau mata uang asing lainnya tergantung kesepakatan dan nilai
sesungguhnya daripada objek yang dipertanggungjawabkan antara tertanggung
dengan penanggung. Sedangkan hubungan finansial yang dimaksud adalah
bahwa tertanggung mempunyai kepentingan keuangan dengan objek yang
dipertanggungkan.
b. Prinsip I’tikad Terbaik (Utmost Goodfaith Principle)
Definisi dari prinsip ini adalah itikad baik dari tertanggung untuk wajib
memberitahukan secara jelas fakta penting (material Facts) yang berkaitan
dengan penutupan asuransi yang terjadi, baik diminta ataupun tidak oleh
penanggung. Sudah menjadi kewajiban bagi tertanggung untuk mengutarakan
secara jelas dan tidak ditutup-tutupi segala fakta/hal ihwal mengenai harta benda
yang akan dipertanggungkan. Dari hal-hal yang diutarakan oleh tertanggung

8
Ashfiyail Fuadah dkk, Investasi, di akses pada
https://www.academia.edu/35419410/tafsir_ayat_dan_hadis_ekonomi_investasi_.docx
9
Arizulmanan, Asuransi dalam Islam

9
inilah penanggung akan menetapkan apakah akan menerima atau menolak
permintaan tertanggung yang akan mengasuransikan harta benda termaksud.
c. Prinsip Indemnitas (Principle of Indemnity)
Definisi dari Prinsip Indemnitas ialah suatu mekanisme dimana pihak
penanggung memberikan ganti rugi financial dalam upaya menempatkan pihak
tertanggung pada posisi keuangan yang dimiliki pada saat sebelum kerugian itu
terjadi. Prinsip indemnitas mengandung unsur keseimbangan antara premi yang
diterima penanggung dengan tanggung jawab penanggung apabila terjadi
kerugian, artinya nilai pertanggungan yang dicantumkan dalam polis asuransi
diupayakan sama dengan yang sesungguhnya dari harta benda yang
dipertanggungkan, apabila tidak, yaitu ternyata nilai pertanggungan dalam polis
lebih rendah dibanding nilai sesungguhnya kemudian terjadi musibah kerugian,
ganti rugi yang diberikan kepada tertanggung akan berkurang sesuai dengan
perbandingan antara nilai pertanggungan dengan nilai sebenarnya.
d. Prinsip Subrogasi
Definisi dari subrograsi adalah hak dari seseorang yang dengan
memberikan ganti rugi kepada pihak lain atas dasar kewajibannya secara hukum,
untuk berdiri di pihak lain tersebut dan hak-hak dari pihak lain tersebut akan
jatuh kepadanya. Subrogasi itu timbul dalam hal tertanggung menderita kerugian
akibat pihak ketiga, dalam kejadian ini tertanggung pada prinsipnya akan
memperoleh ganti rugi dari penanggung, sementara tertanggung berhak
menuntut kepada pihak ketiga yang menimbulkan kerugian, Karena ganti rugi
telah diperoleh dari penanggung, maka hak menuntut dari tertanggung kepada
pihak ketiga dialihkan kepada penaggung.
e. Prinsip Kontribusi
Merupakan pembagian beban diantara para penanggung dalam hal
terjadinya kerugian yang menimpa tertanggung. Kontribusi terjadi dalam hal
penutupan asuransi dilakukan oleh beberapa perusahaan asuransi (penanggung)
dimana salah satu penanggung bertindak sebagai penanggung yang pada
prinsipnya sebagai pemegang hak kontribusi. Dengan demikian hak kontribusi
dapat digambarkan sebagai hak seorang penanggung untuk meminta kepada
penanggung lainnya untuk bertanggung jawab kepada tertanggung yang sama

10
untuk menanggung suatu kerugian tertentu yang ganti rugi penuhnya telah
dibayarkan oleh penanggung pertama tersebut
2. Prinsip Investasi
beberapa prinsip syariah khusus terkait investasi yang harus menjadi
pegangan bagi para investor dalam berinvestasi, yaitu:10
a. Tidak mencari rezeki pada sektor usaha haram, baik dari segi zatnya
(objeknya) maupun prosesnya (memperoleh, mengolah dan
medistribusikan), serta tidak mempergunakan untuk hal-hal yang haram
b. Tidak menzalimi dan tidak pula dizalimi (la taẓlimūn wa lā tuẓlamūn)
c. Keadilan pendistribusian pendapatan
d. Transaksi dilakukan atas dasar rida sama rida (‘an-tarāḍin) tanpa ada
paksaan
e. Tidak ada unsur riba, maysīr (perjudian), gharar (ketidakjelasan), tadlīs
(penipuan), ḍarar (kerusakan/kemudaratan) dan tidak mengandung maksiat.
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa Islam sangat menganjurkan
investasi tapi bukan semua bidang usaha diperbolehkan dalam berinvestasi.
Aturan-aturan di atas menetapkan batasan-batasan yang halal atau boleh
dilakukan dan haram atau tidak boleh dilakukan. Tujuannya adalah untuk
mengendalikan manusia dari kegiatan yang membahayakan masyarakat. Semua
transaksi yang terjadi di bursa efek misalnya harus atas dasar suka sama suka,
harus jelas dan transparan, informsi antar pihak harus seimbang, tidak ada unsur
pemaksaan, tidak ada pihak yang dizalimi atau menzalimi, tidak ada unsur riba,
unsur spekulatif atau judi (maysīr), haram jika ada unsur insider trading. Inilah
beberapa yang perlu dipatuhi para investor agar harta yang diinvestasikan
mendapatkan berkah dari Allah, bermanfaat bagi orang banyak sehingga
mencapai falāh (sejahtera lahirbatin) di dunia juga di akhirat.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
10
Elif Pardiansyah, Op. Cit

11
Asuransi adalah transaksi perjanjian antara dua belah pihak, pihak yang satu
berkewajiban membayar iuran dan pihak lain berkewajiban memberikan jaminan
sepenuhnya kepada pembayar iuran jika terjadi sesuatu yang menimpa pihak
pertama sesuai dengan perjanjian yang dibuat.

Investasi adalah kegitan menanam modal dengan harapan akan


mendapatkan suatu keuntungan dikemudian hari. Investasi sesungguhnya
merupakan kegiatan yang sangat beresiko karena berhadapan dengan dua
kemungkinan yaitu untung dan rugi artinya ada unsur ketidakpastian. Dengan
demikian perolehan kembalian suatu usaha tidak pasti dan tidak tetap. Suatu saat
mungkin mengalami keuntungan banyak, mungkin sedang-sedang saja (lumayan),
hanya kembali modal mungkin pula bangkrut dan kena tipu.

B. Saran

Semoga dengan tersampaikannya makalah ini dapat menambah


pengetahuan bagi pembaca dan semoga pembaca dapat mengetahui pengertian
asuransi dan investasi sesungguhnya, mengetahui hadis yang berkenaan dan dapat
menjalankan prinsip-prinsip yang sesuai.

DAFTAR PUSTAKA

12
Agusti, Netta. 2017. Sharing Of Risk Pada Asuransi Syariah (Takaful): Pemahaman
Konsep Dan Mekanisme Kerja. Jurnal Membangun Profesionalisme Manajemen
Dakwah Vol. 3, No. 2
Arizulmanan. Skripsi. Asuransi dalam Islam.
Fuadah, Ashfiyail., dkk, Investasi, di akses pada
https://www.academia.edu/35419410/tafsir_ayat_dan_hadis_ekonomi_investasi_.
docx
Hayati, Mardhiyah. 2016. Investasi Menurut Perspektif Ekonomi Islam. Jurnal Ekonomi
dan Bisnis Islam (Journal of IslamicEconomics and Business) Volume 1, Nomor 1
Mustamam dkk. 2016. Pendidikan Agama Islam Mu’amalat. Medan: Manhaji
Pardiansyah, Elif. 2017. Investasi dalam Perspektif Ekonomi Islam: Pendekatan
Teoritis dan Empiris. Jurnal Ekonomi Islam – Volume 8, Nomor 2
Sakinah. 2014. Investasi dalam islam. Jurnal Istiqshadia, V o l . 1 N o. 2
Tinjauan Umum Tentang Asuransi di akses pada http://repository.uin-
suska.ac.id/7417/4/BAB%20III.pdf 30 Maret 2020

13

Anda mungkin juga menyukai