ASURANSI SYARIAH
GURU PEMBIMBING
Khoirul Anwar S.Ag
DISUSUN OLEH
Nama : Muhammad Abdul Aziz
No : 15
Kelas : XI Teknik Pememsinan 3
SMKN 01 MADIUN
TAHUN PELAJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul ini
“Asuransi Syariah” tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Bapak Khoirul Anwar S.Ag pada Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI).Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang “Asuransi
Syariah” bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I PENDAHULUAN
menerima amanah dalam mengelola dana peserta melalui kegiatan investasi yang
beragama islam yang membutuhkan suatu lembaga keuangan islami sehingga setiap
dengan ragu-ragu, atau bahkan keyakinan bahwa praktek itu cacat dari sudut
memegang hukum dan prinsip syariat islam dalam keseluruhan aktivitasnya dan
oriented) dan setiap peserta dalam asuransi ini menjadi penangggung sekaligus
1
tertanggung.Sehingga dengan demikian,akad-akadnya pun bersih dari segala syarat
1.3 Tujuan
2
BAB II PEMBAHASAN
Kata asuransi berasal dari bahasa Inggris, yaitu insurance, yang dalam bahasa
Indonesia telah menjadi bahasa popular dan diadopsi dalam kamus besar bahasa
Indonesia dengan padanan kata ‘pertanggungan’. Dalam bahasa Belanda biasa
disebut dengan istilah assurantie (Asuransi) dan verzekering (Pertanggungan).
Dalam perspektif ekonomi Islam, asuransi dikenal dengan istilah takaful yang
berasal dari bahasa arab taka,fula-yataka,fulu-tafakul yang berarti saling
menanggung atau saling menjamin. Asuransi dapat diartikan sebagai perjanjian
yang berkaitan dengan pertanggungan atau penjaminan atas resiko kerugian
tertentu.
3
Dalam ensiklopedia hukum Islam telah disebutkan bahwa asuransi adalah
transaksi perjanjian antara dua pihak, dimana pihak yang satu berkewajiban
membayar iuran dan pihak yang lain berkewajiban memberikan jaminan
sepenuhnya kepada pembayar iuran jika terjadi sesuatu yang menimpa pihak
pertama sesuai dengan perjanjian yang dibuat
Secara historis, asuransi tidak pernah ada pada zaman Nabi Muhammad
Saw,sahabat dan tabi’in. ia pertama kali terjadi pada tahun 1182 m. ketika orang-
orang yahudi diusir dari Prancis, untuk menjamin resiko barang-barang mereka
yang diangkut lewat laut. Pada tahun 1680,di London didirikan lembaga asuransi
kebakaran karena kebakaran yang terjadi pada tahun 1666 yang menghanguskan
sekitar 13 ribu rumah dan 100 buah gereja.
4
Dalam Al Qur’an dan hadits terdapat tuntutan bermuamalah yang benar dan
baik,yaitu terhindar dari kesamaran (al gharar),untung-untungan (maysir) dan riba.
Oleh karena itu, hukum asuransi adalah boleh selama terhindar dri samar, untung-
untungan,dan riba. Dengan kata lain,hukum asuransi itu boleh selama mengandung
unsur:
1. Saling bertanggung jawab,
2. Saling membantu/ kerjasama, dan
3. Saling melindungi penderitaan satu sama lain.
Dasar hukum asuransi syariah adalah sumber dari pengambilan hukum praktik
asuransi syariah. Karena sejak awal asuransi syariah dimaknai sebagai wujud dari
bisnis pertanggungan yang didasarkan pada nilai-nilai yang ada dalam ajaran Islam,
yaitu al-Qur’an dan Sunnah Rasul, serta pendapat Ulama atau Fuqaha yang tertuang
dalam karya-karyanya.
• Al-Qur’an
Ayat al-Qur’an yang mempunyai nilai praktik asuransi, antara lain :
1) Perintah Allah SWT untuk saling tolong-menolong dan bekerjasama Surat
Al-Maidah (5) : 2,yang berbunyi :
َ صدُّو ُك ْم
ع ِن َ شنَـَٔا ُن قَ ْو ٍم أَن ۟ طا د
َ ُوا ۚ َو ََل يَجْ ِر َمنَّ ُك ْم َ صْ يَ ْبتَغُونَ فَض اًْل ِمن َّربِ ِه ْم َو ِرض َْوناا ۚ َوإِذَا َحلَ ْلت ُ ْم فَٱ
5
ٱَّلل ۖ إِ َّن ۟ ُٱْلثْ ِم َو ْٱلعُد َْو ِن ۚ َوٱتَّق
َ َّ وا ِ ْ علَى ۟ ُعلَى ْٱلبِ ِر َوٱلت َّ ْق َوى ۖ َو ََل تَعَ َاون
َ وا ۟ ُُوا ۘ َوتَعَ َاون
َ وا ۟ ْٱل َمس ِْج ِد ْٱل َح َر ِام أَن ت َ ْعتَد
Artinya:
Artinya :
6
untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah
Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”
3) Perintah Allah untuk saling melindungi dalam keadaan susah dalam Surah
Al-Quraisy (106) : 4,yang berbunyi :
• As-Sunnah
As-Sunnah merupakan sumber syariat Islam yang kedua. Al-sunnah berarti
jalan yang menjadi kebiasaan dalam melaksanakan ajaran agama atau suatu
gambaran amal perbuatan yang sesuai dengan teladan Nabi dan para sahabat,
dengan tuntunan al-Qur’an.
• Hadits tentang anjuran menghilangkan kesulitan orang lain
ِ ـربَةا مِ ْن ُك َر
ب ْ ع ْن ُمؤْ مِ ٍن ُك
َ سَ َّسلَّ َم قَا َل َم ْن نَـف
َ علَ ْي ِه َو َّ صلَّى
َ ُّٰللا َ ُع ْنه
َ ِ ع ِن النَّبِي َّ ي
َ ُّٰللا َ ض ِ ع ْن أَبِ ْي ه َُري َْرة َ َر َ
علَ ْي ِه فِـي الدُّ ْنيَا َ يَس، علَـى ُمـ ْعس ٍِر
َ َُّـر هللا َ َو َم ْن يَس ََّر،ِب يَ ْو ِم ْال ِقيَا َمة َ ـربَةا مِ ْن ُك
ِ ـر ْ ع ْنهُ ُك
َ ُس هللا َ َّ نَـف، الدُّ ْنيَا
َ ع ْو ِن ْال َع ْب ِد َما َكانَ ْال َع ْبدُ فِي
ع ْو ِن َ َوهللاُ فِـي، َـرهُ هللاُ فِـي الدُّ ْن َيا َو ْاْلخِ َر ِة
َ ست َ ، َـر ُم ْس ِل امـاَ ستَ َو َم ْن، َو ْاْلخِ َر ِة
تٍ َو َما ا ْجت َ َم َع قَ ْـو ٌم فِـي بَـ ْي، ط ِريقاا إِلَـى ْالـ َجنَّ ِة َ ، س فِي ِه ع ِْل امـا
َ س َّهـ َل هللاُ لَهُ بِ ِه ُ ِط ِريقاا يَ ْلتَمَ َسلَكَ َو َم ْن، أَخِ ي ِه
، ُالرحْ ـ َمة َ َو، ُسكِينَة
َّ غشِـيَـتْـ ُه ُم َّ علَ ْي ِه ُم ال
َ تْ َ إِ ََّل نَـزَ ل، سونَـهُ بَ ْينَ ُه ْم َ ت هللاِ يَتْلُونَ ِكت
َ َ َويَتَد، َِاب هللا
ُ ار ِ مِ ْن بُـيُو
ُسب ْ لَـ ْم يُس ِْر، ُع َملُـه
َ ع بِـ ِه نَـ َ طـأ َ بِـ ِه َ َوذَك، َُو َحفَّـتْـ ُه ُم ْالـ َمًلَئِ َكة
َّ َ َو َم ْن ب، َُـرهُ ُم هللاُ فِي َم ْن ِع ْندَه
Artinya :
7
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Barangsiapa yang melapangkan satu kesusahan dunia dari
seorang Mukmin, maka Allâh melapangkan darinya satu kesusahan di hari
Kiamat. Barangsiapa memudahkan (urusan) orang yang kesulitan (dalam
masalah hutang), maka Allâh Azza wa Jalla memudahkan baginya (dari
kesulitan) di dunia dan akhirat. Barangsiapa menutupi (aib) seorang Muslim,
maka Allâh akan menutup (aib)nya di dunia dan akhirat. Allâh senantiasa
menolong seorang hamba selama hamba tersebut menolong saudaranya.
Barangsiapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allâh akan
mudahkan baginya jalan menuju Surga. Tidaklah suatu kaum berkumpul di
salah satu rumah Allâh (masjid) untuk membaca Kitabullah dan
mempelajarinya di antara mereka, melainkan ketenteraman akan turun atas
mereka, rahmat meliputi mereka, Malaikat mengelilingi mereka, dan Allâh
menyanjung mereka di tengah para Malaikat yang berada di sisi-Nya.
Barangsiapa yang diperlambat oleh amalnya (dalam meraih derajat yang
setinggi-tingginya), maka garis keturunannya tidak bisa mempercepatnya.”
Artinya :
“Diriwayatkan dari Abū Hurayrah ra, dia berkata: Berselisih dua orang
wanita dari suku Huzail, kemudian salah satu wanta tersebut melempar batu
ke wanita yang lain sehingga mengakibatkan kematian wanita tersebut beserta
janin yan dikandungnya. Maka ahli waris dari wanita yang meninggal tersebut
mengadukan peristiwa tersebut kepada nabi Muhammad saw., maka
Rasululah saw., memutuskan ganti rugi dari pembunuhan dari janin tersebut
dngan pembebasan seorang budak laki-laki atau perempuan, dan memutuskan
ganti rugi kematian wanita tersebut dengan uang darah (diyat) yang
8
dibayarkan oleh ‘āqilah-nya (kerabat dari orang tua laki-laki).” (HR.
Bukhārī).
• Ijtihad
Salah satu contoh ijtihad Rasulullah SAW yang kurang tepat adalah terkait
masalah tawanan perang Badar. Rasulullah SAW meminta pendapat para
sahabatnya untuk menyelesaikan masalah ini. Ada yang mengusulkan untuk
dibunuh. Ini adalah pendapat Umar ibn al-Khaththab. Mayoritas mengusulkan
agar tidak dibunuh dan mengambil tebusan dari mereka. dan inilah yang dipilih
oleh Rasulullah SAW. Lantas untuk menunjukkan kekurang tepatan ijtihad
Rasulullah SAW, Allah SWT menurunkan ayat:
9
Artinya :
• Qiyas
Qiyâs atau analogi ialah suatu praktik penyamaan hukum antara sesuatu
yang disebutkan hukumnya secara gamblang dalam agama (yang selanjutnya
disebut al-maqis ‘alaih atau masalah utama) dengan suatu yang tidak dijelaskan
hukumnya dalam agama (yang selanjutnya disebut al-maqis atau masalah
cabang). Penyamaan ini dilakukan karena ada kesamaan dalam penyebab
hukum atau yang masyhur disebut dengan ‘illah.Sahabat Ibnu ‘Abbâs
Radhiyallahu anhuma mengisahkan, “Ada seorang wanita datang menjumpai
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , lalu ia bertanya, “Sesungguhnya ibuku
meninggal dunia dan meninggalkan kewajiban berpuasa sebulan, apakah boleh
bagiku untuk menebusnya ?” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab :
Artinya :
10
menimpalinya dengan bersabda, “Sesungguhnya piutang milik Allâh lebih
layak untuk ditebus.” [Riwayat Bukhâri, no. 1754 dan Muslim, no. 1148]
Setiap terjadi transaksi harus melewati suatu akad yang mana merupakan ikatan
secara hukum yang dilakukan oleh dua atau beberapa pihak yang sama-sama
berkeinginan untuk mengikat diri. Demikian pula halnya dalam asuransi, akad
antara perusahaan harus jelas. Apakah akadnya jual beli ( aqd tabaduli ) atau akad
tolong menolong ( aqd tafakuli ) atau akad lainnya. Syarat-syarat dalam transaksi
adalah adanya pihak-pihak yang berakad, barang yang diakad dan harga.
Terdapat perbedaan pendapat para ulama fiqh dalam menentukan rukun suatu
akad. Jumhur ulama fiqih menyatakan rukun akad terdiri atas tiga hal: pernyataan
untuk mengikatkan diri (shighat al-‘aqd), pihak-pihak yang berakad (al-
muta’aqidain), dan obyek akad (al-ma’qud ‘alaih).
Ulama Hanafiyah berpendirian bahwa rukun akad itu hanya satu, yaitu shigat
‘al-aqd (ijab qabul). Sedangkan, pihak-pihak yang berakad dan objek akad,
menurut mereka, tidak termasuk rukun akad . Tetapi, termasuk syarat-syarat akad,
karena menurut mereka, yang dikatakan rukun itu adalah suatu esensi ang berada
dalam akad itu sendiri. Sedangkan, pihak-pihak yang berakad dan objek akad di
luar esensi akad.
Karena asuransi syariah menggunakan akad tijarah dan akad tabarru’ maka
dalam menngikuti asuransi syariah ini harus memenuhi syarat dan rukun kedua
akad tersebut terlebih dahulu.
11
2.5 Prinsip-Prinsip Asuransi Syariah
Prinsip tauhid menjadi prinsip dasar dalam asuransi syariah. Hal inilah yang
menjadi salah satu poin utama yang wajib dipahami dengan baik. Dalam prinsip ini,
niat dasar memiliki asuransi bukanlah untuk meraih keuntungan semata, melainkan
untuk ikut serta dalam menerapkan prinsip syariah dalam asuransi.
Hal tersebut perlu dan wajib dipahami dengan baik bagi Anda yang ingin
memiliki asuransi syariah. Sebab asuransi syariah ditujukan untuk saling tolong-
menolong dan bukan sebagai sarana perlindungan semata ketika mengalami
musibah (risiko) di kemudian hari.
Di dalam asuransi syariah juga terdapat prinsip keadilan di mana nasabah dan
pihak perusahaan asuransi bersikap adil satu sama lain. Artinya, kedua belah pihak
ini harus berkeadilan terkait dengan hak dan kewajibannya masing-masing. Dengan
begitu, tidak ada pihak yang merasa terzalimi atau dirugikan atas penggunaan
produk asuransi tersebut.
Asuransi syariah juga menjalankan prinsip kerja sama antara nasabah dan
perusahaan asuransi selaku pengelola dananya. Kerja sama ini dilakukan sesuai
dengan perjanjian/akad yang telah disepakati sejak awal oleh kedua belah pihak.
12
Dengan demikian, keduanya dapat menjalankan hak dan kewajibannya dengan
seimbang.
Prinsip saling rida ini menjadi dasar dalam setiap transaksi yang terjadi di dalam
asuransi syariah sehingga semuanya dapat berjalan dengan baik dan sesuai
ketentuan. Artinya, nasabah rida ketika dananya dikelola perusahaan asuransi
sebagaimana mestinya yang sesuai dengan konsep syariah. Sementara perusahaan
asuransi juga harus rida dengan amanah yang diterimanya dari nasabah. Dan
mereka harus mengelola dana nasabah tersebut sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
13
Asuransi syariah juga tidak memperbolehkan adanya gharar (ketidakjelasan)
dalam layanan mereka. Sebab asuransi ini menggunakan konsep risk sharing dan
bukan risk transfer sebagaimana yang lazim digunakan dalam asuransi
konvensional.
Asuransi yang memberikan ganti rugi kepada Tertanggung atas kerusakan atau
kerugian harta benda yang dipertanggungkan yang disebabkan oleh kebakaran,
sambaran petir, ledakan, kejatuhan pesawat terbang, serta asap yang berasal dari
kebakaran harta yang dipertanggungkan. Asuransi Property meliputi Asuransi
Kebakaran dan perluasan jaminannya (gempa bumi, badai, banjir, topan, dan lain –
lain dan juga jaminan atas kerugian sebagai akibat terganggunya usaha (business
interruption) yang disebabkan kebakaran.
14
dipertanggungkan (biasanya terkait dengan konstruksi; material; peralatan atau
mesinmesin) selama masa konstruksi atau pemasangan mesin terhadap setiap risiko
kehilangan atau kerusakan yang tidak terduga; bersifat tiba-tiba dan merupakan
suatu kecelakaan.
Asuransi yang menjamin kerusakan atau kerugian barang yang diangkut dari
satu tempat ke tempat lain baik dengan alat angkut darat (truk, kereta, trailer), laut
(kapal) atau udara (pesawat udara) terhadap risiko-risiko yang terjadi selama
pengangkutan barang. Jenis risiko yang ditanggung dibedakan dalam tiga (3)
kelompok yang disebut Institute Cargo Clauses (ICC) yaitu (dari yang paling
lengkap): ICC “A”; ICC “B” dan ICC “C”.
15
4) Asuransi Rangka Kapal Syariah
Memberikan jaminan atas kerusakan atau kerugian terhadap kapal, mesin dan
perlengkapannya dari bahaya laut (perils of the sea) dan risiko pelayaran
(navigational perils). Jaminannya adalah full terms/full conditions (Cl 280) dan
limited terms/limited conditions (Cl 284 dan Cl 289).
• Fidelity Guarantee
16
7) Asuransi Kecelakaan Diri Syariah
Dalam asuransi syariah semua dana kontribusi menjadi hak milik nasabah. Dana
tersebut nantinya digunakan untuk membayar klaim yang diajukan peserta asuransi.
Ketika nilai kontribusi lebih besar dari nilai klaim, maka akan didapat surplus
keuntungan. Sebaliknya, jika nilai kontribusi lebih kecil dari nilai klaim maka akan
terjadi defisit keuntungan.
17
Pembagian keuntungan kepada peserta dilakukan secara proporsional. Semakin
besar kontribusi yang dibayarkan maka keuntungan yang didapat akan semakin
besar.
Berbeda dengan asuransi konvensional yang menggunakan satu polis untuk satu
peserta, asuransi syariah bisa menggunakan satu polis untuk seluruh anggota
keluarga. Sistem ini menguntungkan peserta asuransi. Karena kontribusi yang
dibayarkan pasti lebih ringan, dibanding harus membayar polis berbeda dari setiap
anggota keluarga.
Sisi menarik yang kerap jadi andalan asuransi syariah dalam menarik nasabah
adalah tidak ada dana yang hangus. Dalam asuransi konvensional, saat nasabah
akan mencairkan dana yang belum jatuh tempo maka dana yang diperolah tidak
akan sesuai dengan jumlah yang sudah kita simpan selama ini. Pasti ada
pengurangan.
Dalam sistem asuransi syariah, Anda bisa melakukan pencairan kapan saja
tanpa harus takut ada dana yang hangus. Sesuai hukum syariah, nasabah harus
menjadi pihak yang mendapat keuntungan paling besar.
18
4) Investasi yang Sesuai Syariah
Hasil yang didapat dari investasi di asuransi syariah ini bahkan lebih tinggi dari
sekadar tabungan konvensional atau deposito sekalipun. Pastinya halal dan sesuai
syariat Islam.
Tapi hal ini tidak akan Anda alami jika menjadi peserta asuransi syariah. Meski
anda terlambat melakukan pembayaran, proteksi terhadap dana tidak akan berubah.
Pihak pengelola asuransi tidak akan mengganggu gugat dana Anda.
Kalaupun Anda rasa akan cukup lama untuk bisa kembali membayar kontribusi
maka Anda bisa meminta cuti. Saat kondisi keuangan sudah membaik, Anda tinggal
mengunjungi kantor asuransi syariah tersebut untuk mengaktifkan kembali
perlindungan yang menjadi hak Anda sebagai peserta asuransi.
19
Konsep yang dimiliki asuransi syariah memang memberi keuntungan yang lebih
dibanding asuransi konvensional. Apakah menggunakan asuransi syariah sudah
sesuai kebutuhan dan rencana keuangan jangka panjang Anda atau belum,
semuanya tergantung kepada diri Anda sendiri.
Banyak orang yang tidak mengenal produk asuransi, apalagi produk asuransi
syariah. Pasalnya, produk asuransi syariah kurang familiar di tengah masyarakat
Indonesia karena jenis produknya yang belum terlalu banyak dan pemasarannya
yang belum masif.
Namun sebenarnya, konsep asuransi syariah itu sangat sederhana. ,ada tiga
konsep utama yang ada di dalam asuransi syariah.
Pertama adalah dari sisi pengelolaan dana,ada istilah dana tabarru di asuransi
syariah. Dana ini adalah hasil kontribusi pemegang polis. Dana inilah yang
nantinya digunakan untuk membayar klaim atau membantu pemegang polis yang
membutuhkan.
20
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setiap terjadi transaksi harus melewati suatu akad yang mana merupakan
ikatan secara hukum yang dilakukan oleh dua atau beberapa pihak yang sama-
sama berkeinginan untuk mengikat diri. Demikian pula halnya dalam asuransi,
akad antara perusahaan harus jelas. Apakah akadnya jual beli ( aqd tabaduli ) atau
akad tolong menolong ( aqd tafakuli ) atau akad lainnya. Syarat-syarat dalam
transaksi adalah adanya pihak-pihak yang berakad, barang yang diakad dan harga
21
Jenis-jenis Asuransi Syariah :
Ada tiga konsep utama yang ada di dalam asuransi syariah,pertama adalah dari
sisi pengelolaan dana,ada istilah dana tabarru di asuransi syariah,kemudian konsep
selanjutnya adalah dari sisi surplus underwriting,terakhir adalah pengelolaan dana
investasi asuransi syariah.
3.2 Saran
22
Maka dari itu untuk meminimalisir penipuan dalam asuransi,disarankan
untuk berpindah ke asuransi syariah karena asuransi syariah dalam prosesnya
menggunakan prosedur-prosedur yang islami dan memiliki pengawasan dalam
proses asuransinya.
23
DAFTAR PUSTAKA
almanhaj.or.id/14299-selayang-pandang-tentang-qiyas
affgani.wordpress.com/ekonomi-islam/asuransi-syariah
asei.co.id/id/asuransi-syariah
cermati.com/artikel/10-prinsip-asuransi-syariah-yang-mencerminkan-nilai-
keagamaan
cnbcindonesia.com/syariah/20180117134003-29-1782/tiga-konsep-utama-
asuransi-syariah
fakhirahumar.blogspot.com/2018/07/makalah-asuransi-syariah
rumahfiqih.com/fikrah-360-ijtihad-di-zaman-nabi-saw.
simulasikredit.com/asuransi-syariah-apa-saja-keuntungannya
24