Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

ASURANSI SYARIAH

GURU PEMBIMBING
Khoirul Anwar S.Ag

DISUSUN OLEH
Nama : Muhammad Abdul Aziz
No : 15
Kelas : XI Teknik Pememsinan 3

SMKN 01 MADIUN
TAHUN PELAJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul ini
“Asuransi Syariah” tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Bapak Khoirul Anwar S.Ag pada Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI).Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang “Asuransi
Syariah” bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Khoirul Anwar S.Ag,selaku


Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya
tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Madiun,28 Maret 2021

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2

1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3

2.1 Pengertian Asuransi Syariah.......................................................................... 3

2.2 Sejarah Berdirinya Asuransi Syariah ............................................................ 4

2.3 Dasar hukum dari Asuransi Syariah .............................................................. 5

2.4 Rukun dan Syarat Asuransi Syariah ............................................................ 11

2.5 Prinsip-Prinsip Asuransi Syariah................................................................. 12

2.6 Jenis-Jenis Asuransi Syariah ....................................................................... 14

2.7 Keunggulan-Keunggulan Dari Asuransi Syariah ........................................ 17

2.8 Bentuk Konsep Dari Asuransi Syariah ........................................................ 20

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 21

3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 21

3.2 Saran ............................................................................................................ 22

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 24

ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Asuransi syariah merupakan prinsip perjanjian berdasarkan hukum islam

antara perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi dengan pihak lain,dalam

menerima amanah dalam mengelola dana peserta melalui kegiatan investasi yang

di selenggarakan sesuai dengan syariah.

Di Indonesia, perkembangan asuransi juga semangkin berkembang. Lahirnya

perusahaan asuransi syariah didukung dengan besarnya jumlah penduduk yang

beragama islam yang membutuhkan suatu lembaga keuangan islami sehingga setiap

interaksi muamalah yang dilakukannya sesuai dengan syariah.Karena pada

dasarnya masyarakat muslim memandang operasional asuransi konvensional

dengan ragu-ragu, atau bahkan keyakinan bahwa praktek itu cacat dari sudut

pandang syari’at.Hal ini dikarenakan sejumlah fatwa yang di keluarkan oleh

lembagalembaga otoritas fikih menyatakan ketidakbolehan sistem asuransi

konvensional, karena akadnya mengandung unsur riba,spekulasi,kecurangan dan

ketidakjelasan.Sementara akad perusahaan asuransi kolektif islam berlandaskan

pada asas saling tolong-menolong dan menyumbang,disamping konsisten

memegang hukum dan prinsip syariat islam dalam keseluruhan aktivitasnya dan

tunduk pada mekanisme pengawasan syari’at.Asuransi kolektif islam juga tidak

menjalankan jasa 2 asuransi dengan orientasi memperoleh keuntungan (profit

oriented) dan setiap peserta dalam asuransi ini menjadi penangggung sekaligus

1
tertanggung.Sehingga dengan demikian,akad-akadnya pun bersih dari segala syarat

poin yang bertentangan dengan hukum dan prinsip-prinsip syariat Islam.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang saya ambil adalah,sebagai berikut :

1. Apa pengertian dari Asuransi Syariah ?

2. Bagaimana sejarah berdirinya Asuransi Syariah ?

3. Apa dasar hukum dari Asuransi Syariah ?

4. Apa rukun dan syarat Asuransi Syariah ?

5. Apa saja prinsip-prinsip Asuransi Syariah ?

6. Apa saja jenis-jenis Asuransi Syariah ?

7. Apa saja keunggulan dari Asuransi Syariah ?

8. Bagaimana bentuk konsep dari Asuransi Syariah ?

1.3 Tujuan

Tujuan pembuatan dan penyusunan makalah ini adalah,sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengertian dari Asuransi Syariah

2. Untuk mengetahui sejarah berdirinya Asuransi Syariah

3. Untuk mengetahui dasar hukum dari Asuransi Syariah

4. Untuk mengetahui rukun dan syarat Asuransi Syariah

5. Untuk mengetahui prinsip-prinsip Asuransi Syariah

6. Untuk mengetahui jenis-jenis Asuransi Syariah

7. Untuk mengetahui keunggulan dari Asuransi Syariah

8. Untuk mengetahui bentuk konsep dari pembayaran Asuransi Syariah

2
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Asuransi Syariah

Kata asuransi berasal dari bahasa Inggris, yaitu insurance, yang dalam bahasa
Indonesia telah menjadi bahasa popular dan diadopsi dalam kamus besar bahasa
Indonesia dengan padanan kata ‘pertanggungan’. Dalam bahasa Belanda biasa
disebut dengan istilah assurantie (Asuransi) dan verzekering (Pertanggungan).

Asuransi syariah adalah pengaturan pengelolaan risiko yang memenuhi


ketentuan syariah, tolong menolong secara mutual yang melibatkan peserta dan
operator. Syariah berasal dari ketentuan-ketentuan di dalam al-Qur’an dan As-
Sunnah.

Dalam perspektif ekonomi Islam, asuransi dikenal dengan istilah takaful yang
berasal dari bahasa arab taka,fula-yataka,fulu-tafakul yang berarti saling
menanggung atau saling menjamin. Asuransi dapat diartikan sebagai perjanjian
yang berkaitan dengan pertanggungan atau penjaminan atas resiko kerugian
tertentu.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat kita ambil kesimpulan bahwasannya


asuransi takaful merupakan pihak yang tertanggung penjamin atas segala risiko
kerugian, kerusakan, kehilangan, atau kematian yang dialami oleh nasabah (pihak
tertanggung). Dalam hal ini, si tertanggung mengikat perjanjian (penjaminan
resiko) dengan si penanggung atas barang atau harta, jiwa dan sebagainya
berdasarkan prinsip bagi hasil yang mana kerugian dan keuntungan disepakati oleh
kedua belah pihak

Asuransi merupakan cara atau metode untuk memelihara manusia dalam


menghindari resiko (ancaman) bahaya yang beragam yang akan terjadi dalam
hidupnya, dalam perjalanan kegiatan hidupnya atau dalam aktivitas ekonominya.

3
Dalam ensiklopedia hukum Islam telah disebutkan bahwa asuransi adalah
transaksi perjanjian antara dua pihak, dimana pihak yang satu berkewajiban
membayar iuran dan pihak yang lain berkewajiban memberikan jaminan
sepenuhnya kepada pembayar iuran jika terjadi sesuatu yang menimpa pihak
pertama sesuai dengan perjanjian yang dibuat

Abbas Salim berpendapat, bahwa asuransi adalah suatu kemauan untuk


menetapkan kerugian-kerugian kecil (sedikit) yang sudah pasti sebagai pengganti
(subsitusi) kerugian-kerugian yang belum pasti

Dalam pengertian asuransi di atas, menunjukkan bahwa asuransi mempunyai


unsur-unsur sebagai berikut :
a. Adanya pihak tertanggung
b. Adanya pihak penanggung
c. Adanya perjanjian asuransi
d. Adanya pembayaran premi
e. Adanya kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan (yang diderita
tertanggung)
f. Adanya suatu peristiwa yang tidak pasti terjadinya.

Jadi Asuransi Syariah adalah suatu pengaturan pengelolaan risiko yang


memenuhi ketentuan syariah, tolong-menolong secara mutual yang melibatkan
peserta dan perusahaan asuransi.

2.2 Sejarah Berdirinya Asuransi Syariah

Secara historis, asuransi tidak pernah ada pada zaman Nabi Muhammad
Saw,sahabat dan tabi’in. ia pertama kali terjadi pada tahun 1182 m. ketika orang-
orang yahudi diusir dari Prancis, untuk menjamin resiko barang-barang mereka
yang diangkut lewat laut. Pada tahun 1680,di London didirikan lembaga asuransi
kebakaran karena kebakaran yang terjadi pada tahun 1666 yang menghanguskan
sekitar 13 ribu rumah dan 100 buah gereja.

4
Dalam Al Qur’an dan hadits terdapat tuntutan bermuamalah yang benar dan
baik,yaitu terhindar dari kesamaran (al gharar),untung-untungan (maysir) dan riba.
Oleh karena itu, hukum asuransi adalah boleh selama terhindar dri samar, untung-
untungan,dan riba. Dengan kata lain,hukum asuransi itu boleh selama mengandung
unsur:
1. Saling bertanggung jawab,
2. Saling membantu/ kerjasama, dan
3. Saling melindungi penderitaan satu sama lain.

Kebutuhan akan kehadiran jasa asuransi yang berdasarkan syariah diawali


dengan mulai beroperasinya bank-bank syariah. Hal tersebut sesuai dengan UU No.
7 tahun 1992 tentang perbankkan dan ketentuan pelaksanaan bank syariah. Untuk
itulah pada tanggal 27 Juli 1993, Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI)
melalui Yayasan Abdi Bangsa Tugu Mandiri sepakat memprakarsai pendirian
Asuransi Takaful, dengan menyusun Tim Pembentukan asuransi Takaful
Indonesia(TEPATI)

2.3 Dasar hukum dari Asuransi Syariah

Dasar hukum asuransi syariah adalah sumber dari pengambilan hukum praktik
asuransi syariah. Karena sejak awal asuransi syariah dimaknai sebagai wujud dari
bisnis pertanggungan yang didasarkan pada nilai-nilai yang ada dalam ajaran Islam,
yaitu al-Qur’an dan Sunnah Rasul, serta pendapat Ulama atau Fuqaha yang tertuang
dalam karya-karyanya.

• Al-Qur’an
Ayat al-Qur’an yang mempunyai nilai praktik asuransi, antara lain :
1) Perintah Allah SWT untuk saling tolong-menolong dan bekerjasama Surat
Al-Maidah (5) : 2,yang berbunyi :

‫ام‬ َٰٓ َ ‫ْى َو ََل ْٱلقَلََٰٓئِدَ َو‬


َ ‫َل َءآَٰ ِمينَ ْٱلبَيْتَ ْٱل َح َر‬ َ ‫ام َو ََل ْٱل َهد‬
َ ‫ش ْه َر ْٱل َح َر‬ ِ َّ ‫شعََٰٓئ َِر‬
َّ ‫ٱَّلل َو ََل ٱل‬ َ ‫وا‬ ۟ ُ‫يََٰٓأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمن‬
۟ ُّ‫وا ََل تُحِ ل‬

َ ‫صدُّو ُك ْم‬
‫ع ِن‬ َ ‫شنَـَٔا ُن قَ ْو ٍم أَن‬ ۟ ‫طا د‬
َ ‫ُوا ۚ َو ََل يَجْ ِر َمنَّ ُك ْم‬ َ ‫ص‬ْ ‫يَ ْبتَغُونَ فَض اًْل ِمن َّربِ ِه ْم َو ِرض َْوناا ۚ َوإِذَا َحلَ ْلت ُ ْم فَٱ‬

5
‫ٱَّلل ۖ إِ َّن‬ ۟ ُ‫ٱْلثْ ِم َو ْٱلعُد َْو ِن ۚ َوٱتَّق‬
َ َّ ‫وا‬ ِ ْ ‫علَى‬ ۟ ُ‫علَى ْٱلبِ ِر َوٱلت َّ ْق َوى ۖ َو ََل تَعَ َاون‬
َ ‫وا‬ ۟ ُ‫ُوا ۘ َوتَعَ َاون‬
َ ‫وا‬ ۟ ‫ْٱل َمس ِْج ِد ْٱل َح َر ِام أَن ت َ ْعتَد‬

ِ ‫شدِيدُ ْٱل ِع َقا‬


‫ب‬ َ َّ
َ ‫ٱَّلل‬

Artinya:

"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu melanggar syiar-


syiar kesucian Allah, dan jangan (melanggar kehormatan) bulan-bulan
haram, jangan (mengganggu) hadyu (hewan-hewan kurban) dan qala'id
(hewan-hewan kurban yang diberi tanda), dan jangan (pula) mengganggu
orang-orang yang mengunjungi Baitulharam; mereka mencari karunia dan
keridhaan Tuhannya.

Tetapi apabila kamu telah menyelesaikan ihram, maka bolehlah kamu


berburu. Jangan sampai kebencian(mu) kepada suatu kaum karena mereka
menghalang-halangimu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat
melampaui batas (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam
berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah
sangat berat siksaan-Nya".

Ayat al-Maidah ini memuat perintah tolong-menolong antar sesama


manusia. Dalam bisnis asuransi, ini terlihat dalam praktik kerelaan anggota
(nasabah) perusahaan asuransi untuk menyisihkan dananya agar digunakan
sebagai dana sosial (tabarru’).

2) Perintah Allah untuk mempersiapkan hari depan,dalam Surah Al-Hasyr


(59) : 18,yang berbunyi :

َ‫ّٰللا َخ ِب ۡي ٌۢ ٌر ِب َما تَعۡ َملُ ۡون‬ َ ‫س َّما قَدَّ َم ۡت ِلغَ ٍد ۚ َواتَّقُوا ه‬


َ ‫ّٰللا ا َِّن ه‬ َ ‫ٰۤياَيُّ َها الَّذ ِۡينَ ا َمنُ ۡوا اتَّقُوا ه‬
ُ ‫ّٰللا َو ۡلت َۡـن‬
ٌ ‫ظ ۡر ن َۡـف‬

Artinya :

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan


hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya

6
untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah
Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”

3) Perintah Allah untuk saling melindungi dalam keadaan susah dalam Surah
Al-Quraisy (106) : 4,yang berbunyi :

ٍ‫ع ۙ َّوا َمنَ ُه ۡم ِم ۡن خ َۡوف‬ ۡ ٰۤۡ ‫الَّذ‬


ٍ ‫ِى اَطعَ َم ُه ۡم ِم ۡن ُج ۡو‬
Artinya :

“Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar


dan mengamankan mereka dari rasa ketakutan.”

Dengan Al-Quraisy (106) : 4,Allah SWT menegaskan bahwa orang


yang rela menafkahkan hartanya akan dibalas oleh-Nya dengan melipat
gandakan pahalanya. Sebuah anjuran normatif untuk saling berderma dan
melakukan kegiatan sosial yang diridhai oleh Allah SWT.

• As-Sunnah
As-Sunnah merupakan sumber syariat Islam yang kedua. Al-sunnah berarti
jalan yang menjadi kebiasaan dalam melaksanakan ajaran agama atau suatu
gambaran amal perbuatan yang sesuai dengan teladan Nabi dan para sahabat,
dengan tuntunan al-Qur’an.
• Hadits tentang anjuran menghilangkan kesulitan orang lain

ِ ‫ـربَةا مِ ْن ُك َر‬
‫ب‬ ْ ‫ع ْن ُمؤْ مِ ٍن ُك‬
َ ‫س‬َ َّ‫سلَّ َم قَا َل َم ْن نَـف‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫ّٰللا‬ َ ُ‫ع ْنه‬
َ ِ ‫ع ِن النَّبِي‬ َّ ‫ي‬
َ ُ‫ّٰللا‬ َ ‫ض‬ ِ ‫ع ْن أَبِ ْي ه َُري َْرة َ َر‬ َ
‫علَ ْي ِه فِـي الدُّ ْنيَا‬ َ ‫ يَس‬، ‫علَـى ُمـ ْعس ٍِر‬
َ ُ‫َّـر هللا‬ َ ‫ َو َم ْن يَس ََّر‬،ِ‫ب يَ ْو ِم ْال ِقيَا َمة‬ َ ‫ـربَةا مِ ْن ُك‬
ِ ‫ـر‬ ْ ‫ع ْنهُ ُك‬
َ ُ‫س هللا‬ َ َّ‫ نَـف‬، ‫الدُّ ْنيَا‬
َ ‫ع ْو ِن ْال َع ْب ِد َما َكانَ ْال َع ْبدُ فِي‬
‫ع ْو ِن‬ َ ‫ َوهللاُ فِـي‬، ‫َـرهُ هللاُ فِـي الدُّ ْن َيا َو ْاْلخِ َر ِة‬
َ ‫ست‬ َ ، ‫َـر ُم ْس ِل امـا‬َ ‫ست‬َ ‫ َو َم ْن‬، ‫َو ْاْلخِ َر ِة‬
‫ت‬ٍ ‫ َو َما ا ْجت َ َم َع قَ ْـو ٌم فِـي بَـ ْي‬، ‫ط ِريقاا إِلَـى ْالـ َجنَّ ِة‬ َ ، ‫س فِي ِه ع ِْل امـا‬
َ ‫س َّهـ َل هللاُ لَهُ بِ ِه‬ ُ ِ‫ط ِريقاا يَ ْلتَم‬َ َ‫سلَك‬َ ‫ َو َم ْن‬، ‫أَخِ ي ِه‬
، ُ‫الرحْ ـ َمة‬ َ ‫ َو‬، ُ‫سكِينَة‬
َّ ‫غشِـيَـتْـ ُه ُم‬ َّ ‫علَ ْي ِه ُم ال‬
َ ‫ت‬ْ َ‫ إِ ََّل نَـزَ ل‬، ‫سونَـهُ بَ ْينَ ُه ْم‬ َ ‫ت هللاِ يَتْلُونَ ِكت‬
َ َ‫ َويَتَد‬، ِ‫َاب هللا‬
ُ ‫ار‬ ِ ‫مِ ْن بُـيُو‬
ُ‫سب‬ ْ ‫ لَـ ْم يُس ِْر‬، ُ‫ع َملُـه‬
َ ‫ع بِـ ِه نَـ‬ َ ‫طـأ َ بِـ ِه‬ َ ‫ َوذَك‬، ُ‫َو َحفَّـتْـ ُه ُم ْالـ َمًلَئِ َكة‬
َّ َ‫ َو َم ْن ب‬، ُ‫َـرهُ ُم هللاُ فِي َم ْن ِع ْندَه‬
Artinya :

7
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Barangsiapa yang melapangkan satu kesusahan dunia dari
seorang Mukmin, maka Allâh melapangkan darinya satu kesusahan di hari
Kiamat. Barangsiapa memudahkan (urusan) orang yang kesulitan (dalam
masalah hutang), maka Allâh Azza wa Jalla memudahkan baginya (dari
kesulitan) di dunia dan akhirat. Barangsiapa menutupi (aib) seorang Muslim,
maka Allâh akan menutup (aib)nya di dunia dan akhirat. Allâh senantiasa
menolong seorang hamba selama hamba tersebut menolong saudaranya.
Barangsiapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allâh akan
mudahkan baginya jalan menuju Surga. Tidaklah suatu kaum berkumpul di
salah satu rumah Allâh (masjid) untuk membaca Kitabullah dan
mempelajarinya di antara mereka, melainkan ketenteraman akan turun atas
mereka, rahmat meliputi mereka, Malaikat mengelilingi mereka, dan Allâh
menyanjung mereka di tengah para Malaikat yang berada di sisi-Nya.
Barangsiapa yang diperlambat oleh amalnya (dalam meraih derajat yang
setinggi-tingginya), maka garis keturunannya tidak bisa mempercepatnya.”

• Hadits tentang Aqilah

‫ت اِ ْحدَاهُ َما ْاَلُ ْخ َرى ِب َح َج ٍر فَقَتَلَتْ َها َو َما فِي‬ ِ ‫ت اِ ْم َرأَت‬


ْ ‫َان مِ ْن هُزَ ْي ٍل فَ َر َم‬ ْ َ‫ اِ ْقتَل‬: ‫ع ْنهُ قال‬
َ ‫ي هللا‬ ِ ‫ع ْن ا َ ِبي ه َُري َْرة َ َر‬
َ ‫ض‬ َ
‫عاقِلَتِ َها‬ َ ‫ضى ِد َيةا ْال َم ْرأ َ ِة‬
َ ‫علَى‬ َ َ‫غ َّرة ٌ أ َ ْو َو ِل ْيدَة ٌ َوق‬
ُ ‫ضى أ َ َّن ِد َيةا َجنِ ْينِ َها‬
َ َ‫ فَق‬, ‫ص ُموا ِإلَى النَّ ِبي ص م‬ ْ ‫ َب‬.
َ َ ‫طنِ َها فَا ْخت‬

Artinya :

“Diriwayatkan dari Abū Hurayrah ra, dia berkata: Berselisih dua orang
wanita dari suku Huzail, kemudian salah satu wanta tersebut melempar batu
ke wanita yang lain sehingga mengakibatkan kematian wanita tersebut beserta
janin yan dikandungnya. Maka ahli waris dari wanita yang meninggal tersebut
mengadukan peristiwa tersebut kepada nabi Muhammad saw., maka
Rasululah saw., memutuskan ganti rugi dari pembunuhan dari janin tersebut
dngan pembebasan seorang budak laki-laki atau perempuan, dan memutuskan
ganti rugi kematian wanita tersebut dengan uang darah (diyat) yang

8
dibayarkan oleh ‘āqilah-nya (kerabat dari orang tua laki-laki).” (HR.
Bukhārī).

• Ijtihad

Ijtihad (bahasa Arab: ‫ )اجتهاد‬adalah sebuah usaha yang sungguh-sungguh,


yang sebenarnya bisa dilaksanakan oleh siapa saja yang sudah berusaha mencari
ilmu untuk memutuskan suatu perkara yang tidak dibahas dalam Al Quran
maupun hadis dengan syarat menggunakan akal sehat dan pertimbangan
matang.

Dahulu Rasulullah SAW sendiri dalam beberapa keadaan juga berijtihad


ketika wahyu tidak kunjung turun. Sedangkan beliau dituntut untuk
menyelesaikan sebuah permasalahan dengan segera. Maka disinilah Rasulullah
SAW berijtihad.

Rasulullah SAW adalah seorang yang ma’shum, artinya Allah SWT


menjaga Rasulullah SAW dari perbuatan salah. Namun hal itu berlaku ketika
menyangkut urusan dasar-dasar syari’ah. Maka jika ijtihad Rasulullah SAW
kurang tepat dalam masalah dasar-dasar syari’ah, Allah SWT langsung
menurunkan wahyu untuk menjelaskan kekurang tepatan ijtihad Rasulullah
SAW.

Salah satu contoh ijtihad Rasulullah SAW yang kurang tepat adalah terkait
masalah tawanan perang Badar. Rasulullah SAW meminta pendapat para
sahabatnya untuk menyelesaikan masalah ini. Ada yang mengusulkan untuk
dibunuh. Ini adalah pendapat Umar ibn al-Khaththab. Mayoritas mengusulkan
agar tidak dibunuh dan mengambil tebusan dari mereka. dan inilah yang dipilih
oleh Rasulullah SAW. Lantas untuk menunjukkan kekurang tepatan ijtihad
Rasulullah SAW, Allah SWT menurunkan ayat:

َّ ‫ّٰللاُ ي ُِريدُ ْاْلخِ َرةَ َو‬


ُ‫ّٰللا‬ َّ ‫ض الدُّ ْنيَا َو‬
َ ‫ع َر‬ ِ ‫َما َكانَ ِلنَبِي ٍ أ َ ْن يَ ُكونَ لَهُ أَس َْرى َحتَّى يُثْخِ نَ فِي ْاْل َ ْر‬
َ َ‫ض ت ُ ِريدُون‬
ٌ ‫ع ِز‬
‫يز َحكِي ٌم‬ َ

9
Artinya :

“Tidak pantas bagi seorang Nabi mempunyai tawanan sebelum ia dapat


melumpuhkan musuhnya di muka bumi. kamu menghendaki harta benda
duniawiyah sedangkan Allah menghendaki (pahala) akhirat (untukmu). dan
Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (QS. al-Anfal: 67)

Ketika ijtihad Rasulullah SAW tidak berkaitan dengan dasar-dasar


syari’ah, maka Allah SWT tidak menurunkan wahyu untuk menunjukkan
kekurang tepatan ijtihad beliau. Dan ini tidak terkait dengan kema’shuman
Rasullullah SAW, karena tidak berkaitan dengan dasar-dasar syari’ah. Salah
satu contoh dalam hal ini adalah ijtihad beliau terkait penempatan posisi perang
ketika perang Badar.

• Qiyas

Qiyâs atau analogi ialah suatu praktik penyamaan hukum antara sesuatu
yang disebutkan hukumnya secara gamblang dalam agama (yang selanjutnya
disebut al-maqis ‘alaih atau masalah utama) dengan suatu yang tidak dijelaskan
hukumnya dalam agama (yang selanjutnya disebut al-maqis atau masalah
cabang). Penyamaan ini dilakukan karena ada kesamaan dalam penyebab
hukum atau yang masyhur disebut dengan ‘illah.Sahabat Ibnu ‘Abbâs
Radhiyallahu anhuma mengisahkan, “Ada seorang wanita datang menjumpai
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , lalu ia bertanya, “Sesungguhnya ibuku
meninggal dunia dan meninggalkan kewajiban berpuasa sebulan, apakah boleh
bagiku untuk menebusnya ?” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab :

َ ‫ّٰللا أ َ َح ُّق أَ ْن يُ ْق‬


‫ضى‬ ْ َ‫ قَال‬.ُ‫اضيَتَه‬
ِ َّ ‫ فَدَ ْي ُن‬: ‫ قَا َل‬,‫ نَعَ ْم‬: ‫ت‬ ِ ‫علَى أ ُ ِمكِ دَ ْي ٌن أ َ ُك ْن‬
ِ َ‫ت ق‬ َ َ‫لَ ْو َكان‬

Artinya :

“Andai ibumu menanggung piutang, apakah engkau sudi untuk melunasinya ?


Wanita itu menjawab, “Tentu. ”Lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam

10
menimpalinya dengan bersabda, “Sesungguhnya piutang milik Allâh lebih
layak untuk ditebus.” [Riwayat Bukhâri, no. 1754 dan Muslim, no. 1148]

Imam Nawawi rahimahullah mengatakan, “Pada hadits ini terdapat petunjuk


tentang benarnya qiyâs, yaitu pada sabda beliau, “Sesungguhnya piutang milik
Allah lebih layak untuk ditebus.”

2.4 Rukun dan Syarat Asuransi Syariah

Setiap terjadi transaksi harus melewati suatu akad yang mana merupakan ikatan
secara hukum yang dilakukan oleh dua atau beberapa pihak yang sama-sama
berkeinginan untuk mengikat diri. Demikian pula halnya dalam asuransi, akad
antara perusahaan harus jelas. Apakah akadnya jual beli ( aqd tabaduli ) atau akad
tolong menolong ( aqd tafakuli ) atau akad lainnya. Syarat-syarat dalam transaksi
adalah adanya pihak-pihak yang berakad, barang yang diakad dan harga.

Terdapat perbedaan pendapat para ulama fiqh dalam menentukan rukun suatu
akad. Jumhur ulama fiqih menyatakan rukun akad terdiri atas tiga hal: pernyataan
untuk mengikatkan diri (shighat al-‘aqd), pihak-pihak yang berakad (al-
muta’aqidain), dan obyek akad (al-ma’qud ‘alaih).

Ulama Hanafiyah berpendirian bahwa rukun akad itu hanya satu, yaitu shigat
‘al-aqd (ijab qabul). Sedangkan, pihak-pihak yang berakad dan objek akad,
menurut mereka, tidak termasuk rukun akad . Tetapi, termasuk syarat-syarat akad,
karena menurut mereka, yang dikatakan rukun itu adalah suatu esensi ang berada
dalam akad itu sendiri. Sedangkan, pihak-pihak yang berakad dan objek akad di
luar esensi akad.

Karena asuransi syariah menggunakan akad tijarah dan akad tabarru’ maka
dalam menngikuti asuransi syariah ini harus memenuhi syarat dan rukun kedua
akad tersebut terlebih dahulu.

11
2.5 Prinsip-Prinsip Asuransi Syariah

• Asuransi Syariah Menjalankan Prinsip Tauhid

Prinsip tauhid menjadi prinsip dasar dalam asuransi syariah. Hal inilah yang
menjadi salah satu poin utama yang wajib dipahami dengan baik. Dalam prinsip ini,
niat dasar memiliki asuransi bukanlah untuk meraih keuntungan semata, melainkan
untuk ikut serta dalam menerapkan prinsip syariah dalam asuransi.

Hal tersebut perlu dan wajib dipahami dengan baik bagi Anda yang ingin
memiliki asuransi syariah. Sebab asuransi syariah ditujukan untuk saling tolong-
menolong dan bukan sebagai sarana perlindungan semata ketika mengalami
musibah (risiko) di kemudian hari.

• Asuransi Syariah Mengamalkan Prinsip Keadilan

Di dalam asuransi syariah juga terdapat prinsip keadilan di mana nasabah dan
pihak perusahaan asuransi bersikap adil satu sama lain. Artinya, kedua belah pihak
ini harus berkeadilan terkait dengan hak dan kewajibannya masing-masing. Dengan
begitu, tidak ada pihak yang merasa terzalimi atau dirugikan atas penggunaan
produk asuransi tersebut.

• Asuransi Syariah Memuat Prinsip Tolong-Menolong

Prinsip tolong-menolong menjadi salah satu poin penting dalam konsep


asuransi syariah. Sesama nasabah memang diwajibkan untuk saling berderma dan
saling membantu antara satu dengan yang lainnya. Hal seperti inilah yang dilakukan
ketika salah satu nasabah terkena musibah dan mengalami kerugian sehingga pihak
perusahaan asuransi hanya akan bertindak sebagai pengelola dana saja di dalam
konsep asuransi syariah.

• Ada Prinsip Kerja Sama dalam Asuransi Syariah

Asuransi syariah juga menjalankan prinsip kerja sama antara nasabah dan
perusahaan asuransi selaku pengelola dananya. Kerja sama ini dilakukan sesuai
dengan perjanjian/akad yang telah disepakati sejak awal oleh kedua belah pihak.

12
Dengan demikian, keduanya dapat menjalankan hak dan kewajibannya dengan
seimbang.

• Asuransi Syariah Dilandasi Prinsip Amanah

Perusahaan asuransi juga dilandasi prinsip amanah dalam mengelola dana


nasabah dan hal yang sama juga berlaku bagi para nasabah asuransi syariah. Dalam
hal ini, nasabah harus bersikap jujur dan tidak mengada-ada ketika mengajukan
klaim. Di sisi lain, pihak perusahaan asuransi juga tidak boleh semena-mena dalam
mencari keuntungan, termasuk dalam mengambil berbagai keputusan.

• Asuransi Syariah Memiliki Prinsip Saling Rida

Prinsip saling rida ini menjadi dasar dalam setiap transaksi yang terjadi di dalam
asuransi syariah sehingga semuanya dapat berjalan dengan baik dan sesuai
ketentuan. Artinya, nasabah rida ketika dananya dikelola perusahaan asuransi
sebagaimana mestinya yang sesuai dengan konsep syariah. Sementara perusahaan
asuransi juga harus rida dengan amanah yang diterimanya dari nasabah. Dan
mereka harus mengelola dana nasabah tersebut sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.

• Asuransi Syariah Bekerja dengan Prinsip Menghindari Riba

Konsep syariah tidak membenarkan adanya riba, termasuk dalam asuransi


syariah. Artinya, semua dana/premi yang dibayarkan nasabah kepada perusahaan
asuransi wajib diinvestasikan dalam berbagai bisnis tertentu yang sesuai dengan
prinsip syariah.

• Asuransi Syariah Berjalan dengan Prinsip Menghindari Bertaruh

Jika dalam asuransi konvensional penggunaan prinsip maisir (mirip gambling)


adalah hal yang lumrah, hal ini tidak berlaku dalam asuransi syariah. Asuransi
syariah menghindari penggunaan konsep tersebut dan akan menerapkan sistem risk
sharing di dalam layanan mereka.

• Asuransi Syariah Berdasar pada Prinsip Menghindari Ketidakjelasan

13
Asuransi syariah juga tidak memperbolehkan adanya gharar (ketidakjelasan)
dalam layanan mereka. Sebab asuransi ini menggunakan konsep risk sharing dan
bukan risk transfer sebagaimana yang lazim digunakan dalam asuransi
konvensional.

• Prinsip Menjauhi Praktik Suap-Menyuap

Baik perusahaan asuransi maupun nasabah penggunanya, keduanya harus selalu


menjauhkan diri dari praktik suap-menyuap dalam semua transaksi yang dilakukan.
Pada dasarnya, suap-menyuap (risywah) adalah kegiatan yang akan
menguntungkan satu belah pihak saja, sedangkan pihak lainnya akan dirugikan.
Itulah mengapa hal ini dilarang dalam asuransi syariah.

2.6 Jenis-Jenis Asuransi Syariah

1) Asuransi Harta Benda Syariah

Asuransi yang memberikan ganti rugi kepada Tertanggung atas kerusakan atau
kerugian harta benda yang dipertanggungkan yang disebabkan oleh kebakaran,
sambaran petir, ledakan, kejatuhan pesawat terbang, serta asap yang berasal dari
kebakaran harta yang dipertanggungkan. Asuransi Property meliputi Asuransi
Kebakaran dan perluasan jaminannya (gempa bumi, badai, banjir, topan, dan lain –
lain dan juga jaminan atas kerugian sebagai akibat terganggunya usaha (business
interruption) yang disebabkan kebakaran.

Jenis-jenis asuransi harta benda:

• Polis Standar Asuransi Kebakaran Indonesia (PSAKI)

• Polis Standar Gempa Bumi Indonesia (PSGBI)

• Property All Risks (PAR) atau Industrial All Risks (IAR)

2) Asuransi Rekayasa Syariah

Asuransi Rekayasa adalah salah satu bentuk asuransi yang memberikan


pertanggungan atas risiko kehilangan atau kerusakan terhadap obyek yang

14
dipertanggungkan (biasanya terkait dengan konstruksi; material; peralatan atau
mesinmesin) selama masa konstruksi atau pemasangan mesin terhadap setiap risiko
kehilangan atau kerusakan yang tidak terduga; bersifat tiba-tiba dan merupakan
suatu kecelakaan.

Perluasan pertanggungan dapat diberikan terhadap risiko-risiko kehilangan atau


kerusakan barang milik dan kecelakaan fisik dari Pihak Ketiga dengan nilai
maksimum yang disepakati sebelumnya. Asuransi Rekayasa (Engineering
Insurance) dibagi menjadi 2 (dua) kelompok besar, yaitu: Asuransi Engineering
Proyek dan Asuransi Engineering Non Proyek.

Jenis pertanggungan (polis) untuk Engineering Proyek, yaitu:

• Asuransi Konstruksi (Contractor All Risk Insurance/CAR): memberikan


pertanggungan atas risiko kehilangan dan/atau kerusakan fisik terhadap
pelaksanaan pembangunan.

• Asuransi Pemasangan (Erection All Risks Insurance/EAR): memberikan


pertanggungan atas risiko kehilangan dan/atau kerusakan pada mesin-mesin pada
saat instalasi atau pemasangannya. Jenis pertanggungan untuk Engineering Non
Proyek, yaitu:

• Asuransi Peralatan Elektronika (Electronic Equipment Insurance/EEI)

• Asuransi Kerusakan Mesin (Machinery Breakdown Insurance/MB)

• Asuransi Peralatan Berat (Contractor’s Plant and Machinery/CPM)

3) Asuransi Pengangkutan Barang Syariah

Asuransi yang menjamin kerusakan atau kerugian barang yang diangkut dari
satu tempat ke tempat lain baik dengan alat angkut darat (truk, kereta, trailer), laut
(kapal) atau udara (pesawat udara) terhadap risiko-risiko yang terjadi selama
pengangkutan barang. Jenis risiko yang ditanggung dibedakan dalam tiga (3)
kelompok yang disebut Institute Cargo Clauses (ICC) yaitu (dari yang paling
lengkap): ICC “A”; ICC “B” dan ICC “C”.

15
4) Asuransi Rangka Kapal Syariah

Memberikan jaminan atas kerusakan atau kerugian terhadap kapal, mesin dan
perlengkapannya dari bahaya laut (perils of the sea) dan risiko pelayaran
(navigational perils). Jaminannya adalah full terms/full conditions (Cl 280) dan
limited terms/limited conditions (Cl 284 dan Cl 289).

5) Asuransi Aneka Syariah

Asuransi Tanggung Gugat (Liability Insurance): menjamin tanggung jawab


hukum kepada pihak ketiga baik berupa cidera badan (bodily injury) dan/atau
kerusakan harta benda (property damage) sehubungan dengan aktifitas pekerjaan
atau bisnis yang dijalankan oleh Tertanggung.

Jenis Liability Insurance :

• Public Liability Insurance

• Commercial General Liability atau CGL (yang meliputi Public Liability,


Employer’s Liability, Automobile Liability, Workmen’s Compensation)

6) Asuransi Uang Syariah

Memberikan jaminan atas kehilangan uang, emas dan/atau yang disetarakan


dengan uang (Cek, Bank Notes, Wesel) milik Tertanggung selama disimpan di
dalam brankas, lemari besi atau tempat penyimpanan uang lainnya; selama dalam
pengiriman dari satu tempat ke tempat lain; saat disimpan di kasir atau loket-loket
dimana transaksi dilakukan; dan menjamin hilangnya uang tertanggung akibat
ketidakjujuran karyawan yang dipercaya dalam mengelola uang.

Jenis Money Insurance:

• Cash in Transit (CIT)

• Cash in Safe (CIS)

• Cash in Cashier Box

• Fidelity Guarantee

16
7) Asuransi Kecelakaan Diri Syariah

Memberikan jaminan terhadap risiko kematian, cacat tetap, dan biaya


perawatan atau pengobatan yang disebabkan oleh kecelakaan.

8) Asuransi Kebongkaran Syariah

Menanggung kerugian akibat dari pencurian yang pencurinya memasuki


ruangan yang ditempati Tertanggung, dengan jalan kekerasan/pembongkaran dan
juga kerusakan kepada barangbarang Tertanggung sebagai akibat dari perbuatan
tersebut.

9) Asuransi Kecelakaan Diri Plus Syariah

Memberikan jaminan terhadap risiko kematian yang disebabkan oleh


kecelakaan dan sakit serta risiko pemutusan hubungan kerja.

2.7 Keunggulan-Keunggulan Dari Asuransi Syariah

1) Pembagian Keuntungan yang Proporsional

Dalam asuransi syariah semua dana kontribusi menjadi hak milik nasabah. Dana
tersebut nantinya digunakan untuk membayar klaim yang diajukan peserta asuransi.

Ketika nilai kontribusi lebih besar dari nilai klaim, maka akan didapat surplus
keuntungan. Sebaliknya, jika nilai kontribusi lebih kecil dari nilai klaim maka akan
terjadi defisit keuntungan.

Saat mengalami surplus keuntungan, maka pihak perusahaan asuransi akan


membaginya menjadi tiga bagian. Yaitu 60% keuntungan akan menjadi saldo
tabarru, 30% dibagikan ke peserta, dan 10% untuk pengelola.

17
Pembagian keuntungan kepada peserta dilakukan secara proporsional. Semakin
besar kontribusi yang dibayarkan maka keuntungan yang didapat akan semakin
besar.

2) Bisa Double Claim

Berbeda dengan asuransi konvensional yang menggunakan satu polis untuk satu
peserta, asuransi syariah bisa menggunakan satu polis untuk seluruh anggota
keluarga. Sistem ini menguntungkan peserta asuransi. Karena kontribusi yang
dibayarkan pasti lebih ringan, dibanding harus membayar polis berbeda dari setiap
anggota keluarga.

Keuntungan yang pasti didapat dari asuransi syariah adalah bisa


melakukan double claim. Jadi, ketika Anda akan melakukan klaim dengan uang
pertanggungan Rp 10 juta rupiah, Anda akan tetap menerima dengan jumlah yang
sama.

Kemudian Anda bisa mengajukan klaim di perusahaan asuransi lain atau


lembaga lainnya seperti BPJS Kesehatan. Artinya, Anda bisa mendapat uang yang
lebih besar dari sekadar plafon yang dibayarkan asuransi syariah.

3) Tidak Ada Dana yang Hangus

Sisi menarik yang kerap jadi andalan asuransi syariah dalam menarik nasabah
adalah tidak ada dana yang hangus. Dalam asuransi konvensional, saat nasabah
akan mencairkan dana yang belum jatuh tempo maka dana yang diperolah tidak
akan sesuai dengan jumlah yang sudah kita simpan selama ini. Pasti ada
pengurangan.

Dalam sistem asuransi syariah, Anda bisa melakukan pencairan kapan saja
tanpa harus takut ada dana yang hangus. Sesuai hukum syariah, nasabah harus
menjadi pihak yang mendapat keuntungan paling besar.

18
4) Investasi yang Sesuai Syariah

Kontribusi yang diberikan setiap peserta asuransi syariah nantinya akan


diinvestasikan oleh pengelola atau perusahaan asuransi. Tentu saja dana tersebut
dikirim kepada instrumen investasi yang sesuai syariah, halal, juga bermanfaat.

Jenis investasinya pun sangat beragam. Biasanya dana kontribusi diinvestasikan


kepada bank umum syariah, bank umum yang memiliki cabang syariah, bank
perkreditan rakyat syariah, dan baitul mall wattamwil
Selain itu, juga diinvestasikan kepada sejumlah perusahaan yang sudah diseleksi
lebih dulu. Perusahaan-perusahaan ini dipastikan tidak menjual barang-barang
haram atau maksiat. Semua investasi itu dilakukan dengan menggunakan akad
mudharabah, wakalah, dan wadiah.

Hasil yang didapat dari investasi di asuransi syariah ini bahkan lebih tinggi dari
sekadar tabungan konvensional atau deposito sekalipun. Pastinya halal dan sesuai
syariat Islam.

5) Tidak Cemas Saat Telat Bayar

Ada kalanya kondisi keuangan nasabah mengalami pasang surut atau


ketidakstabilan. Kondisi ini membuat peserta asuransi kesulitan untuk membayar
kontribusi rutin mereka. Jika Anda peserta asuransi konvensional, kondisi tersebut
pasti akan menjadi masalah pelik. Bisa-bisa premi yang Anda bayarkan setiap bulan
akan berkurang karena keterlambatan tersebut.

Tapi hal ini tidak akan Anda alami jika menjadi peserta asuransi syariah. Meski
anda terlambat melakukan pembayaran, proteksi terhadap dana tidak akan berubah.
Pihak pengelola asuransi tidak akan mengganggu gugat dana Anda.
Kalaupun Anda rasa akan cukup lama untuk bisa kembali membayar kontribusi
maka Anda bisa meminta cuti. Saat kondisi keuangan sudah membaik, Anda tinggal
mengunjungi kantor asuransi syariah tersebut untuk mengaktifkan kembali
perlindungan yang menjadi hak Anda sebagai peserta asuransi.

19
Konsep yang dimiliki asuransi syariah memang memberi keuntungan yang lebih
dibanding asuransi konvensional. Apakah menggunakan asuransi syariah sudah
sesuai kebutuhan dan rencana keuangan jangka panjang Anda atau belum,
semuanya tergantung kepada diri Anda sendiri.

2.8 Bentuk Konsep Dari Asuransi Syariah

Banyak orang yang tidak mengenal produk asuransi, apalagi produk asuransi
syariah. Pasalnya, produk asuransi syariah kurang familiar di tengah masyarakat
Indonesia karena jenis produknya yang belum terlalu banyak dan pemasarannya
yang belum masif.

Namun sebenarnya, konsep asuransi syariah itu sangat sederhana. ,ada tiga
konsep utama yang ada di dalam asuransi syariah.

Pertama adalah dari sisi pengelolaan dana,ada istilah dana tabarru di asuransi
syariah. Dana ini adalah hasil kontribusi pemegang polis. Dana inilah yang
nantinya digunakan untuk membayar klaim atau membantu pemegang polis yang
membutuhkan.

Di asuransi syariah, ada dana tabarru yang digunakan untuk tolong-menolong,


dana tabarru ini yang digunakan ketika ada pemegang polis yang sakit

Kemudian konsep selanjutnya adalah dari sisi surplus underwriting. Surplus


underwriting atau dana sisa yang digunakan setelah membayarkan klaim akan
dibagikan kepada masing-masing kepala keluarga polis atau orang yang
membutuhkan.

Terakhir adalah pengelolaan dana investasi asuransi syariah. Berbeda dengan


asuransi konvensional, penempatan investasi asuransi syariah tidak bisa
sembarangan. Jika ingin menempatkan di saham, sukuk ataupun reksadana harus
mematuhi hukum-hukum syariat.

20
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Asuransi syariah adalah pengaturan pengelolaan risiko yang memenuhi


ketentuan syariah, tolong menolong secara mutual yang melibatkan peserta dan
operator. Syariah berasal dari ketentuan-ketentuan di dalam al-Qur’an dan As-
Sunnah.
Secara historis, asuransi tidak pernah ada pada zaman Nabi Muhammad
Saw,sahabat dan tabi’in. ia pertama kali terjadi pada tahun 1182 m. ketika orang-
orang yahudi diusir dari Prancis, untuk menjamin resiko barang-barang mereka
yang diangkut lewat laut. Pada tahun 1680,di London didirikan lembaga asuransi
kebakaran karena kebakaran yang terjadi pada tahun 1666 yang menghanguskan
sekitar 13 ribu rumah dan 100 buah gereja.
Dasar hukum asuransi syariah adalah sumber dari pengambilan hukum praktik
asuransi syariah. Karena sejak awal asuransi syariah dimaknai sebagai wujud dari
bisnis pertanggungan yang didasarkan pada nilai-nilai yang ada dalam ajaran Islam,
yaitu al-Qur’an dan Sunnah Rasul, serta pendapat Ulama atau Fuqaha yang tertuang
dalam karya-karyanya.

Setiap terjadi transaksi harus melewati suatu akad yang mana merupakan
ikatan secara hukum yang dilakukan oleh dua atau beberapa pihak yang sama-
sama berkeinginan untuk mengikat diri. Demikian pula halnya dalam asuransi,
akad antara perusahaan harus jelas. Apakah akadnya jual beli ( aqd tabaduli ) atau
akad tolong menolong ( aqd tafakuli ) atau akad lainnya. Syarat-syarat dalam
transaksi adalah adanya pihak-pihak yang berakad, barang yang diakad dan harga

Prinsip-prinsip Asuransi Syariah :

• Asuransi Syariah Menjalankan Prinsip Tauhid

• Asuransi Syariah Mengamalkan Prinsip Keadilan

• Asuransi Syariah Memuat Prinsip Tolong-Menolong

21
Jenis-jenis Asuransi Syariah :

• Asuransi Harta Benda Syariah

• Asuransi Rekayasa Syariah

• Asuransi Pengangkutan Barang Syariah

Keunggulan-Keunggulan Dari Asuransi Syariah :

• Pembagian Keuntungan yang Proporsional

• Bisa Double Claim

• Tidak Ada Dana yang Hangus

Ada tiga konsep utama yang ada di dalam asuransi syariah,pertama adalah dari
sisi pengelolaan dana,ada istilah dana tabarru di asuransi syariah,kemudian konsep
selanjutnya adalah dari sisi surplus underwriting,terakhir adalah pengelolaan dana
investasi asuransi syariah.

3.2 Saran

Adapun saran dari Saya,yaitu:


1) Saran Bagi Penyedia Pelayanan Asuransi Syariah
Diperlukan pengawasan yang ketat dalam proses asuransi syariah agar
tidak terjadi riba,gharar,maisyir,dll dan perlunya edukasi dan promosi tentang
asuransi syariah agar masyarakat paham tentang asuransi syariah dan mulai
berbondong-bondong untuk menggunakan asuransi syariah.

2) Saran Bagi Masyarakat


Masyarakat harus selalu waspada dan hati-hati sebelum ikut serta dalam
kegiatan Asuransi,karena di zaman sekarang ini banyak asuransi bodong yang
hanya mengincar uang dan melupakan tanggung jawabnya sebagai sebuah
asuransi,asuransi sangat berguna sekali bagi masyarakat baik dari segi
ekonomi,kesehatan,pendidikan,dll

22
Maka dari itu untuk meminimalisir penipuan dalam asuransi,disarankan
untuk berpindah ke asuransi syariah karena asuransi syariah dalam prosesnya
menggunakan prosedur-prosedur yang islami dan memiliki pengawasan dalam
proses asuransinya.

23
DAFTAR PUSTAKA

almanhaj.or.id/14299-selayang-pandang-tentang-qiyas

affgani.wordpress.com/ekonomi-islam/asuransi-syariah

asei.co.id/id/asuransi-syariah

cermati.com/artikel/10-prinsip-asuransi-syariah-yang-mencerminkan-nilai-
keagamaan

cnbcindonesia.com/syariah/20180117134003-29-1782/tiga-konsep-utama-
asuransi-syariah

fakhirahumar.blogspot.com/2018/07/makalah-asuransi-syariah

rumahfiqih.com/fikrah-360-ijtihad-di-zaman-nabi-saw.

simulasikredit.com/asuransi-syariah-apa-saja-keuntungannya

Zulfikah, S. (2013). ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PROTEKSI


ASURANSI JIWA PADA TABUNGAN IB SIAGA BANK SYARIAH
BUKOPIN: STUDI KASUS DI BANK SYARIAH BUKOPIN CABANG
SIDOARJO (Doctoral dissertation, UIN Sunan Ampel Surabaya).

24

Anda mungkin juga menyukai