Anda di halaman 1dari 9

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, penulis

panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah
“EKONOMI KESEHATAN“ini yang berjudul “ASURANSI SYARIAH”
 Makalah  ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih
ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan
tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat
memperbaiki makalah  ini.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah tentang “ASURANSI SYARIAH”ini dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Penulis
Pekanbaru, 12 Oktober 2016

(MILA FEBRIANI)

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................  i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2  Tujuan.................................................................................................... 2
1.3  Manfaat.................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1    Pengertian Dari Asuransi Syariah......................................................... 3 
2.2    Konsep Asuransi Syariah...................................................................... 6
2.3    Prinsip Asuransi Syariah....................................................................... 9
2.4    Sumber Hukum Asuransi Syariah......................................................... 10

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan............................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Kegiatan bisnis asuransi kini makin berkembang, yang membawa konsekuensi berkembang
pula hukum bisnis asuransi. Salah satu kegiatan bisnis asuransi yang muncul dalam masyarakat
adalah bisnis asuransi syariah. Dalam undang-undang yang mengatur tentang bisnis
perasuransian, belum diatur tentang asuransi syariah. Namun, dalam praktik perasuransian
ternyata bisnis asuransi syari’ah sudah banyak dikenal masyarakat.
Asuransi syariah merupakan bidang bisnis asuransi yang cukup memperoleh perhatian besar
di kalangan masyarakat Indonesia. Sebagai bisnis asuransi alternatif, asuransi syriah boleh
dikatakan relatif baru dibandingkan dengan bidang bisnis asuransi konvensional. Kebaruan
bisnis asuransi syariah adalah pengoperasian kegiatan usahanya berdasarkan prinsip-prinsip
syariah yang bersumber dari alquran dan hadis serta fatwa para ulama terutama yang terhimpun
dalam majelis ulama Indonesia (MUI).
Pada prinsipnya, yang membedakan asuransi syariah dengan asuransi konvensional adalah
asuransi syariah menghapuskan unsur ketidakpastan (gharar), unsur spekulasi alias perjudian
(maisir), dan unsur bunga uang (riba) dalam kegiatan bisnisnya sehingga peserta asuransi
(tertanggung) merasa terbebas dari praktik kezaliman yang merugikan nya. Agar masyarakat
dapat memahami konsep asuransi syariah secara wajar, perlu dilakukan penyuluhan dari hasil
penelitian yang telah dilakukan melaui publikasi yang lebih luas. Penelitian ini bertujuan untuk
mengungkapkan secara jelas konsep dan profil asuransi syariah dengan pendekatan kasus pada
PT Asuransi Takaful Keluarga Jakarta cabang Bandar Lampung.

1.2  Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian dari asuransi syariah.
2.      Untuk mengetahui Konsep Asuransi Syariah.
3.      Untuk mengetahui Prinsip Asuransi Syariah.
4.      Untuk mengetahui Sumber Hukum Asuransi Syariah.

1.3  Manfaat
1.    Mahasiswa dapat memahami  pengertian dari asuransi syariah.
2.    Mahasiswa dapat memahami  Konsep Asuransi Syariah.
3.    Mahasiswa dapat memahami  Prinsip Asuransi Syariah.
4.    Mahasiswa dapat memahami  Sumber Hukum Asuransi Syariah.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Asuransi Syariah
            Kata asuransi berasal dari bahsa inggris,”Insurance”, yang dalam bahasa Indonesia telah
menjadi bahasa popular dan diadopsi dalam kamus besar bahasa Indonesia dengan padanan kata
pertanggungan. Echols dan Sadily memaknai kata insurance dengan (a) asuransi, dan (b)
jaminan. Dalam bahasa belanda biasa disebut dengan istilah assurantie (asuransi) dan
verzekering (pertanggungan).
Mengenai definisi asuransi secara umum dapat ditelusuri dalam peraturan (perundang-undangan)
dan beberapa buku yang berkaitan dengan asuransi, seperti yang tertulis dibawah ini:
1.      Muhammad Muslehiddin dalam buku yang berjudul “insurance and Islamic law” mengadopsi
pengertian asuransi dari kamus “Encyclopedia Britania”, mengartikan “asuransi” sebagai suatu
persediaan yang disiapkan oleh sekelompok orang, yang dapat tertimpa kerugian, guna
menghadapi kejadian yang tidak dapat diramalkan, sehingga bila kerugian tersebut menimpa
salah seorang diantara mereka maka beban kerugian tersebut akan disebarkan keseluruh
kelompok.
2.      Dalam “ensiklopedia hukum islam” disebutkan bahwa asuransi (atta’min) adalah “transaksi
perjanjian antara dua pihak; pihak yang satu berkewajiban membayar iuran dan pihak yang lain
berkewajiban memberikan jaminan sepenuhnya kepada pembayar iuran jika terjadi sesuatu yang
menimpa pihak pertama sesuai dengan perjanjian yang dibuat.
3.      Dalam kitab undang-undang hukum dagang (KUHD) pasal 246 dijelaskan bahwa yang
dimaksud asuransi atau pertanggungan adalah “suatu perjanjian (timbale balik ), dengan mana
seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu
premi, untuk memberikan penggantian kepadanya, karena suatu kerugian,  kerusakan, atau
kehilangan keuntungan diharapkan, yang mungkin akan dideritanya, karena suatu peristiwa tak
tentu (onzeker vooral)”.
4.      Asuransi menurut undang-undang republik Indonesia nomor 2 tahun 1992 tentang usaha
perasuransian Bab 1, pasal 1 :”asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak
atau lebih dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan
menerima premi asuransi , umtuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian,
kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hokum kepada
pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak
pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya
seseorang yang dipertanggungkan.
Sedangkabn pengertian asuransi syariah atau yang lebih dikenal dengan at-
ta’min, takaful,atau tadhamun adalah usaha saling melindungi dan tolong menolong diantara
sejumlah orang/ pihak melalui inventasi dalam bentuk asset atau tabarru’ memberikan pola
pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad yang sesuai dengan syariah .
Prinsip dasar asuransi syariah adalah mengajak kepada setiap peserta untuk saling menjalin
kerjasam peserta terhadap ssesuatu yang meringankan terhadap bencana yang menimpa.
Asuransi syariah disebut juga dengan asuransi ta’awun yang artinya tolong menolong atau
saling membantu, atas dasar prinsip syariat yang saling toleran terhadap sesame manusia untuk
menjalin kebersamaan dalam meringankan bencana yang dialami peserta.
Menurut fatwa DSN.No.21/DSN-MUI-X/2001. Asurani syariah (ta’min,takafur atau
tadhangun) adalah usaha saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang /
pihak melalui investasi dalam bentuk asset dan/ tabarru’ yang memberikan pola pengambilan
untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariat.
Pendapat para pakar mengenai pengertian asuransi syariah
1.      Al-fanjari
Asuransi syariah (ta’min) menurut alfanjari diartikan sebagi usaha saling menaggung atau
tanggung jawab sosial. Ia juga membagi ta’min kedalam tiga bagian, yaitu ta’min at-
taawuniy,ta’minal tijari, dan ta’minal hukumiy.
2.      Mushtafa ahmad zarqa
Pengertian asuransi secara istilah adalah kejadian,. Adapun metodologi dan gambarannya dapat
berbeda-beda, namun pada intinya, asuransi adalah cara atau metode untuk memelihara asuransi
dalam menghindari risiko (ancaman) bahaya yang beragam yang akan terjadi dalam hidupnya,
dalam perjalanan kegiatan hidupnya atau dalam aktivitas ekonominya.
3.      Husain hamid hisan
Mengatakan asuransi adalah sikap ta’awun yang telah diatur dengan system yang sangat rapi,
antara sejumlah besar manusia, semuanya telah siap mengantisipasi suatu peristiwa, jika
sebagian mereka mengalami peristiwa tersebut, maka semuanya saling menolong dalam
menghadapi peristiwa tersebut dengan sedikit pemberian (derma) yang diberikan oleh masing-
masing peserta.
4.      Az zarqa
Mengatakan sistem asuransi yang dipahami oleh para ulama hukum (syariah) adalah sebuah
system ta’wun dan tadhamun yang bertujuan untuk menutupi kerugian peritiwa atau musibah.
Tugas ini dibagikan kepada sekelompok tertanggung, dengan cara memberikan pengganti kepada
orang yang tertimpa musibah.pengganti tersebut diambil dari kumpulan premi-premi mereka .

2.2 Konsep Asuransi Syariah


            Konsep asuransi syariah didasarkan pada Alquran surat Almaa’idah ayat 2 yang artinya:
“ tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa, dan jangan tolong
menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran”. Berdasarkan konsep tersebut ,kemudian
dewan syariah nasional majelis ulama indonesia (MUI) memberikan pengertian tentang asuransi
syariah pasal 1 ayat 1 Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI
No.21/DSN-MUI/X/2001,menetapkan bahwa:”Asuransi syariah adalah usaha saling melindungi
dan tolong menolong diantara sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk aset
dan/atau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu
melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah.”
            M.Syakir Sula (2004,hlm 293) menegaskan bahwa konsep asuransi syariah adalah suatu
konsep di mana terjadi saling memikul risiko diantara sesama peserta sehingga antara satu
dengan yang lainnya menjadi penanggung atas resiko yang muncul. Saling pukul risiko ini
dilakukan atas dasar saling menolong dalam kebaikan dengan cara masing-masing mengeluarkan
dana tabarru’ atau dana kebajikan (derma) yang tujuannya untuk menanggung risiko. Dalam
sistem operasional, asuransi syari’ah telah terhindar dari hal-hal yang diharamkan oleh para
ulama, yaitu gharar,maisir, dan riba.
         Menghindari ketidakjelasan (gharar)
Hadis nabi Muhammad SAW, yang dapat dijadikan acuan mengenai gharar adalah:
“Rasurullah SAW, melarang jual beli dengan lemparan batu (hasab) dan jual beli gharar
(diriwayatkan oleh Imam muslim).Definisi gharar menurut Imam syafii adalah apa-apa yang
akibatnya tersembunyi dalam pandangan kita dan akibat yang paling mungkin munculadalah
yang paling kita takuti.menurut Ibnu qayyim,gharar adalah yang tidak bisa diukur
penerimaannya, baik barang itu ada maupun tidak ada, seperti menjual hamba yang melarikan
diri dan unta yang liar meskipun ada (M.Syakir Sula,2004,hlm.46)
H.M.Syafei Antonio seorang pakar ekonomi syari’ah menjelaskan bahwa ketidakjelasan
(gharar) terjadi dalam dua bentuk,yaitu:
a)    Akad syariah yang melandasi penutupan polis
Kontrak dalam asuransi jiwa konvensional dikategorikan sebagai akad pertukaran (tabaduli),
yaitu pertukaran pembayaran premi dengan uang pertanggungan. Secara harfiah dalam akad
pertukaran harus jelas berapa banyak yang dibayarkan dan berapa yang diterima. Keadaan ini
menjadi tidak jelas (gharar) karena kita tahu berapa yang akan diterima (sejumlah uang
pertanggungan), tetapi tidak tahu berapa yang akan dibayarkan (sejumlah seluruh premi) karena
hanya allah yang tahu kapan seseorang akan meninggal. Dalam konsep takaful (saling
menolong), keadaan ini akan lain karena akad yang digunakan adalah akad tolong menolong
(takafuli) dan saling menjamin di mana semua peserta asuransi menjadi penolong dan penjamin
satu sama lainnya.
b)   Sumber dana pembayaran klaim
Sumber dana pembayaran klaim dan keabsahan syar’ie penerima uang klaim itu sendiri. Dalam
konsep asuransi konvensional, tertanggung tidak mengetahui darimana dana pertanggungan yang
diberikan dana asuransi berasal. Tertangguung hanya tahu jumlah pembayaran klaim yang
diterimanya. Dalam konsep asuransi takaful (saling menolong), setiap pembayaran premi sejak
awal akan dibagi dua, rekening pemegang polis dan rekening khusus peserta yang harus
diniatkan sebagai dana kebajikan/derma (tabarru’) untuk membantu saudaranya yang lain. Jadi,
klaim dalam konsep asuransi takaful diambil dari dana tabarru’ yang merupakan kumpulan
dana shadaqah yang diberikan oleh peserta suransi. yang diberikan oleh peserta asuransi.
         Menghindari perjudiana(Maisir)
Islam telah malarang perjudia (maisir), sebagaimana firman Allah dalam surat Almaidah
ayat 90, yang artinya:”Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar,
berjudi,(berkoban) untuk berhala, mengundi nasib dengan panah adalah perbuatan keji yang
termasuk perbuatan syetan.maka jauhilah perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.
Kata maisir berasal dari bahasa arab, yang secara harfiah berarti memperoleh sesuatu
dengan sangat mudahtanpa kerja keras atau mendapat keuntungan tanpa bekerja. Hal ini biasa
juga disebut perjudian, yang dalam terminologi agama diartikan sebagai suatu transaksi yang
dilakukan oleh dua pihak untuk memperoleh kepemilikan suatu benda atau jasa yang
menguntungkan satu pihak dan merugikan pihak lain dengan cara mengaitkan transaksi tersebut
dengan suatu tindakan atau kejadian tertentu (M.syakir Sula,2004,hlm.48)
Gemala Dewi (2004, hala.136) juga mengartikan bahwa dalam konsep maisir disuatu
pihak memperoleh keuntungan, tetapi dilain pihak justru mengalami kerugian.  Unsur maisir
dalam asuransi konvensional terlihat apabila selama masa perjanjian, tertanggung tidak
mengalami musibah atau kecelakaan, maka tertanggung tidak berhak mendapatkan apa-apa
termasuk premi yang disetornya. Sedangkan keuntungan diperoleh tertanggung ketika
tertanggung yang belum lama menjadi anggota asuransi ( jumlah premi yang disetor sedikit),
menerima dana pembayaran klaim yang jauh leih besar. Dalam konsep takaful ( saling
menolong), apabila peserta asuransi tidak mengalami musibah atau kecelakaan selama menjadi
peserta, dia masih tetap berhak mendapatkan premi yang disetor, kecuali dana yang dimasukkan
kedalam dana tabarru’.
         Menghindari bunga (Riba)
Riba menurut pengertian bahasa berarti tambahan ( azziyadah), berkembang (annumuw),
meningkat (al-irtifa’), dan membesar (al-uluw). Jadi, riba adalah penambahan ,perkembangan,
peningkatan dan pembesaran atas pinjaman pokok yang diterima pemberi pinjaman dari
peminjam sebagai imbalan karena menagguhkan atau berpisah dari sebagian modalnya selama
periode waktu tertentu ( Heri Sudarso,2004,hlm.10
2.3 Prinsip Asuransi Syariah
         Dibangun atas dasar kerjasama (ta’awun)
         Asuransi syariat rtidak bersifat mu’awadhoh, tetapi tabrru’ atau mudhorobah.
         Sumbangan (tabarru’) sama dengan hibah (pemberian) oleh karena itu haram hukumnya ditarik
kembali. Kalau terjadi peristiwa, maka diselesaikan menurut syariat.
         Setiap anggota yang menyetor uangnya menurut jumlah yang telah ditentukan harus disertai
dengan niat membantu demi menegakkan prinsip ukhuwah
         Tidak dibenarkan seseorang menyetorkan sejumlah kecil uangnya dengan tujuan supaya ia
mendapat imbalan yang berlipat bila terkena suatu musibah. Akantetapi ia diberi uang jamaah
sebagai ganti atas kerugian itu menurut izin yang diberikan oelh jamaah.
         Apabila uang itu akan dikembangkan maka harus dijalankan menurut aturan syar’i
         Prinsip akad asuransi syariah adalah takafuli (tolong menolong). Dimana nasabah yang satu
menolong nasabah yang lain yang tengan mengalami kesulitan.
         Dana yang terkumpul dari nasabah perusahaan asuransi syari’ah (premi) diinvestasikan
berdasarkan syariah dengan sistem bagi hasil (mudharabah).
         Premi yang terkumpul diperlakukan tetap sebagai dana milik nasabah. Perusahaan hanya
sebagai pemegangamana untuk mengelolanya.
         Bila ada peserta yang terkena musibah untuk pembayaran klaim nasabah dana diambilkan dari
rekening tabarru’ (dana sosial) seluruh peserta yang sudah diiklaskan untuk keperluan tolong
menolong.
         Keuntungan investasi dibagi dua antara nasabah salaku pemilik dana dengan perusahaan selaku
pengelola dengan prinsip bagi hasil.
         Adanya dewan pengawas syariah dalam perusahaan asuransi syariah yang merupakan suatu
keharusan. Dewan ini berperan dalam mengawasi manajemenn produk serta kebijakan investasi
supaya senantiasa sejalan dengan syariat islam. (Abdul aziz 2010.hlm 192).
2.4 Sumber Hukum Asuransi Syariah
            Sumber hukum material asuransi syariah adalah syariah islam, sedangkan sumber syariah
islam adalah alquran, Hadis, Ijma (ijtihad), Fatwa sahabat rasul,Qiyas, Istihsan, dan Urf (tradisi).
Alquran dan hadis merupakan sumber utama hukum islam, namun dalam menetapkan prinsip-
prinsip maupun praktik dan operasional asuransi syariah, parameter yang senantiasa menjadi
rujukan adalah syariah islam (Muhammad Syakir Sula, 2004,hlm,296).
Oleh karena itu pengaturan tentang asuransi syariah boleh didasarkan pada Ijma (ijtihad).
Penetapan hukum dengan metode Ijma (ijtihad) dapat menggunakan beberapa cara, antara lain”
a.       Melalukan interpretasi atau penafsiran hukum secara analogi (qiyas), yaitu dengan cara mencari
perbandingannya atau pengibaratannya.
b.      Untuk kemaslahatan umum (maslahah mursalah), yang bertumu pada pertimbangan menarik
manfaat dan menghindarkan mudharat.
c.       Meninggalkan dalil-dalil khusus dan menggunakan dalil-dalil umum yang dipandang lebih
kuat )Istihsan).
d.      Dengan cara melestarikan berlakuknya ketentuan asal yang ada, kecuali terdapat dalil yang
menetukan lain( Istish-ab)
e.       Mengukuhkan berlakunya adat kebiasaan yang tidak berlawanan dengan ketentuan syariah.
Keberadaan asuransi syariah saat ini tidak dilarang undang-undang yang berlaku, yaitu
undang-undang Nomor 2 tahun 1992 tentang perasuransian. Malahan, pemerintah telah
mengeluarkan keputusan- keputusan yang berkenaan dengan asuransi, termasuk asuransi syariah
yaitu sebagai berikut:
a.       Keputusan menteri keuangan republik indonesia No.424/KMK.06/2003 tentang kesehatan
keuangan perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi.
b.      Keputusan menteri keuangan republik indonesia No.426/KMK.06/2003 tentang perizinan usaha
dan kelembagaan perusahaan reasuransi.
c.       Keputusan dirjen Lembaga keuangan No.Kep. 4499/LK/2000 tentang jenis, penilaian, dan
pembatasan Investasi perusahaan Asuransi dan perusahaan Reasuransi dengan sistem syariah.
Kehadiran asuransi syariah diawali dengan beroperasinya bank syariah. Hal ini sesuai
dengan Undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan dan ketentuan pelaksanaan bank
syariah. Pada saat ini bank syariah membutuhkan jasa asuransi syariah guna mendukung
permodalan dan investasi dana. Pada tanggal 27 juli 1993, ICMI melalui yayasan abdi bangsa
bersama Bank Muamalat Indonesia (BMI), dan perusahaan asuransi tugu mandiri sepakat
memprakarsai pendirian asuransi takaful dengan menyusun tim pembentukan asuransi takaful
Indonesia (tepat).
Sebagai realisasi kesepakatan tersebut, didirikanlah PT Syarikat Takaful Indonesia sebagai
Holding Company dan dua anak perusahaan yaitu PT asuransi Takafulkeluarga (asuransi jiwa)
dan PT asuransi Takaful umum (asuransi kerugian). Pembentukan dua anak perusahaan tersebut,
dimaksudkan untuk memenuhi ketentuan pasal 3 undang-undang nomor 2 tahun 1992 tentang
usaha perasuransian, yang mana perusahaan asuransi jiwa dan perusahaan asuransi kerugian
harus berdiri terpisah.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Asuransi syariah atau yang lebih dikenal dengan at-ta’min, takaful,atau tadhamun adalah
usaha saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang/ pihak melalui inventasi
dalam bentuk asset atau tabarru’ memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko
tertentu melalui akad yang sesuai dengan syariah .
Kehadiran asuransi syariah diawali dengan beroperasinya bank syariah. Hal ini sesuai dengan
Undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan dan ketentuan pelaksanaan bank syariah.
Pada saat ini bank syariah membutuhkan jasa asuransi syariah guna mendukung permodalan dan
investasi dana.
Alquran dan hadis merupakan sumber utama hukum islam, namun dalam menetapkan
prinsip-prinsip maupun praktik dan operasional asuransi syariah, parameter yang senantiasa
menjadi rujukan adalah syariah islam.
konsep asuransi syariah adalah suatu konsep di mana terjadi saling memikul risiko diantara
sesama peserta sehingga antara satu dengan yang lainnya menjadi penanggung atas resiko yang
muncul. Saling pukul risiko ini dilakukan atas dasar saling menolong dalam kebaikan dengan
cara masing-masing mengeluarkan dana tabarru’ atau dana kebajikan (derma) yang tujuannya
untuk menanggung risiko. Dalam sistem operasional, asuransi syari’ah telah terhindar dari hal-
hal yang diharamkan oleh para ulama, yaitu gharar,maisir, dan riba.

DAFTAR PUSTAKA
Amrin,Abdullah.2011.Meraih berkah melalui asuransi syariah.Jakarta:PT Alex Media
Komputindo.
Aziz, Abdul,2010.Manajemen investasi syariah.Bandung:CV Alfabeta.
Dewi,Gemala.2004.Aspek-aspek hukum dalam perbankan dan perasuransian Syariah di
Indonesia.Jakarta:Prenada media.

Anda mungkin juga menyukai