Disusun Oleh :
Kelas A
2022
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
penuis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Penulis tentu menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta
kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca
untuk makalah ini. Supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan dalam makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Demikian , semoga makalah ini bermanfaat.
Penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar..................................................................................................................i
Daftar Isi.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan...............................................................................................................13
B. Saran.........................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Asuransi adalah lembaga non bank, terorganisir secara rapi dalam bentuk
sebuah perusahaan yang berorientasi pada aspek bisnis secara nyata dalam era
modern. Seiring dengan semakin meningkatnya aktivitas ekonomi, semakin tinggi
pula tingkat risiko yang harus ditanggung oleh masyarakat. Maka dari itu, perlulah
sebuah lembaga yang dapat meminimalisir hal itu, yaitu lembaga asuransi.
Asuransi merupakan salah satu cara yang dapat digunakan masyarakat untuk
membantu mereka dalam penyediaan jaminan finansial. Sebagian orang menyadari
pentingnya memiliki jaminan finansial sehingga kemudian membeli asuransi, namun
demikian ada pula yang tidak menyadari betapa pentingnya asuransi.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar tersebut, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep asuransi konvensional dan asuransi syariah ?
2. Bagaimana asal-usul asuransi konvensional dan asuransi syariah ?
3. Bagaimana sumber hukum asuransi konvensional dan asuransi syariah ?
4. Apakah asuransi konvensional dan asuransi syariah bersih dari maysir, gharar, dan
riba ?
5. Bagaimana dewan pengawas syariah ?
6. Bagaimana sharing of risk dan transfer of risk ?
C. Tujuan masalah
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui tentang konsep asuransi konvensional dan asuransi syariah.
2. Untuk mengetahui tentang asal-usul asuransi konvensional dan asuransi syariah.
3. Untuk mengetahui tentang sumber hukum asuransi konvensional dan asuransi
syariah.
4. Untuk mengetahui asuransi konvensional dan asuransi syariah bersih dari maysir,
gharar, dan riba.
5. Untuk mengetahui tentang dewan pengawas syariah.
6. Untuk mengetahui tentang sharing of risk dan transfer of risk.
BAB II
PEMBAHASAN
2. Asuransi Syariah
Apabila memperhatikan sistem operasional asuransi syari’ah yang bersumber
dari Al-qur’an dan Hadist, maka jelas terhindar dari hal-hal yang diharamkan oleh
syariat Islam, yaitu dari hal-hal yang berunsurkan maysir, gharar, dan riba. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat dari segi mekanisme dan pengelolaan dananya. Para
pengelola asuransi syari’ah memisahkan antara rekening dana peserta dengan
rekening tabarru’, agar tidak terjadi percampuran dana. Demikian pula mekanisme
ini tidak menjadi unsur riba, baik dalam praktik kerugian maupun jiwa dengan cara
menggunakan instrumen syari’ah sebagai pengganti sistem riba, misalnya
mudharabah, wadhi’ah, wakalah, dan sebagainya.
Karena itu, hal yang menonjol di dalam asuransi takaful adalah saling
bertanggung jawab, saling membantu, saling melindungi diantara sesama peserta
sehingga para nasabah benar-benar menyumbangkan preminya (kontribusi) kepada
pengelola sebagai amanah untuk mengelolanya demi terciptanya pertolongan
kepada peserta yang membutuhkannya atau yang berhak untuk disantuni karena
mengalami musibah. Perusahaan asuransi menjalankan pelayanannya sesuai
dengan perjanjian yang telah disepakati atau berdasarkan akad yang menggunakan
prinsip syari’ah yang dapat menghindari hal-hal yang diharamkan oleh para
ulama.5
5
Ahmad Azhar Basyir, 1993, Asuransi Takaful sebagai Suatu alternatif, Jakarta: TEPATI, hlm. 17
6
Pasal 8 ayat (2) huruf g Undang-undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian, lihat Juga Pasal 35
ayat (1) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 73/POJK.05/2016 Tentang Tata Kelola Perusahaan yang Baik
bagi Perusahaan Perasuransian
banyak yang disalahpahami oleh masyarakat misalnya, asuransi syariah harus lebih
menguntungkan dari asuransi konvensional, atau pengurusan klaim asuransi lebih
mudah dari asuransi konvensional dan seterusnya. Tentu, pemahaman seperti di atas
tidak sepenuhnya benar, sebab yang menjadi tolok ukur bukan untung rugi seorang
nasabah tetapi terlaksananya prinsip-prinsip kesyariahan dalam kegiatan asuransi.
Realitas tersebut, menjadi salah satu alasan utama adanya DPS pada perusahaan
asuransi syariah.
2. Sharing Of Risk
Dalam operasional kegiatan usahanya asuransi syariah mengenal konsep
sharing of risk. Sharing of risk terdiri dari dua kata sharing (saling berbagi) dan
risk (risiko), dimana memiliki pengertian saling menanggung risiko atau saling
berbagi risiko. Selanjutnya Muhammad Syakir Sula menjelaskan bahwa apabila
terjadi musibah, maka semua peserta asuransi syariah saling menanggung risiko
tersebut. Dengan demikian tidak terjadi transfer risiko dari peserta ke perusahaan,
karena dalam pelaksanaannya kontribusi (pada asuransi konvensional dikenal
dengan istilah premi) yang dibayarkan oleh peserta asuransi syariah tidak terjadi
pada apa yang disebut transfer of fund, status kepemilikan dana tersebut masih
tetap melekat pada peserta sebagai shahibul mal (pemilik dana). Peserta asuransi
syariah diikat oleh akad untuk saling membantu (ta’awun), melalui instrument
syariah yang disebut dengan dana tabarru (dana kebajikan). Masing-masing
mengeluarkan kontribusi yang besarannya meminjam tabel kematian (mortality
tables) untuk asuransi jiwa, dan untuk asuransi kerugian dapat dihitung
berdasarkan pada statistik kerugian (loss statistics).
Dalam pengelolan dananya, para peserta asuransi syariah (pemegang polis)
mempercayakan dana-nya untuk dikelola oleh perusahaan. Membangun
Profesionalisme Manajemen Dakwah Pengelolaan dimaksud meliputi pengelolaan
risiko dan investasi. Pengelolaan ini sesuai akad yang disepakati dan sesuai dengan
kaidah syariah yang berlandaskan syariat Islam (Alquran, hadis dan Fatwa Ulama)
serta peraturan perundang-undanganan terkait syariah yang berlaku (Undang-
undang, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan dan Surat Edaran Otoritas Jasa
Keuangan). Kontribusi/premi yang berasal dari peserta asuransi syariah bukan hak
perusahaan asuransi, melainkan hak bersama para peserta asuransi syariah, dan
sebaliknya resiko/klaim yang timbul juga bukan tanggungan perusahaan asuransi
syariah namun ditanggung bersama oleh para peserta asuransi syariah. Maka
sebagai pemegang kepercayaan dari para peserta perusahaan asuransi syariah akan
senantiasa mengelola secara transparant. Atas jasanya dalam mengelola dana dan
risiko yang diberikan oleh peserta, perusahaan asuransi syariah mendapatkan fee
(ujrah) atas bantuannya dalam pengelolaan tersebut.10
10
Netta Agusti, “Sharing Of Risk Pada Asuransi Syariah (Tafakul): Pemahaman Konsep dan Mekanisme Keja 1”,
Jurnal Manajemen Dakwah (Jurnal MD) Volume 3 Nomor 2 Tahun 2017, hlm. 190-192
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asuransi syariah berbeda dengan asuransi konvensional, pada asuransi syariah
setiap peserta sejak awal bermaksud saling tolong menolong dan melindungi satu
dengan yang lain dengan menyisihkan dananya sebagai iuran kebajikan yang
disebut iuran tabarru’. Jadi sistem ini tidak menggunakan pengalihan risiko (risk
transfer) di mana tertanggung harus membayar premi (kontribusi), tetapi lebih
merupakan pembagian risiko (risk sharing) di mana para peserta menangung,
kemudian akad yang digunakan dalam asuransi syariah harus terhindar dari gharar
(penipuan), maysir (perjudian), riba (bunga) di samping itu investasi dana harus
pada objek yang halal thoyyibah bukan barang haram maksiat.
B. Saran
Demikianlah paparan makalah ini, kami menyadari banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kami mohon saran dan kritik yang membangun guna menyempurnakan
makalah. Semoga makalah ini bermanfaat, sekian dan terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
Wahidatur Rohmah dan Zainal Abidin, 2017, Studi Komparatif Asuransi Syariah dan Asuransi
Konvensional Dalam Perspektif Hukum Islam, Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Wahidiyah
Amrin dan Abdullah, 2006, Asuransi Syariah Keberadaan dan Kelebihannya di Tengah Asuransi
Konvensional, Jakarta: PT Elex Media Komputindo
Bambang Trim, 2009, Solusi Berasuransi; Lebih Indah dengan Syariah, Bandung: Salamadani
Fathurrahman Djamil, 1995, Metode Ijtihad Majelis Tarjih Muhammadiyah, Jakarta: Logos
Ahmad Azhar Basyir, 1993, Asuransi Takaful sebagai Suatu alternatif, Jakarta: TEPATI
Pasal 8 ayat (2) huruf g Undang-undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian
Pasal 35 ayat (1) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 73/POJK.05/2016 Tentang Tata Kelola
Perusahaan yang Baik bagi Perusahaan Perasuransian
Neneng Nurhasanah, “Pengawasan Islam dalam Operasional Lembaga Keuangan Syariah”, Mimbar,
Vol. 29, No. 1, Juni 2013
Mustafa Khamal Rokan, “Optimalisasi Peran Dewan Pengawas Syari’ah (DPS) dalam Perbankan
Syariah di Medan”, Equilibrium: Jurnal Ekonomi Syariah Volume 5, No.2, 2017
Netta Agusti, “Sharing Of Risk Pada Asuransi Syariah (Tafakul): Pemahaman Konsep dan Mekanisme
Keja 1”, Jurnal Manajemen Dakwah (Jurnal MD) Volume 3 Nomor 2, 2017