Anda di halaman 1dari 17

SISTEM OPERASIONAL GENERAL INSURANCE DALAM

MENGELIMINIR RIBA DAN KONTRAK YANG BATHIL

Makalah

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Asuransi Syariah
Pada Program Studi Perbankan Syariah (PS)
Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama Palu

Dosen Pengampuh Matakuliah :


Muthmainnah, MD, S.E., M.E

Di Susun oleh :
Kelompok III

Marsuki (195150058)
Havid (195150055)
Arsad (195150041)
Rifki Ferlin (195150071)
Nadya (195150069)
Wiwit Fitria Ningsih (195150054)
Hadra (195150050)

Program Studi Perbankan Syariah (PS)


Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam (FEBI)
Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama Palu
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan karunia-Nya makalah ini telah dapat diselesaikan penyusun. Makalah
ini disusun guna melengkapi tugas mata kuliah Asuransi Syariah "Sistem
Operasional General Insurance Dalam Mengeliminir Riba Dan Kontrak Yang
Bathil". Makalah ini diharapkan dapat dipelajari secara mandiri oleh mahasiswa di
dalam maupun di luar kegiatan perkuliahan. Tujuannya agar mahasiswa dapat
mengadakan refleksi sejauh mana mereka merasa tuntas pada mata kuliah yang
telah diikutinya.

Kepada berbagai pihak yang telah berpartisipasi dalam proses penyusunan


makalah ini, kami sampaikan penghargaan dan kami ucapkan terima kasih.
Kepada para pembaca, kami berharap makalah ini dapat dimanfaatkan dengan
baik dan demi perbaikan, kami mengharapkan adanya masukan-masukan untuk
penyempurnaan makalah ini dimasa mendatang.

Palu, 05 Maret 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II : PEMBAHASAN

A. Premi Asuransi
B. Prinsip-Prinsip Asuransi
C. Mekanisme Pengelolaan Dana
D. Pengertian Mega Risk Dan Simple Risk

BAB III : PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perjanjian asuransi yang bertujuan untuk berbagai risiko antara penderita
musibah dan perusahaan asuransi dalam berbagai macam lapangan yang
merupakan hal baru yang belum pernah dikenal dalam kehidupan Rasulullah
SAW. para sahabat dan tabi’in. asuransi dalam catatan sejarah dunia barat
pada abad 12, muncul gagasan bangsa Romawi berupa perjanjian asuransi laut
yang kemudian memancar di beberapa daerah Eropa pada abad 14. Asuransi
kebakaran berdiri pada tahun 1680 di London sebagai akibat peristiwa
kebakaran besar pada tahun 1666 yang melahap lebih dari 13.000 rumah dan
kira-kira 100 gereja.
Ijtihad para pemerhati ekonomi yang dilakukan secara kontiniu
menghasilkan sebuah konsep asuransi yang disebut konsep asuransi Ta’awun.
Asuransi jenis perniagaan yang mengharuskan asuransi jenis ta’awun sebagai
alternatif asuransi islam untuk menggantikan jenis asuransi pada
konvensional.
Kebutuhan jasa asuransi yang berdasarkan syariah di Indonesia diawali
dengan mulai beroperasinya bank-bank syariah. Hal tersebut sesuai dengan
UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankan dan ketentuan pelaksanaan bank
syariah. Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) melalui Yayasan Abdi
Bangsa bersama Bank Muamalat Indonesia (BMI) dan Perusahaan Asuransi
Tugu Mandiri pada tanggal 27 juli 1993 sepakat memprakarsai pendirian
Asuransi Takaful, dengan menyusun Tim Pembentukan Asuransi Takaful
Indonesia (TEPATI).
B. Rumusan Masalah
1. Apa Itu Premi Asuransi ?
2. Apa Saja Prinsip-Prinsip Asuransi ?
3. Jelaskan Mekanisme Pengelolaan Dana ?
4. Apa Pengertian Mega Risk Dan Simple Risk ?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Premi Asuransi
2. Untuk Mengetahui Prinsip-Prinsip Asuransi
3. Untuk Mengetahui Mekanisme Pengelolaan Dana
4. Untuk Mengetahui Pengertian Mega Risk Dan Simple Risk
BAB II
PEMBAHASAN

A. Premi Asuransi
1. Pengertian Premi
Premi Asuransi adalah iuran yang harus dibayar setiap bulan (atau setiap
tahun) sesuai dengan kewajiban nasabah asuransi (sebagai tertanggung)
atas keikutsertaan program asuransi. Ada juga beberapa orang yang
menyebut premi asuransi dengan menggunakan istilah premium.
Pengelolaan dana dalam asuransi syariah adalah seluruh premi yang
dibayar peserta dimasukkan ke dalam rekening "derma", yaitu rekening
yang digunakan untuk membayar klaim kepada peserta. Besaran premi
asuransi yang harus dibayarkan, pasti ditulis dalam dokumen polis
asuransi. Premi asuransi digunakan untuk membayar biaya-biaya asuransi
(cost of insurancesi). Besarnya nominal premi yang bergantung pada jenis
asuransi yang dipilih.
2. Tingkatan Besar Iuran Premi
Pemasaran Besaran premi asuransi ditentukan atau diukur dari tingkat
risiko yang ditanggung perusahaan asuransi. Semakin besar risiko yang
ditanggung pastinya premi asuransi yang harus dibayarkan menjadi
semakin mahal. Contoh sebagai berikut :
a. Orang yang merokok akan membayar premi asuransi kesehatan dan
asuransi jiwa lebih mahal dibandingkan dengan orang yang tidak
merokok
b. Orang yang obesitas akan membayar premi asuransi kesehatan dan
asuransi jiwa lebih mahal dibandingkan dengan orang yang memiliki
berat badan normal
c. Orang yang pekerjaannya berisiko tinggi (missal : petinju, pembersih
dengan gondola), memiliki premi asuransi jiwa lebih tinggi
dibandingkan pekerja kantor
d. Orang-orang yang sudah memiliki penyakit bawaan, memiliki premi
asuransi jiwa yang lebih maha dibandingkan dengan orang yang masih
sehat
e. Orang-orang yang memiliki hobby ekstrem biasanya premi asuransi
jiwa orang-orang yang memiliki hobi ekstrem akan lebih mahal
dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki hobi ekstrem
3. Derma Tabarru’
Tabarru' adalah derma kebajikan atau juran kebajikan yang telah
diniatkan oleh peserta untuk dana tolong menolong apabila ada peserta
lain yang terkena musibah. Konsep ini menjadikan semua peserta sebagai
satu keluarga besar yang saling menanggung, saling menjamin, dan saling
melindungi apabila musibah datang. Tabarru' dibawah kendali perusahaan
asuransi syariah hanya boleh digunakan untuk kemaslahatan pesertanya.
Dengan kata lain, kumpulan dana tabarru' hanya dapat digunakan untuk
kepentingan para peserta asuransi yang mendapat musibah. Apabila dana
tabarru' tersebut digunakan untuk kepentingan lain, berarti melanggar
syarat akad.
Untuk sudut pandang penanggung contribution suatu prinsip dimana
penganggung berhak mengajak penanggung penanggung lain yang
memiliki kepentingan yang sama untuk ikut bersama membayar ganti rugi
kepada tertanggung. meskipun jumlah tanggungan masing-masing
penanggung D berbeda. Adapun untuk sudut tertanggung, al-musahamah
"kontribusi adalah suatu bentuk kerjasama mutual dimana tiap-tiap peserta
memberikan kontribusi dana kepada suatu perusahaaan dan peserta
tersebut berhak memperoleh kompensasi atas kontribusinya tersebut
berdasarkan besarnya saham (premi) yang ia miliki (bayarkan)."
B. Prinsip-Prinsip Asuransi
Prinsip asuransi adalah hal-hal yang mendasari perjanjian kontrak asuransi
(polis) antara Penanggung (atau pihak perusahaan asuransi) dengan
Tertanggung (pemegang polis atau nasabah). Tujuannya adalah mengalihkan
risiko kepada perusahaan asuransi dengan pembayaran premi yang dilakukan
oleh pemegang polis. Berarti asuransi bersifat menguntungkan kedua belah
pihak. Prinsip asuransi berlaku pada semua jenis asuransi, baik itu kesehatan,
mobil, jiwa, maupun kerugian. Oleh karena itu, sebelum membeli polis
asuransi ada baiknya benar-benar memahami tentang prinsip asuransi.
Berikut adalah penjelasan mengenai prinsip-prinsip pada asuransi baik
asuransi secara umum maupun asuransi secara syariah :
1. Prinsip asuransi secara umum
a. Insurable Interest,
Adalah orang yang akan mengasuransikan sesuatu harus memiliki
kepentingan (interest) atas harta benda (objek) yang dapat
diasuransikan (interest). Objek tersebut juga harus sesuai dengan
ketentuan hukum yang berlaku (legal) dan termasuk layak. Jika suatu
saat terjadi musibah atau masalah yang mengakibatkan objek yang
diasuransikan menjadi rusak, maka pihak yang mengasuransikan
(tertanggung) akan mendapatkan ganti rugi finansial. Singkatnya,
prinsip ini seseorang hanya diperbolehkan untuk mengasuransikan
sesuatu yang memiliki hubungan ekonomi dan diakui secara hukum.
b. Utmost Good Faith
berarti baik pemegang polis maupun perusahaan asuransi harus
memiliki itikad baik dalam melakukan perikatan. Itikad baik di sini
berarti kedua belah pihak wajib mengungkapkan informasi secara detil
dan akurat. Pemegang polis harus bersikap transparan atau jujur
mengenai objek yang akan diasuransikan, sementara perusahan
asuransi harus merinci risiko-risiko yang dijamin dan dikecualikan
termasuk segala persyaratan dan kondisi pertanggungan secara teliti.
c. Proximate cause atau kausa proximal
Adalah Jika objek yang diasuransikan mengalami kerugian, maka
pertama kali yang harus dilakukan pihak perusahaan asuransi adalah
mencari penyebab utama dan aktif yang menimbulkan kerugian
tersebut tanpa terputus. Dari situ baru bisa ditentukan jumlah klaim
yang akan diterima oleh pemegang polis.
d. Indemnity
Adalah asuransi yang dimana didalamnya terdapat mekanisme yang
mewajibkan pihak penanggung untuk menyediakan kompensasi
finansial atau ganti rugi kepada pemegang polis. Jadi, asuransi
berfungsi mengembalikan posisi keuangan nasabah jika terjadi suatu
risiko, kembali ke posisi sebelum terjadi risiko. Beberapa metode
bentuk pemberian kompensasi adalah tunai, repair, reinstatement dan
replacement.
e. Subrogation
berarti pengalihan hak dari Tertanggung kepada Penanggung dalam
kondisi Penanggung telah membayar kewajiban ganti rugi kepada
Tertanggung. Saat pemegang polis mengajukan klaim ganti rugi, maka
haknya untuk membayar ganti rugi akan dialihkan kepada perusahaan
asuransi. Perusahaan asuransi nantinya yang akan membayarkan ganti
rugi tersebut.
f. Contribution
yaitu Apabila pihak tertanggung mengasuransikan suatu objek ke
beberapa perusahaan asuransi, maka akan timbul yang dinamakan
kontribusi dalam pemberian proteksi dari masing-masing perusahaan
tersebut. Biasanya prinsip ini terjadi di asuransi umum dan nilai
pertanggungan yang diasuransikan sangat besar.
g. loss minimization
yakni usaha untuk memperkecil risiko yang akan dihadapi oleh
pemegang polis asuransi. Ada dua cara yang umum dilakukan untuk
memperkecil risiko.
2. Prinsip asuransi syariah
a. Prinsip tauhid
Prinsip dasar dalam semua asuransi syariah. Dalam prinsip tauhid, niat
dasar memiliki asuransi bukan untuk meraih keuntungan semata,
namun juga untuk ikut serta menerapkan prinsip syariah dalam
asuransi. Sehingga prinsip ini wajib dipahami dengan baik jika kamu
ingin memiliki asuransi syariah. Hal ini disebabkan karena asuransi
syariah bertujuan untuk saling menolong dan bukan sebagai sarana
perlindungan semata ketika mengalami musibah atau dimasa depan.
b. Prinsip keadilan
dimana baik pihak nasabah maupun pihak asuransi harus berperilaku
adil terkait dengan hak dan kewajibannya masing-masing. Hal ini
menghindari salah satu pihak akan merasa dirugikan atas penggunaan
produk asuransi tersebut. Laporan keuangan yang dikeluarkan oleh
pihak perusahaan asuransi juga harus mencerminkan nilai-nilai
keadilan dan kejujuran dalam bermuamalah.
c. Prinsip tolong menolong atau taawun
Di mana sesama pemegang polis diwajibkan untuk saling membantu
satu sama lain. Tujuannya ketika salah satu nasabah terkena musibah
atau mengalami kerugian, pihak perusahaan asuransi hanya akan
bertindak hanya sebagai pengelola dana di dalam asuransi syariah.
Sebelum membeli asuransi syariah, kamu harus punya niat untuk
membantu dan meringankan beban nasabah lainnya.
d. Kerjasama nasabah dan perusahaan asuransi
Selain tolong-menolong, asuransi syariah juga menjalankan prinsip
kerjasama antara nasabah dan perusahaan asuransi selaku pengelola
dana. Agar kedua belah pihak dapat menjalankan hak dan
kewajibannya secara seimbang, maka kerjasama ini perlu dilakukan
sesuai dengan perjanjian atau akad yang telah disepakati sejak awal.
e. Prinsip amanah
Perusahaan asuransi syariah memiliki landasan prinsip amanah dalam
mengelola dana nasabah. Hal ini juga berlaku bagi para nasabah, di
mana mereka harus bersikap jujur ketika mengajukan klaim. Di sisi
lain, perusahaan asuransi juga tidak bisa seenaknya mencari
keuntungan, termasuk juga dalam mengambil keputusan. Hal ini
bertujuan untuk mewujudkan rasa saling percaya terhadap kedua belah
pihak. Pastikan perusahaan asuransi syariah yang kamu pilih adalah
yang amanah, periksa rekam jejaknya untuk meyakingkan bahwa dana
milikmu berada di tangan yang tepat.
f. Saling rida
Prinsip saling rida atau saling rela jadi dasar setiap transaksi yang
terjadi dalam asuransi syariah. Ini artinya, nasabah harus rela dananya
dikelola oleh perusahaan asuransi sesuai dengan konsep syariah.
Sedangkan perusahaan asuransi juga harus rida dengan amanah yang
mereka terima dari nasabah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Dana yang disetorkan oleh nasabah akan difungsikan sebagai dana
sosial yang sewaktu-waktu betul digunakan untuk membantu nasabah
lain yang mengalami kerugian.
g. Menghindari riba
Sebagaimana konsep syariah yang paling dipahami oleh masyarakat,
asuransi syariah juga menggunakan prinsip tidak membenarkan adanya
riba. Ini berarti, semua dana atau premi yang dibayarkan oleh nasabah
kepada perusahaan asuransi wajib ditempatkan dalam berbagai bisnis
tertentu, yang pastinya sudah sesuai dengan prinsip syariah. Konsep
asuransi tanpa riba ini juga berlaku untuk semua jenis produk asuransi
syariah, termasuk asuransi kesehatan syariah.
h. Menghindari bertaruh
Sama seperti riba, dalam asuransi syariah juga berlaku prinsip
menghindari bertaruh. Berbeda dengan asuransi konvensional yang
menggunakan prinsip maisir (sejenis taruhan atau gambling), asuransi
syariah menghindari penggunaan konsep tersebut dan menerapkan
sistem risk sharing atau berbagi risiko dalam layanan mereka.
i. Menghindari gharar
Selain riba dan taruhan, dalam layanan asuransi syariah juga tidak
memperbolehkan atau menghindari adanya gharar. Secara harfiah,
gharar berarti ketidak jelasan. Dengan mengusung konsep risk sharing
dan bukan risk transfer yang lazim digunakan asuransi konvensional,
kedua belah pihak harus mengutamakan kejelasan secara transparan
terlebih dahulu.
j. Menjauhi praktik suap-menyuap
Kedua belah pihak, baik perusahaan asuransi maupun nasabah, harus
selalu menjauhkan diri dari praktik suap dalam seluruh transaksi yang
dilakukan. Suap-menyuap atau risywah adalah kegiatan yang akan
menguntungkan salah satu pihak di mana pihak lainnya akan
dirugikan. Inilah alasan utama mengapa praktik ini sangat dilarang
dalam layanan asuransi syariah.
C. Mekanisme Pengelolaan Dana
Dalam penegelolaan dana penanggung resiko, asuransi syariah tidak
memperbolehkan adanya gharar (ketidakpastian atau spekulasi) dan
maisir (perjudian). Dalam investasi atau menejemen dana tidak diperkenankan
adanya riba (bunga). Ketiga larangan ini adalah area yang harus dihindari
dalam praktik asuransi syariah, dan yang menjadi pembeda utama dengan
asuransi konvensional. Dalam upaya menghindari gharar, pada setiap kontrak
asuransi syariah harus dibuat sejelas mungkin dan sepenuhnya terbuka.
Keterbukaan itu dapat diterapkan dikedua sisi, yaitu baik pada pokok
permasalahan maupun pada ketentuan kontrak. Tidak diperbolehkan didalam
kontrak asuransi syariah bila terdapat elemen yang tidak jelas pokok
permasalahannya dan atau ruang lingkup kontrak itu sendiri. Di dalam kontrak
asuransi syariah tidak diperkenankan adanya jual beli ketidakpastian (gharar)
antara satu pihak dengan pihak lain. Maisir
(perjudian) timbul karena adanya gharar. Peserta (tertanggung) mungkin
memiliki kepentingan yang dipertanggungkan, tetapi apabila  perpindahan
risiko (atau pembagian risiko dalam asuransi syariah) berisi elemen-elemen
spekulatif, maka tidak diperkenankan dalam asuransi syariah. Riba (bunga)
sama sekali dilarang di bawah hukum syariah dan dibawah  pengaturan
asuransi syariah. Untuk menghindari riba dalam asuransi syariah, kontribusi
para pesertanya dikelola dalam skema pembagian risiko (risk  sharing) dan
bukan sebagai premi, seperti layaknya pada asuransi konvensional. Dalam
ketentuan asuransi syariah diberlakukan adanya kontribusi dalam bentuk
donasi dengan atas kompensasi (tabarru). Lebih jauh lagi, sumber dana yang
berasal dari kontribusi atau donasi para peserta itu, harus dikelola atau
diinvestasikan berdasarkan ketentuan syariah. Berikut mekanisme pengelolaan
dana pada asuransi syariah :
1. Perusahaan sebagai pemegang amanah
Sistem operasional asuransi syariah adalah saling bertanggung  jawab,
bantu membantu, dan saling melindungi antar para pesertanya. Perusahaan
asuransi syari’ah diberi kepercayaan atau amanah oleh para peserta untuk
mengelola premi, mengembangkan dengan jalan yang halal, dan
memberikan santunan kepada yang mengalami musibah sesuai isi akta
perjanjian. Keuntungan perusahaan tersebut diperoleh dari  pembagian
keuntungan dana peserta yang dikembangkan dengan prinsip mudharabah
(sistem bagi hasil). Para peserta takaful berkedudukan sebagai pemilik
modal (shohibul mal) dan perusahaan takaful sebagai  pemegang amanah
(mudharib). Keuntungan yang diperoleh dari  pengembangan dana itu
dibagi antara para peserta dan perusahaan sesuai dengan ketentuan
(nisbah) yang telah disepakati.
2. Sistem pada produk saving (ada unsur tabungan)
Setiap peserta wajib membayar sejumlah uang (premi) secara teratur
kepada perusahaan. Besar premi yang dibayarkan tergantung kepada
keuangan peserta. Akan tetapi, perusahaan menetapkan jumlah minimum
premi yang akan dibayarkan. Setiap premi yang dibayarkan oleh peserta,
akan dipisah dalam dua rekening yang berbeda. Yaitu rekening tabungan
peserta dan rekening tabarru’.Tiap keuntungan dari hasil investasi, setelah
dikurangi dengan beban asuransi (klaim dan premi asuransi) akan dibagi
menurut prinsip al-mudharabah.
a. Rekening tabungan peserta, yaitu dana yang merupakan milik peserta,
yang dibayarkan bila :
1) Perjanjian berakhir
2) Peserta mengundurkan diri
3) Peserta meninggal dunia  
b. Rekening tabarru’, yaitu kumpulan dana kebajikan yang telah
diniatkan oleh peserta sebagai iuran dana kebajikan untuk tujuan saling
menolong dan saling membantu, yang dibayarkan bila :
1) Peserta meninggal dunia
2) Perjanjian telah berakhir
3. Sistem pada produk non saving 
Setiap premi yang dibayar oleh peserta, akan dimasukkan kedalam
rekening tabarru’ perusahaan. Yaitu, kumpulan dana yang telah diniatkan
oleh peserta sebagai iuran dana kebajikan untuk tujuan saling menolong
dan saling membantu, dan dibayarkan bila peserta meninggal dunia dan
perjanjian telah berakhir.
D. Pengertian Mega Risk Dan Simple Risk
1. Mega risk
Mega Risk adalah produk produk kerugian yang berdasarkan syariah,
dimana tingkat resikonya sangat tinggi (high risk) sehingga umumnya
melebihi kapasitas reasuransi perusahaan dan dalam struktur perhitungan
teknisnya cukup rumit (complicated), antara lain:
a. Takaful kebakaran (industrial risk)

b. Takaful rekayasa (engineering insurance)


c. Takaful pengangkutan (cargo insurance)

d. Takaful surety bond (construction contract bond)


e. Takaful rangka kapal (marine hull insurance)
f. Takaful eenergi (oil and gas insurance)
g. Takaful tanggung gugat (liability insurance)
2. Simple risk
Simple Risk adalah jenis jenis produk asuransi umum atau kerugian yang
berdasarkan syariah, yang tingkat resiko dan perhitungan secara teknis
dalam produk produknya relatif sederhana (simple) dan resiko standar
tanpa perluasan jaminan. Umumnya jumlah penutupan masih dalam batas
Own Retention (OR) perusahaan, sehingga survei resiko tidak mutlak
diperlukan, antara lain :
a. Takaful kebakaran (fire insurance)
b. Takaful kendaraan bermontor (motor vehicle insurance)
c. Takaful kecelakaan diri (personal accident insurance)
d. Takaful aneka (general accident insurance)

 
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Premi Asuransi adalah iuran yang harus dibayar setiap bulan (atau setiap
tahun) sesuai dengan kewajiban nasabah asuransi (sebagai tertanggung) atas
keikutsertaan program asuransi. Ada juga beberapa orang yang menyebut
premi asuransi dengan menggunakan istilah premium. Pengelolaan dana
dalam asuransi syariah adalah seluruh premi yang dibayar peserta dimasukkan
ke dalam rekening "derma", yaitu rekening yang digunakan untuk membayar
klaim kepada peserta. Prinsip asuransi adalah hal-hal yang mendasari
perjanjian kontrak asuransi (polis) antara Penanggung (atau pihak perusahaan
asuransi) dengan Tertanggung (pemegang polis atau nasabah). Tujuannya
adalah mengalihkan risiko kepada perusahaan asuransi dengan pembayaran
premi yang dilakukan oleh pemegang polis. Berarti asuransi bersifat
menguntungkan kedua belah pihak.
mekanisme pengelolaan dana pada asuransi syariah Secara umum,
Perusahaan sebagai pemegang amanah, Sistem pada produk saving (ada unsur
tabungan) serta Sistem pada produk non saving.
Mega Risk adalah produk produk kerugian yang berdasarkan syariah,
dimana tingkat resikonya sangat tinggi (high risk) sehingga umumnya
melebihi kapasitas reasuransi perusahaan dan dalam struktur perhitungan
teknisnya cukup rumit (complicated). Sedangkan Simple Risk adalah jenis
jenis produk asuransi umum atau kerugian yang berdasarkan syariah, yang
tingkat resiko dan perhitungan secara teknis dalam produk produknya relatif
sederhana (simple) dan resiko standar tanpa perluasan jaminan.
B. Saran
Kami berharap semua kesalahan dalam makalah yang kami buat semoga
bisa lebih baik lagi kedepannya dan bisa juga bermanfaat bagi kita semua
khususnya kepada kelompok kami.
Daftar Pustaka

Ali Hasan, Asuransi Dalam Perspektif Hukum Islam, Jakarta : Kencana, 2004

Iqbal Muhaimin, Asuransi Umum Syariah, Jakarta : Gema Insani, 2006

Muslehuddin Mohammad, Asuransi dalam Islam, Jakarta : Bumi Aksara, 1997

Syakir Sula Muhammad, Asuransi Syariah (Life and General) : Konsep dan


Sistem Operasional, Jakarta : Gema Insani, 2004

Anda mungkin juga menyukai