Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH ASURANSI SYARIAH

PERBANDINGAN INVESTASI PADA

ASURANSI KONVENSIONAL & ASURANSI SYARIAH

Nama Dosen : Abdullah Amrin, S.E., M.M.

Disusun oleh :

Kelompok VI

Dyah Ayu Kusumaningrum ( 201594403004 )

Muhammad Lutvi ( 201594403027 )

Nike Alysa Tressa ( 201594403029 )

Rini Istikomah ( 201594403031 )

JENJANG : D3 - B&B PROGRAM STUDI : ASURANSI

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN RISIKO DAN ASURANSI

TAHUN 2017/2018

KOMPLEK PERKANTORAN PULOMAS, JL. PERINTIS KEMERDEKAAN


BLOK III KAV. 8, 14-16, JAKARTA 13260, TELP. 021-4894723, 021-4896012
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah dengan rasa syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan
rahmat, nikmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah mata kuliah “Asuransi Syariah“ ini yang berjudul “Perbandingan Investasi
pada Asuransi Konvensional & Asuransi Syariah”

Makalah  ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada :

1. Orang tua penulis atas kasih sayang serta semangat yang selalu diberikan.

2. Bapak Abdullah Amrin, S.E., M.M. selaku Dosen Asuransi Syariah Sekolah Tinggi
Manajemen Risiko Asuransi (STIMRA).

3. Rekan - rekan mahasiswa STIMRA dan seluruh pihak yang telah mendukung serta
membantu dalam pembuatan tugas ini.

Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh sebab itu, penulis sangat
mengharapkan saran segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat
memperbaiki makalah  ini. Akhir kata semoga makalah ini bisa memberikan manfaat
bagi penulis dan bagi para pembaca.

Jakarta, 06 Agustus 2018

Penulis

Kelompok VI
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
II. PEMBAHASAN
A. Definisi Asuransi Konvensional dan Asuransi Syariah
B. Perbedaan Metode Risk Transfer dan Metode Risk Sharing pada
Asuransi Konvensional dan Asuransi Syariah
C. Investasi pada Asuransi Konvensional & Asuransi Syariah
D. Perbedaan Produk Asuransi Konvensional dan Produk Asuransi Syariah
KESIMPULAN MAKALAH
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ketidak jelasan pada halal atau haramnya asuransi konvensional membuat


masyarakat Indonesia khususnya masyarakat muslim semakin sadar dan memilih
berpaling ke pada asuransi syariah, hal ini dapat dibuktikan dari semakin
bertambahnya jumlah perusahaan asuransi syariah di Indonesia beriringan dengan
meningkatnya minat masyarakat Indonesia pada produk asuransi syariah.

Asuransi Syariah adalah usaha saling melindungi dan tolong menolong


diantara sejumlahorang atau pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan atau
tabarru yang memberikan polapengembalian untuk mengehadapi resiko tertentu
melalui akad atau perikatan yang sesuaidengan syariah.

Jenis investasi ada yang diharamkan dan ada yang dihalalkan, oleh karena itu
Perusahaan Asuransi syariah harus menginvestasikan dananya pada jenis investasi
yang dihalakan saja, tidak dilarang dalam hukum islma serta tidak bertentangan
dengan perundang-undangan.

Rumusan Masalah

1. Apa perbedaan asuransi konvensional dengan asuransi syariah?


2. Apa perbedaan metode risk transfer dan risk sharing?
3. Apa perbandingan investasi pada perusahaan asuransi konvensional &
investasi pada perusahaan asuransi syariah?
4. Apa perbedaan produk asuransi konvensional & produk asuransi syariah?

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui perbedaan asuransi konvensional dengan asuransi syariah?


2. Untuk mengetahui perbedaan metode risk transfer dan risk sharing?
3. Untuk mengetahui perbandingan investasi pada perusahaan asuransi
konvensional & investasi pada perusahaan asuransi syariah?
4. Untuk mengetahui perbedaan produk asuransi konvensional & produk asuransi
syariah?
BAB II

PEMBAHASAN

DEFINISI ASURANSI KONVENSIONAL DAN ASURANSI SYARIAH

Usaha per-asuransian di Indonesia terdapat dua sistem yang dipakai, yaitu


asuransidengan sistem non syariah (konvensional) dan asuransi dengan sistem
syariah.

Asuransi Konvensional

Kata asuransi dalam bahasa Latin, yaitu assecurare yang berarti meyakinkan
orang.Istilah asuransi dalam hukum Belanda disebut dengan assurantie (asuransi) dan
verzeking(pertanggungan). Bahasa inggris dari asuransi adalah insurance yang
kemudian diadopsi ke dalam Bahasa Indonesia menjadi asuransi atau pertanggungan.

Pengertian Asuransi menurut Mark R. Green:

 Asuransi adalah suatu unit ekonomi yang menanggulangi resiko dengan


caramenggabungkan berbagai pihak yang memiliki situasi yang sama, dalam
menghadapisautu kerugian keuangan, yang timbul secara tidak diduga ke dalam suatu
pengelolaan(economics sense)

 Asuransi adalah suatu perjanjian antara penanggung dan tertanggung, di


manapenanggung dengan suatu imbalan (consideration = premi) akan mengambil alih
bebankerugian keuangan yang dialami oleh tertanggung, yang timbul secara tidak
terduga(legal sense).

Pengertian Asuransi menurut UU No. 40 Tahun 2014 Tentang


UsahaPerasuransian, Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan
asuransi dan pemegang polis, yang menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh
perusahaan asuransi sebagai imbalanuntuk:

a. Memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena


kerugian,kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau
tanggung jawab hukumkepada pihak ketiga yang mungkin diderita
tertanggung atau pemegang polis karenaterjadinya suatu peristiwa yang tidak
pasti
b. Memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya tertanggung
ataupembayaran yang didasarkan pada hidupnya tertanggung dengan manfaat
yang besarnyatelah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan
dana. ( Bab 1, Pasal 1, Angka1, UU NO. 40 TAHUN 2014 )

Asuransi Syariah

Menurut Nafi’ Mubarok :

3 istilah lain yang mempunyai makna dan pengertian yang sama dengan asuransi
syariah:

1. Ta’min

At-ta’amin diambil dari kata amanah yang berarti perlindungan,


ketenangan, rasa aman, dan bebas dari rasa takut.Ta’minadalah saling
memberikan jaminan dalamhal-hal yang positif antara sesama anggota
masyarakat. Seseorang yangmenta’minkansesuatu berarti orang itu
membayar atau menyerahkan sesuatu berarti orang itu membayaratau
menyerahkan sejumlah uang secara meng-angsur dengan maksud, ia tau ahli
warisnyaakan mendapat sejumlah uang sebagaimana perjanjian yang telah di
sepakati dan orang itumendapat ganti rugi atas hartanya yang hilang. Singkat
kata seseorang mempertanggungkan(men-ta’min-kan) hidup, rumah atau
kendaraan yang di milikinya.

2. Takaful

Kata takaful berasal dari takafala-yatakafalu yang secara etimologis


berartimenjamin atau saling menanggung. Pengertian ini dikhususkan kepada
persepakatan tolongmenolong secara teratur sedemikian rupa, keteraturan dan
rinciannya antara sejumlah orang,bila semuanya akan tertimpa bahaya dan
kesukaran, sehingga apabila bahaya itu menimpaseseorang di kalangan
mereka, semuanya ikut membantu atau meringankannya dengan
caramemberikan bagian yang tidak menyulitkan masing - masing guna
menghilangkanbencana.Takafuladalah upaya saling mencukupi antara sesama
anggota pada saat ada pihak-pihak yang kekurangan karena terkena musibah.
Yang dimakdud saling mencukupi atausaling pikul resiko dimaksud yaitu di
lakukan atas dasar tolong menolong dalam kebaikandengan cara, setiap orang
mengeluarkan dana kebajikan (tabarru’) yang ditujukanuntukmenanggung
resiko tersebut.

3. Tadhamun

Asuransi juga disebut dengan tadhamun yang berasal dari kata damana
yangberarti saling menanggung, bertujuan untuk saling menutup kerugian
atas suatu peristiwa danmusibah yang dialami seseorang.Hal ini dilakukan
oleh seseorang yang menangung untuk memberikan sesuatu kepadaorang
yang ditanggung berupa pengganti (sejumlah uang atau barang) karena
adanyamusibah yang menimpa tertanggung. Sedangkan
pengertianTadhamunsendiri adalah sikapkeadilan dan solidaritas antara
sesama anggota dalam menghadapi kesulitan.

Pengertian Asuransi Syariah menurut UU No. 40 Tahun 2014 Tentang Usaha

Perasuransian, Asuransi Syariah adalah kumpulan perjanjian, yang terdiri atas


perjanjianantara perusahaan asuransi syariah dan pemegang polis dan perjanjian
di antara parapemegang polis, dalam rangka pengelolaan kontribusi berdasarkan
prinsip syariah gunasaling menolong dan melindungi dengan cara: a. memberikan
penggantian kepada pesertaatau pemegang polis karena kerugian, kerusakan,
biaya yang timbul, kehilangan keuntungan,atau tanggung jawab hukum kepada
pihak ketiga yang mungkin diderita peserta ataupemegang polis karena terjadinya
suatu peristiwa yang tidak pasti; atau b. memberikanpembayaran yang didasarkan
pada meninggalnya peserta atau pembayaran yang didasarkanpada hidupnya
peserta dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkanpada
hasil pengelolaan dana. ( Bab 1, Pasal 1, Angka 2, UU NO. 40 TAHUN 2014 )

Pengertian menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional, Asuransi Syariah adalah


usaha saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlahorang atau pihak
melalui investasi dalam bentuk aset dan atau tabarru yang memberikan
polapengembalian untuk mengehadapi resiko tertentu melalui akad atau perikatan
yang sesuaidengan syariah. (Fatwa DSN No.21/DSN-MUI/X/2001 tentang
Pedoman Umum AsuransiSyariah Bagian 1)
PERBEDAAN METODE RISK TRANSFER DAN METODE RISK SHARING
PADA ASURANSI KONVENSIONAL DAN ASURANSI SYARIAH
Jika secara bahasa, transfer berarti pengalihan, sedangkan sharing berarti berbagi,
namun pada dasarnya fungsi metode risk transfer yang berlaku pada asuransi
konvensional maupun metode risk sharing yang berlaku pada asuransi syariah adalah
sama-sama untuk melindungi peserta/tertanggung/pemegang polis atau ahli warisnya
dari kemungkinan terjadinya kerugian yang nantinya akan dapat mempengaruhi
keadaan financial peserta/tertanggung/pemegang polis atau ahli warisnya.

Metode Risk Transfer

Metode Risk Transfer adalah suatu metode yang digunakan oleh perusahaan
Asuransi Konvensional dengan mekanisme pengalihan risiko, yaitu perorangan atau
badan usaha (dalam hal ini tertanggung) dapat mengalihkan sesuatu yang tidak pasti
kepada pihak lain (dalam hal ini perusahaan asuransi), dimana tertanggung dapat
menukarkan ketidakpastian menjadi kepastian. Risiko (ketidakpastian) ditukarkan
dengan membayar sejumlah premi yang relatif kecil dan risiko atau ketidakpastian
terjadinya kerugian itu akan dialihkan kepada perusahaan asuransi (menjadi
kepastian). Hal ini berarti premi tersebut akan diakui sebagai milik perusahaan
asuransi sepenuhnya. Apabila terjadi klaim, maka perusahaan asuransi akan
membayarkan sejumlah uang penggantian kepada tertanggung, sedangkan apabila
tidak terjadi klaim, maka tertanggung tidak akan mendapatkan apapun artinya premi
atau dana yang telah dibayarkan kepada perusahaan asuransi hangus dan hanya
manfaat rasa aman yang dapat dirasakan oleh tertanggung. Hal ini lah yang tidak
sesuai dengan syariah Islam.

Metode Risk Sharing

Berbeda dengan Asuransi Konvensional, sesuai dengan konsep pada Asuransi


Syariah yang memiliki prinsip tolog-menolong, maka perusahaan Asuransi Syariah
menggunakan metode Risk Sharing(berbagi risiko) maksudnya risiko yang ada akan
dibagi secara bersama-sama antarapeserta atau pemegang polis yang bermufakat
untuk saling menanggung risiko yang menimpa salah satu peserta, dengan cara
menyisihkan sebagian dari kontribusi atau preminya (Tabarru’) untuk dikelola oleh
perusahaan asuransi yang dikumpulkan dalam suatu ”Kumpulan Dana Tabarru’
”sebagai cadangan klaim.
Sebagai imbalan atas jasanya tersebut, maka perusahaan asuransi syariah akan
mendapatkan Ujrah, sehinggakontribusi atau premiyang berasal dari peserta atau
pemegang polis bukan hak perusahaan asuransi melainkan hak bersama para peserta
atau pemegang polis dan begitu pula sebaliknya risiko atau klaim yang timbul juga
bukan tanggungan perusahaan asuransi, oleh karena itu dalam pengelolaan dana milik
peserta, perusahaan asuransi harus bersikap transparan.
INVESTASI PADA ASURANSI KONVENSIONAL & ASURANSI SYARIAH

Definisi investasi adalah menanamkan atau menempatkan aset, baik berupa harta
maupun dana, pada sesuatu yang diharapkan akan memberikan hasil pendapatan atau
akan meningkatkan nilainya dimasa mendatang. Sedangkan investasi keuangan adalah
menanamkan dana pada suatu surat berharga yang diharapkan akan meningkat
nilainya di masa mendatang.

Tujuan utama dari kebijakan investasi dalam suatu perusahaan adalah untuk
implementasi rencana program yang dibuat agar dapat mencapai return positif,
dengan probilitas paling tinggi dari asset yang tersedia untuk diinvestasikan.

Investasi Pada Asuransi Konvensional

 Sistem Investasi & Manajemen Investasi

Pada sistem asuransi konvensional dana yang disetor akan menjadi milik
perusahaan, begitu pula keuntungan yang dihasilkan dari investasi, maka keuntungan
sepenuhnya akan menjadi milik perusahaan, sehingga jika tidak terjadi klaim peserta
tidak akan mendapatkan apapun.

Pada asuransi Konvensional, Perusahaan asuransi bebas memilih jenis investasi


yang diinginkan untuk menginvestasikan dananya, tanpa memikirkan halal atau
haramnya, hanya dalam memilih jenis investasinya tidak boleh bertentangan dengan
perundang-undangan.

Investasi Pada Asuransi Syariah

 Definisi

Investasi keuangan menurut syariah dapat berkaitan dengan kegiatan


perdagangan atau kegiatan usaha, di mana kegiatan usaha dapat berbentuk usaha yang
berkaitan dengan suatu produk atau aset maupun usaha jasa. Namun, investasi
keuangan menurut syariah harus terkait secara langsung dengan suatu aset atau
kegiatan usaha yang spesifik dan menghasilkan manfaat, karena hanya atas manfaat
tersebut dapat dilakukan bagi hasil. Karena itu, salah satu bentuk investasi yang sesuai
dengan syariah adalah membeli saham perusahaan, baik perusahaan nonpublik
(private equity) maupun perusahaan publik/terbuka.
 Sistem Investasi & Manajemen Investasi

Dari segi sistem, prinsip asuransi syariah berdasar pada hukum Islam, oleh karena
itu produk asuransi syariah tidak menginvestasikan dananya dalam bisnis yang
mengandung riba (berbunga) dan hal lain yang diharamkan atau dihindari dalam
Islam seperti pada perusahaan yang memproduksi alkohol, rokok, insitusi keuangan
konvensional dan bisnis lainnya yang masuk kategori non halal.

Selain itu, asuransi syariah juga tidak bertransaksi dan berinvestasi pada


instrumen yang tidak jelas akadnya (gharar), spekulatif dan memiliki potensi
merugikan salah satu pihak. Asuransi syariah memastikan bahwa tidak ada
kesepakatan yang sifatnya spekulatif dan tidak jelas akadnya seperti mengasuransikan
barang dengan bergantung pada kejadian yang belum bisa dipastikan.

Perusahaan selaku pemegang amanah wajib melakukan investasi dari dana yang
terkumpul. Premi yang berasal dari jenis akad mudharabah dapat diinvestasikan dan
hasil investasinya dibagi-hasilkan kepada peserta. Premi yang berasal dari jenis akad
tabarru' juga dapat diinvestasikan. Investasi wajib dilakukan sesuai dengan prinsip
syariah.

Manajemen investasi dalam asuransi syariah harus disesuaikan dengan aturan-


aturan hukum yang ada dan aturan syariah. Pengelolaan dana investasi pada asuransi
syariah, disesuaikan dengan jenis-jenis asuransi yang halal saja, inilah yang
membedakan pada asuransi konvensional, dimana pada asuransi konevensional,
perusahaan asuransi bebas mengivestasikan dana nya pada jenis investasi apapun,
selama tidak bertentangan dengan undang-undang yang ada. Biasanya investasi yang
yang dilakukan tersebut harus memenuhi beberapa unsur hukum tertentu seperti:

 Tauhidullah / Rabanni
 Halal
 Maslahah (berguna untuk umat)
Perusahaan asuransi syariah harus mengetahui apa saja yang dibolehkan dalam
manajemen investasi berdasarkan hukum syariah agar terhindar dari hal-hal haram
dan atau yang dilarang dalam islam.

 Prinsip-prinsip Dasar  Investasi Syariah


1) Terjamin Kehalalannya
Produk investasi syariah harus terbebas dari unsur haram atau syubhat baik itu
dalam jenis barang atau produk, macam usaha, jenis bisnis dll harus tak mengandung
unsur haram dan syubhat.
2) Manfaat
Investasi syariah harus memberikan dampak yang bermanfaat sesuai dengan
porsinya bagi semua pihak yang ikut terlibat dalam investasi yang bersangkutan,
dimana mengandung manfaat apabila tidak ada yang dirugikan dalam investasi itu
serta dapat dirasakan menguntungkan dan bermanfaat bagi orang yang terlibat di
dalamnya. Manfaat investasi harus dirasakan oleh orang yang melakukan investasi
dalam bentuk imbal balik atau return yang sesuai dengan nisbah dan kesepakatan
sebelumnya. Sedangkan bagi orang yang diberikan investasi maka usaha bisnis orang
tersebut kian maju dan keuntungan bertambah besar seiring bertambah modal
investasi.
3)
4) Terhindar dari unsure Gharar, Maisir dan Riba

Transaksi dalam Islam harus terhindar dari unsur-unsur yang dilarang atau yang
diharamkan, seperti : Gharar, Maisir & Riba.

 Gharar

Definisi Gharar menurut bahasa adalah khida’ ; penipuan. Dari segi terminologi :
penipuan dan tidak mengetahui sesuatu yang diakadkan yang didalamnya
diperkirakan tidak ada unsur kerelaan.

Sedangkan definisi menurut beberapa ulama :

a. Imam Syafi’i adalah apa-apa yang akibatnya tersembunyi dalam pandangan kita
dan akibat yang paling mungkin muncul adalah yang paling kita takuti (tidak
dikehendaki, pen.)
b. Ibnu Qayyim; yang tidak bisa diukur penerimaannya, baik barang itu ada maupun
tidak ada, seperti menjual hamba yang melarikan diri dan unta yang liar.

Gharar adalah suatu kegiatan bisnis yang tidak jelas kuantitas, kualitas, harga dan
waktu terjadinya transaksi tidak jelas. Aktivitas bisnis yang mengandung gharar
adalah bisnis yang mengandung risiko tinggi, atau transaksi yang dilakukan dalam
bisnis tidak pasti atau kepastian usaha ini sangat kecil dan risikonya cukup besar.

Gharar dilarang dalam Islam, karena Gharar dapat merusak akad, seperti yang kita tau
Islam sangat menjaga kepentingan manusia dalam aspek ini.
Contoh bisnis yang mengandung unsur gharar adalah:

1. Sistem ijon
2. Jual beli atas hasil yang belum pasti.
3. jual beli ternak yang masih dalam kandungan.
4. Jual beli buah atau tanaman yang belum masa panen.
5. Jual beli yang obyek transaksinya tidak ada wujudnya (ma’dum).

Gharar dalam konteks obyek transaksi ini terjadi jika didalmnya terkandung oleh hal-
hal sebagai berikut ini:

1. Ketidakjelasan jenis obyek transaksi.


2. Ketidakjelasan dalam macam transaksi.
3. Ketidakjelasan dalam sifat dan karakter obyek transaksi.
4. Ketidakpastian dalam takaran obyek transaksi.
5. Ketidakjelasan dalam materi atau zat obyek transaksi.
6. Ketidakjelasan waktu penyerahan obyek transaksi.

 Maisir

Definisi Maisir secara harfiah adalah memperoleh sesuatu dengan sangat mudah
tanpa kerja keras atau mendapat keuntungan tanpa bekerja, karena bentuknya mirip
dengan judi, oleh karena itu Maisir juga disebut Judi. Judi dalam terminologi agama
diartikan sebagai suatu transaksi yang dilakukan oleh 2 (dua) pihak untuk
kepemilikan suatu benda atau jasa yang menguntungkan satu pihak dan merugikan
pihak lain dengan cara mengaitkan transaksi tersebut dengan suatu tindakan atau
kejadian tertentu.

Maisir adalah suatu kegiatan bisnis yang di dalamnya jelas bersifat untung-
untungan atau spekulasi yang tidak rasional, tidak logis, tak jelas barang yang
ditawarkan baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Aktivitas bisnis yang
mengandung aktivitas maisyir adalah kegiatan bisnis yang dilakukan dalam rangka
mendapatkan sesuatu dengan untung-untungan atau mengadu nasib. 

Rasulullah SAW melarang segala bentuk bisnis yang mendatangkan uang yang
diperoleh dari untung-untungan, spekulasi, & ramalan atau terkaan & bukan diperoleh
dari bekerja. Transaksi yang termasuk kedalam bentuk maisir pada zaman sebelum
modern adalah muzabanah dan muhaqalah. Muzabanah yaitu tukar menukar buah
yang masih segar dengan yang sudah kering, jumlah buah yang sudah kering sudah
dipastikan jumlahnya sedangkan buah yang masih segar hanya bisa ditebak karena
masih dipohon. Muhaqalah yaitu penjualan / tukar menukar gandum yang sudah
kering (pasti jumlahnya) dengan gandum yang masih dipohonnya.

 Riba

Definisi Riba menurut etimologi adalah az-ziyadah yang berarti tambahan.


Sedangkan menurut terminologi adalah : Kelebihan/tambahan pembayaran tanpa ada
ganti/imbalan yang disyaratkan bagi salah seorang dari dua orang yang membuat akad
(transaksi). 

Macam-macam Riba menurut para ulama, adalah:

 Ibnu Rusyd menyebutkan : riba terdapat pada dua perkara, yaitu pada jual
beli tanggungan, pinjaman atau lainnya. Riba dalam tanggungan (adz-dzimmah) ada
dua macam. Satu diantara dua macam riba ini sudah disepakati oleh para ulama
tentang keharamannya, yaitu riba jahiliyah. Riba dalam jual beli ada dua macam,
yaitu nasi’ah dan twadul. Ada ulama yang membagi riba atas riba fald, riba yad, riba
nasa dan riba qard. 
 Al-Jaziri membagi riba atas riba nasi’ah dan riba fadl. Pembagian seperti ini
banyak digunakan oleh para ulama, antara lain Ali Al-Sayis dan Ali Ash-Shabuni,
dalam kitab tafsir masing-masing. 

 Ibnu Qayim membagi riba atas dua bagian : jaiy dan khafy. Riba jaliy adalah
riba nasi’ah, diharamkan karena mendatangkan mudlarat yang besar. Riba yang
sempurna (riba al-kamil) adalah riba nasi’ah. Riba ini berjalan pada masa jahiliyah.
Riba khafiy diharamkan untuk menutup terjadinya riba jaliy. 

Riba yang mengharamkannya disepakati oleh para ulama adalah riba jahiliyah,
yang dilarang dalam Al-Qur’an. Gambarannya, mereka meminjamkan uang atau
barang, bertangguh waktu dan ditentukan ada tambahan.

Riba pada jual beli ada dua macam; nasi’ah dan tafadul. Diriwayatkan dari Ibnu
Abbas bahwa ia menolak adanya riba fadl, berdasarkan hadis yang ia riwayatkan dari
nabi yang berbunyi : La riba ill fi an-nasi’ah (tidak ada riba kecuali pada tangguhan
waktu). Jumhur fuqaha berpendapat terdapat riba pada keduanya (riba nasi’ah dan
riba fadl). 

Secara garis besar, pandangan-pandangan tentang hukum riba di atas dapat dibagi
atas dua kelompok. Kelompok pertama mengharamkan riba, besar ataupun kecil.
Kelompok kedua mengharamkan riba yang melipat ganda. Tambahan yang kecil
menurut kelompok kedua, tidak termasuk riba yang dihramkan. Setiap pinjaman yang
disyaratkan ada tambahan waktu pengambilan, menurut kelompok pertama adalah
haram. menurut kelompok kedua, yang diharamkan adalah tambahan pengembalian
pinjaman yang berlipat ganda. 

 Instrumen Inevestasi Syariah di Indonesia

Di Indonesia, instrumen investasi syariah yang sudah ada dan


menjadi outlet investasi bagi asuransi syariah, yaitu:

 Investasi ke bank-bank umum syariah, seperti Bank Muamalat Indonesia


(BMI) dan Bank Syariah Mandiri (BSM).
 Investasi ke bank umum yang memiliki cabang syariah, seperti BNI Syariah,
BRI Syariah, BII Syariah, Danamon Syariah, Bank IFI Syariah, Bukopin Syariah, dll.
 Investasi ke Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) dan Baitul Mal wat
Tamwil (BMT).
 Investasi langsung ke perusahaan-perusahaan yang tidak menjual barang-
barang haram atau maksiat dengan sistem (akad) mudharabah, wakalah, dan wadi’ah.
 Investasi ke lembaga keuangan syariah lainnya, seperti reksadana syariah,
modal ventura syariah, leasing syariah, pegadaian syariah, obligasi syariah di Bursa
Efek Jakarta (BEJ), koperasi syariah, dan sebagainya.

 Jenis Investasi

Jenis Investasi Syariah yang digunakan atau diimplementasikan dalam Asuransi


Syariah

1) Deposito Mudharabah

Investasi yang dilakukan pada bank syariah dengan menanamkan dalam bentuk dana
tunai untuk jangka waktu 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan, dengan nisbah tertentu.
Investasi Deposito Mudharabah dapat dilakukan pada BMI, BSM, IFI Syariah, Jabar
Syariah, BRIS, Bukopin Syariah, BIIS.

2) Obligasi Syariah

Investasi yang dilakukan dengan membeli obligasi syariah yang diterbitkan oleh bank
syariah dengan nisbah tertentu, misalnya membeli Obligasi Syariah Subordinasi.
Obligasi Syariah Subordinasi merupakan kontrak obligasi dituangkan dalam
perjanjian perwaliamanatan dengan rasio bagi hasil dengan nisbah tetap.

3) Reksadana Syariah

Reksadana syariah adalah reksadana yang beroperasi menurut ketentuan dan prinsip
syariah Islam, baik dalam bentuk akad antara pemodal sebagai shahibul mal dengan
manajer investasi sebagai wakil shahibul mal, maupun antara manajer investasi
sebagai wakil shahibul mal dengan pengguna investasi.
4) Saham

Investasi yang dilakukan dengan membeli saham-saham blue chip di Bursa Efek


Jakarta.

5) Penyertaan Langsung

  Investasi yang dilakukan dengan melakukan penyertaan langsung pada


perusahaan yang secara analisis studi kelayakan menguntungkan.

6) Bangunan

 Investasi yang dilakukan dengan cara membeli aktiva tetap berupa gedung, kemudian
menyewakan dengan maksud akan mendapatkan yield yang menguntungkan.

7) Pembiayaan Mudharabah

Investasi yang dilakukan dengan akad kerja sama usaha antara shahibul


mal dan mudharib dengan nisbah bagi hasil menurut kesepakatan di muka.

8) Pembiayaan Bai Bithaman Ajil

Investasi yang dilakukan akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan
dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli.

9) Hipotik

Investasi yang dilakukan dengan memberikan pinjaman dalam bentuk hipotik untuk
pembiayaan kendaraan bermotor dan rumah.
PERBEDAAN PRODUK ASURANSI KONVENSIONAL DAN PRODUK
ASURANSI SYARIAH
Perbedaan mendasar dari produk asuransi konvensional dan produk asuransi syariah
adalah dari sisi transparansinya, yaitu pada produk asuransi konvensional tidak ada
penjelasan secara utuh, sedangkan pada produk asuransi syariah produk nya
dijelaskan secara utuh, misalnya penjelasan pada biaya akuisisi nya.

1. Konsep

 Asuransi Syariah : Sekumpulan orang yang saling bantu membantu, saling


menjamin dan bekerja sama antara satu dengan lainnya. Dengan cara masing-masing
mengeluarkan dana tabarru’ (bagian dari pembayaran premi).

 Asuransi Konvensional : Perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana
pihak penanggung mengikatkan diri kepada ter-tanggung dengan menerima
pergantian kepada ter-tanggung.

2. Akad

 Asuransi Syariah : Akad tabarru’ (perjanjian yang merupakan transaksi yang


tidak ditujukan untuk memperoleh laba atua bukan merupakan perjanjian komersil,
melainkan perjanjian antara para peserta untuk saling tolong-menolong) dan akad
tijarah (kesepakatan komersial antara peserta dengan perusahaan asuransi syariah).
Macam-macam akad lainnya seperti mudharabah, musyarakah, wakalah, dll
 Asuransi Konvensional : Akad jual beli (tabaduli), yaitu perjanjian antara
perusahaan asuransi dengan tertanggung dengan pertukaran antara pembayaran premi
dengan uang pertanggungan.

3. Sumber Hukum

 Asuransi Syariah : Alquran, hadits dan sumber hukum islam lainnya.

 Asuransi Konvensional : Bersumber dari pikiran manusia dan kebudayaan,


berdasarkan hukum positif, dan lainnya.

4. Ciri atau Karakteristik

 Asuransi Syariah : Bersih dari praktik gharar, maysir dan riba.

 Asuransi Konvensional : Tidak selaras dengan syariah islam karena


dikhawatirkan adanya gharar, maysir dan riba.

5. Dewan Pengawas

 Asuransi Syariah : Ada. Berfungsi melakukan pengawasan terkait kepatuhan


terhadap syariah.

 Asuransi Konvensional : Tidak ada.

6. Pengelolaan Risiko

 Asuransi Syariah : Sharing of risk, di mana terjadi proses saling menanggung


antara satu peserta dengan peserta lainnya.

 Asuransi Konvensional : Transfer of risk, pengalihan risiko dari peserta ke


perusahaan asuransi.

7. Kepemilikan Dana

 Asuransi Syariah : Premi yang diterima dipisahkan antara dana tabarru’, dana
peserta dan dana perusahaan asuransi.

 Asuransi Konvensional : Tidak ada pemisahan dana, atau premi yang diterima
menjadi hak perusahaan asuransi.

8. Investasi
 Asuransi Syariah : Dapat dilakukan investasi sesuai ketentuan perundang-
undangan sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Bebas dari riba dan
jenis investasi ter-larang lainnya.

 Asuransi Konvensional : Bebas melakukan investasi dengan batas-batas


ketentuan perundang-undangan dan tidak ter-batasi pada halal dan haramnya objek
atau sistem investasi yang digunakan.

9. Pengelolaan Asuransi

 Asuransi Syariah : Biaya yang dikenakan atas pengelolaan asuransi harus


transparan dan dijelaskan di dalam polis.

 Asuransi Konvensional : Biaya asuransi tidak dijelaskan di dalam polis.

10. Pembayaran Klaim Asuransi

 Asuransi Syariah : Pembayaran klaim bersumber dari rekening dana tabarru’.

 Asuransi Konvensional : Pembayaran klaim bersumber dari dana perusahaan


asuransi.

11. Keuntungan

 Asuransi Syariah : Keuntungan yang diperoleh dari surplus underwriting,


komisi reasuransi dan hasil investasi bukan seluruhnya menjadi milik perusahaan
tetapi dilakukan bagi hasil atau fee (tergantung akad).

 Asuransi Konvensional : Keuntungan yang diperoleh dari surplus


underwriting, komisi reasuransi dan hasil investasi seluruhnya menjadi milik
perusahaan.

12. Loading

 Asuransi Syariah : Pembebanan biaya operasional ditanggung pemegang polis,


terbatas pada 30% dari premi, sehingga pembentukan pada nilai tunai cepat terbentuk
di tahun pertama dengan tanpa loading.
 Asuransi Konvensional : Pembebanan biaya operasional ditanggung
seluruhnya oleh pemegang polis, sehingga pembentukan nilai tunai menjadi lambat di
tahun-tahun pertama.

KESIMPULAN MAKALAH

Berdasarkan Pengertian dan bahasan diatas, system dan manajemen yang ada
pada asuransi konvensional berbeda dari system manajemen yang diterapkan dalam
asuransi syariah, dimana dalam perusahaan asuransi syariah semua system dalam
pengelolaan harus berlandaskan hukum islam yang bersumber dari al-quarán, hadist
atau ilmu ekonomi syariah. Dalam pengelolaan dana dari peserta, perusahaan asuransi
syariah harus menginvestasikan dananya pada jenis asuransi yang halal saja, hal ini
yang menjadi pembeda pengelolaan dana investasi antara perusahaan asuransi
konvensional dan asuransi syariah, dimana pada perusahaan asuransi konvensional
perusahaan bebas menentukan jenis investasinya, tanpa memikirkan halal &
haramnya.
DAFTAR PUSTAKA

1. Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life and General), Konsep dan


Sistem Operasional, Gema Insani, Jakarta, 2004.
2. Undang-Undang No.40Tahun2014 tentang Perasuransian
3. Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya
4. Dewan Syariah Nasional
5. Maksum, Muhammad.. 2011. Pertumbuhan Asuransi Syariah Di Dunia Dan
Di Indonesia
6. Dengan. Jakarta: Jurnal Ilmu Ekonomi Syariah Universitas Islam Negeri
Jakarta.
7. Diambil dari
http://www.journal.uinjkt.ac.id/index.php/iqtishad/article/view/2495
8. Latifah, Nur Aini. 2017. Konsep Dan aplikasi Asuransi Syari’ah Di Indonesia.
Tulung Agung:
9. Artikel Ekonomi perbankan Syariah IAIN tulung Agung.
10. Diambil dari: http://repo.iain-tulungagung.ac.id/4658/
11. Riezki, Aulia. 2012. Penerapan Asuransi Syariah Di Indonesia. Makalah:
Tidak Diterbitkan.
12. Diambil dari: http://eki-blogger.blogspot.co.id/2012/05/14.html

Sumber Referensi

1. http://aas-sv.blogspot.com/2014/12/sistem-investasi-pada-asuransi-
syariah.html?m=1
2. https://www.kompasiana.com/ryanaji15/5acf78ab5e137322b3648943/investas
i-pada-asuransi-syariah
3. https://jurnal.allianz.co.id/detail-jurnal/Cara-Kerja-Investasi-pada-Asuransi-
Syariah-182
4. http://ekobis-staibn.blogspot.com/2016/06/makalah-sistem-inventasi-pada-
asuransi.html?m=1
5. http://syariahx.blogspot.com/2018/01/investasi-asuransi-syariah.html?m=1
6. http://studylibid.com/doc/469919/bab-iv-pembahasan-a.-sistem-investasi-
pada-asuransi-syari...
7. https://proteksipenghasilan.com/2016/06/22/instrumen-investasi-asuransi-
syariah/amp/

Anda mungkin juga menyukai