Disusun oleh :
Kelompok VI
TAHUN 2017/2018
Alhamdulilah dengan rasa syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan
rahmat, nikmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah mata kuliah “Asuransi Syariah“ ini yang berjudul “Perbandingan Investasi
pada Asuransi Konvensional & Asuransi Syariah”
Makalah ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada :
1. Orang tua penulis atas kasih sayang serta semangat yang selalu diberikan.
2. Bapak Abdullah Amrin, S.E., M.M. selaku Dosen Asuransi Syariah Sekolah Tinggi
Manajemen Risiko Asuransi (STIMRA).
3. Rekan - rekan mahasiswa STIMRA dan seluruh pihak yang telah mendukung serta
membantu dalam pembuatan tugas ini.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh sebab itu, penulis sangat
mengharapkan saran segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat
memperbaiki makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini bisa memberikan manfaat
bagi penulis dan bagi para pembaca.
Penulis
Kelompok VI
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
II. PEMBAHASAN
A. Definisi Asuransi Konvensional dan Asuransi Syariah
B. Perbedaan Metode Risk Transfer dan Metode Risk Sharing pada
Asuransi Konvensional dan Asuransi Syariah
C. Investasi pada Asuransi Konvensional & Asuransi Syariah
D. Perbedaan Produk Asuransi Konvensional dan Produk Asuransi Syariah
KESIMPULAN MAKALAH
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jenis investasi ada yang diharamkan dan ada yang dihalalkan, oleh karena itu
Perusahaan Asuransi syariah harus menginvestasikan dananya pada jenis investasi
yang dihalakan saja, tidak dilarang dalam hukum islma serta tidak bertentangan
dengan perundang-undangan.
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
PEMBAHASAN
Asuransi Konvensional
Kata asuransi dalam bahasa Latin, yaitu assecurare yang berarti meyakinkan
orang.Istilah asuransi dalam hukum Belanda disebut dengan assurantie (asuransi) dan
verzeking(pertanggungan). Bahasa inggris dari asuransi adalah insurance yang
kemudian diadopsi ke dalam Bahasa Indonesia menjadi asuransi atau pertanggungan.
Asuransi Syariah
3 istilah lain yang mempunyai makna dan pengertian yang sama dengan asuransi
syariah:
1. Ta’min
2. Takaful
3. Tadhamun
Asuransi juga disebut dengan tadhamun yang berasal dari kata damana
yangberarti saling menanggung, bertujuan untuk saling menutup kerugian
atas suatu peristiwa danmusibah yang dialami seseorang.Hal ini dilakukan
oleh seseorang yang menangung untuk memberikan sesuatu kepadaorang
yang ditanggung berupa pengganti (sejumlah uang atau barang) karena
adanyamusibah yang menimpa tertanggung. Sedangkan
pengertianTadhamunsendiri adalah sikapkeadilan dan solidaritas antara
sesama anggota dalam menghadapi kesulitan.
Metode Risk Transfer adalah suatu metode yang digunakan oleh perusahaan
Asuransi Konvensional dengan mekanisme pengalihan risiko, yaitu perorangan atau
badan usaha (dalam hal ini tertanggung) dapat mengalihkan sesuatu yang tidak pasti
kepada pihak lain (dalam hal ini perusahaan asuransi), dimana tertanggung dapat
menukarkan ketidakpastian menjadi kepastian. Risiko (ketidakpastian) ditukarkan
dengan membayar sejumlah premi yang relatif kecil dan risiko atau ketidakpastian
terjadinya kerugian itu akan dialihkan kepada perusahaan asuransi (menjadi
kepastian). Hal ini berarti premi tersebut akan diakui sebagai milik perusahaan
asuransi sepenuhnya. Apabila terjadi klaim, maka perusahaan asuransi akan
membayarkan sejumlah uang penggantian kepada tertanggung, sedangkan apabila
tidak terjadi klaim, maka tertanggung tidak akan mendapatkan apapun artinya premi
atau dana yang telah dibayarkan kepada perusahaan asuransi hangus dan hanya
manfaat rasa aman yang dapat dirasakan oleh tertanggung. Hal ini lah yang tidak
sesuai dengan syariah Islam.
Definisi investasi adalah menanamkan atau menempatkan aset, baik berupa harta
maupun dana, pada sesuatu yang diharapkan akan memberikan hasil pendapatan atau
akan meningkatkan nilainya dimasa mendatang. Sedangkan investasi keuangan adalah
menanamkan dana pada suatu surat berharga yang diharapkan akan meningkat
nilainya di masa mendatang.
Tujuan utama dari kebijakan investasi dalam suatu perusahaan adalah untuk
implementasi rencana program yang dibuat agar dapat mencapai return positif,
dengan probilitas paling tinggi dari asset yang tersedia untuk diinvestasikan.
Pada sistem asuransi konvensional dana yang disetor akan menjadi milik
perusahaan, begitu pula keuntungan yang dihasilkan dari investasi, maka keuntungan
sepenuhnya akan menjadi milik perusahaan, sehingga jika tidak terjadi klaim peserta
tidak akan mendapatkan apapun.
Definisi
Dari segi sistem, prinsip asuransi syariah berdasar pada hukum Islam, oleh karena
itu produk asuransi syariah tidak menginvestasikan dananya dalam bisnis yang
mengandung riba (berbunga) dan hal lain yang diharamkan atau dihindari dalam
Islam seperti pada perusahaan yang memproduksi alkohol, rokok, insitusi keuangan
konvensional dan bisnis lainnya yang masuk kategori non halal.
Perusahaan selaku pemegang amanah wajib melakukan investasi dari dana yang
terkumpul. Premi yang berasal dari jenis akad mudharabah dapat diinvestasikan dan
hasil investasinya dibagi-hasilkan kepada peserta. Premi yang berasal dari jenis akad
tabarru' juga dapat diinvestasikan. Investasi wajib dilakukan sesuai dengan prinsip
syariah.
Tauhidullah / Rabanni
Halal
Maslahah (berguna untuk umat)
Perusahaan asuransi syariah harus mengetahui apa saja yang dibolehkan dalam
manajemen investasi berdasarkan hukum syariah agar terhindar dari hal-hal haram
dan atau yang dilarang dalam islam.
Transaksi dalam Islam harus terhindar dari unsur-unsur yang dilarang atau yang
diharamkan, seperti : Gharar, Maisir & Riba.
Gharar
Definisi Gharar menurut bahasa adalah khida’ ; penipuan. Dari segi terminologi :
penipuan dan tidak mengetahui sesuatu yang diakadkan yang didalamnya
diperkirakan tidak ada unsur kerelaan.
a. Imam Syafi’i adalah apa-apa yang akibatnya tersembunyi dalam pandangan kita
dan akibat yang paling mungkin muncul adalah yang paling kita takuti (tidak
dikehendaki, pen.)
b. Ibnu Qayyim; yang tidak bisa diukur penerimaannya, baik barang itu ada maupun
tidak ada, seperti menjual hamba yang melarikan diri dan unta yang liar.
Gharar adalah suatu kegiatan bisnis yang tidak jelas kuantitas, kualitas, harga dan
waktu terjadinya transaksi tidak jelas. Aktivitas bisnis yang mengandung gharar
adalah bisnis yang mengandung risiko tinggi, atau transaksi yang dilakukan dalam
bisnis tidak pasti atau kepastian usaha ini sangat kecil dan risikonya cukup besar.
Gharar dilarang dalam Islam, karena Gharar dapat merusak akad, seperti yang kita tau
Islam sangat menjaga kepentingan manusia dalam aspek ini.
Contoh bisnis yang mengandung unsur gharar adalah:
1. Sistem ijon
2. Jual beli atas hasil yang belum pasti.
3. jual beli ternak yang masih dalam kandungan.
4. Jual beli buah atau tanaman yang belum masa panen.
5. Jual beli yang obyek transaksinya tidak ada wujudnya (ma’dum).
Gharar dalam konteks obyek transaksi ini terjadi jika didalmnya terkandung oleh hal-
hal sebagai berikut ini:
Maisir
Definisi Maisir secara harfiah adalah memperoleh sesuatu dengan sangat mudah
tanpa kerja keras atau mendapat keuntungan tanpa bekerja, karena bentuknya mirip
dengan judi, oleh karena itu Maisir juga disebut Judi. Judi dalam terminologi agama
diartikan sebagai suatu transaksi yang dilakukan oleh 2 (dua) pihak untuk
kepemilikan suatu benda atau jasa yang menguntungkan satu pihak dan merugikan
pihak lain dengan cara mengaitkan transaksi tersebut dengan suatu tindakan atau
kejadian tertentu.
Maisir adalah suatu kegiatan bisnis yang di dalamnya jelas bersifat untung-
untungan atau spekulasi yang tidak rasional, tidak logis, tak jelas barang yang
ditawarkan baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Aktivitas bisnis yang
mengandung aktivitas maisyir adalah kegiatan bisnis yang dilakukan dalam rangka
mendapatkan sesuatu dengan untung-untungan atau mengadu nasib.
Rasulullah SAW melarang segala bentuk bisnis yang mendatangkan uang yang
diperoleh dari untung-untungan, spekulasi, & ramalan atau terkaan & bukan diperoleh
dari bekerja. Transaksi yang termasuk kedalam bentuk maisir pada zaman sebelum
modern adalah muzabanah dan muhaqalah. Muzabanah yaitu tukar menukar buah
yang masih segar dengan yang sudah kering, jumlah buah yang sudah kering sudah
dipastikan jumlahnya sedangkan buah yang masih segar hanya bisa ditebak karena
masih dipohon. Muhaqalah yaitu penjualan / tukar menukar gandum yang sudah
kering (pasti jumlahnya) dengan gandum yang masih dipohonnya.
Riba
Ibnu Rusyd menyebutkan : riba terdapat pada dua perkara, yaitu pada jual
beli tanggungan, pinjaman atau lainnya. Riba dalam tanggungan (adz-dzimmah) ada
dua macam. Satu diantara dua macam riba ini sudah disepakati oleh para ulama
tentang keharamannya, yaitu riba jahiliyah. Riba dalam jual beli ada dua macam,
yaitu nasi’ah dan twadul. Ada ulama yang membagi riba atas riba fald, riba yad, riba
nasa dan riba qard.
Al-Jaziri membagi riba atas riba nasi’ah dan riba fadl. Pembagian seperti ini
banyak digunakan oleh para ulama, antara lain Ali Al-Sayis dan Ali Ash-Shabuni,
dalam kitab tafsir masing-masing.
Ibnu Qayim membagi riba atas dua bagian : jaiy dan khafy. Riba jaliy adalah
riba nasi’ah, diharamkan karena mendatangkan mudlarat yang besar. Riba yang
sempurna (riba al-kamil) adalah riba nasi’ah. Riba ini berjalan pada masa jahiliyah.
Riba khafiy diharamkan untuk menutup terjadinya riba jaliy.
Riba yang mengharamkannya disepakati oleh para ulama adalah riba jahiliyah,
yang dilarang dalam Al-Qur’an. Gambarannya, mereka meminjamkan uang atau
barang, bertangguh waktu dan ditentukan ada tambahan.
Riba pada jual beli ada dua macam; nasi’ah dan tafadul. Diriwayatkan dari Ibnu
Abbas bahwa ia menolak adanya riba fadl, berdasarkan hadis yang ia riwayatkan dari
nabi yang berbunyi : La riba ill fi an-nasi’ah (tidak ada riba kecuali pada tangguhan
waktu). Jumhur fuqaha berpendapat terdapat riba pada keduanya (riba nasi’ah dan
riba fadl).
Secara garis besar, pandangan-pandangan tentang hukum riba di atas dapat dibagi
atas dua kelompok. Kelompok pertama mengharamkan riba, besar ataupun kecil.
Kelompok kedua mengharamkan riba yang melipat ganda. Tambahan yang kecil
menurut kelompok kedua, tidak termasuk riba yang dihramkan. Setiap pinjaman yang
disyaratkan ada tambahan waktu pengambilan, menurut kelompok pertama adalah
haram. menurut kelompok kedua, yang diharamkan adalah tambahan pengembalian
pinjaman yang berlipat ganda.
Jenis Investasi
1) Deposito Mudharabah
Investasi yang dilakukan pada bank syariah dengan menanamkan dalam bentuk dana
tunai untuk jangka waktu 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan, dengan nisbah tertentu.
Investasi Deposito Mudharabah dapat dilakukan pada BMI, BSM, IFI Syariah, Jabar
Syariah, BRIS, Bukopin Syariah, BIIS.
2) Obligasi Syariah
Investasi yang dilakukan dengan membeli obligasi syariah yang diterbitkan oleh bank
syariah dengan nisbah tertentu, misalnya membeli Obligasi Syariah Subordinasi.
Obligasi Syariah Subordinasi merupakan kontrak obligasi dituangkan dalam
perjanjian perwaliamanatan dengan rasio bagi hasil dengan nisbah tetap.
3) Reksadana Syariah
Reksadana syariah adalah reksadana yang beroperasi menurut ketentuan dan prinsip
syariah Islam, baik dalam bentuk akad antara pemodal sebagai shahibul mal dengan
manajer investasi sebagai wakil shahibul mal, maupun antara manajer investasi
sebagai wakil shahibul mal dengan pengguna investasi.
4) Saham
5) Penyertaan Langsung
6) Bangunan
Investasi yang dilakukan dengan cara membeli aktiva tetap berupa gedung, kemudian
menyewakan dengan maksud akan mendapatkan yield yang menguntungkan.
7) Pembiayaan Mudharabah
Investasi yang dilakukan akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan
dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli.
9) Hipotik
Investasi yang dilakukan dengan memberikan pinjaman dalam bentuk hipotik untuk
pembiayaan kendaraan bermotor dan rumah.
PERBEDAAN PRODUK ASURANSI KONVENSIONAL DAN PRODUK
ASURANSI SYARIAH
Perbedaan mendasar dari produk asuransi konvensional dan produk asuransi syariah
adalah dari sisi transparansinya, yaitu pada produk asuransi konvensional tidak ada
penjelasan secara utuh, sedangkan pada produk asuransi syariah produk nya
dijelaskan secara utuh, misalnya penjelasan pada biaya akuisisi nya.
1. Konsep
Asuransi Konvensional : Perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana
pihak penanggung mengikatkan diri kepada ter-tanggung dengan menerima
pergantian kepada ter-tanggung.
2. Akad
3. Sumber Hukum
5. Dewan Pengawas
6. Pengelolaan Risiko
7. Kepemilikan Dana
Asuransi Syariah : Premi yang diterima dipisahkan antara dana tabarru’, dana
peserta dan dana perusahaan asuransi.
Asuransi Konvensional : Tidak ada pemisahan dana, atau premi yang diterima
menjadi hak perusahaan asuransi.
8. Investasi
Asuransi Syariah : Dapat dilakukan investasi sesuai ketentuan perundang-
undangan sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Bebas dari riba dan
jenis investasi ter-larang lainnya.
9. Pengelolaan Asuransi
11. Keuntungan
12. Loading
KESIMPULAN MAKALAH
Berdasarkan Pengertian dan bahasan diatas, system dan manajemen yang ada
pada asuransi konvensional berbeda dari system manajemen yang diterapkan dalam
asuransi syariah, dimana dalam perusahaan asuransi syariah semua system dalam
pengelolaan harus berlandaskan hukum islam yang bersumber dari al-quarán, hadist
atau ilmu ekonomi syariah. Dalam pengelolaan dana dari peserta, perusahaan asuransi
syariah harus menginvestasikan dananya pada jenis asuransi yang halal saja, hal ini
yang menjadi pembeda pengelolaan dana investasi antara perusahaan asuransi
konvensional dan asuransi syariah, dimana pada perusahaan asuransi konvensional
perusahaan bebas menentukan jenis investasinya, tanpa memikirkan halal &
haramnya.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Referensi
1. http://aas-sv.blogspot.com/2014/12/sistem-investasi-pada-asuransi-
syariah.html?m=1
2. https://www.kompasiana.com/ryanaji15/5acf78ab5e137322b3648943/investas
i-pada-asuransi-syariah
3. https://jurnal.allianz.co.id/detail-jurnal/Cara-Kerja-Investasi-pada-Asuransi-
Syariah-182
4. http://ekobis-staibn.blogspot.com/2016/06/makalah-sistem-inventasi-pada-
asuransi.html?m=1
5. http://syariahx.blogspot.com/2018/01/investasi-asuransi-syariah.html?m=1
6. http://studylibid.com/doc/469919/bab-iv-pembahasan-a.-sistem-investasi-
pada-asuransi-syari...
7. https://proteksipenghasilan.com/2016/06/22/instrumen-investasi-asuransi-
syariah/amp/