Anda di halaman 1dari 2

Nama.

: Dwiky Adriansyah
NPM. : 5118500160
Kelas /smst : 4D
Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) Fatwa DSN
No.21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah bagian pertama
menyebutkan pengertian asuransi syariah adalah usaha saling melindungi dan tolong-
menolong diantara sejumlah orang atau pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan atau
tabarru' yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu akad atau
perikatan yang sesuai dengan syariah.
Sedangkan asuransi  konvensional  adalah perjanjian antara dua belah pihak atau lebih,
dimana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi
asuransi untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan,
atau kehilangan keuntungan yang diharapkan.
Jika dilihat dari Sumber Hukum nya, maka jelas asuransi syari’ah berbeda dengan asuransi
konvensional, Asuransi konvensional Bersumber Dari Pikiran Manusia Dan Kebudayaan.
Berdasarkan Hukum Positif, Hukum Alami, Dan Contoh Sebelumnya.
Sedangkan asuransi syariah Bersumber Dari Wahyu Ilahi. Sumber Hukum Dalam Syariah
Islam Adalah Al-Qur’an, Sunnah Atau Kebiasaan Rasul, Ijma’, Fatwa Sahabat, Qiyas,
Istihsan, ‘Urf/Tradisi, Dan Maslahah Mursallah
Maka disini akan dijelaskan beberapa perbedaan antara asuransi syariah dan asuransi
konvensional.
1) Akad. Asuransi Konvensional menggunakan akad tabaduli, yakni akad jual beli. Tentunya
di dalam akad jual beli menurut syara' harus jelas ada penjual, pembeli, barang (objek) yang
diperjualbelikan, harga, dan sighat (ijab qabul). Sedangkan dalam asuransi syariah, akad yang
digunakan adalah akad takaful (akad tolong menolong), yaitu suatu akad tolong menolong
sesama peserta, jika salah seorang peserta terkena musibah maka peserta yang lainnya
membantu dengan dana tabarru' (dana sosial).
2) Prinsip Dasar. Dalam asuransi syariah menggunakan pola saling menanggung resiko
antara perusahaan dan peserta (risk sharing), sedangkan dalam asuransi konvensional
memindahkan resiko dari peserta kepada perusahaan secara penuh (risk transfer).
3) Kepemilikan Dana. Kepemilikan dana pada asuransi syariah merupakan hak peserta,
perusahaan hanya sebagai pemegang amanah untuk mengelolanya secara syariah. Sedangkan
pada asuransi konvensional, dana yang terkumpul dari nasabah menjadi milik perusahaan,
sehingga perusahaan bebas menentukan alokasi investasinya.
4) Objek. Dalam asuransi syariah, membatasi pengelolaan dananya hanya untuk objek-objek
yang halal (jelas) dan tidak boleh mengandung syubhat. Namun dalam asuransi konvensional
tidak membedakan objek yang halal atau haram yang terpenting objek tersebut mendatangkan
keuntungan.
5) Investasi Dana. Dalam asuransi syariah, jika premi dari nasabah belum dipakai, maka
dana tersebut di investasikan kepada lembaga keuangan yang berbasis syariah dan di
dasarkan pada system bagi hasil. Adapun dalam asuransi konvensional pengelolaan
investasinya pada system bunga yang mengandung unsur maghrib.
6) Pembayaran Klaim. Asuransi syariah menggunakan system pencairan dana di tabungan
bersama, yaitu dana yang sudah nasabah ikhlaskan untuk tolong menolong antar nasabah.
Sedangkan dalam asuransi konvensional dapat diketahui berdasarkan perbandingan resiko
dan modal. Selain itu, dana pertanggungan juga diambil dari rekening perusahaan asuransi.
7) Dewan Pengawas Syariah. Asuransi syariah diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah
untuk memastikan tidak adanya penyelewengan investasi ataupun manajemen system
pengelolaan yang tidak berdasarkan hukum Islam. Sedangkan asuransi konvensional tidak
memiliki dewan pengawas khusus. Dewan pengawas untuk asuransi konvensional ialah
berdasarkan hukum yang berlaku di negara tersebut.
8) Dalam asuransi syariah, system pembukuan finansialnya terbuka. Asuransi syariah
memiliki pembukuan keuangan yang terbuka karena berdasarkan hukum Islam. Segala pihak
terutama nasabah asuransi dapat mengetahui semua pembukuan dananya, sehingga semua
keuangan bersifat transparan. Sedangkan asuransi konvensional memiliki system pembukuan
yang tidak terbuka (tertutup). Semua pembukuan sepenuhnya dikelola oleh pihak perusahaan
dan nasabah tidak perlu tahu hal itu. Semuanya akan diatur oleh perusahaan dari mulai dana
yang masuk sampai dana yang keluar.
9) Dana Hangus. Di dalam beberapa jenis asuransi yang dikeluarkan oleh perusahaan
asuransi konvensional, kita mengenal istilah “dana hangus” yang mana hal ini terjadi pada
asuransi yang tidak diklaim (misalnya asuransi jiwa yang pemegang polisnya tidak
meninggal dunia hingga masa pertanggungan berakhir). Namun hal seperti ini tidak berlaku
di dalam asuransi syariah, karena dana tetap bisa diambil meskipun ada sebagian kecil yang
diikhlaskan sebagai dana tabarru
10) Pembagian Keuntungan. Di dalam asuransi syariah, semua keuntungan yang didapatkan
oleh perusahaan terkait dengan dana asuransi, akan dibagikan kepada semua peserta asuransi
tersebut. Namun akan berbeda dengan perusahaan asuransi konvensional, di mana seluruh
keuntungan yang didapatkan akan menjadi hak milik perusahaan asuransi tersebut
11) Kewajiban Zakat. Perusahaan asuransi syariah mewajibkan pesertanya untuk membayar
zakat yang jumlahnya akan disesuaikan dengan besarnya keuntungan yang didapatkan oleh
perusahaan. Hal ini tidak berlaku di dalam asuransi konvensional.
12) Wakaf. Meski ada perbedaan antara Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensional, peran
asuransi masih sama, yaitu memberikan perlindungan bagi peserta. Namun ada manfaat
produk Asuransi Syariah yang tidak ada di Asuransi Konvensional, yaitu Wakaf.
Wakaf merupakan penyerahan hak milik atau harta benda yang tahan lama kepada penerima
Wakaf atau Nazhir, yang bertujuan untuk kemaslahatan umat. Karena Wakaf memiliki
manfaat perlindungan, sehingga Nasabah dapat mewakafkan manfaat asuransi berupa
Santunan Asuransi meninggal dunia dan nilai tunai polis.

Anda mungkin juga menyukai