DOSEN PENGAMPU:
i
DAFTAR ISI
Daftar Isi................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
Simpulan.......................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................31
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Bentuk-bentuk kontrak kerja sama bagi hasil dalam perbankan syariah secara
umum dapat dilakukan dalam empat akad, yaitu: Musyarakah, Mudharabah,
Muzara’ah dan Musaqah. Namun, pada penerapannya prinsip yang digunakan pada
sistem bagi hasil, pada umumnya bank syariah menggunakan kontrak kerja sama
pada akad Musyarakah dan Mudharabah.
BAB II
PEMBAHASAN
Bagi hasil menurut terminologi asing (Inggris) dikenal dengan profit sharing.
Profit sharing dalam kamus ekonomi diartikan pembagian laba. Adapun menurut
Muhammad dalam Ridwan, secara istilah profit sharing merupakan distribusi
beberapa bagian laba pada para pegawai dari suatu perusahaan. Bentuk-bentuk
distribusi ini dapat berupa pembagian laba akhir, bonus prestasi, dan lain-lain.
Dengan demikian, bagi hasil merupakan sistem yang meliputi tata cara pembagian
hasil usaha antara pemilik dana dan pengelola dana. Pembagian usaha ini dapat
terjadi antara bank dengan penyimpan dana, maupun antara bank dengan nasabah
penerima dana. Bentuk produk yang menggunakan prinsip ini adalah mudharabah
dan musyarakah. Lebih jauh prinsip mudharabah dapat dipergunakan sebagai dasar
baik untuk produk pendanaan (tabungan dan deposito) maupun pembiayaan,
sedangkan musyarakah lebih banyak untuk pembiayaan. 1
Secara umum, prinsip bagi hasil dalam perbankan syariah dapat dilakukan
dalam empat akad utama, yaitu al-musyarakah, al-muazara’ah, al-mudharabah dan
al-musaqah.2
1
Muhamad, Sistem dan Prosedur Operasional Bank Syari‟ah, (Yogyakarta: UII Press, 2005) hlm.105.
2
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001),
hlm. 90
2
Sungguhpun, demikian, prinsip yang paling banyak dipakai adalah al-
musyarakah dan al-mudharabah, sedangkan al-muzaraah dan al-musaqah di
pergunakan khusus untuk pembiayaan pertanian oleh bank lain.
Al-Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk
suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana
(amal/expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan
ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.
b. Landasan Syariah
1. Al-Qur’an
2. Hadits
3
Muhammad Syafi’i Antonio, Ibid., hlm. 91-93
3
3. Ijma
c. Jenis-Jenis Al-musyarakah
1. Syirkah al-Inan
Syirkah al-‘inan adalah kontrak kerja antara dua orang atau lebih.Setiap pihak
memberikan suatu porsi dari keseluruhan dana dan berpartisipasi dalam kerja.
Kedua pihak berbagi dalam keuntungan dan kerugian sebagaimana yang di sepakati
di antara mereka. Akan tetapi, porsi masing-masing pihak, baik dalam dana maupun
kerja atau bagi hasil, tidak harus sama dan identic sesuai dengan kesepakatan
mereka. Mayoritas ulama membolehkan jenis al-musyarakah ini.
2. Syirkah Mufawadhah
4
Kontrak kerja sama antara dua orang atau lebih. Setiap pihak memberikan
suatu porsi dari keseluruhan dana dan berpartisipasi dalam kerja. Setiap pihak
membagi keuntungan secara sama. Dengan demikian syarat utama dari jenis al-
musyarakah ini adalah kesamaan dana yang diberikan kerja, tanggung jawab, dan
beban utang dibagi oleh masong-masing.
3. Syirkah A-Maal
4. Syirkah wujuh
Adalah kontrak dua orang atau lebih yang memiliki reputasi dan presitise
baik serta ahli dalam bisnis. Mereka membeli barang secara kredit dari satu
perusahaan dan menjual barang tersebut secara tunai. Mereka berbagi dalam
keuntungan dan kerugian berdasarkan jaminan kepada penyuplai yang disediakan
oleh tiap mitra. Jenis al-musyarakah ini tidak memerlukan modal karna
pembeliannya secara kredit berdasarkan pada jaminan tersebut.Karenanya, kontrak
ini lazim disebut dengan al-musyarakah piutang.
5
selesai nasabah mengembalikan dan tersebut bersama bagi hasil yang telah
disaepakati bank.
2. Modal Ventura
Untuk jangka waktu tertentu dan setelah itu bank melakukan divestasi atau
menjual bagian sahamnya, baik secara singkat maupun bertahap.
e. Manfaat Al-Musyarakah
a. Manfaat Al-Musyarakah
1. Bank akan menikmati peningkatan dan dalam jumlah tertentu
pada saat keuntungan usaha meningkat.
2. Bank tidak berkewajiban membayar dalam jumlah tertentu
kepada nasabah secara tetap, tetapi disesuaikan dengan
pendapatan/hasil usaha bank, sehingga bank tidak akan pernah
mengalami negative.
3. Pengembalian pokok pembiayaan diseasuaikan dengan cash flow/
arus kas nasabah sehingga tidak memberatkan nasabah.
4. Bank akan lebih selektif dan hati-hati mencari usaha yang benar-
benar halal dan menguntungkan. Hal ini karna keuntungan rill dan
benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan.
5. Prinsip bagi hasil ini berbeda dengan prinsip bunga tetap dimana
bank akan menagih penerima pembiayaan (nasabah) satu jumlah
bunga tetap beberapa pun keuntungan akan dihasilkan nasabah,
bahkan sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi
6
b. Resiko
Resiko yang terdapat dalam bagi hasil, terutama dalam penerapannya dalam
pembiayaan yang relative tinggi, yaitu sebagai berikut: 4
1. Side streaming, nasabah menggunakan dana itu disebut bukan seperti dalam
kontrak.
2. Lalai dan kesalahan yang disengaja
3. Penyembunyian keuntungan oleh nasabah, bila nasabahnya tidak jujur
f. Produk Hukum
4
Muhammad Syafi’i Antonio, Ibid., hlm. 94
5
Chefi Abdul Latif, “Pembiayaan Mudharabah dan Pembiayaan Musyarakah di Perbankan Syariah”,
Jurnal Ilmu Akuntansi dan Bisnis Syariah, (Vol. 2 No. 1 Januari 2020), hlm. 14
7
tanggung bersama sesuai dengan jumlah partisipasi modal masing-masing
produk.
5. PBI Nomor 7/46/PBI/2005 tentang akad penghimpunan dan penyaluran dana
bagi bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip-prinsip
syariah.
6. DSN MUI Fatwa Nomor 8 tentang pembiayaan musyarakah.
7. DSN MUI Fatwa Nomor 55 tentang pembiayaan rekening Koran syariah
musyarakah.
8. DSN MUI Fatwa Nomor 73 tentang musyarakah mutanaqisah.
g. Rukun dan Syarat Al-Musyarakah
6
Chefi Abdul Latif, “Pembiayaan Mudharabah dan Pembiayaan Musyarakah di Perbankan Syariah”,
Jurnal Ilmu Akuntansi dan Bisnis Syariah, (Vol. 2 No. 1 Januari 2020), hlm. 14-15
8
Adapun Rukun syirkah adalah sebagai berikut :
a. Ijab-qabul (sighat) Adalah adanya kesepakatan antara kedua belah
pihak yang bertransaksi.
Secara teknis, al-mudharabah dalah akad kerja sama usaha antara dua pihak
di mana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal,
sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah
dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi
ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si
pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian di
pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut.
b. Landasan Syariah
9
Secara umum, landasan dasar syariah al-mudharabah lebih menceerminkan
anjuran untuk melakukan usaha. Hal ini tampak dalam ayat-ayat dan hadits berikut
ini. 7
1. Al-Qur’an
“...dan dari orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari
sebagian karunia Allah SWT....” (Al-Muzzammil: 20)
2. Al-Hadits
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Sayyidina Abbas bin Abdul Muthalib
jika memberikan dana ke mitra usahanya secara mudharabah ia mensyaratkan agar
dananya tidak dibawa mengarungi lautan, menruni lembah yang berbahaya, atau
membeli ternak. Jika menyalahi peraturan tersebut, yang bersangkutan
bertanggung jawab atas dana tersebut. Disampaikanlah syarat-syarat tersebut
kepada Rasulullah saw. Dan Rasulullah pun memperbolehkannya.” (HR. Thabrani)
7
Muhammad Syafi’i Antonio, Ibid., hlm. 95-96
10
Dari Shalih bin Shuhaib r.a. bahw Rasulullah saw. Bersabda, “Tiga hal yang di
dalamnya terdapat keberkatan: jual beli secara tanggung, muqarodhah
(mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah,
bukan untuk di jual.” (HR. Ibnu Majah no. 2280, kitab at-Tijarah)
3. Ijma
c. Jenis-jenis Al-Mudharabah
1. Mudharabah Mutlaqah
2. Mudharabah Muqayyadah
8
Muhammad Syafi’i Antonio, Ibid., hlm. 97-98
11
pembatasan ini seringkali mencerminkan kecendrungan umum si shahibul maal
dalam memasuki jenis dunia usaha.
12
3) Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash
flow/arus kas usaha nasabah sehingga tidak memberatkan
nasabah.
4) Bank akan lebih selektif dan hati-hati (prudent) mecari usaha yang
benar-benar halal, aman, dan menguntungkan karena
keuntungan yang konkret dan benar-benar terjadi itulah yang
akan dibagikan.
5) Prinsip bagi hasil dalam al-mudharabah/al-musyarakah ini
berbeda dengan prinsip bunga tetap di mana bank akan menagih
penerima pembiayaan (nasabah) satu jumlah bunga tetap berapa
pun keuntungan yang di berikan nasabah, sekalipun merugi dan
terjadi krisis ekonomi.
b. Resiko Al-Mudharabah
1) Side streaming, nasabah menggunakan dana itu bukan seperti
yang disebut dalam kontrak
2) lalai dan kesalahan yang disengaja
3) penyembunyian keuntungan oleh nasabah bila nasabahnya tidak
jujur.
f. Produk Hukum
13
a. UU Nomor 10 Tahun 1998 menyebutkan mudharbah merupakan salah
satu bentuk pembiayaan bagi hasil.
b. UU Nomor 21 Tahun 2008 Pasal 1 ayat 21 disebutkan bahwa satu
diantara tabungan ialah investasi dana berdasarkan akad mudharabah.
c. UU Nomor 21 Tahun 2008 Pasal 1 ayat 22 disebutkan bahwa deposito
adalah investasi dan berdasarkan akad mudharabah.
d. UU Nomor 21 Tahun 2008 pasa 1 ayat 24 menyebutkan bahwa investasi
adalah dana yang dipercayakan nasabah kepada bank syariah dan/atau
UUS berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah dalam bentuk deposito, tabungan
atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
14
h. PBI Nomor 7/24/PBI/2004 tentang Bank Umum yang kegiatan
usaha berdasarkan prinsip syari‟ah dan PBI Nomor
7/46/PBI/2005.
i. DSN MUI Fatwa Nomor 7 tentang pembiayaan mudharabah
(Qiradh).
j. DSN MUI Fatwa Nomor 33 tentang Obligasi Syari‟ah Mu-
dharabah.
k. DSN MUI Fatwa Nomor 38 tentang Sertifikat IMA
l. DSN MUI Fatwa Nomor 51 tentang Akad mudharabah
musyarakah pada Asuransi Syari‟ah.
m. DSN MUI Fatwa Nomor 59 tentang Obligasi Syari‟ah mudharabah
g. Rukun dan Syarat Mudharabah
Rukun adalah segala sesuatu yang menyebabka suatu akad dapat
dilaksanakan, karena rukun adalah bagian integral yang tidak terpisahkan
sehingga akad tersebut tidak rusak/batal (fasad) dalam pelaksanaannya.
Berikut adalah rukun mudharabah menurut jumhur ulama:
a. Pihak-pihak yang melakukan akad, yaitu pemilik dana (shahibul
maal) dan pengelola modal (mudharib)
b. Modal (Ra‟sul Maal);
15
(mukallaf) untuk melakukan kesepakatan, dalam hal ini pemilik
modal (shahibul maal) akan memberikan kuasa dan pengelola modal
(mudharib) menerima kuasa tersebut, karena di dalam akad
mudharabah terkandung akad wakalah/Kuasa.
b. Modal (Ra‟sul Maal) dalam akad mudharabah harus memenuhi
kententuan sebagai berikut:
a) Modal harus berupa alat tukar (uang);
b) Modal harus diketahui sehingga mudah untuk diukur;
c) Modal harus dalam bentuk tunai; dan
d) Modal harus dapat dipindahkan/diserahkan dari pemilik modal
(shahibul maal) kepada pengelola modal (mudharib).
10
Muhammad Syafi’i Antonio, Ibid., hlm. 99-100
16
Diriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah saw. Pernah memberikan
tanah Khaibar kepada pendudukya (waktu itu mereka masih Yahudi) untuk digarap
dengan imbalan pembagian hasil buah-buahan dan tanaman.
Diriwayatkan oleh Bukhari dari jabir yang mengatakan bahwa bangsa Arab
senantiasa mengolah tanahnya secara muzara’ah denan rasio bagi hasil 1/3:2/3,
1/4:3/4, 1/2:1/2, maka Rasulullah saw.pun bersabda: “Hendaklah menanami atau
menyerahkannya untuk di garap. Barangsiapa yang tidak melakukan salah satu dari
keduanya, tahanlah tanahnya.”
2. Ijma’
Bukhari mengatakan bahwa telah berkata Abu Jafar, “tidak ada satu rumah
pun di Madinah kecuali penghuninya mengolah tanah secara muzara’ah dengan
pembagian hasil 1/3 dan 1/4. Hal ini telah dilkukan oleh Sayyidina Ali, Sa’ad Abi
Waqash, Ibnu Mas’ud, Umar bin Abdul Azis, Qasim, Urwah, keluarga Abu Bakar, dan
keluarga Ali.”
3. Penjelasan
Dalam konteks ini, lembaga keuangan Islam dapat memberikan pembiayaan
bagi nasabh yang bergerak dalam bidang planation atas dasar prinsip bagi hasil dari
hasil panen.
b. Landsan Syariah
1. Al-Hadist
17
Ibnu Umar berkata bahawa Rasulullah saw pernah memberikan tanah dan
tanaman kurma di Khaibar kepada yahudi khibar untuk dipelihara dengan
mempergunakan peralatan dan dana mereka. Sebagai imbalan mereka memperoleh
presentase tertentu dari hasil panen.
2. Ijma`
Telah berkata abu ja`far Muhammad bin ali bin husain bin abu thalib r.a
bahawa rasulullah saw telah menjadikan penduduk khibar sebagai penggarap dan
pemelihara atas bagi hasil. Hal ini dilanjutkan oleh abu bakar, umar, ali, serta
keluarga mereka sampai hari ini dengan rasio 1/3 dan 1/4 . semua telah dilakukan
oleh khulafa ar-rasyidin pada zaman pemerintahannya dan semua pihak telah
mengetahuinya, tetpi tidak seorang pun yang menyabggahnya. Berarti, ini adalah
sutun ijma` sukuti (consensus) dari umat..
11
Fetria Eka Yudiana, S.E., M.Si., Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Jawa Tengah: STAIN Salatiga
Press, 2014), hlm. 98-99
18
Dalam penetuan bagi hasil sangat dipengaruhi oleh hasil investasi, besar
kecilnya hasil investasi dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya yaitu:
a. Faktor langsung
Faktor langsung yang berpengaruh adalah investment rate yaitu jumlah
dana yang tersedia dan nisbah bagi hasil (profiyt sharing ratio).
1) Investment rate adalah oresentasi actual dana yang diinvestasikan
dari total dana. Apabila bank syriah menetukan investment rate
sebesar 80% artinya 20% dari total dana dialokasikan untuk
memenuhi likuiditas.
2) Jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan merupakan jumlah
dari berbagai sumber dana yang tersedia untuk diinvestasikan.
Biasanya jumlah dana tersebut dihitung dengan menggunakan
metode yaitu rata-rata saldo minimum bulanan dan rata-rata total
saldo harian.
Investment rate * jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan =
jumlah dana actual yang digunakan
3) Nisbah (profit sharing)
a) Untuk akad mudharabah isbah harus ditentukan dan disetujui
pada awal perjanjian.
b) Besar kecilnya nisabah anatra bank syariah satu dengan bank
syriah lainnya dapat berbeda.
c) Besar kecilnya nisabh juga dapat berubah-ubah. Misalkan untuk
depositi 1, 2 dan 12 bulan.
d) Besar kecilnya nisavbah juga dapat berbeda antara satu account
dengan account lainnya ssuai dengan besarnya dana dan jatuh
temponya.
19
b. Faktor tidak langsung
1) Penetuan butir0butir pendapatan dan biaya mudharabah
a) Bank syriah dan nasabah melakukan share dalam pendapatan dan
biaya. Pendapatan yang dibagihasilkan merupakan pendapatan
yang diterima di kurangi biaya-biaya.
b) Apabila semua biaya ditanggung bank, maka hal ini disebut
dengan reven sharing.
2) Metode akuntansi yang digunbakan
Bagihasil secara tidak langsung dipengaruhi oleh aktivitas yang
dilakukan, terutama metode pengakuan pendapatan dan biaya yang
digunakan.
2. Perhitungan pendapatan yang akan dibagi hasilkan
Pendapatan bagi hasil yang diperoleh bank syriah berasala dari pendapatan
dana pihak ketiga mulai pembiayaan yang berakad jual beli, syirkah atau jasa. Hasil
dari pendapatan tersbut dibagi hasilkan kepada nasabah pemilik dana (deposan).
Sangat penting untuk diperhatikan adalah mel;ihat perbandingan antara jumlah
dana yang dikelola ( modal sendiri, hgiro, tabungan, deposito dan lainnya) jumlah
pembiayaan yang disalurkan. Jika jumlah pembiayaan lebih kecil dari total
masyarakat, maka pendapatan seluruhnya dibagi hasilkan anatara nasabah dengan
12
bank syriah. Sebaliknya jika pembiayaan jumlahnya lebih besar dari total dana
masyarka, maka modal bank juga harus memperoleh bagian pendapatan.
Contoh:
Jumlah pendapatan bank syaraiah dari bagi hasil pembiayaan adalah
2.000.000.000 dalam satu bulan. Total dana masyarakat yang dikelola adalah
50.000.000.000 maka pendapatan 2.000.000.000 ini yang dibagi hasilkan
antara nasabah dengan bank syriah. Apabila total pembiayaan yang
12
Fetria Eka Yudiana, S.E., M.Si., Ibid., hlm. 100-102
20
diberikan adalah 55.000.000.000 sehingga pendapatan tersebut harus dibagi
dulu dengan perhitungan sebagai sebagai berikut:
a. Bank syaraiah
= (5.000.000.000 / 55.000.000.000) * 2.000.000.000= 0,181818
b. Yang dibagi hasilkan dengan nasabah
= (50.000.000.000 / 55.000.000.000) * 2.000.000.000= 1, 8181818182
3. Perhitungan bagi hasil untuk penempatan dana
Penempatan dana atu penyaluran dana oleh bank syariah dapat dilakukan
dengan pembiayaan berakad jual beli maupun syirkah. Pembiayaan yang berakad
jual beli seperti (murabahah, salam dan istisna`) maka bank syriah akan
mendapatkan marjin keuntungan. Pembagiannya tidak rumit. Apabila pembiayaan
berkaitan dengan akad syirkah (midhrabah dan mmusyrakah) maka memerlukan
perhitungan-perhitungan yang cukup rumit.
Contoh
Perhitungan bagi hasil untuk mepbiayaan dengan akad jual beli murabahah.
Tuan mir mengajukan pembiayaan di bank syariah untuk membeli
sebuah mobil merek Honda. Harga mobil sebesar 150.000.000 karena
tuan amir mengajukan pembiayaan dengan sistem angsuran sehingga
bank syariah mengambil marjin keuntungan sebesar 3.000.000.
lamanya penyelesaian pembiayaan yang disepakati 3 tahun. Dalam
kasus di pembiayaan yang ditanggung oleh tuan amir adalah sebesar
150.000.000 + 3.000.000+ 153.000.000
Jumlah angsuran yang harus dibayarkan oleh tuan amir selama 3
tahun (36 bln) adalah:
Jika dengan murabahah
Modal pinjaman = 150.000.000
21
Marjin keunungan= 3.000.000
Waktu penyelesaian = 36 bulan
Angsuran perbulan = 150.000.000 + 3.000.000 / 36 bulan
= 4.250.000/bln
Dimana angsuran 4.250.000 terdiri dari atas 4.166.666,67 (angsuran
modal) dan 83.333,33 (angsuran marjion keuntungan).
/ 36 bulan
Ny. Aminah mengajukan pembiayaan untuk modal kerja dagang sebesar Rp.
150.000.000 selama satu tahun, dengan perbandingan nisbah bagi hasil antara
nasabah dengan bank 60% : 40%. Sehingga cara perhitungan adalah sebagai berikut:
22
5 6.000.000 2.400.000 3.600.000 2.400.000
6 5.000.000 2.000.000 3.000.000 2.000.000
7 7.000.000 2.800.000 4.200.000 2.800.000
8 7.500.000 3.000.000 4.500.000 3000.000
9 8.500.000 3.400.000 5.100.000 3.400.000
10 8.500.000 3.400.000 5.400.000 3.400.000
11 9.000.000 3.600.000 5.700.000 150.000.00 3.600.000
0
12 9.500.000 3.800.000 57.300.000 150.000.00 3.800.000
0
total 38.200.000 57.300.000
%dari hasil usaha 0,40 0,60
%dari modal 25,47 38,20
Nisbah merupakan aspek yang disepakati Bersama antara kedua belah pihak
yang mel;akukan transaksi.Dalam mekanismenya bank Syariah untuk menentukan
nisbah bagi hasil harus menentukan beberapa aspek diantaranya: 13
a. Data usaha
b. Pemampuan mengangsur
c. Hasil usaha yang dijalankan
d. Nisbah pembiayaan serta distribusi pembagian hasil
13
Fetria Eka Yudiana, S.E., M.Si, Ibid., hlm. 103-105
23
Dana yang berkaitan dengan pembiayaan :
Nisbah pembiayaan :
Seandainya keuntungan per hari nasabah sebesar Rp. 260.000, maka bagi
hasilnya adalah :
24
Metode penentuan profit margin ada empat yaitu:
a. Mark up pricing
b. Target return pricing
c. Perceived value pricing
d. Value pricing
Penjelasan:
a. Mark up pricing
25
- Apabila pembiayaan menggunakan natural centaity contract, maka metode
yang digunakan adalah requiret profit rate (rpr)
Yaitu:
Rpr = n . v
Dimana : n = tingkat keuntungan dalam transaksi tunai.
V = jumlah transaksi dalam satu periode
- Apabila pembiayaan menggunakan natural uncertainty contract, maka
metode yang digunakan adalah expected profit rate (epr).
Epr dihitung berdasarkan :
a. Tingkatan keuntungan rata-rata pada industry sejenis
b. Pertumbuhan ekonomi
c. Dihitung dari nilai rpr yang berlaku di bank yang bersangkutan
c. Perceived-Value Pricing
d. Value Pricing
Yaitu kebijakan harga yang kompetitif atas barang yang berkualitas tinggi.
26
Merupakan pos pembiayaan yang paling diminati dibandingkan dgn produk
perbankan syariah lainnya,ada beberapa alasan diantaranya adalah (Muhammad,
2005)
Langkah berikutnya setelah harga jual bank dan margin diketahui maka akan
dibandingkan dengan suku bunga yang berlaku(karna bagaimanapun juga bank
syariah berkompetisi dengan bank konvensional). bank syariah harus menurunkan
tingkat keuntungan,apabila sudah diturunkan sampai batas minimum namun
ternyata margarinya masih lebih besar dari suku bunga bank,maka langkah
selanjutnya adalah mengkoreksi cost recovery, artinya efesinsi yang rendah dapat
27
ditingkatkan dengan mengurangi biaya operasional pada target pembiayaan yang
sama.
Selain itu efesiensi juga dapat ditingkatkan dgn memperbesar target volume
pembiayaan pada biaya operasional yg sama dgn cara meningkatkan kualitas SDM
bank syariah.
Salah satu syarat yang paling mendasar yaitu persyaratan umum yang wajib
dipenuhi oleh calon pemimpin oleh calon pemohon,persyaratan umum pembiayaan
Mudharabah ini dibagi menjadi 3 bagian yg disesuaikan dengan jenis pembiayaan
yang diajukan.
28
Pengajuan permohonan pembiayaan harus dilengkapi dengan dokumen-
dokemen yang diperlukan petugas pembiayaan sebagai bahan pembiayaan
pengambilan keputusan, selain dokumen-dokumen tersebut pada permohonan yang
diajukan juga harus memuat data tentang nasabah berkaitan dengan pembiayaan
yang diajukan dan keadaan calon nasabah, data-data itu antara lain, calon identitas,
calon nasabah informasi tentang usaha yang akan dikelola, riwayat pembiayaan
yang pernah di terima dan refrensi atau rekomendasi.
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Bagi hasil menurut terminologi asing (Inggris) dikenal dengan profit sharing.
Profit sharing dalam kamus ekonomi diartikan pembagian laba. Adapun menurut
29
Muhammad dalam Ridwan, secara istilah profit sharing merupakan distribusi
beberapa bagian laba pada para pegawai dari suatu perusahaan.
1. Al-Musyarakah
2. Al-Mudharabah
3. Al-Muzara’ah
4. Al-Musaqah
Aplikasi perhitungan bagi hasil pada al-mudharabah di bank syariah, antara lain:
DAFTAR PUSTAKA
Antonio, M. S. (2001). Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema Insani Press.
Fetria Eka Yudiana, S. M. (2014). Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. Jawa Tengah: STAIN
Salatiga Press.
30
Latif, C. A. (2020). Pembiayaan Mudharabah dan Pembiayaan Musyarakah di Perbankan
Syariah. Jurnal Ilmu Akuntansi dan Bisnis Syariah.
Muhamad. (2005). Sistem dan Prosedur Operasional Bank Syari‟ah. Yogyakarta: UII Press.
31