Anda di halaman 1dari 33

PEMBIAYAAN DENGAN SISTEM BAGI HASIL

DOSEN PENGAMPU:

Siti Ahdina Saadatirrohmi, M.E

DISUSUN OLEH KELOMPOK 5:

1. KHAIRUNNISA ASFARINI (180502045)


2. DICGY DIANDRA AISHYA (180502073)
3. ASFIYANI (180502064)
4. NURILAH ASTI (180502067)
5. BQ. HELMI SULISTIA (190502232)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

i
DAFTAR ISI

Daftar Isi................................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Bagi Hasil ..................................................................................2


B. Jenis-jenis Akad pembiayaan Bagi Hasil.......................................................2
1. Al-Musyarakah......................................................................................2
2. Al-Mudharabah....................................................................................9
3. Al-Muzara’ah.......................................................................................16
4. Al-Musaqah.........................................................................................17
C. Aplikasi perhitungan bagi hasil pada al mudharabah di bank Syariah........18
D. Persyaratan Umum dan Permohonan Pembiayaan Pembiayaan Al-
Mudharabah.............................................................................................28

BAB III PENUTUP

Simpulan.......................................................................................................30

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................31

ii
BAB I

PENDAHULUAN

Pada dekade ini, muncul gagasan pemerintah untuk membangun perbankan


menjadi lebih Islami. Alasannya, pengambilan bunga yang dilakukan bank
konvensional dinilai riba oleh para ulama. Gagasan ini muncul dari kalangan
akademisi muslim dan praktisi bisnis syariah dengan tujuan menciptakan
perekonomian berbasis syariah. Konsep ekonomi Islam telah dirumuskan secara
jelas oleh para ulama timur tengah berdasarkan tafsir Al-Qur’an dan Hadits.
Akademisi muslim dan praktisi bisnis syariah menggunakan rumusan tentang
ekonomi Islam tersebut dengan membawa konsep “Bagi hasil”.

Bagi hasil merupakan karakteristik penting bank syariah, sehingga dalam


mekanisme operasionalnya bank syariah menggunakan prinsip-prinsip yang sesuai
dengan syariat Islam. Prinsip Bagi Hasil atau Profit Sharing merupakan instrumen
penting yang membedakan operasional bank syariah dengan bank-bank
konvensional. Sehingga dalam perhitungannya juga jauh berbeda dengan
perhitungan bunga yang digunakan sebagai landasan bagi bank-bank konvensional.

Bentuk-bentuk kontrak kerja sama bagi hasil dalam perbankan syariah secara
umum dapat dilakukan dalam empat akad, yaitu: Musyarakah, Mudharabah,
Muzara’ah dan Musaqah. Namun, pada penerapannya prinsip yang digunakan pada
sistem bagi hasil, pada umumnya bank syariah menggunakan kontrak kerja sama
pada akad Musyarakah dan Mudharabah.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Bagi Hasil

Bagi hasil menurut terminologi asing (Inggris) dikenal dengan profit sharing.
Profit sharing dalam kamus ekonomi diartikan pembagian laba. Adapun menurut
Muhammad dalam Ridwan, secara istilah profit sharing merupakan distribusi
beberapa bagian laba pada para pegawai dari suatu perusahaan. Bentuk-bentuk
distribusi ini dapat berupa pembagian laba akhir, bonus prestasi, dan lain-lain.
Dengan demikian, bagi hasil merupakan sistem yang meliputi tata cara pembagian
hasil usaha antara pemilik dana dan pengelola dana. Pembagian usaha ini dapat
terjadi antara bank dengan penyimpan dana, maupun antara bank dengan nasabah
penerima dana. Bentuk produk yang menggunakan prinsip ini adalah mudharabah
dan musyarakah. Lebih jauh prinsip mudharabah dapat dipergunakan sebagai dasar
baik untuk produk pendanaan (tabungan dan deposito) maupun pembiayaan,
sedangkan musyarakah lebih banyak untuk pembiayaan. 1

B. Jenis-jenis Akad dalam Bagi Hasil


1. Al-Musyarakah (Partnership, Project Financing Participation)
a. Pengertian Al-Musyarakah

Secara umum, prinsip bagi hasil dalam perbankan syariah dapat dilakukan
dalam empat akad utama, yaitu al-musyarakah, al-muazara’ah, al-mudharabah dan
al-musaqah.2

1
Muhamad, Sistem dan Prosedur Operasional Bank Syari‟ah, (Yogyakarta: UII Press, 2005) hlm.105.
2
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001),
hlm. 90

2
Sungguhpun, demikian, prinsip yang paling banyak dipakai adalah al-
musyarakah dan al-mudharabah, sedangkan al-muzaraah dan al-musaqah di
pergunakan khusus untuk pembiayaan pertanian oleh bank lain.

Al-Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk
suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana
(amal/expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan
ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.

b. Landasan Syariah
1. Al-Qur’an

2. Hadits

Hadis qudsi tersebut menunjukkan kecintaan Allah kepada hamba-hamba-


Nya yang melakukan perkongsian selama saling menjungjung tinggi amanat
kebersamaan dan menjauhi pengkhianat.3

3
Muhammad Syafi’i Antonio, Ibid., hlm. 91-93

3
3. Ijma

Ibnu Qudamah dalam kitabnya al-Mughni telah berkata, “Kaum muslimin


telah berkonsensus terhdap legitimasi musyarakah secara global walaupun terdapat
perbedaan pendapat dalam beberapaa elemen dirinya.”

c. Jenis-Jenis Al-musyarakah

Al-musyarakah ada dua jenis musyarakah pemilikan dan musyarakah akad


(kontrak). Musyarakah pemilihan tercipta karna warisan, wasiat, atau kondisi lainnya
yang mengakibatkan pemilikan satu aset oleh dua orang lebih. Dalam akad ini,
tercipta dengan cara kesepakatan di mana dua orang atau lebih setuju bahwa tiap
orang dari mereka memberikan modal musyarakah mereka pun sepakat berbagi
keuntungan dan kerugian.

1. Syirkah al-Inan

Syirkah al-‘inan adalah kontrak kerja antara dua orang atau lebih.Setiap pihak
memberikan suatu porsi dari keseluruhan dana dan berpartisipasi dalam kerja.
Kedua pihak berbagi dalam keuntungan dan kerugian sebagaimana yang di sepakati
di antara mereka. Akan tetapi, porsi masing-masing pihak, baik dalam dana maupun
kerja atau bagi hasil, tidak harus sama dan identic sesuai dengan kesepakatan
mereka. Mayoritas ulama membolehkan jenis al-musyarakah ini.

2. Syirkah Mufawadhah

4
Kontrak kerja sama antara dua orang atau lebih. Setiap pihak memberikan
suatu porsi dari keseluruhan dana dan berpartisipasi dalam kerja. Setiap pihak
membagi keuntungan secara sama. Dengan demikian syarat utama dari jenis al-
musyarakah ini adalah kesamaan dana yang diberikan kerja, tanggung jawab, dan
beban utang dibagi oleh masong-masing.

3. Syirkah A-Maal

Al-musyarakah ini kadang-kadang sering disebut dengan musyarakah abdan


atau sama’I , yaitu kontrak kerja sama dua orang sesifikasi untuk menerima
pekerjaan secara bersama dan berbagi keuntungan dari pekerjaan itu. Misalnya,
kerja sama dua orang arsitek untuk mengerjakan satu proyek, atau kerja sama dua
orang penjahit untuk menerima pembuatan seragam sebuah kantor.

4. Syirkah wujuh

Adalah kontrak dua orang atau lebih yang memiliki reputasi dan presitise
baik serta ahli dalam bisnis. Mereka membeli barang secara kredit dari satu
perusahaan dan menjual barang tersebut secara tunai. Mereka berbagi dalam
keuntungan dan kerugian berdasarkan jaminan kepada penyuplai yang disediakan
oleh tiap mitra. Jenis al-musyarakah ini tidak memerlukan modal karna
pembeliannya secara kredit berdasarkan pada jaminan tersebut.Karenanya, kontrak
ini lazim disebut dengan al-musyarakah piutang.

d. Aplikasi dalam perbankan syariah:


1. Pembiayaan proyek

Al-musyarakah diaplikasikan untuk pembiayaan proyek dimana nasabah dan


bank sama-sama menyediakan dana untuk membiayai proyek setselah proyek itu

5
selesai nasabah mengembalikan dan tersebut bersama bagi hasil yang telah
disaepakati bank.

2. Modal Ventura

Pada lembaga keuangan khusus yang dibolehkan melakukan investasi dalam


kepemilikan perusahaan, al-musyarakah diterapkan dalam skema modal ventura.
Penanaman modal ini dilakukan

Untuk jangka waktu tertentu dan setelah itu bank melakukan divestasi atau
menjual bagian sahamnya, baik secara singkat maupun bertahap.

e. Manfaat Al-Musyarakah
a. Manfaat Al-Musyarakah
1. Bank akan menikmati peningkatan dan dalam jumlah tertentu
pada saat keuntungan usaha meningkat.
2. Bank tidak berkewajiban membayar dalam jumlah tertentu
kepada nasabah secara tetap, tetapi disesuaikan dengan
pendapatan/hasil usaha bank, sehingga bank tidak akan pernah
mengalami negative.
3. Pengembalian pokok pembiayaan diseasuaikan dengan cash flow/
arus kas nasabah sehingga tidak memberatkan nasabah.
4. Bank akan lebih selektif dan hati-hati mencari usaha yang benar-
benar halal dan menguntungkan. Hal ini karna keuntungan rill dan
benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan.
5. Prinsip bagi hasil ini berbeda dengan prinsip bunga tetap dimana
bank akan menagih penerima pembiayaan (nasabah) satu jumlah
bunga tetap beberapa pun keuntungan akan dihasilkan nasabah,
bahkan sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi

6
b. Resiko

Resiko yang terdapat dalam bagi hasil, terutama dalam penerapannya dalam
pembiayaan yang relative tinggi, yaitu sebagai berikut: 4

1. Side streaming, nasabah menggunakan dana itu disebut bukan seperti dalam
kontrak.
2. Lalai dan kesalahan yang disengaja
3. Penyembunyian keuntungan oleh nasabah, bila nasabahnya tidak jujur
f. Produk Hukum

Berikut ini produk hukum yang mengatur tentang musyarakah diantarana


adalah:5

1. UU Nomor 10 tahun 1998 menyebutkan musyarakah merupakan salah satu


bentuk pembiayaan bagi hasil.
2. UU Nomor 21 tahun 2008 pasal 1 ayat 25 disebutkan bahwa pembiayaan
merupakan penyediaan dana atau tagihan yang samanya dengan tranksaksi
nisbah dalam bentuk mudharabah dan musyarakah.
3. UU Nomor 19 tahun 2008 tentang SBSN menyebutkan musyarakah.
4. UU Nomor 19 tahun 2008 pasal 1 ayat 7 menyebutkan musyarakah adalah
akad kerjasama antar dua orang tau lebih untuk menggabungkan modal, baik
dalam bentuk uang maupun dalam bentuk lainnya, dengan tujuan
memperoleh keuntungan, yang akan dibagikan sesuai dengan nisbah yang
telah disepakati sebelumnya, sedangkan kerugian yang timbul akan di

4
Muhammad Syafi’i Antonio, Ibid., hlm. 94
5
Chefi Abdul Latif, “Pembiayaan Mudharabah dan Pembiayaan Musyarakah di Perbankan Syariah”,
Jurnal Ilmu Akuntansi dan Bisnis Syariah, (Vol. 2 No. 1 Januari 2020), hlm. 14

7
tanggung bersama sesuai dengan jumlah partisipasi modal masing-masing
produk.
5. PBI Nomor 7/46/PBI/2005 tentang akad penghimpunan dan penyaluran dana
bagi bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip-prinsip
syariah.
6. DSN MUI Fatwa Nomor 8 tentang pembiayaan musyarakah.
7. DSN MUI Fatwa Nomor 55 tentang pembiayaan rekening Koran syariah
musyarakah.
8. DSN MUI Fatwa Nomor 73 tentang musyarakah mutanaqisah.
g. Rukun dan Syarat Al-Musyarakah

Adapun syarat syirkah adalah sebagai berikut :6


a. Tidak ada bentuk khusus kontrak, berakad dianggap sah jika diucap-
kan secara verbal/tertulis, kontrak dicatat dalam tulisan dan disak-
sikan.
b. Mitra harus kompeten dalam mem- berikan/diberikan kekuasaan
per- walian.
c. Modal harus uang tunai, emas, perak yang nilainya sama, dapat
terdiri dari asset perdagangan, hak yang tidak terlihat (misalnya
lisen- si, hak paten dan sebagainya).
d. Partisipasi para mitra dalam pekerjaan adalah sebuah hukum
dasar dan tidak diperbolehkan bagi salah satu dari mereka untuk
mencan- tumkan tidak ikut sertanya mitra lainnya. Namun porsi
melaksa- nakan pekerjaan tidak perlu harus sama, demikian pula
dengan bagian keuntungan yang diterima.

6
Chefi Abdul Latif, “Pembiayaan Mudharabah dan Pembiayaan Musyarakah di Perbankan Syariah”,
Jurnal Ilmu Akuntansi dan Bisnis Syariah, (Vol. 2 No. 1 Januari 2020), hlm. 14-15

8
Adapun Rukun syirkah adalah sebagai berikut :
a. Ijab-qabul (sighat) Adalah adanya kesepakatan antara kedua belah
pihak yang bertransaksi.

b. Dua pihak yang berakad (aqidani) dan memiliki kecakapan melaku-


kan pengelolaan harta.
c. Objek aqad (mahal), yang disebut juga ma‟qud alaihi, yang menca-
kup modal atau pekerjaan.
d. Nisbah bagi hasil.

2. Al-Mudharabah (Trust Financing, Trust Invesment)


a. Pengertian Al-Mudharabah

Mudharabah berasal dari kata dharb, berari memukul atau berjalan.


Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seseorang
memukulkan kakinya dalam menjalankan usaha.

Secara teknis, al-mudharabah dalah akad kerja sama usaha antara dua pihak
di mana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal,
sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah
dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi
ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si
pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian di
pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut.

b. Landasan Syariah

9
Secara umum, landasan dasar syariah al-mudharabah lebih menceerminkan
anjuran untuk melakukan usaha. Hal ini tampak dalam ayat-ayat dan hadits berikut
ini. 7
1. Al-Qur’an
“...dan dari orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari
sebagian karunia Allah SWT....” (Al-Muzzammil: 20)

Yang menjadi wajhud-dialah atau argumen dari surah Al-Muzzammil: 20


adalah adanya kata yudhribun yang sama dengan akar kata mudharabah yang
berarti melakukan suatu perjalanan usaha.

“Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu di muka


bumi dan carilah karunia Allah SWT....” (Al-Jumu’ah: 10)

“Tidak ada dosan (halangan) bagi kamu untuk mencari karunia


Tuhanmu....” (Al-Baqarah: 198)

Surah Al-Jumu’ah: 10 dan surah Al-Baqarah: 198 sama-sama mendorong


kaum muslimin untuk melakukan upaya perjalanan usaha.

2. Al-Hadits

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Sayyidina Abbas bin Abdul Muthalib
jika memberikan dana ke mitra usahanya secara mudharabah ia mensyaratkan agar
dananya tidak dibawa mengarungi lautan, menruni lembah yang berbahaya, atau
membeli ternak. Jika menyalahi peraturan tersebut, yang bersangkutan
bertanggung jawab atas dana tersebut. Disampaikanlah syarat-syarat tersebut
kepada Rasulullah saw. Dan Rasulullah pun memperbolehkannya.” (HR. Thabrani)

7
Muhammad Syafi’i Antonio, Ibid., hlm. 95-96

10
Dari Shalih bin Shuhaib r.a. bahw Rasulullah saw. Bersabda, “Tiga hal yang di
dalamnya terdapat keberkatan: jual beli secara tanggung, muqarodhah
(mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah,
bukan untuk di jual.” (HR. Ibnu Majah no. 2280, kitab at-Tijarah)

3. Ijma

Imam Zailai telah menyatakan bahwa para sahabat telah berkonsensus


terhadap legitimasi pengolahan harta yatim secara mudharabah. Kesepakatan para
sahabat ini sejalan dengan spirit hadits yang dikutip Abu Ubaid.

c. Jenis-jenis Al-Mudharabah

Secara umum, mudharabah terbagi menjadi dua jenis: mudharabah


muthlaqah dan mudharabah muqayyadah. 8

1. Mudharabah Mutlaqah

Yang dimaksud dengan transaksi mudharabah muthlaqah adalah bentuk


kerja sama antara shahibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan
tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis. Dalam
pembahasan fiqh ulama salafus saleh seringkali dicontohkan dengan ungkapan if’al
ma-syi’ta (lakukanlah sesukamu) dari shahibul maal ke mudharib yang memberi
kekuasaan sangat besar.

2. Mudharabah Muqayyadah

Mudharbah muqayyadah atau disebut juga dengan istilah restricted


mudharabah/specified mudharabah adalah kebalikan dari mudharabah muthlaqah.
Si mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu, atau tempat usaha. Adanya

8
Muhammad Syafi’i Antonio, Ibid., hlm. 97-98

11
pembatasan ini seringkali mencerminkan kecendrungan umum si shahibul maal
dalam memasuki jenis dunia usaha.

d. Aplikasi Dalam Perbankan

Al-Mudharabah biasanya diterapkan pada produk-produk pembiayaan


dan pendanaan. Pada sisi penghimpunan dana, al-mudharabah diterapkan pada:

a. Tabungan berjangka, yaitu tabungan yang dimaksudkan untuk tujuan


khusus, seperti tabungan haji, tabungan kurban, dan sebagainya.
b. Deposito spesial (special investment) di mana dana yang dititipkan
nasabah khusus untuk bisnis, tertentu, misalnya murabahah saja atau
ijarah saja.

Adapun pada sisi pembiayaan, mudharabah diterapkan untuk:

a. Pembiayaan modal kerja, seperti modal kerja perdagangan dan jasa


b. Investasi khusus, disebut juga mudharabah muqayyadah, di mana
sumber dana khusus dengan penyaluran yang khusus dengan syarat-
syarat yang telah ditetapkan oleh shahibul maal.
e. Manfaat Al-Mudharabah
a. Manfaat Al-Mudharabah
1) Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat
keuntungan usaha nasabah meningkat
2) Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah
pendanaan secara tetap, tetapi di sesuaikan dengan
pendapatan/hasil usaha bank sehingga bank tidak akan pernah
mengalami negative spread.

12
3) Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash
flow/arus kas usaha nasabah sehingga tidak memberatkan
nasabah.
4) Bank akan lebih selektif dan hati-hati (prudent) mecari usaha yang
benar-benar halal, aman, dan menguntungkan karena
keuntungan yang konkret dan benar-benar terjadi itulah yang
akan dibagikan.
5) Prinsip bagi hasil dalam al-mudharabah/al-musyarakah ini
berbeda dengan prinsip bunga tetap di mana bank akan menagih
penerima pembiayaan (nasabah) satu jumlah bunga tetap berapa
pun keuntungan yang di berikan nasabah, sekalipun merugi dan
terjadi krisis ekonomi.
b. Resiko Al-Mudharabah
1) Side streaming, nasabah menggunakan dana itu bukan seperti
yang disebut dalam kontrak
2) lalai dan kesalahan yang disengaja
3) penyembunyian keuntungan oleh nasabah bila nasabahnya tidak
jujur.
f. Produk Hukum

Dalam konteks hukum, di Indonesia telah ditemukan beberapa produk yang


berkaitan dengan mudharabah ini, baik dalam bentuk peraturan perundang-
undangan maupun dalam bentuk fatwa yang dikeluarkan oleh DSN (Dewan Syariah
Nasional) Majelis Ulama Indonesia. 9

Berikut produk hukum yang mengatur tentang mudharabah diantaranya


ialah:
9
Chefi Abdul Latif, “Pembiayaan Mudharabah dan Pembiayaan Musyarakah di Perbankan Syariah”,
Jurnal Ilmu Akuntansi dan Bisnis Syariah, (Vol. 2 No. 1 Januari 2020), hlm. 11-12

13
a. UU Nomor 10 Tahun 1998 menyebutkan mudharbah merupakan salah
satu bentuk pembiayaan bagi hasil.
b. UU Nomor 21 Tahun 2008 Pasal 1 ayat 21 disebutkan bahwa satu
diantara tabungan ialah investasi dana berdasarkan akad mudharabah.
c. UU Nomor 21 Tahun 2008 Pasal 1 ayat 22 disebutkan bahwa deposito
adalah investasi dan berdasarkan akad mudharabah.
d. UU Nomor 21 Tahun 2008 pasa 1 ayat 24 menyebutkan bahwa investasi
adalah dana yang dipercayakan nasabah kepada bank syariah dan/atau
UUS berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah dalam bentuk deposito, tabungan
atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.

e. UU Nomor 21 Tahun 2008 pasal 1 ayat 25 poin (a) menyebutkan


bahwa pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang
dipersamakan dengan itu berupa transaksi bagi hasil dalam bentuk
mudharabah dan musyarakah.
f. UU Nomor 19 Tahun 2008 tentang surat berharga syari‟ah negara
pasal 1 ayat 7 disebutkan bahwa mudharabah adalah akad
kerjasama antara dua pihak atau lebih, yaitu suatu pihak sebagai
penyedia modal dan pihak lain sebagai penyedia tenaga dan
keahlian, keuntungan dari kerjasama tersebut akan dibagi
berdasarkan nisbah yang telah disetujui sebelumnya, sedangkan
kerugian yang terjadi akan ditanggung sepenuhnya oleh pihak
penyedia modal.
g. UU Nomor 19 Tahun 2008 pasal 3 disebutkan bahwa SBSN dapat
berupa SBSN mudharabah, yang diterbitkan berdasarkan akad
mudharabah.

14
h. PBI Nomor 7/24/PBI/2004 tentang Bank Umum yang kegiatan
usaha berdasarkan prinsip syari‟ah dan PBI Nomor
7/46/PBI/2005.
i. DSN MUI Fatwa Nomor 7 tentang pembiayaan mudharabah
(Qiradh).
j. DSN MUI Fatwa Nomor 33 tentang Obligasi Syari‟ah Mu-
dharabah.
k. DSN MUI Fatwa Nomor 38 tentang Sertifikat IMA
l. DSN MUI Fatwa Nomor 51 tentang Akad mudharabah
musyarakah pada Asuransi Syari‟ah.
m. DSN MUI Fatwa Nomor 59 tentang Obligasi Syari‟ah mudharabah
g. Rukun dan Syarat Mudharabah
Rukun adalah segala sesuatu yang menyebabka suatu akad dapat
dilaksanakan, karena rukun adalah bagian integral yang tidak terpisahkan
sehingga akad tersebut tidak rusak/batal (fasad) dalam pelaksanaannya.
Berikut adalah rukun mudharabah menurut jumhur ulama:
a. Pihak-pihak yang melakukan akad, yaitu pemilik dana (shahibul
maal) dan pengelola modal (mudharib)
b. Modal (Ra‟sul Maal);

c. Usaha yang dijalankan (al-„amal);

d. Keuntungan (ribh); dan

e. Pernyataan ijab dan Kabul (sighat akad)


Sedangkan syarat mudharabah berkaitan dengan rukunnya, sebagai
berikut :
a. Pihak-pihak yang melakukan akad mudharabah diisyaratkan harus
memiliki kemampuan untuk dibebani hukum/cakap hukum

15
(mukallaf) untuk melakukan kesepakatan, dalam hal ini pemilik
modal (shahibul maal) akan memberikan kuasa dan pengelola modal
(mudharib) menerima kuasa tersebut, karena di dalam akad
mudharabah terkandung akad wakalah/Kuasa.
b. Modal (Ra‟sul Maal) dalam akad mudharabah harus memenuhi
kententuan sebagai berikut:
a) Modal harus berupa alat tukar (uang);
b) Modal harus diketahui sehingga mudah untuk diukur;
c) Modal harus dalam bentuk tunai; dan
d) Modal harus dapat dipindahkan/diserahkan dari pemilik modal
(shahibul maal) kepada pengelola modal (mudharib).

3. Al-Muzara’ah (Harvest-Yield Profit sharing)


a. Pengertian Al-Muzara’ah
Al-muzara’ah adalah kerja sama pengolahan pertanian antara pemilik lahan
dan penggarap, di mana pemilik lahan memberikan lahan pertanian ke pada si
pengarap untuk di tanami dan dipelihara dengam imbalan bagian tertentu
(persentase) dari hasil panen. 10

Al-muzara’ah seringkali diidentikkan dengan mukhabarah. Di antara


keduanya terdapat sedikit perbedaan sebagai berikut.

Muzara’ah : benih dari pemilik lahan


Mukhabarah : benih dari penggarap
b. Landasan syariah
1. Al-hadits

10
Muhammad Syafi’i Antonio, Ibid., hlm. 99-100

16
Diriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah saw. Pernah memberikan
tanah Khaibar kepada pendudukya (waktu itu mereka masih Yahudi) untuk digarap
dengan imbalan pembagian hasil buah-buahan dan tanaman.

Diriwayatkan oleh Bukhari dari jabir yang mengatakan bahwa bangsa Arab
senantiasa mengolah tanahnya secara muzara’ah denan rasio bagi hasil 1/3:2/3,
1/4:3/4, 1/2:1/2, maka Rasulullah saw.pun bersabda: “Hendaklah menanami atau
menyerahkannya untuk di garap. Barangsiapa yang tidak melakukan salah satu dari
keduanya, tahanlah tanahnya.”

2. Ijma’
Bukhari mengatakan bahwa telah berkata Abu Jafar, “tidak ada satu rumah
pun di Madinah kecuali penghuninya mengolah tanah secara muzara’ah dengan
pembagian hasil 1/3 dan 1/4. Hal ini telah dilkukan oleh Sayyidina Ali, Sa’ad Abi
Waqash, Ibnu Mas’ud, Umar bin Abdul Azis, Qasim, Urwah, keluarga Abu Bakar, dan
keluarga Ali.”

3. Penjelasan
Dalam konteks ini, lembaga keuangan Islam dapat memberikan pembiayaan
bagi nasabh yang bergerak dalam bidang planation atas dasar prinsip bagi hasil dari
hasil panen.

4. Al-musaqah (Plantion Managmen Fee Based on Certain Protin of yield)


a. Pengertian Al-musaqah
Al-musaqah adalah bentuk yang lebih sederhana dari muzaraah dimana si
penggarap hanya bertanggung jawab atas penyiraman dan pemeliharaan. Sebagai
imbalan, si penggarap berhak atas nasib tertentu dari hasil panen.

b. Landsan Syariah
1. Al-Hadist

17
Ibnu Umar berkata bahawa Rasulullah saw pernah memberikan tanah dan
tanaman kurma di Khaibar kepada yahudi khibar untuk dipelihara dengan
mempergunakan peralatan dan dana mereka. Sebagai imbalan mereka memperoleh
presentase tertentu dari hasil panen.

2. Ijma`
Telah berkata abu ja`far Muhammad bin ali bin husain bin abu thalib r.a
bahawa rasulullah saw telah menjadikan penduduk khibar sebagai penggarap dan
pemelihara atas bagi hasil. Hal ini dilanjutkan oleh abu bakar, umar, ali, serta
keluarga mereka sampai hari ini dengan rasio 1/3 dan 1/4 . semua telah dilakukan
oleh khulafa ar-rasyidin pada zaman pemerintahannya dan semua pihak telah
mengetahuinya, tetpi tidak seorang pun yang menyabggahnya. Berarti, ini adalah
sutun ijma` sukuti (consensus) dari umat..

C. Aplikasi perhitungan bagi hasil pada al mudharabah di bank Syariah


Berdasarkan prinsip ini bank syaraih akabn berfungsi sebagai mitra bauik
dengan penabung maupoun dengan pengusaha yang meminjam dana. Dengan
penabung bank syriah bertindak sebagai mudhrabah (pengelola) sedangkan
penabung berindak sebagai penyadang dana (shahibul mal). Antara penabung dan
bank syariah diadakan akad mudharabah yang menyatakan pembagian keuntungan
11
masing-masing. Sedangkan dengan pengusaha, bank syariah akan bertindak
sebagai sahibul maal (penyandang dana baik yang berasal dari tabungan, deposito,
giro ataupun dari dana bank nsyriah sendiri). Sehingga pengusaha dalam hal ini
bertindak sebagai pengelola (mudharib)

1. Faktor yang mempengaruhi bagi hasil di bank syariah

11
Fetria Eka Yudiana, S.E., M.Si., Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Jawa Tengah: STAIN Salatiga
Press, 2014), hlm. 98-99

18
Dalam penetuan bagi hasil sangat dipengaruhi oleh hasil investasi, besar
kecilnya hasil investasi dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya yaitu:

a. Faktor langsung
Faktor langsung yang berpengaruh adalah investment rate yaitu jumlah
dana yang tersedia dan nisbah bagi hasil (profiyt sharing ratio).
1) Investment rate adalah oresentasi actual dana yang diinvestasikan
dari total dana. Apabila bank syriah menetukan investment rate
sebesar 80% artinya 20% dari total dana dialokasikan untuk
memenuhi likuiditas.
2) Jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan merupakan jumlah
dari berbagai sumber dana yang tersedia untuk diinvestasikan.
Biasanya jumlah dana tersebut dihitung dengan menggunakan
metode yaitu rata-rata saldo minimum bulanan dan rata-rata total
saldo harian.
Investment rate * jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan =
jumlah dana actual yang digunakan
3) Nisbah (profit sharing)
a) Untuk akad mudharabah isbah harus ditentukan dan disetujui
pada awal perjanjian.
b) Besar kecilnya nisabah anatra bank syariah satu dengan bank
syriah lainnya dapat berbeda.
c) Besar kecilnya nisabh juga dapat berubah-ubah. Misalkan untuk
depositi 1, 2 dan 12 bulan.
d) Besar kecilnya nisavbah juga dapat berbeda antara satu account
dengan account lainnya ssuai dengan besarnya dana dan jatuh
temponya.

19
b. Faktor tidak langsung
1) Penetuan butir0butir pendapatan dan biaya mudharabah
a) Bank syriah dan nasabah melakukan share dalam pendapatan dan
biaya. Pendapatan yang dibagihasilkan merupakan pendapatan
yang diterima di kurangi biaya-biaya.
b) Apabila semua biaya ditanggung bank, maka hal ini disebut
dengan reven sharing.
2) Metode akuntansi yang digunbakan
Bagihasil secara tidak langsung dipengaruhi oleh aktivitas yang
dilakukan, terutama metode pengakuan pendapatan dan biaya yang
digunakan.
2. Perhitungan pendapatan yang akan dibagi hasilkan
Pendapatan bagi hasil yang diperoleh bank syriah berasala dari pendapatan
dana pihak ketiga mulai pembiayaan yang berakad jual beli, syirkah atau jasa. Hasil
dari pendapatan tersbut dibagi hasilkan kepada nasabah pemilik dana (deposan).
Sangat penting untuk diperhatikan adalah mel;ihat perbandingan antara jumlah
dana yang dikelola ( modal sendiri, hgiro, tabungan, deposito dan lainnya) jumlah
pembiayaan yang disalurkan. Jika jumlah pembiayaan lebih kecil dari total
masyarakat, maka pendapatan seluruhnya dibagi hasilkan anatara nasabah dengan
12
bank syriah. Sebaliknya jika pembiayaan jumlahnya lebih besar dari total dana
masyarka, maka modal bank juga harus memperoleh bagian pendapatan.

Contoh:
Jumlah pendapatan bank syaraiah dari bagi hasil pembiayaan adalah
2.000.000.000 dalam satu bulan. Total dana masyarakat yang dikelola adalah
50.000.000.000 maka pendapatan 2.000.000.000 ini yang dibagi hasilkan
antara nasabah dengan bank syriah. Apabila total pembiayaan yang
12
Fetria Eka Yudiana, S.E., M.Si., Ibid., hlm. 100-102

20
diberikan adalah 55.000.000.000 sehingga pendapatan tersebut harus dibagi
dulu dengan perhitungan sebagai sebagai berikut:
a. Bank syaraiah
= (5.000.000.000 / 55.000.000.000) * 2.000.000.000= 0,181818
b. Yang dibagi hasilkan dengan nasabah
= (50.000.000.000 / 55.000.000.000) * 2.000.000.000= 1, 8181818182
3. Perhitungan bagi hasil untuk penempatan dana
Penempatan dana atu penyaluran dana oleh bank syariah dapat dilakukan
dengan pembiayaan berakad jual beli maupun syirkah. Pembiayaan yang berakad
jual beli seperti (murabahah, salam dan istisna`) maka bank syriah akan
mendapatkan marjin keuntungan. Pembagiannya tidak rumit. Apabila pembiayaan
berkaitan dengan akad syirkah (midhrabah dan mmusyrakah) maka memerlukan
perhitungan-perhitungan yang cukup rumit.

Contoh
Perhitungan bagi hasil untuk mepbiayaan dengan akad jual beli murabahah.
 Tuan mir mengajukan pembiayaan di bank syariah untuk membeli
sebuah mobil merek Honda. Harga mobil sebesar 150.000.000 karena
tuan amir mengajukan pembiayaan dengan sistem angsuran sehingga
bank syariah mengambil marjin keuntungan sebesar 3.000.000.
lamanya penyelesaian pembiayaan yang disepakati 3 tahun. Dalam
kasus di pembiayaan yang ditanggung oleh tuan amir adalah sebesar
150.000.000 + 3.000.000+ 153.000.000
Jumlah angsuran yang harus dibayarkan oleh tuan amir selama 3
tahun (36 bln) adalah:
Jika dengan murabahah
Modal pinjaman = 150.000.000

21
Marjin keunungan= 3.000.000
Waktu penyelesaian = 36 bulan
Angsuran perbulan = 150.000.000 + 3.000.000 / 36 bulan
= 4.250.000/bln
Dimana angsuran 4.250.000 terdiri dari atas 4.166.666,67 (angsuran
modal) dan 83.333,33 (angsuran marjion keuntungan).

Angsuran per bulan = Rp. 150.000.000 + Rp. 3.000.000

/ 36 bulan

= Rp. 4. 250. 000/bulan

Dimana angsuran Rp. 4.250.000 terdiri atas Rp. 4.166.666,67

(angsuran modal) dan Rp.83.333,33 (angsuran marjin keuntungan)

Contoh kasus untuk pembiayaan bagi hasil

Ny. Aminah mengajukan pembiayaan untuk modal kerja dagang sebesar Rp.
150.000.000 selama satu tahun, dengan perbandingan nisbah bagi hasil antara
nasabah dengan bank 60% : 40%. Sehingga cara perhitungan adalah sebagai berikut:

Penyelesaian perhitungan bagi hasil pembiayaan Mudharabah

Nisbah bank Nisbah


Bula Laba 40% nasabah Cicilan Total
n Usaha 60% pokok setoran
1 8.000.000 3.200.000 4.800.000 3.200.000
2 9.000.000 3.600.000 5.400.000 3.600.000
3 9.500.000 3.800.000 5.700.000 3.800.000
4 8.000.000 3.200.000 4.800.000 3.200.000

22
5 6.000.000 2.400.000 3.600.000 2.400.000
6 5.000.000 2.000.000 3.000.000 2.000.000
7 7.000.000 2.800.000 4.200.000 2.800.000
8 7.500.000 3.000.000 4.500.000 3000.000
9 8.500.000 3.400.000 5.100.000 3.400.000
10 8.500.000 3.400.000 5.400.000 3.400.000
11 9.000.000 3.600.000 5.700.000 150.000.00 3.600.000
0
12 9.500.000 3.800.000 57.300.000 150.000.00 3.800.000
0
total 38.200.000 57.300.000
%dari hasil usaha 0,40 0,60
%dari modal 25,47 38,20

Cara diatas merupakan pembagian keuntungan atas usaha yang dikakukan


adalah pengembalian modal yang digunakan diberikan pada akhir jangka waktu
angsuran adalah sebesar modal pinjaman ditambah dengan bagi hasil untuk bank.

4. Penentuan Nisbah Bagi Hasil

Nisbah merupakan aspek yang disepakati Bersama antara kedua belah pihak
yang mel;akukan transaksi.Dalam mekanismenya bank Syariah untuk menentukan
nisbah bagi hasil harus menentukan beberapa aspek diantaranya: 13

a. Data usaha
b. Pemampuan mengangsur
c. Hasil usaha yang dijalankan
d. Nisbah pembiayaan serta distribusi pembagian hasil

Contoh sederhana perhitungan nisbah bagi hasil sebagai berikut :

13
Fetria Eka Yudiana, S.E., M.Si, Ibid., hlm. 103-105

23
Dana yang berkaitan dengan pembiayaan :

- Jumlah pembiayaan =Rp. 1.000.000


- Jangka waktu pembiayaan =Rp. 60 hari
- Hasil yang diharapkan y.b.s =Rp. 250.000
- Total pengembalian =Rp. 1000.000 + Rp.250.000
- Angsuran pokok per hari =Rp. 1.000.000/60=Rp.16.666,667 +Rp.
4.166,667
+Rp.1.000 = Rp. 21.833,33
- Missal pendapatan akun actual = Rp. 260.000

Hasil analisis usaha oleh pejabat bank Syariah:

Omset usaha per hari atau bulan Rp. 350.000

Nisbah pembiayaan :

- Nisbah bagi bank =Rp. 21.833,33/350.000 x100%


= 6,24%
- Nisbah bagi nasabah = 100% - 6,24% = 93,76%
- Rasio nisbah bank :nasabah =6,24% : 93,76%

Distribusi bagi hasil :

Seandainya keuntungan per hari nasabah sebesar Rp. 260.000, maka bagi
hasilnya adalah :

- Untuk bank =6,24% x Rp.260.000 = Rp.


- Untuk nasabah =93,67% x Rp. 260.000 =Rp.

Metode Penentuan Profit Margin

1. Untuk pembiayaan jual beli

24
Metode penentuan profit margin ada empat yaitu:
a. Mark up pricing
b. Target return pricing
c. Perceived value pricing
d. Value pricing

Penjelasan:

a. Mark up pricing

Yaitu penentuan tingkat harga dengan me markup biaya produksi komeditas


yang bersangkutan. Bank Syariah dapat menerapkan metode ini jika sumber
pembiayaannya berasal dari restricted Investment account atau mudharabah
muqayadah, karena dalam akad mudharabah muqayadah, karena dalam akad
mudharabah muqayyadah pemilik dana menuntut adanya kepastianhasil dari model
yang diinvestasikan, dengan memperhatikan :

- Historical average cost, jika dana mudharabah muqayyadah dilakukan


dengan on balance sheet.
- Marginal cost of fund, jika dana mudharabah muqayyadah dikakukan dengan
off balance sheet
- Pooled marginal cost of fund, jika dana mudharabah muqayyadah dilakukan
dengan on balance sheet
b. Target terutn pricing

Yaitu penentuan harga jual produk yang bertujuan mendapatkan tingkat


return atas modal yang diivestasikan, sering disebut ROI (return on investment).
Dalam praktek banks Syariah maka mekanisme oprasional pendapatan yang
dihasilkan tentu berdasarkan akad yang digunakan. Ada dua jenis akad yaitu natural
certainty contract dan natural uncertainty contract.

25
- Apabila pembiayaan menggunakan natural centaity contract, maka metode
yang digunakan adalah requiret profit rate (rpr)
Yaitu:
Rpr = n . v
Dimana : n = tingkat keuntungan dalam transaksi tunai.
V = jumlah transaksi dalam satu periode
- Apabila pembiayaan menggunakan natural uncertainty contract, maka
metode yang digunakan adalah expected profit rate (epr).
Epr dihitung berdasarkan :
a. Tingkatan keuntungan rata-rata pada industry sejenis
b. Pertumbuhan ekonomi
c. Dihitung dari nilai rpr yang berlaku di bank yang bersangkutan

Nisbah bank = (epr/expected return bisnis yang dibiayai) x 100%

Actual return bank = nisbah bank + actual return bisnis

c. Perceived-Value Pricing

Yaitu penentuan harga dengan tidak menggunakan variabel harga sebagai


dasar harga jual. Contohnya seorang nasabah lebih suka menanbung di bank syariah
C dibandingkan menabung di bank syariah D, walaupun nisbah bagi hasilnya lebih
besar di bank syariah D, hal ini didasarkan pada persepsi si nasabah yang merasa
puas dengan tingkat pelayanan yang diberikan bank syariah C dibandingkan bank
syariah D.

d. Value Pricing

Yaitu kebijakan harga yang kompetitif atas barang yang berkualitas tinggi.

5. Aplikasi Penetapan Harga Jual Murabahah Di Bank Syariah

26
Merupakan pos pembiayaan yang paling diminati dibandingkan dgn produk
perbankan syariah lainnya,ada beberapa alasan diantaranya adalah (Muhammad,
2005)

a. Murabahah merupakan mekanisme investasi jaka pendek jika


dibandingkan dengan sistem bagi hasil (Musyarakah, dan Mudharabah).
b. Lebih mudah
c. Mark up dalam murabahah dapat ditetapkan sedemikian rupa sehingga
bank syariah lebih mudah memastikan keuntungan.

Dalam penentuan harga jual murabahah,bank syariah hnya boleh


menjadikan suku bunga sbgi rujukan atau pembanding semata dan tdk boleh
digunakan sbgi penilai penentu harga jual,sehingga harga jual murabahah sprti sikap
utk mengantisipasi kenaikan suku bunga slma masa pembayaran cicilan.

Berikut adalah penentuan harga jual murabahah yg sesuai dgn cara


Rasulullah.

Harga jual bank = harga beli bank +cost Recovery+keuntungan

Cost Recovery = (proyeksi biaya Operasi / target volume pembiayaan).

Margin(%) = [(cost Recovery +keuntungan/harga beli bank]x100%.

Langkah berikutnya setelah harga jual bank dan margin diketahui maka akan
dibandingkan dengan suku bunga yang berlaku(karna bagaimanapun juga bank
syariah berkompetisi dengan bank konvensional). bank syariah harus menurunkan
tingkat keuntungan,apabila sudah diturunkan sampai batas minimum namun
ternyata margarinya masih lebih besar dari suku bunga bank,maka langkah
selanjutnya adalah mengkoreksi cost recovery, artinya efesinsi yang rendah dapat

27
ditingkatkan dengan mengurangi biaya operasional pada target pembiayaan yang
sama.

Selain itu efesiensi juga dapat ditingkatkan dgn memperbesar target volume
pembiayaan pada biaya operasional yg sama dgn cara meningkatkan kualitas SDM
bank syariah.

Hasil perhitungan margin yang dicantumkan dalam kontrak murabahah


dinyatakan dalam angka nominal, bukan dalam bentuk persentase.

D. Persyaratan Umum dan Permohonan Pembiayaan Pembiayaan Al-


Mudharabah
1. Persyaratan Umum pembiayaan Mudharabah

Salah satu syarat yang paling mendasar yaitu persyaratan umum yang wajib
dipenuhi oleh calon pemimpin oleh calon pemohon,persyaratan umum pembiayaan
Mudharabah ini dibagi menjadi 3 bagian yg disesuaikan dengan jenis pembiayaan
yang diajukan.

1. Pembiayaan konsumtif dengan pengajuan minimal Rp 50.000.000, syarat


yang harus dipenuhi antara lain: usia 21-54 tahun (tidak melebihi usia
pensiun).
2. Pembiayaan koperasi syarat yg hrs dipenuhi antara lain surat
permohonan fotokopi NPWP, fotokopi SIUP, fotokopi TDP, AD/ART
koperasi dan perubahannya.
3. Pembiayaan koperasi (PT/CV), syarat yg harus dipenuhi antara lain, surat
permohonan, fotokopi,NPWP,fotokopi SIUP,fotokopi TDP dan
kelengkapan usaha lainnya.
2. Permohonan Pembiayaan Al- Mudharabah

28
Pengajuan permohonan pembiayaan harus dilengkapi dengan dokumen-
dokemen yang diperlukan petugas pembiayaan sebagai bahan pembiayaan
pengambilan keputusan, selain dokumen-dokumen tersebut pada permohonan yang
diajukan juga harus memuat data tentang nasabah berkaitan dengan pembiayaan
yang diajukan dan keadaan calon nasabah, data-data itu antara lain, calon identitas,
calon nasabah informasi tentang usaha yang akan dikelola, riwayat pembiayaan
yang pernah di terima dan refrensi atau rekomendasi.

BAB III

PENUTUP

Simpulan

Bagi hasil menurut terminologi asing (Inggris) dikenal dengan profit sharing.
Profit sharing dalam kamus ekonomi diartikan pembagian laba. Adapun menurut

29
Muhammad dalam Ridwan, secara istilah profit sharing merupakan distribusi
beberapa bagian laba pada para pegawai dari suatu perusahaan.

Jenis-jenis akad dalam pembiayaan bagi hasil antara lain:

1. Al-Musyarakah
2. Al-Mudharabah
3. Al-Muzara’ah
4. Al-Musaqah

Aplikasi perhitungan bagi hasil pada al-mudharabah di bank syariah, antara lain:

1. Faktor yang mempengaruhi bagi hasil di bank syariah


2. Perhitungan pendapatan yang akan dibagi hasilkan
3. Perhitungan bagi hasil untuk penempatan dana
4. Penentuan Nisbah Bagi Hasil
5. Aplikasi Penetapan Harga Jual Murabahah Di Bank Syariah

DAFTAR PUSTAKA

Antonio, M. S. (2001). Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema Insani Press.

Fetria Eka Yudiana, S. M. (2014). Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. Jawa Tengah: STAIN
Salatiga Press.

30
Latif, C. A. (2020). Pembiayaan Mudharabah dan Pembiayaan Musyarakah di Perbankan
Syariah. Jurnal Ilmu Akuntansi dan Bisnis Syariah.

Muhamad. (2005). Sistem dan Prosedur Operasional Bank Syari‟ah. Yogyakarta: UII Press.

31

Anda mungkin juga menyukai