NAMA:
1. ASTRIANI (180502047)
2. MASKANAH (180502039)
4. AFIANINGSIH (180502048)
KELAS: VI B
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah yang telah memberikan kita berbagai macam
kenikmatan, terutama nikmat Iman dan Islam serta kesehatan, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah SPI Perbankan Syariah, dengan judul “Memahami dan Mengukur
Efektifitas Pengendalian Internal” dengan lancar dan tepat pada waktu yang sudah
ditentukan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada pihak-pihak yang membantu dalam
proses penyusunan makalah ini. Ucapan terima kasih disampaikan antara lain kepada, Bapak
tentu tak luput dari kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan bantuan para
pembaca untuk berkenan memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Perusahaan menghadapi berbagai resiko dalam mencapai tujuan dan sasaran yang
telah ditetapkannya. Oleh karena itu, perusahaan harus melakukan pengendalian untuk
menghadapi dan mengelola resiko tersebut. Pengendalian yang lemah akan mengakibatkan
kerugian, skandal, kegagalan, dan merusak reputasi organisasi dalam berbagai hal. Jika
resiko dibiarkan saja tanpa adanya media pengendali resiko, hal tersebut akan menjadi
pembelian bahan baku dan persediaan bahan baku yang efektif merupakan suatu
1
keharusan guna kelancaran operasi 2 perusahaan, penyediaan bahan baku yang
bermutu baik, tepatwaktu dan memenuhi kualitas yang diinginkan, dengan adanya
1.3 Tujuan
Tujuan penyususnan makalah ini adalah untuk memahami dan mengukur efektifitas
pengendalian internal.
2
BAB II
PEMBAHASAN
menembus seluruh organisasi. COSO juga membuat jelas bahwa pengendalian internal
berada dalam proses manajemen dasar, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan monitoring.
akan tetapi merupakan bagian integral (bagian tidak terpisahkan) dalam proses tersebu.1
pihak manajemen agar seluruh kegiatan di perusahaan dapat berjalan dengan baik, teratur,
terarah sesuai dengan tujuan yang diharapkan.2 Untuk itu pihak manajemen perlu dibantu
oleh alat pengendalian yaitu sistem pengendalian internal. Terdapat beberapa pendapat dari
sama lain. Pengertian sistem pengendalian internal menurut Mulyadi dalam bukunya
organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efesiensi dan
rencana organisasi dan metode yang digunakan untuk menjaga atau melindungi aktiva,
1
Sunyonto Gondodiyoto, Audit Sistem Informasi, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2007), hlm. 266.
https://adoc.pub/bab-ii-tinjauan-pustaka7f4b67f91df9b61a551d974f2b2c2e4312142.html diakses pada tanggal 12
2
3
menghasilkaninformasi yang akurat dan dapat dipercaya, memperbaiki efisiensi, dan untuk
Selain itu juga Krismiaji mengutip definisi pengendalian internal yang dikeluarkan
proses yang diterapkan oleh dewan direktur, manajemen, dan untuk memberikan jaminan
Model COSO adalah salah satu model pengendalian internal yang banyak digunakan
oleh para auditor sebagai dasar untuk menganalisis dan mengembangkan pengendalian
internal. COSO adalah komite yang diorganisir oleh lima organisasi profesi, yaitu IIA,
Sementara itu dalam buku yang berjudul Accounting Informastion System yang
diterjemahkan oleh Dewi Fitriasari dan Deny Arnos K, menyatakan bahwa : “Pengendalian
internal adalah rencana organisasi dan metode bisnis yang dipergunakan untuk menjaga
asset, memberikan informasi yang akurat dan andal, mendorong dan memperbaiki efisiensi
jalannya organisasi, serta mendorong kesesuaian dengan kebijakan yang telah ditetapkan.”
Selain itu, menurut Gellinas, Sutton, dan Hunton dalam bukunya Accounting
3
Margareth Sondakh, Analisis Sistem Pengendalian Internal (SPI) terhadap Sistem Akuntansi Pemberian Kredit
modal Kerja pada PT. Bank Sulutgo Cabang Pembantu Sam Ratulangi, Jurnal Risk Akuntansi Going Concern,
13(4), 2018, hlm. 612.
4
https://adoc.pub/bab-ii-tinjauan-pustaka7f4b67f91df9b61a551d974f2b2c2e4312142.html diakses pada tanggal 12
Maret 2021, pukul: 09.15.
4
people, structure, processes and procedures-acting together to provide reasonable
dipahami bahwa sistem pengendalian internal adalah rencana, metode, prosedur, dan
kebijakan yang didesain oleh manajemen untuk memberi jaminan yang memadai atas
manajemen yang penting. Pengendalian dipahami sebagai usaha untuk mengarahkan dapat
organisasi profesi auditor baik sektor publik maupun pemerintah. Mereka menerbitkan
standar dan pedoman rancangan pengendalian internal dan membuat definisi dengan cara
yang berbeda-beda.5
definisi, pada kosep-konsep tersebut dapat dilihat kesamaan pola pikirnya. Masing-masing
Sebagai konsep deskriptif yang berusaha menggambarkan apa yang dilakukan orang
dalam mengarahkan segenap usahanya untuk mencapai satu atau beberapa tujuan, mudah
dimengerti jika definisi pengendalian internal akan berubah mengikuti perbedaan waktu
5
Pengendalian harus dipahami sebagai bagian dari keseluruhan usaha untuk mencapai
tujuan. Pengendalian yang memenuhi syarat untuk meyakinkan pencapaian tujuan akan
mengenai pengendalian yang sehat. Sama seperti cara yang digunakan para pengembang
kerangka konsep pengendalian, ciri pengendalian yang sehat, mungkin dapat dibahas
ciri-ciri yang bisa dijumpai jika pengendalian tersebutsehat. Secara umum dapat diamati
maka pada masa tersebut komponeninputnya yang lebih menonjol. Pengendalian tidak
dibedakan dari inputsistem yang lain. Oleh karena itu, pengendalian dipandang
6
Ibid., hlm. 14.
6
dipercayanya catatan danlaporan, mendorong efisiensi dan kehematan, serta
terpentingbergeser dari input ke arah proses. Pada awalnya, pengertian yang terbentuk
tidak sepenuhnya menyatakan bahwa pengendalian adalah proses, tetapi hanya bagian
7
Ibid., hlm. 15.
7
dari proses. Sebagai bagian dari proses, pengendalian memiliki kegunaan dalam
proses operasi. Masalah keagenan adalah situasi yang muncul akibat terdapatnya
perbedaan kepentingan antara pengutus (principal) dengan agen (suruhan). Agen harus
Serangkaian kegiatan yang bersifat mengarahkan, yang terus menerus dilakukan oleh
atasan langsung terhadap bawahannya secara preventif dan represif agar pelaksanaan
tugas bawahan tersebut berjalan secara efektif dan efisien sesuai dengan rencana
personil di semua tingkatan organisasi untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi
dan efektivitas proses operasi, keandalan catatan keuangan, dan kepatuhan terhadap
peraturan yang berlaku. Pengendalian internal tidak hanya terbatas pada seperangkat
prosedur dan infrastruktur pengamanan, tetapi juga integritas dan etika semua personil
organisasi. Ada beberapa hal yang mendasari konsep pengendalian, yaitu sebagai
berikut:
direncanakan.
memberikan manfaat ekonomi yang lebih besar dari biaya yang digunakan untuk
menjalankannya.
8
Ibid., hlm. 17.
8
3. Pengendalian tergantung pada orang yang menjalankannya dan tidak boleh
pengendalian hanya akan berjalan dengan baik jika dapat memenuhi kebutuhan
sistem pengendalian tidak dapat bekerja sesuai keinginan apabila sistem tidak
bahwa sistem berfungsi efektif. Direksi harus lebih yakin bahwa sistem pengendalian
9
1. Memperkirakan kebutuhan pengendalian. Manajer harus dapat membedakan
untuk menerapkannya.
dengan hati-hati.
yang diterbitkan oleh IIA pada 2012 mengatur peran Auditor internal dalam Pengendalian
9
Faiz Zamzami dkk, Audit Internal Konsep dan Praktik, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2018), hlm.
71-72.
10
internal. IPPF-2130 mengharuskan audit internal membantu organisasi dalam memelihara
Pengendalian internal yang efektif dengan cara mengevaluasi kecukupan Efisiensi dan
manajemen dalam memelihara sistem pengendalian yang memadai dengan cara sebagai
berikut:
1. Menaksir area-area berisiko tinggi yang merupakan tujuan utama dari pengendalian.
pengendalian.
4. Memberi masukan kepada manajemen Apakah pengendalian berjalan dengan tepat dan
efektif atau tidak, Apakah pelaksanaannya mendorong pencapaian tujuan sistem atau
pengendalian.
pengendalian.
efektivitas pengendalian di dalam tata kelola organisasi kegiatan operasi dan sistem
10
Ibid, hlm. 73.
11
2. Keandalan dan integritas atas catatan keuangan dan informasi operasi.
COSO. Kerangka kerja ini, adalah kerangka kerja yang terbaru yang dapat diadopsi
organisasi. Menurut COSO, pengendalian internal terdiri atas 5 komponen yang saling
terkait yang dipolakan dalam suatu bentuk piramid. Oleh karena itu, yang dibawah
akan menjadi dasar bagi unsur berikutnya, dan bila komponen yang dibawah sudah
tersusun dengan baik, diperlukan usaha yang lebih sedikit untuk mencapai unsur
a. Lingkungan pengendalian
Lingkungan pengendalian merupakan komponen yang terpenting karena
membentuk budaya dan perilaku manusia menjadi lebih sadar akan pentingnya
pengendalian. Unsur utama setiap organisasi adalah manusianya, atribut
individual mereka termasuk integritas, nilai-nilai etika dan kompetensi, dan
lingkungan dimana mereka beroperasi. Unsur manusia adalah mesin yang
menggerakkan organisasi, dan menjadi dasar/landasan segala hal dalam
organisasi.
11
Ibid, hlm. 74.
12
Tim Penyusun Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik, Sistem Pengendalian Internal.
(Tangerang: Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, 2007), hlm. 25.
12
COSO menempatkan terdapatnya budaya kesadaran akan pengendalian
sebagai komponen pengendalian yang pertama. Kesadaran akan pengendalian
dapat dibentuk dari terdapatnya beberapa unsur seperti: (1). Ditegakkannya
integritas dan nilai etika, (2). Komitmen manajemen terhadap kompetensi, (3).
Pembagian kewenangan tugas dan tanggung jawab, (4). Kebijakan dan praktek
manajemen SDM, (5). Philosophy dan gaya kepemimpinan, (6). Aktivitas dewan
komisaris/direksi dan komite audit, serta (7). Terdapatnya struktur organisasi.
b. Penilaian risiko
Dalam organisasi, penilaian risiko terutama terkait dengan kemampuan
mengidentifikasi serta mengukur besaran risiko dalam pencapaian tujuan
organisasi. Kemampuan setiap anggota organisasi untuk menilai risiko, akan
tinggi dalam lingkungan pengendalian yang baik, dan terjadi sebaliknya. Dalam
lingkungan pengendalian yang buruk, kemampuan anggota organisasi untuk
menilai risiko akan sangat rendah. Penilaian risiko dalam organisasi dilakukan
dengan cara mereviu: (1). Tujuan keseluruhan organisasi, (2). Tujuan pada tingkat
proses, (3). Identifikasi dan analisa ketidakpastian, (4). Pengelolaan perubahan.
c. Aktivitas pengendalian
Kebijakan dan prosedur pengendalian harus ditetapkan dan dilaksanakan
untuk menjamin bahwa tindakan yang telah diidentifikasikan manajemen
diperlukan untuk mengelola risiko dalam rangka pencapaian tujuan perusahaan
secara efektif.
Aktivitas pengendalian terkait dengan kemampuan memilih jenis
pengendalian yang tepat dari berbagai jenis pengendalian. Kemampuan ini secara
langsung dipengaruhi oleh ketepatan dalam mengidentifikasi dan menilai besaran
risiko. Organisasi berpeluang untuk menggunakan berbagai jenis pengendalian
seperti: (1). Kebijakan dan prosedur, (2). Pengamanan aplikasi dan jaringan, (3).
Pengelolaan perubahan aplikasi, (4). Kesinambungan kegiatan (back up), (5). Alih
sumber daya (outsourcing).
d. Sistem informasi dan komunikasi
Seluruh kegiatan yang melingkupi organisasi, adalah sistem informasi dan
komunikasi. Hal ini menjadikan orang-orang dalam organisasi untuk memperoleh
13
dan bertukar informasi yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan, mengelola
dan mengendalikan operasinya.
Keempat komponen pengendalian di atas, akan mudah direalisasikan jika
terdapat sistem informasi dan komunikasi yang baik dan andal dalam organisasi.
Sistem informasi dan komunikasi disebut baik dan andal jika setiap anggota
organisasi mendapat pesan yang jelas tentang apa yang harus dilakukan, agar
keseluruhan tujuan perorangan, seksi bagian dan keseluruhan organisasi dapat
dicapai. Dua variabel penting dalam pengukuran kecukupan sistem informasi dan
komunikasi adalah derajat mutu infomasi yang dihasilkan dan efektivitas
komunikasinya.
e. Pemantauan
Keseluruhan proses harus dipantau, dan dibuat modifikasi yang
diperlukan. Dengan demikian, sistem pengendalian internal adalah dinamis,
berubah sesuai tuntutan kondisi.Pemantauan adalah usaha berkelanjutan untuk
meyakinkan bahwa setiap gerak organisasi secara sinergis sedang mengarah
kepada usaha pencapaian tujuan. Hal ini dilakukan dengan menilai kembali
kekuatan lingkungan pengendalian, usaha-usaha penilaian risiko dan pemilihan
aktivitas pengendalian.
13
Ibid, hlm. 26-38.
14
sistem, proses, budaya, struktur, dan tugas) yang secara bersama-sama membantu
dalam pencapaian tujuan organisasi.
Efektivitas pengendalian tidak dapat diukur semata-mata dari kriteria yang
terpisah-pisah. Kriteria-kriteria tersebut sebagai elemen pengendalian di dalam
organisasi saling berkaitan. Satu elemen pengendalian tidak dapat dirancang atau
dievaluasi secara terpisah dari elemen lainnya. Pengendalian lebih sebagai nilai etik
dan kepercayaan karena hal tersebut merupakan mekanisme standar dan sukarela.
Pengendalian mencakup identifikasi dan pengurangan risiko. Risiko tersebut
tidak hanya yang berhubungan dengan pencapaian tujuan khusus, tetapi juga dua risiko
yang lebih penting bagi kelangsungan hidup dan keberhasilan organisasi:
1. Kegagalan untuk mempertahankan kapasitas organisasi dalam mengidentifikasi
dan memanfaatkan peluang.
2. Kegagalan untuk mempertahankan kapasitas organisasi dalam merespon dan
beradaptasi terhadap risiko maupun peluang yang tidak diperkirakan
sebelumnya, serta dalam mengambil keputusan, dengan indikasi tidak adanya
informasi yang jelas.
Komponen-komponen Pokok:
a. Tujuan
Komponen pertama dalam model cocok adalah petunjuk dan arah tujuan
yang jelas meliputi tujuan, misi, visi dan target, risiko dan peluang, kebijakan,
perencanaan, target kinerja, dan indikator. sangat penting bagi organisasi untuk
memiliki tujuan sebagai petunjuk yang jelas mengenai kriteria. dibutuhkannya
untuk mencapai tujuan tersebut.14
Banyak pekerjaan yang dapat dilaksanakan untuk merancang tujuan dan
menghadapi rish exposure bagi orang-orang dalam menjalankan petunjuk untuk
masa yang akan datang di dalam organisasi. Hubungan penting antara pengendalian
dan target kinerja adalah pengendalian harus diselaraskan dengan cara organisasi
dalam mengukur dan mengelola kinerja.
b. Komitmen
14
Faiz Zamzami dkk, Audit Internal..., hlm. 80.
15
Orang-orang di dalam perusahaan harus memahami dan menyelaraskan diri
mereka dengan nilai-nilai dan identitas perusahaan yang meliputi nilai etika,
integritas, kebijakan sumber daya manusia, otoritas, tanggung jawab dan
akuntabilitas, maupun rasa saling percaya. Banyak sistem pengendalian yang gagal
mengidentifikasi kebutuhan,merupakan bagian dari cara kerja organisasi.
Ketika orang menghabiskan waktu untuk menjalankan sistem, biasanya
mereka kehilangan komitmen terhadap kriteria pengendalian. Bagian terberat untuk
memperoleh pengendalian yang bagus adalah bagaimana agar orang merasa
menjadi bagian dari rangkaian sistem tersebut.
c. Kemampuan
Orang-orang didalam perusahaan harus dilengkapi dengan sumber daya dan
kompetensi untuk memahami dan memenuhi syarat-syarat model pengendalian.
Persyaratan tersebut meliputi pengetahuan, kemampuan dan keterampilan, proses
komunikasi, informasi, kerja sama, dan aktivitas pengendalian. Meskipun sudah ada
tujuan yang jelas, dan setiap orang siap berpartisipasi untuk merancang dan
menerapkan pengendalian yang bagus, tetapi masih tetap dibutuhkan peningkatan
keahlian dalam setiap aspek kehidupan organisasi.
Kemampuan merupakan sumber daya bagi usaha pengendalian yang berupa
keahlian, pengalaman dan tingkah laku yang memadai oleh karyawan. Karyawan
tidak hanya bekerja dengan baik tetapi juga mampu menilai risiko. Pengendalian
yang ada mempermudah penyelesaian risiko tersebut. kemampuan dapat dipenuhi
melalui pelatihan dan seminar penyuluhan, baik pada saat awal program maupun
saat program sedang berlangsung.15
d. Tindakan
Tapi ini menjelaskan pelaksanaan aktivitas yang sedang dikendalikan.
Sebelum karyawan bertindak, mereka harus mempunyai tujuan yang jelas,
komitmen untuk mencapai target dan kemampuan untuk menghadapi masalah
maupun peluang yang ada. tindakan-tindakan yang dilakukan setelah persiapan
tersebut akan lebih berpeluang untuk sukses dalam mencapai outcome.
15
Ibid, hlm. 81.
16
e. Pemantauan dan pembelajaran
Menjadi bagian dari evolusi sebuah perusahaan. Evolusi ini meliputi
pemantauan lingkungan internal dan eksternal, pemantauan kinerja, tawar tawaran
promosi dan pekerjaan yang menantang, penilaian kembali terhadap sistem
informasi yang ada maupun sistem informasi yang masih dibutuhkan, prosedur
tindakan lanjutan dan penaksiran efektivitas pengendalian. Memonitor merupakan
aktivitas pengendalian yang berat karena berupa inspeksi, pemeriksaan, supervisi,
dan pengujian.
C. Kerangka kerja pengendalian – COBIT
Control Objectives for Information and Related Technology (COBIT) adalah
suatu kerangka kerja kesatuan internasional yang menghimpun seluruh standar
tekhnologi informasi (TI) global utama, termasuk ITIL, CMMI, dan ISO 17799.
COBIT 5 menjadikan TI mampu dikelola dan ditata dalam lingkup menyeluruh untuk
semua perusahaan, mengarahkan keseluruhan proses bisnis dan area tanggung jawab
fungsional TI berdasarkan pertimbangan kepentingan pihak internal dan eksternal
terkait TI. COBIT 5 memakai istilah enabler terhadap segala sesuatu yang dapat
membantu tercapainya tujuan perusahaan. Konsep kerangka kerja pengendalian COSO
dibangun atas lima unsur. Dalam mendukung ketercapaian dan pelaksanaan unsure
tersebut, ISACA (Information Systems Audit and Control Association) telah
menerbitkan keterkaitan konsep dasar kerangka kerja COSO dengan komponen kerja
dan isi COBIT 5. 16
16
Ibid, hlm. 81-82.
17
dengan cermat pembuat keputusan tertinggi dalam perusahaan.Manajer membuat dan
mengimplementasikan keputusan mereka, sedangkan anggota dewan meratifikasi mereka
dan secara umum memonitor pelaksanaan pekerjaan manajer puncak perusahaan.
Ahli teori atribusi berpendapat bahwa tingkat kemampuan maupun jumlah usaha
orang yang dikeluarkan perlu dinilai ketika menentukan peran orang dalam kesuksesan
atau kegagalan dalam kejadian yang berhubungan dengan pencapaian/prestasi. Peneliti
manajemen menemukan bahwa enam kompetensi luas harus mendukung usaha
pengembangan eksekutif. Jadi dewan direktur bisa menilai kemampuan manajer puncak
dalam hal:17
a. produk, perusahaan, dan pengetahuan industri,
b. kematangan emosional,
c. kemampuan entrepreneurship,
d. kemampuan intelektual,
e. kemampuan interpersonal, dan
f. ketrampilan leadership.
Dewan juga perlu melakukan penilaian efek lingkungan pada kinerja organisasi
sebelum mengambil tindakan yang berhubungan dengan tim manajemen. Dalam istilah
Hrebiniak dan Joyce, dewan direktur perlu menentukan magnitudo lingkungan yang
dihadapi perusahaan. Satu alternatif untuk melakukan suatu investigasi langsung terhadap
batasan lingkungan adalah membandingkan return saham perusahaan dengan return
perusahaan yang lain. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa kemampuan, upaya, dan
penilaian lingkungan menggambarkan sulitnya menguraikan pengaruh person dan
situasi.Ini adalah masalah kunci yang harus diatasi dalam konstruksi optimal dalam suatu
mekanisme pengendalian perusahaan internal.
Sejumlah faktor berkonspirasi untuk menempatkan manajer pada risiko dalam proses
pembuatan keputusan atribusi ini. Dengan mengasumsikan bahwa dewan adalah
independen, sepertinya mengatribusi kinerja organisasi yang jelek pada manajer dengan
berbagai alasan, yaitu:
17
lndah Mustikawati, Kajian Teoritis dan Empiris Mekanisme Pengendalian Perusahaan, Jurnal pendidikan
akutansi Indonesia, vol. III No. 1 tahun 2004, hlm.78.
18
1. Dewan Direktur bisa beralasan bahwa sudah menjadi tugas manajer untuk
memimpin perusahaan menuju kesuksesan dalam berbagai lingkungan, tidak
masalah seberapa menghambat dan kompetitifnya lingkungan tersebut.
2. Dewan Direktur sendiri seringkali dibentuk untuk memfasilitasi koordinasi dalam
suatu lingkungan yang tidak pasti dan menantang.
3. Dewan Direktur memiliki kemampuan untuk membuat perubahan dalam tim
manajemen, meskipun mengubah suatu lingkungan yang menghambat adalah sangat
sulit. Dalam esensinya, manajer bisa menjadi ‘kambing hitam”.18
4. Apabila eksekutif tidak terhubung dengan baik dalam kontak bisnis dan social antar
perusahaan , maka ia bisa dipecat dengan sedikit dampak buruk pada reputasi
perusahaan. Oleh karena itu, dewan direktur boleh memfokuskan pada manajernya
secara leluasa karena ia bisa. Hal ini bisa membuat perubahan untuk alasan simbolik,
jika tidak ada yang lain. Akhirnya jika organisasi menjadi jelek, anggota dewan
direktur dapat memberikan atribusi defensive (Burger, 1981), dan memegang
tanggungjawab manajer atas kegagalan perusahaan tersebut.
Pilihan Pengendalian Internal
Dewan Direktur mempunyai dua kelas pilihan pengendalian internal. Pilihan
tersebut dapat dengan adjusting incentive contract/menyesuaikan kontrak insentif tim
manajerial atau dengan melakukan management turnover/perputaran manajemen.
Dalam kerangka kerja teori agensi individu dianggap merespon secara langsung
perubahan insentif.Sebagai konsekuensinya, orang-orang dengan kemampuan yang
tinggi mungkin mendapatkan struktur insentif diubah untuk meningkatkan upaya
mereka; orang-orang dengan kemampuan rendah mungkin mendapatkan
pemecatan.Pada dasarnya, dengan monitoring respon seorang manajer atas rencana
insentif yang diubah, Dewan menciptakan suatu peluang untuk menilai kemampuan
manajer.
a. Adjusting Incentive Contract
Ada dua sasaran yang mendasari adjusting incentive contract, yaitu:
Untuk manajer yang dipersepsikan oleh Dewan Direktur sebagai shirking/
menyimpang, sasarannya adalah menyadarkannya untuk bekerja lebih baik
18
Ibid, hlm. 78-79.
19
lagi. Sasaran ini dapat dicapai dengan meningkatkan besarnya kompensasi
atau dengan mengkaitkan kompensasi lebih dekat pada ukuran-ukuran
kinerja yang bermacam-macam.
Untuk manajer yang dipersepsikan sebagai misguided/salah arah,
sasarannya adalah mendorongnya bekerja lebih smart. Untuk
melakukannya, Dewan harus menguji program pay-for-performance untuk
menentukan apakah benchmark kinerja telah dispesifikasikan dengan
benar.Dalam hal ini, kinerja suboptimal tidak semata-mata karena
kesalahan manajer, tetapi lebih pada tanggungjawab Dewan yang tidak
menspesifikasikan kinerja secara tepat.
Sebagai suatu alat pengendalian, rencana pay-for-performance mempunyai
beberapa kelemahan, yaitu:
1. Rencana bonus yang menghubungkan kompensasi dengan rate of
return akuntansi, dipertimbangkan sangat mencurigakan untuk terjadinya
manipulasi manajerial.
2. Meskipun menghubungkan kompensasi dengan ukuran kinerja pasar
yang ketat meniadakan masalah manipulasi, hal ini tetap dapat keliru
dengan mengkaitkan reward dengan suatu ukuran kinerja yang mengarah
pada banyak tekanan melebihi pengendalian oleh manajer. Potensi
motivasional dari upah turun jika tujuan yang ingin dicapai dipandang
sebagai sesuatu yang tidak dapat dicapai.
3. keterbatasan yang paling mendasar dalam menerapkan rencana
insentif untuk mencapai pengendalian adalah jika hanya memfokuskan
pada outcome, terutama outcome yang bersifat keuangan.
b. Management Turnover
Jika penyesuaian insentif tidak memberikan perbaikan kinerja yang
diinginkan, dan Dewan telah memutuskan bahwa manajer puncak tidak
kompeten atau misguided, maka umumnya manajer puncak tersebut akan
dipecat. Meskipun ada beberapa bukti, eksekutif yang misguided tersebut
diturunkan pangkatnya atau ditugaskan kembali.
20
Mekanisme ini cocok, apabila ada berbagai macam pengukuran kinerja
operasional.Apabila investigasi profitabilitas dengan menggunakan pengukuran
kinerja berbasis akuntansi, investigasi yang melibatkan ukuran kinerja pasar
saham, dan investigasi dengan menerapkan kedua pengukuran, kesemuanya
menyimpulkan bahwa kinerja perusahaan adalah jelek, maka dapat
diprediksikan adanya perputaran eksekutif. Meskipun demikian, jika seluruh
industri dalam masalah, manajer puncak tidak akan dipecat karena kinerja
perusahaan yang jelek.
Osborn dan Warner menemukan bahwa magnitude hubungan kinerja-
turnover tidaklah selalu kuat. Setidaknya ada dua factor bias yang memberikan
kontribusi pada efek lemah ini, yaitu:
1. Manajer puncak meninggalkan posisi mereka karena berbagai alasan
disamping kinerja yang jelek (misalnya: kesempatan kerja yang lebih
baik, pension, atau kematian). Sebagai konsekuensinya, kinerja organisasi
tidaklah dianggap dapat menjelaskan semua variansi dalam perputaran.
2. Jika perusahaan berkinerja jelek (Fredrickson, Hambrick, dan Baumrin
(1988), pasar tenaga kerja eksekutif yang ketat memberi sedikit pilihan
pada Dewan selain mempertahankan eksekutif mereka yang tidak efektif.
Manajer puncak sadar adanya kemungkinan dipecat karena kinerja
organisasi yang jelek, mereka tidak mempunyai pilihan lain kecuali merusak
kemampuan Dewan dalam memonitor dan mengendalikan kinerja mereka.
Tindakan yang biasanya dilakukan manajer puncak dalam mengurangi efisiensi
mekanisme pengendalian perusahaan internal adalah dengan:
Mengubah penilaian orang
Manajer akan berusaha untuk meyakinkan Dewan untuk melihat mereka
sebagai orang yang berusaha keras/berkemampuan tinggi, dengan
pendekatan:
- Manajer berusaha menunjukkan kualitas positifnya dengan
mempengaruhi anggota Dewan untuk meyakini bahwa mereka
mengikuti prosedur pembuatan strategi yang “benar” secara
21
kelembagaan, sehingga tidak seharusnya mereka menjadi subyek
tindakan disipliner.
- Manajer menyembunyikan atau mengaburkan atribut negatifnya
dengan mengendalikan agenda Dewan, atau mengadakan pertemuan
seremonial yang tidak sering.
Manajer menjalankan atribusi konterdefensif untuk mempermudah
timbulnya ilusi pengendalian, yaitu ketika manajer puncak harus
bertanggungjawab untuk sebuah kegagalan, mereka akan mengakui
bahwa mereka sekarang mengetahui bagaimana dan mengapa mereka
gagal, dan mereka memberikan strategi untuk berubah arah. Manajer
seringkali mendapatkan kesempatan memperbaiki kinerjanya yang jelek
di masa lampau.Dalam hal ini manajer mampu untuk membelokkan
tindakan disipliner yang ada.
Mengubah penilaian situasi
Manajer puncak secara rutin menjalankan ldasar pemikiran yang
mengarah pada dominasi pengaruh lingkungan dalam membentuk kinerja
perusahaan.
Mengubah penilaian kinerja
Hasti menemukan bahwa kejadian yang tidak diharapkan akan
mendorong proses atribusi kausal. Manajer dapat mempertahankan dirina
dengan meyakinkan bahwa Dewan tidak memonitor mereka secara dekat.
Menetralisir mekanisme pengendalian internal
Menghindari rencana pembayaran-untuk kinerja yang menghubungkan
kinerja perusahaan dengan pasar saham.Fama dan Jensen berargumentasi
bahwa manajer dapat meningkatkan persentase kepemilikannya pada
suatu tingkat yang membuat mereka bisa mendominasi Dewan, sehingga
mengisolasi kepentingan mereka dari usaha pengendalian internal ataupun
eksternal.
Sebagai rangkuman, tugas Dewan dalam memonitor dan mengendalikan
perilaku manajer puncak tidaklah merupakan hal yang mudah. Tekanan waktu,
data yang tidak handal, dan pendekatan analisis yang kurang canggih tidak
22
diragukan akan mempengarauhi keputusan Dewan atas kinerja manajer puncak.
Singkatnya, mekanisme pengendalian internal tidaklah sepenuhnya efisien.
Usaha monitoring dan pengendalian oleh Dewan, bagaimanapun
memerlukan biaya.Sebagian besar anggota Dewan adalah orang yang
sibuk.Keanggotaan dalam Dewan merupakan pekerjaan paruh waktu.Struktur
insentif dan komitmen waktu mereka, tidak cukup untuk membuat mereka
mencurahkan energi mereka sepenuhnya pada aktivitas pemonitoran ini. Dewan
akan memonitor dan mengendalikan perilaku manajer puncak hanya pada titik
dimana biaya marjinal aktivitas ini sama dengan hasil marjinal yang
dipersepsikan pada efisiensi organisasi yang diperoleh dengannya.19
23
dalam pekerjaan audit ini. Pada umumnya, pedoman disertakan pada program audit melalui
kuesioner pengendalian internal, daftar serta pengujian dan prosedur audit khusus.
Peninjauan sistem Pengendalian internal dilakukan dengan mendiskusikan prosedur
pengendalian, metode, dan rencana organisasi dengan pegawai auditee yang diaudit.
Auditor boleh menggunakan kuesioner pengendalian internal atau daftar seperti memo
naratif tertulis, bagan alir, walk-through transaksi, dan teknik-teknik lain yang sesuai
untuk menentukan prosedur pengendalian yang digunakan serta metode dan rencana
organisasi. teknik-teknik tersebut dipilih karena dapat memberikan dokumentasi yang
memadai. Sebagai tambahan untuk bahan diskusi dengan pegawai auditee yang diaudit,
audit membuat beberapa pertanyaan dan melakukan observasi yang berhubungan dengan
sistem pengendalian internal. Pertanyaan dan observasi tersebut, serta temuan yang
dihasilkan dan kesimpulan juga didokumentasikan dalam kertas kerja.
Untuk membantu evaluasi sistem pengendalian internal auditor harus
mempertimbangkan hal-hal berikut:
1. Jenis-jenis kesalahan dan ketidakteraturan yang dapat timbul.
2. Prosedur pengendalian untuk mencegah atau mendeteksi kesalahan dan
ketidakteraturan.
3. Apakah prosedur telah digunakan dan diikuti dengan memuaskan.
4. Kelemahan-kelemahan yang dapat menimbulkan kesalahan dan ketidakteraturan bisa
melewati prosedur pengendalian yang ada.
5. Sifat, waktu, dan luasnya prosedur audit yang digunakan sebagai akibat dari
kelemahan-kelemahan tersebut.
6. Metode-metode audit digunakan untuk mempelajari dan mengevaluasi Pengendalian
internal yang ada, termasuk:
a. Kuesioner Pengendalian internal -ini menuntun auditor untuk bertanya tentang
Pengendalian internal, baik yang khusus maupun umum kepada pengelola yang
bertanggungjawab. Kuesioner didesain sehingga respons negatif akan
mengindikasikan kelemahan potensial pengendalian internal.
b. Naratif - menjelaskan sistem pengendalian internal.
c. Bagan alir- bermanfaat karena menggambarkan secara visual, proses yang di
desain atau dimaksudkan untuk tujuan pengendalian. Pembuatan bagan Alir
24
membantu auditor untuk memperoleh pemahaman yang baik mengenai proses
yang dievaluasi.
d. Dokumentasi mendukung pemahaman auditor mengenai pengendalian internal.
Kertas kerja audit menyediakan dukungan atas kesimpulan yang diperoleh
auditor tentang studi dan evaluasi Pengendalian internal. hanya fungsi
Pengendalian internal tersebut yang dianggap kritis atau penting terhadap
kekuatan dalam siklus transaksi tertentu yang perlu diuji dan dievaluasi titik
kertas kerja harus dipersiapkan untuk memberikan highlight atas atribut-atribut
pengendalian internal pada proses yang dievaluasi.
e. Uji kepatuhan dilakukan untuk memperoleh bukti yang memadai bahwa sistem
beroperasi sesuai dengan pemahaman yang diperoleh auditor dalam
peninjauan. Hal ini dilakukan untuk prosedur atau metode pengendalian yang
sudah dipilih auditor. Sebaliknya, ketika auditor menentukan bahwa beberapa
pengendalian tertentu Tidak dapat dipercayai uji kepatuhan biasanya tidak
dilakukan.
f. Sifat, waktu, dan luas uji kepatuhan berhubungan erat dengan prosedur
pengendalian dan metode yang dipelajari oleh auditor. Sebagai tambahan,
auditor harus mempertimbangkan ketersediaan bukti dan kerja audit yang
diperlukan untuk menguji kepatuhan titik dalam mempertimbangkan kerja
audit yang diperlukan, auditor menilai apakah halangan terhadap uji kepatuhan
tertentu akan mengurangi kepercayaan atas pengendalian dan prosedur, dan
apakah berkurangnya kepercayaan dapat berakibat secara signifikan pada uji
dan prosedur audit selanjutnya.21
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pengendalian internal merupakan proses yang dirancang dan di implementasikan oleh
pimpinan, manajemen dan personel lainnya untuk menjamin tercapainya tujuan organisasi
melalui efektifas dan efisiensi oprasi, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan asset,
dan ketaatan terhadap peraaturan yang berlaku pengendalian yang dirancang oleh
21
Ibid, hlm. 97-98.
25
manajemen harus memiliki kerangka kerja agar unsur-unsur pengendalian tersebut
berhubungan dan terintegrasi satu sama lain beberapa organisasi telah merancang kerangka
kerja pengendalian yang diterima secara umum seperti COSO dan COCO, pengendalian
yang dilakukan oleh organisasi dapat bersifat direktif, preventif, detektif dan kerektif.
Auditor internal berperan dalam menilai resiko dan merancang pengendalian yang
dibutuhkan oleh organisasi. Auditor juga perlu meninjau kecukupan dan efektifitas
pengendalian yang barjalan secara barkala dan menyampaikan hasilnya kepada
manajemen.
3.2 SARAN
Para pimpinan, manajemen dan personil dalam suatu perusahaan harus bisa menjalankan
pengendalian internal dengan baik, dengan cara menyusun kerangka kerja dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Faiz Zamzami dkk, Audit Internal Konsep dan Praktik. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 2018.
https://adoc.pub/bab-ii-tinjauan-pustaka7f4b67f91df9b61a551d974f2b2c2e4312142.html diakses
pada tanggal 12 Maret 2021, pukul 10.15.
26
Margareth Sondakh, Analisis Sistem Pengendalian Internal (SPI) terhadap Sistem Akuntansi
Pemberian Kredit modal Kerja pada PT. Bank Sulutgo Cabang Pembantu Sam Ratulangi,
Jurnal Risk Akuntansi Going Concern, 13(4), 2018.
Sunyonto Gondodiyoto, Audit Sistem Informasi. Jakarta: Mitra Wacana Media, 2007.
Tim Penyusun Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik, Sistem
Pengendalian Internal. Tangerang: Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, 2007.
27