Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH ETIKA DAN BISNIS ISLAM

“Etika Profesi Dalam Bisnis IsIam”

Disusun Oleh : Kelompok 8

Nama: Nim:

Wasifa Ihatul Omi (180502070)

Mirna Novianti (180502071)

Endang Utari Putri (180502072)

Dicgy Diandra Aishyya (180502073)

Rozandi (180502074)

PERBANKAN SYARI’AH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah swt sebagai ungkapan rasa syukur kami
atas rahmat, taufik, dan hidayahnya sehingga penyusunan makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah yang membahas tentang “Etika Profesi dalam bisnis islam”. Dalam penulisan
makalah ini, kami banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam penulisan makalah ini.Kami sadar bahwa dalam makalah ini masih
jauh dari segala kesempurnaan, hal itu dikarenakan oleh keterbatasan kemampuan dan
pengetahuan kami. Oleh karena itu, kami sangat mengaharapkan kritik dan saran untuk
memperbaiki makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Akhir kata, kami memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat
banyak kesalahan.

Penulis
DAFTAR ISI

COVER .......................................................................................................................................
KATA PENGANTAR ................................................................................................................
DAFTAR ISI ...............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................................................
A. Latar Belakang................................................................................................................
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................
C. Tujuan..............................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................
A. Pengertian Etika..............................................................................................................
B. Landasan Etika Profesi Dalam Islam ...........................................................................
C. Etika Profesi yang Islami...............................................................................................
BAB III PENUTUP ....................................................................................................................
A. Simpulan..........................................................................................................................
B. Saran ...............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Etika profesi merupakan bagian dari etika sosial yang menyangkut bagaimana
mereka harus menjalankan profesinya secara professional agar diterima oleh
masyarakat. Dengan etika profesi diharapkan kaum professional dapat bekerja sebaik
mungkin, serta dapat mempertanggung jawabkan tugas yang dilakukan dari segi
tuntutan pekerjaannya.Islam sebagai agama universal pun menawarkan konsep yang
komprehensif tentang persoalan ini.
Bisnis atau usaha perniagaan/perdaganagan atau usaha komersial merupakan
salah satu yang penting bagi kehidupan manusia, oleh karena bisnis beroperasi dalam
rangka suatu sistem ekonomi, maka sebagian dari tugas etika bisnis sesungguhnya
ialah mengemukakan pernyataan-pernyataan tentang sistem ekonomi yang yang
umum dan khusus, yang pada gilirannya akan berbicara tentang tepat atau tidaknya
pemakaian bahasa moral untuk menilai sistem tersebut. Alquran memberikan
informasi yang cukup banyak berkaitan dengan hal tersebut.

B.  Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan etika dan profesi?
b. Apa saja landasan etika profesi dalam Islam?
c. Bagaimana cara beretika perofesi yang baik dalam Islam.?

C. Tujuan
a. Untuk mengetahui apa itu etika dan profesi.
b. Untuk mengetahui apa saja landasan etika profesi dalam islam!
c. Untuk mengetahui cara beretika profesi yang baik dalam islam.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Etika

Istilah etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Bentuknya yaitu “ethikos” yang
berarti timbul dari kebiasaan sedangkan bentuk jamaknya yaitu “ta etha” yang artinya
adat kebiasaan. Dalam istilah lain, para ahli yang bergerak dalam bidang etika
menyebutkan dengan sebutan moral, yang juga berasal dari bahasa Yunani, berarti
kebiasaan. Etika merupakan teori tentang nilai, pembahasan secara teoritis tentang nilai,
ilmu kesusilaan yang memuat dasar untuk berbuat susila.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), etika adalah ilmu tentang apa
yang baik dan apa yang buruk serta tentang hak dan kewajiban moral (akhlak). Secara
garis besar etika dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang berkenaan dengan akhlak serta
berkaitan dengan benar atau salah suatu perbuatan yang dianut oleh suatu golongan atau
masyarakat.

Ada dua macam etika yang harus kita pahami bersama dalam menentukan baik
dan buruknya perilaku manusia:

a. Etika Deskriptif
Etika yang berusaha meneropong secara kitis dan rasional sikap dan perilaku
manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup ini sebagai ssesuatu yang
bernilai. Etika deskriptif memberikan fakta sebagai dasar untuk mengambil
keputusan tentang perilaku atau sikap yang mau diambil.
b. Etika Normatif
Etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola perilaku ideal yang
seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai.
Etika normative memberi penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar dan
kerangka tindakan yang akan diputuskan.
Etika dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Etika Umum
Berkaitan dengan kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia bertindak dan
mengambil keputusan secara etis.
2. Etika Khusus
Merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar di dalam bidang kehidupan
yang lebih khusus. Etika khusus dibagi menjadi dua, yaitu:
a) Etika Individual, menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap
dirinya sendiri.
b) Etika Sosial, berkaitan mengenai kewajiban, sikap dan pola perilaku
manusia sebagai anggota umat manusia. Etika juga menyangkut hubungan
manusia dengan manusia baik secara lansung ataupun dalam kelembagaan
(keluarga, masyarakat).
Etika Dalam Pandangan Islam
Al-Qur’an sendiri menjelaskan tentang etika dengan berdasarkan tiga
tema kunci, utama yang merupakan pandangan dunia al-Qur’an. Ketiga tema
kunci tersebut adalah iman, Islam, dan taqwa yang jika direnungkan akan
memperlihatkan arti yang identik. Istilah iman berasal dari akar kata Amana yang
artinya “keamanan”, “bebas dari bahaya”, “damai”, Islam yang akar katanya
Salama yang artinya “aman dan damai”, “terlindungi dari disintegrasi dan
kehancuran”. Dan taqwa yang sangat mendasar bagi al-Qur’andisamping kedua
istilah di atas, yang memiliki arti “melindungi dari bahaya”, “menjaga
kemusnahan, kesia-siaan, atau disintegrasi”. Sehingga pembahasan etika yang
terdapat dalam al-Qur’an mengandung cakrawala yang luas karena menyangkut
nilai-nilai yang terkandung dalam kehidupan manusia baik secara individu,
masyarakat dan Negara secara umum demi mencapai kebahagiaan baik di dunia
dan di akhirat.

Kalau kita sepakati bahwa etika ialah suatu kajian kritis rasional mengenai
yang baik dan yang buruk, bagaimana hanya dengan teori etika dalam Islam.
Munculnya perbedaan memang sulit diingkari baik karena pengaruh Filsafat
Yunani ke dalam dunia Islam maupun karena narasi ayat-ayat al-Qur’an sendiri
yang mendorong lahirnya perbedaan penafsiran. Di dalam al-Qur’an pesan etis
selalu saja terselubungi oleh isyarat-isyarat yang menuntut penafsiran dan
perenungan oleh manusia. Etika Islam memiliki antisipasi jauh ke depan dengan
dua ciri utama. Pertama, etika Islam tidak menentang fitrah manusia. Kedua,
etika Islam amat rasionalistik.

Sekedar sebagai perbandingan Alex Inkeles menyebutkan mengenai


sikap-sikap modern. Setelah melakukan kajian terhadap berbagai teori dan
definisi mengenai modernisasi, Inkeles membuat rangkuman mengenai sikap-
sikap modern sebagai berikut, yaitu; kegandrungan menerima gagasan-gagasan
baru dan mencoba metode-metode baru; kesediaan buat menyatakan pendapat;
kepekaan pada waktu atau lebih mementingkan waktu kini dan mendatang
ketimbang waktu yang telah lampau; rasa ketepatan waktu yang lebih baik;
keprihatinan yang lebih besar untuk merencanakan organisasi dan efisiensi;
kecenderungan memandang dunia sebagai suatu yang bisa dihitung; menghargai
kekuatan ilmu dan teknologi; dan keyakinan pada keadilan yang biasa diratakan.1

Profesi
1) Pengertian Profesi
Menurut Agoes (2006), istilah profesi telah dimengerti oleh banyak orang
bahwa suatu hal yang berkaitan dengan bidang yang sangat dipengaruhi oleh
pendidikan dan keahlian. Tetapi dengan keahlian saja yang diperoleh dari
pendidikan kejuruan, juga belum cukup disebut profesi. Tetapi perlu penguasaan
teori sistematis yang mendasari praktik pelaksanaan, dan hubungan antara teori
dan penerapan dalam praktik.
Kata profesi dan juga profesional sering kita dengar tanpa memahami arti yang
sebenarnya. Perofesi merupakan pekerjaan yang dilakukan sebagai nafkah hidup
dengan mengandalkan keahlian dan keterampilan yang tinggi dan dengan
melibatkan komitmen pribadi yang mendalam. Sedangkan profesional adalah
orang yang melakukan suatu pekerjaan Purna waktu dan hidup dengan pekerjaan
itu dengan mengandalkan keahlian dan keterampilan yang tinggi serta punya
komitmen pribadi yang mendalam atas pekerjaan itu.
Dengan demikian orang professional adalah orang yang melakukan suatu
pekerjaan dengan memanfaatkan waktu dan hidup dari pekerjaan itu dengan
mengandalkan keahlian dan keterampilan yang tinggi serta punya komitmen
pribadi yang mendalam atas pekerjaannya itu, ia tidak lagi sekedar menjalankan
pekerjaannya sebagai hobi, sekedar mengisi waktu luang atau secara asal-asalan.
Tetapi memiliki kemauan keras sehingga dapat menggerakkan motivasi untuk
bekerja dengan sungguh-sungguh, seperti yang tertulis dalam Al-Qur’an surat At-
Taubah ayat 105.
2) Ciri-ciri Profesi

1
https://fdokumen.com/download/makalah-etika-profesi-menurut-islam
Secara umum ada beberapa ciri atau sifat yang selalu melekat pada profesi,yaitu:
a. Adanya pengetahuan khusus, yang biasanya keahlian dan keterampilan ini
dimiliki berkat pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang bertahun-tahun.
b. Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi. Hal ini biasanya setiap
pelaku profesi mendasarkan kegiatan nyapada kode etik profesi.
c. Mengabdi pada kepentingan masyarakat, artinya setiap pelaksana profesi
harus meletakkan kepentingan pribadi di bawah kepentingan masyarakat.
d. Ada izin khusus untuk menjalankan suatu profesi. Setiap profesi akanselalu
berkaitan dengan kepentingan masyarakat, dimana nilai-nilai kemanusiaan
berupa keselamatan, keamanan, kelangsungan hidup dan sebagainya, maka
untuk menjalankan suatu profesi harus terlebih dahulu ada izin khusus.
e. Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu profesi.
3) Etika Profesi
Menurut Murtanto dan Marini dalam Najla (2003), Etika profesi
merupakan karakteristik suatu profesi yang membedakan suatu profesi dengan
profesi lainnya, yang berfungsi untuk mengatur tingkah laku para anggotanya.
Tuntutan professional sangat erat hubungannya dengan suatu kode etik untuk
masing-masing profesi. Kode etik itu berkaitan dengan prinsip etika tertentu yang
berlaku untuk suatu profesi. Menurut Keraf (1998), ada empat prinsip etika
profesi, yaitu :
a. Prinsip tanggung jawab
b. Prinsip keadilan
c. Prinsip otonomi
d. Prinsip integritas moral
Setiap pekerjaan pasti memiliki etika-etika yang mendukung suatu pekerjaan
tersebut, dimana setiap bidang pekerjaan memiliki kode etik yang berbeda-beda.
Profesi adalah suatu hal yang berkaitan dengan bidang pekerjaan yang sangat
dipengaruhi oleh pendidikan dan keahlian yang dilakukan secara bertanggung
jawab dengan tujuan memperoleh penghasilan.Dunia kerja memang menyimpan
banyak sisi, secara positif orang memang menaruh harapan dari dunia kerja yaitu
untuk memenuhi keperluan hidupnya. Namun tuntutan pekerjaan pun bila tidak
dihadapi dengan baik dapat membawa tekanan bagi pekerja sendiri. Menyikapi
hal tersebut diperlukan etika yang selama ini kerap hilang dari dunia kerja.
Kemerosotan nilai dalam dunia kerja juga diakui oleh ahli filsafat Franz Magnis
Suseno, bahwa etika dalam tempat kerja mulai tergeser oleh kepentingan
pencapaian keuntungan secepat-cepatnya. Eika sudah tidak ada lagi dan kegiatan
ekonomi hanya dimaknakan sebagai usaha mencari uang dengan cepat.
Akibatnya, perusahaan memberlakukan karyawan dengan buruk dan tidak
menghormati setiap pribadi.

B. Landasan Etika Profesi dalam Islam.
Dalam islam, tuntunan bekerja adalah merupakan sebuah keniscayaan bagi setiap
muslim agar kebutuhan hidupnya sehari-hari bisa terpenuhi. Salah satu jalan untuk
memenuhi kebutuhan itu antara lain melalui aktivitas bisnis seperti yang telah
dicontohkan oleh baginda Rasulullah Saw sejak beliau masih muda. Hanya saja beliau
dalam berbisnis benar-benar  menerapkan standar moral yang digariskan dalam Al-
Qur’an. Bekerja merupakan kewajiban setiap muslim. Dengan bekerja seorang muslim
akan dapat mengekspresikan dirinya sebagai manusia, makhluk ciptaan Tuhan yang
paling sempurna didunia. Kerja atau amal adalah bentuk keberadaan manusia. Artinya
manusia ada karena kerja, dan kerja itulah yang membuat atau mengisi eksistensi
kemanusiaan. Karena itu Rene Descratres, seorang filosof Perancis, mengatakan “Aku
berfikir, maka aku ada” (Cogito ergo sum) – karena berfikir baginya adalah bentuk wujud
manusia. Dalam ajaran islam ungkapan itu seharusnya “Aku berbuat, maka aku ada.”
Dalam islam, harga (nilai) manusia tidak lain ialah amal perbuatannya atau
kerjanya. Inilah yang dimaksud manusia ada karena amalnya, dan bahkan dengan
amalnya yang baik itu manusia mampu mencapai derajat yang setinggi-tingginya, yaitu
bertemu dengan Tuhannya dengan penuh keridlaan. Sebagaimana firman Allah dalam
surah al-Kahfi, 18:10 yang artinya “Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan
Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan jangan ia
mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya”.
Setiap pekerjaan yang baik yang dilakukan karena Allah sama halnya dengan
melakukan jihad fi sabilillah. Jihad memerlukan motivasi, sedangkan motivasi
memerlukan pandangan hidup yang jelas dalam memandang sesuatu. Itulah yang
dimaksud dengan etos dan etos kerja seorang muslim harus selalu dilandasi dengan Al-
Qur’an dan Hadits.2

Nilai-nilai Islam yang Mendasari Profesi

Ajaran Islam sebagai agama universal sangat kaya akan pesan-pesan yang
mendidik bagi muslim untuk menjadi umat terbaik, menjadi khalifa, yang mengatur
dengan baik bumi dan seisinya. Pesan-pesan sangat mendorong kepada setiap muslim
untuk berbuat dan bekerja secara profesional, yakni bekerja dengan benar, optimal, jujur,
disiplin dan tekun.
Akhlak Islam yang di ajarkan oleh Nabi Muhammad SAW, memiliki sifat -sifat
yang dapat dijadikan landasan bagi pengembangan profesionalisme. Ini dapat dilihat
pada pengertian sifat-sifat akhlak Nabi sebagai berikut :

1. Sifat kejujuran (shiddiq).


Kejujuran ini menjadi salah satu dasar yang paling penting untuk membangun
profesi. Hampir semua bentuk uasha yang dikerjakan bersama menjadi hancur,
karena hilangnya kejujuran. Oleh karena itu kejujuran menjadi sifat wajib bagi
Rasulullah SAW. Dan sifat ini pula yang selalu di ajarkan oleh islam melalui al-
Qur’an dan sunah Nabi. Kegiatan yang dikembangkan di dunia organisasi,
perusahan dan lembaga modern saat ini sangat ditentukan oleh kejujuran. Begitu
juga tegaknya negara sangat ditentukan oleh sikap hidup jujur para pemimpinnya.
Ketika para pemimpinya tidak jujur dan korup, maka negara itu menghadapi
problem nasional yang sangat berat, dan sangat sulit untuk membangkitkan
kembali.

2. Sifat tanggung jawab (amanah).


Sikap bertanggung jawab juga merupakan sifat akhlak yang sangat diperlukan
untuk membangun profesi. Suatu perusahaan/organisasi/lembaga apapun pasti
hancur bila orang-orang yang terlibat di dalamnya tidak amanah.

3. Sifat komunikatif (tabligh).


Salah satu ciri yang harus dimiliki oleh seorang profesi adalah sikap
komunikatifdan transparan. Dengan sifat komunikatif, seorang penanggung jawab
suatu pekerjaan akna dapat menjalin kerjasama dengan orang lain lebih lancar. Ia
2
Muhammad Indra Pratama, http://myhijrul.blogspot.com/2017/03/etika-profesi-dalam-perspektif-
islam.html. diakses pada 5 Mei 2020.
dapat juga meyakinkan rekanannya untuk melakukan kerja sama atau
melaksanakan visi dan misi yang disampaikan. Sementara dengan sifat transparan,
kepemimpinan di akses semua pihak, tidak ada kecurigaan, sehingga semua
masyarakat anggotanya dan rekan kerjasamanya akan memberikan apresiasi yang
tinggi kepada kepemimpinannya. Dengan begitu, perjalanan sebuah organisasi
akan berjalan lebih lanca, serta mendapat dukungan penuh dari berbagai pihak.

4. Sifat cerdas (fathanah).


Dengan kecerdasannya seorang profesional akan dapatmelihat peluang dan
menangkap peluang dengan cepat dan tepat. Dalam sebuah organisasi,
kepemimpina yang cerdas akan cepat dan tepat dalm memahami
problematikayang ada di lembaganya. Ia cepat memahami aspirasi anggotanya,
sehingga setiap peluang dapat segera dimanfaatkan secara optimal dan problem
dapat dipecahkan dengan cepat dan tepat sasaran.

Disamping itu, masih terdapat pula nilai-nilai islam hang dapat mendasari
pengembangan profesionalisme, yaitu :

1. Bersikap positif dan berfikir positif (husnuzhzhan )


Berpikir positif akan mendorong setiap orang melaksanakan tugas-
tugasnya lebih baik. Hal ini disebabkan dengan bersikap dan berfikir positif
mendorong seseorang untuk berfikir jernih dalam menghadapi setiap masalah.
Husnuzzhan tersebut, tidak saja ditujukan kepada sesama kawan dalam
bekerja, tetapi yang paling utama adalah bersikap dan berfikir positif kepada
Allah SWT. Dengan pemikiran tersebut, seseorang akan lebih lebih bersikap
objektif dan optimistik. Apabila ia berhasil dalm usahanya tidak menjadi
sombong dan lupa diri, dan apabila gagal tidak mudah putus asa, dan
menyalahkan orang lain. Sukses dan gagal merupakan pelajaran yang harus
diambil untuk menghadapi masa depan yang lebih baik, dengan selalu
bertawakal kepada Allah SWT.

2. Memperbanyak shilaturahhim.
Dalam Islam kebiasaan shilaturrahim merupakanbagian dari tanda-tanda
keimanan. Namun dalam dunia profesi, shilaturahhim sering dijumpai dalam
bentuk tradisi lobi. Dalam tradisi ini akan terjadi saling belajar.

3. Disiplin waktu dan menepati janji.


Begitu pentingnya disiplin waktu, al-Qur’anmenegaskan makna waktu
bagi kehidupan manusia dalam surat al-Ashr, yang diawali dengan sumpah
”Demi Waktu”. Begitu juga menepati janji, al-Qur’an menegaskan hal tersebut
dalam ayat pertama al-Maidah, sebelum memasuki pesan-pesan penting
lainnya.

Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu.


(Al-Maaidah/05:01).

Yang dimaksud aqad-aqad adalah janji-janji sesama manusia.

4. Bertindak efektif dan efisien.


Bertindak efektif artinya merencanakan ,mengerjakan dan mengevaluasi
sebuah kegitan dengan tepat sasaran. Sedangkan efisien adalah penggunaan
fasilitas kerja dengan cukup, tidak boros dan memenuhi sasaran, juga
melakukan sesuatu yang memang diperlukan dan berguna. Islam sangat
menganjurkan sikap efektif dan efesien.

5. Memberikan upah secara tepat dan cepat


Ini sesuai dengan Hadist Nabi, yangmengatakan berikan upah kadarnya,
akan mendorong seseorang pekerja atau pegawai dapat memenuhi kebutuhan
diri dan keluarganya secara tepat pula. Sementara apabila upah ditunda,
seorang pegawai akan bermalas-malas karena dia harus memikirkan beban
kebutuhannya dan merasa karya-karyanya tidak dihargai secara memadai.3

C. Etika Profesi Yang Islami


Terdapat beberapa hal yang patut dan tidak patut dilakukan oleh setiap Muslim di
dalam mengembangkan profesinya, khususnya di dalam berniaga dan di dalam segala hal
yang dapat dianalogikan dengan berniaga :
a. Mencari rizki
Ahmad Muhammad Al-Hufy di dalam karya tulisnya, “Akhlak Nabi
Muhammad saw“, menjelaskan bahwa Islam adalah “aqidah, syari’ah dan amal,
sedangkan amal meliputi ibadah, ketaatan, serta kegiatan dalam usaha mencari rezki,
mengembangkan produksi dan kemakmuran. Oleh karena itu Allah swt menyuruh
para hamba-Nya supaya bekerja dan berusaha di muka bumi, untuk memperoleh rizki,

3
Adi Prancis, http://adiprancis.blogspot.com/2010/01/profesionalisme-dalam-kepemimpinan.html, diakses
pada 5 Mei 2020
Allah swt berfirman : “Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di
muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya
kamu beruntung” (QS al-jumu'ah, 62 : 10).
Dengan demikian, Islam tidak menghendaki para pengikutnya menjadi orang-
orang yang malas dan menyerah saja, apalagi memandang bahwa bekerja itu adalah
jelek dan merupakan siksaan. Mereka lupa bahwa bahagia dan nikmat terdapat di
dalam bekerja. Islam mendidik para pengikutnya agar cinta bekerja serta menghargai
pekerjaan sebagai kewajiban manusia dalam kehidupannya. Dia diimbau mengambil
kemanfaatan dari kehidupan dan dari masyarakat. Maka sudah sepantasnya
masyarakat memberikan imbalan terhadap apa yang dilakukan oleh pekerja, karena
berpartisipasinya di dalam membangun kehidupan dan kesejahteraan bagi masyarakat.
b. Bekerja keras
Islam menganjurkan para pemeluknya bekerja keras, karena didalamnya
terdapat latihan kesabaran, ketekunan, keterampilan, kejujuran, keta’atan,
pendayagunaan pikiran, menguatkan tubuh, mempertinggi nilai perorangan serta
masyarakat, dan memperkuat umat. Islam membenci pengangguran, kemalasan, dan
kebodohan, karena itu merupakan maut yang lambat laun akan mematikan semua
daya kekuatan dan akan menjadi sebab kerusakan dan keburukan.
Sejarah telah mencatat bahwa bangsa Romawi ketika condong kepada
kemewahan, telah meluas dorongan/keinginan mempekerjakan para budak untuk
melaksanakan pekerjaan mereka, serta memandang bahwa bekerja itu hina dan tidak
sesuai dengan kedudukan orang yang mulia, maka jatuhlah mereka ke jurang
kelemahan dan kehancuran. Faktor penyebab utamanya adalah kemewahan dan
kemalasan telah membudaya di kalangan penguasa mereka.
Islam mengajarkan betapa pentingnya bekerja keras sebagaimana firman Allah
swt. Dalam berbagai ayat dan surat berikut:
1) “Katakanlah: "Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu, sesungguhnya
akupun berbuat (pula). Kelak kamu akan mengetahui, siapakah (di antara kita)
yang akan memperoleh hasil yang baik dari dunia ini. Sesungguhnya, orang-
orang yang zalim itu tidak akan mendapat keberuntungan” (Al-An’am : 135).
2) “Dan (dia berkata): "Hai kaumku, berbuatlah menurut kemampuanmu,
sesungguhnya akupun berbuat (pula). Kelak kamu akan mengetahui siapa yang
akan ditimpa azab yang menghinakannya dan siapa yang berdusta,
sesungguhnya, orang-orang yang zalim itu tidak akan mendapat keberuntungan"
(Hud : 93).
3) “Dan (dia berkata): "Hai kaumku, berbuatlah menurut kemampuanmu,
sesungguhnya akupun berbuat (pula). Kelak kamu akan mengetahui" (Al-
Zumar :39).
Beberapa ayat dan hadist yang erat kaitannya dengan perintah bekerja keras,
antara lain:
a) Jangan biarkan waktu kosong yang tidak digunakan: “Apabila sudah selesai satu
pekerjaan, kerjakanlah pekerjaan yang lain” (QS al-Insyirah : 7).
b) Makanan yang terbaik adalah makanan yang dihasilkan oleh tangan sendiri (usaha
sendiri), sebagaimana sabda Nabi saw.: “Tidak ada orang memakan makanan
yang lebih baik dari hasil pekerjaan tangannya sendiri" (HR Bukhori, 1930).
c. Ikhlas
Di dalam konsep Islam setiap perbuatan Muslim akan mengandung nilai
“ibadah” manakala diniatkan karena Allah dan dilakukan dengan penuh keikhlasan.
Firman Allah swt :”Tidak Kami perintahkan beribadah kecuali dengan penuh
keikhlasan”
Rasulullah saw. bersabda: “Usaha yang paling baik adalah usaha orang yang
bekerja dengan ikhlas” (HR Ahmad). "Tidak ada bagi seorang muslim yang nanam
tanaman, kemudian ada burung, manusia atau binatang memakan hasil tanamannya
itu, maka (asalkan ikhlas) yang demikian itu akan menjadi sedekah baginya" (HR
Bukhori).

d. Jujur
Kejujuran merupakan kunci keberhasilan di berbagai lapangan kehidupan,
khususnya di dalam berbisnis. Rasulullah saw. menjelaskan: “Sesungguhnya sebaik-
baiknya usaha ialah usaha pedagang, apabila mereka berkata tidak berdusta,
apabila mereka diamanati tidak berkhianat, apabila mereka berjanji tidak menyalahi,
apabila mereka membeli tidak mencela, apabila menjual tidak memuji-muji
dagangannya, apabila mereka berutang tidak menunda-nunda, apabila mereka
mempunyai piutang tidak mempersulit” (HR Ahmad).
Dikisahkan tatkala Rasulullah menjual dagangannya, beliau ceritakan nilai
pembelian atau harga pokok sejujurnya, apa adanya, kemudian menyerahkan kepada
calon pembeli berapa kesanggupan untuk memberikan keuntungan/ kelebihan dari
harga pembeliannya. Ternyata si pembeli merasa senang dengan sistem seperti itu.
e. Kerjasama
Islam memerintahkan untuk bekerjasama. Kerjasama akan mempermudah dan
mempercepat pencapaian tujuan; dengan kerjasama tugas menjadi lebih ringan.
Tetapi, Islam juga melarang kerjasama yang menimbulkan penyelewengan dan
kejahatan. Hanya di dalam hal kebaikan dan ketakwaan diharuskan bekerjasama itu.
Allah berfirman: “Dan tolongmenolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran” (QS al-Maidah,5 : 2).
f. Keseimbangan
Islam merupakan ajaran keseimbangan, antara dunia dan akhirat, lahir dan
batin yang didalam istilah Al-Qur’an, “wasatha”. Umat Islam diharuskan menjadi
“umatanwasathan” umat yang tengah, tidak ekstreem ke kiri, juga tidak ekstreem ke
kanan. Sebagaimana firman-Nya : “Demikianlah telah Kami jadikan kamu umat
yang tengah (adil)” (QS al-Baqara, 2 : 143).Sabda Rasulullah saw : ”Sebaik-baiknya
orang diantara kamu, ialah yang tidak meninggalkan akhiratnya karena dunianya
dan tidak meninggalkan dunianya karena akhiratnya" (al-Hadist).
g. Melihat ke depan (futuristic)
Islam mengajarkan kepada umatnya agar melihat ke masa depan, baik di
dalam Al-Quran maupun hadist“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada
Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk
hari esok (akhirat)" (al-Hsyr : 18). Sabda Rasulullah saw. : “Jika kiamat datang,
sedang digenggaman tangan seorang diantaramu terdapat bibit pohon kurma,
apabila masih sempat, maka tanamlah pohon kurma itu” (HR Ahmad).
h. Larangan meminta-minta
Islam ajaran yang penuh dengan perintah kepada umatnya bekerja keras dan
amat mengecam peminta-minta “Jika seorang dari kamu membawa tali lalu
membawa seikat kayu bakar di atas punggungnya lalu ia jual kayu bakar itu, lalu
Allah menutupi malunya, maka yang demikian itu lebih baik baginya dari pada
memintaminta kepada sesama manusia, apakah memberi atau menolak
permintaannya itu.” (HR Bukhori). Di dalam hadist yag lain Rasulullah bersabda :
“Tangan yang atas lebih baik dari tangan yang bawah, tangan atas artinya
penderma dan tangan bawah berarti peminta-minta” (HR Bukhori).
i. Larangan memonopoli
Menumpuk barang, walaupun hasil membeli dengan uang sendiri, dengan
tujuan dijual dengan harga mahal padahal masyarakat berhajat dengan barang itu,
termasuk “ihtikar” atau “monopoli”. Dengan tegas Rasulullah melarangnya.: “Barang
siapa yang menumpuk barangbarang/makanan kebutuhan kaum Muslimin, maka
Allah akan menghacurkan hartanya” (HR Ahmad).
Asbabulwurud (sebab terjadinya hadis) dari hadis di atas yaitu suatu saat
Khalifah Umar bin Khattab mendapatkan banyak barang- barang yang sedang
menjadi hajat masyarakat bertumpuk di masjid. Ternyata salah seorang pemiliknya
adalah mantan pembantu (khadam)-nya Umar sendiri. Si pemilik barang yang seorang
mengakui bersalah setelah hadist ini dibacakan, tetapi mantan khadam Umar itu tidak
merasa bersalah, sebab telah membelinya dengan uangnya sendiri. Di akhir kisah
disebutkan, kehidupan mantan khadam Umar ini jadi terpuruk.
j. Mendahulukan kwalitas/kerapihan.
Islam amat menghargai kerapihan produk, amat memperhatikan kwalitas,
sehingga pembeli menjadi ikhlas dan puas. Rasulullah saw. bersabda :
“Sesungguhnya Allah mencintai seseorang di antara kamu apabila mengerjakan
sesuatu pekerjaan dirapikannya” (HR Ahmad). 4
k. Bekerja Sebagai Ibadah
Bekerja dalam pandangan Islam memiliki nilai ibadah, firman Allah dalam surat
Adzariyat : 56
َ ‫ت ْال ِج َّن َواِإْل ْن‬
‫ن‬Mِ ‫س ِإاَّل لِيَ ْعبُدُو‬ ُ ‫َو َما خَ لَ ْق‬
Artinya : “ sesungguhnya tidak aku ciptakan Jin dan Manusia kecuali agar
beribadah kepada-Ku”.
Kata Li Ya’budun dalam surat tersebut mengandung arti dampak atau akibat atau
kesudahan, bahkan dalam melaksanakan shalat kita selalu bersumpah dan berpasrah
bahwa hidupku, matiku lillahi rabbal ‘alamiin.Namun kerja yang diluar ibadah ritual
bagaimana yang akan berdampak ibadah ?Kerja bernilai ibadah apabila ia didasari
keikhlasan dan menjadikan si pekerja tidak semata-mata mengahrapkan imbalan
duniawi saja tetapi ia juga berharap akan balasan yang kekal diyaumulakhirah.
Dengan niatan bahwa ia bekerja untuk mendapatkan harta yang akan ia jadikan

4
Iman S Hidayat “ETOS KERJA SESUAI DENGAN ETIKA PROFESI ISLAM”, (Vol XXII No.1 Januari-Maret 2006), hlm
136-141
sebagai sarana bagi dirinya untuk menyelamatkan dirinya dan keluarganya sehingga
dapat melakukan perintah Allah yang lain.
l. Bekerja Sebagai Sebuah Amanah
Kata amanah, aman dan iman berasal dari akar kata yang sama. Seorang disebut
beriman bila ia tela menunaikan amant. Tidak disebut beriman orang yang tidak
menunaikan amant. Seseorang yang menunaikan amanat akan melahirkan rasa aman
bagi dirinya dan orang lain. Di dalam Alqur’an banyak ayat yang memerintahkan agar
manusia menunaikan amanat yang telah dipercayakan kepadanya. Diantaranya :
Seperti amanat Allah kepada Matahari agar ia beredar pada porosnya, demikian
pula bumi dan bulan.
‫يز ْال َعلِ ِيم‬ َ ِ‫َوال َّش ْمسُ تَجْ ِرى لِ ُم ْستَقَ ٍّر لَّهَا ۚ ٰذل‬
ِ ‫ك تَ ْق ِدي ُر ْال َع ِز‬

‫ُون ْالقَ ِديم‬ ٰ


ِ ‫َاز َل َحتّى عَا َد َك ْالعُرْ ج‬
ِ ‫َو ْالقَ َم َر قَدَّرْ ٰنهُ َمن‬

ٍ َ‫ار ۚ َو ُك ٌّل فِى فَل‬


َ‫ك يَ ْسبَحُون‬ ُ ِ‫ك ْالقَ َم َر َواَل الَّ ْي ُل َساب‬
ِ َ‫ق النَّه‬ َ ‫اَل ال َّش ْمسُ يَ ۢنبَ ِغى لَهَٓا َأ ْن تُ ْد ِر‬

Artinya : “Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah


ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui Dan telah Kami tetapkan bagi
bulan, sehingga (setelah dia sampai ke tempat peredaran yang terakhir) kembalilah
dia sebagai bentuk tandan yang tua. Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan
bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar
pada garis edarnya (QS. Yasiin/36:38-40”).
Dalam konteks ini, matahari, bumi, dan bulan dalam menerima amanah, mau tidak
mau, suka atau tidak suka. Ia tidak mempunyai pilihan, yang ada hanya mengikuti
aturan yang telah ditetapkan.
m. Bekerja Dengan Bersungguh-Sungguh
Katakanlah : “ Hai kaumku, berbuatlah speenuh kemampuanmu, sesungguhnya
akupun berbuat (pula). Kelak kamu akan mengetahui, siapakah (diantara kita) yang
akan memperoleh hasil yang baik dari dunia ini. Sesungguhnya, orang-orang yang
zalim itu tidak akan mendapat keberuntungan.
Ayat diatas menunjukkan kepada kita bahwa dalam melakukan sesuatau haruslah
dengan kesungguhan dan kemampuan, hal ini berlaku bukan hanya bagi pribadi
namun juga akan berlaku yang dalam kelompok atau dengan kata lain sebuah
organisasi atau perusahaan. 5

Aktualisasi Profesionalisme dalam Perspektif Islam

Dari uraian di atas, dapat disipulkan bahwa Islam adalah agama yang
menekankan arti penting amal dan kerja. Islam mengajarkan bahwa kerja kerja harus
dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut :

1. Bahwa pekerjaan itu harus dilakukan berdasarkan kesadaran dan pengetahuan


yang memadai. Sebagaimana firman Allah yang artinya
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai
pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati,
semuanya itu akan diminta pertanggung jawabnya. (QS. al-Isra/17:36).

2. Pekerjaan harus dilakukan berdasarkan keahlia. Seperti sabda Nabi : Apabilasuatu


urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancuran.
(Hadist Bukhari).
3. berorientasi kepada mutu dan hasil yang baik. Dalm Islam, amal, dan kerja harus
dilakukan dalam bentuk yang shalih. Sehingga makna amal shalih dapat dipahami
sebagai kerja sesuai standar mutu, baik mutu dihadapan Allah maupun dihadapan
manusia rekanan kerjanya.
4. Pekerjaan itu senantiasa diawasi oleh Allah, Rasulullah, dan masyarakatnya,
oleh karena itu harus dilaksanakan dengan penuh tanggunga jawab.
5. Pekerjaan dilakukan dengan semangat dan etos kerja yang tinggi
6. Pengupahan hs dilakukan secara tepat da sesuai dengan amal atau karya yang
dihasilkannya.

BAB III
PENUTUP
A.   Kesimpulan
Etika profesi merupakan bagian dari etika sosial yang menyangkut bagaimana mereka
harus menjalankan profesinya secara profesional agar diterima oleh masyarakat. Dengan

5
https://fdokumen.com/download/makalah-etika-profesi-menurut-islam
etika profesi diharapkan kaum professional dapat bekerja sebaik mungkin, serta dapat
mempertanggung jawabkan tugas yang dilakukan dari segi tuntutan pekerjaannya. Islam –
sebagai agama universal – pun menawarkankonsep yang komprehensif tentang persoalan ini.
Setiap pekerjaan yang baik yang dilakukan karena Allah sama halnya dengan
melakukan jihad fi sabilillah. Jihad memerlukan motivasi, sedangkan motivasi memerlukan
pandangan hidup yang jelas dalam memandang sesuatu. Itulah yang dimaksud
dengan etos  dan etos kerja seorang muslim harus selalu dilandasi dengan Al-Qur’an
danHadits

B.   Saran
Dalam berbisnis kita harus sadar bahwa bukan hanya keuntungan yang dicari tetapi
juga keberkahan rezeki yang kita dapat tersebut. Dari sekarang kita belajar bahwa dalam
berbisnis atau bekerja dengan baik itu harus disandarkan dengan professional serendah
mungkin pekerjaan yang kita lakukan, karena Islam selalu menuntut keadilan dalam setiap
umatnya. Jadi, berprofersi secara islam itu membawa dampak yang baik kita. Jadi, mari kita
tinggalkan berprofesi secara tidak profesional, mulailah berprofesi atau bekerja secara
profesional.
DAFTAR PUSTAKA

Iman S Hidayat “ETOS KERJA SESUAI DENGAN ETIKA PROFESI ISLAM”, (Vol XXII
No.1 Januari-Maret 2006)

Muhammad Indra Pratama, http://myhijrul.blogspot.com/2017/03/etika-profesi-dalam-


perspektif-islam.html

Adi Prancis, http://adiprancis.blogspot.com/2010/01/profesionalisme-dalam-


kepemimpinan.html

Anda mungkin juga menyukai