Anda di halaman 1dari 12

TEORI ETIKA BISNIS

Dosen Pengampu:
Widhy Tri Astuti, Dr, S.E.,M.Si,

Disusun oleh:
Kelompok 1

1. Diana Seliwijayani (141220066)


2. Fakhira Dayana (141220068)
3. Dyah Ayu Fatikasari (141220373)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2024

1
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan YME yang telah memberikan karunia dan rahmatNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “TEORI ETIKA BISNIS”

Tidak lupa kami mengucapkan banyak terimakasih kepada Ibu Widhy Tri Astuti,
Dr,S.E.,M.Si, selaku dosen dari mata kuliah Etika Bisnis dan Profesi Universitas
Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta. Kami harapkan tugas yang telah diberikan ini
bisa menambah wawasan dan pengetahuan kami.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika Bisnis dan Profesi yang
telah diberikan kepada kami. Disamping itu, makalah ini juga memiliki tujuan untuk
menambah wawasan serta pengetahuan mengenai Etika Bisnis dan Profesi. Kami menyadari
adanya kekurangan pada penulisan makalah ini. Oleh sebab itu, kritik dan saran senantiasa
kami harapkan agar kami dapat menjadi lebih baik lagi di masa yang akan datang. Akhir
kata, kami berharap makalah ini dapat memberi manfaat bagi setiap pembaca.

Yogyakarta, 09 Februari 2024

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
A. Latar Belakang.............................................................................................4
B. Rumusan Masalah........................................................................................4
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................5
A. Teori Deontologi..........................................................................................5
B. Teori teleologi.............................................................................................6
C. Teori Hak.....................................................................................................7
D. Teori Keutamaan.........................................................................................8
E. Teori Keadilan.............................................................................................9

BAB III PENUTUP................................................................................................11


A. Kesimpulan..................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................12

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebuah perusahaan bisnis haruslah memiliki etika dan tanggung jawab sosial yang baik.
Kata "etika" berasal dari kata Yunani ethos yang mengandung arti yang cukup luas
yaitu, tempat yang biasa ditinggali, kebiasaan, adaptasi, akhlak, watak, perasaan, sikap
dan cara berpikir. Kata "moralitas" dari kata lain "moralis" dan merupakan kata abstrak
dari "moral" yang menunjuk kepada baik dan buruknya suatu perbuatan. Sedangkan
etika bisnis adalah pengetahuan tentang tata cara ideal pengaturan dan pengelolaan
bisnis yang memperhatikan norma dan moralitas yang berlaku secara ekonomi/sosial,
dan penerapan norma dan moralitas ini menunjang maksud dan tujuan kegiatan bisnis.
Mempelajari teori- teori etika akan memberikan wawasan bagi pedoman dalam
pengambilan keputusan bisnis ketika pelaku dihadapkan dengan situasi yang memiliki
dimensi moral. Etika tidak akan bisa dipahami jika seseorang mengesampingkan nilai-
nilai moral, sehingga dalam teori etika bisnis juga memilki latar belakang pemikiran
atas dasar nilai-nilai moral.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Teori Deontologi?
2. Apa yang dimaksud dengan Teori Teleologi?
3. Apa yang dimaksud dengan Teori Hak
4. Apa yang dimaksud Teori Keutamaan dan Teori Keadilan?

C. Tujuan
1. Memenuhi pada tugas mata kuliah Etika Bisnis dan Profesi.
2. Mengetahui berbagai teori-teori mengenai etika ( teori Deontologi, teori teleologi,
teori hak,teori keutamaan dan teori keadilan).

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori Deontologi

Istilah 'deontologi' berasal dari kata Yunani deon, yang berarti kewajiban. Karena itu,
etika deontologi ini menekankan kewajiban manusia untuk bertindak secara baik.
Apabila sesuatu dilakukan berdasarkan kewajiban, maka ia melepaskan sama sekali
moralitas dari konsekuensi perbuatannya. Jadi, keputusan menjadi baik karena memang
sesuai dengan kewajiban, dan dianggap buruk karena memang dilarang. Deontologi
selalu menekankan perbuatan tidak dihalalkan karena tujuannya. Tujuan yang baik
tidak menjadikan perbuatan itu baik. Kita tidak pernah boleh melakukan sesuatu yang
jahat supaya dihasilkan sesuatu yang baik. Misalnya, suatu tindakan bisnis akan dinilai
baik oleh etika deontologi bukan karena tindakan itu mendatangkan akibat baik bagi
pelakunya, melainkan karena tindakan itu sejalan dengan kewajiban si pelaku. Seperti,
memberikan pelayanan yang baik kepada semua konsumen, dan sebagainya. Atas dasar
itu, etika deontologi sangat menekankan motivasi, kemauan baik dan watak yang kuat
dari pelaku.

Tokoh pengembang konsep ini adalah Immanuel Kant (1724-1804). Kant.


mengembangkan konsep filosofi moralnya dalam tiga karyanya: Fundamental
Principles of the Metaphysic of Morals (1785), Critique of Practical Reason (1788), and
Metaphysics of Morals (1798). Teorinya yang disebut Kantianism Deontologi
mengatakan bahwa, keputusan moral harus berdasarkan aturan-aturan dan prinsip-
prinsip universal, bukan “hasil” atau “konsekuensi”. Perbuatan baik bukan karena
hasilnya tapi karena mengikuti suatu prinsip yang baik berdasarkan kemauan yang baik.
“Kant percaya akan konsep terpenting dalam moral, yaitu good will (niat baik)”.
Sebagai contoh, mahasiswa dikatakan baik bila ia tidak nyontek karena tahu itu “salah”
bukan karena ia takut tertangkap, dari konsep ini adalah yang disebutnya sebagai
“Kategori Imperatif”; prinsip-prinsip atau aturan-aturan yang memang secara umum
(universal) dipraktikkan atau diterima. Suatu kewajiban yang tidak bersyarat atau
kewajiban yang harus dilakukan tanpa memandang kemauan atau perasaan kita. Suatu
perbuatan adalah baik karena memang harus dilakukan (kewajiban). Jadi, sesuatu
menjadi baik karena berdasarkan "kategori imperatif yang mewajibkan kita begitu saja,
tak tergantung syarat apapun. Dasar filosofis Immanuel Kant tentang manusia untuk
Deontologi adalah “Manusia adalah suatu tujuan untuk dirinya. Sehingga manusia
harus dihormati sebagai suatu tujuan tersendiri, tidak boleh dijadikan sarana untuk
tujuan lain”.

5
Masalah yang terjadi dalam penerapannya bila tindakan berdasarkan perasaan atau
lainnya yang tidak sesuai dengan tugas manusia terhadap sesama dan kemanusiaan,
maka menjadi tidak etis. Sebagai contoh, Petrus (penembak misterius) di zaman ORBA.
penembakan misterius itu diselenggarakan oleh pemerintah guna memulihkan
keamanan dalam masyarakat. Hal itu dilakukan sebagai shock therapy, supaya semua
penjahat segera kapok. Dan ditambahkan lagi bahwa metode ini ternyata berhasil,
karena masyarakat sesudah itu menjadi lebih aman.
“Mengapa perbuatan ini baik dan perbuatan itu harus ditolak sebagai buruk?",
deontologi menjawab: 'Karena perbuatan pertama menjadi kewajiban kita dan karena
perbuatan kedua dilarang. Yang menjadi dasar baik buruknya perbuatan adalah
kewajiban. Pendekatan deontologi sudah diterima dalam konteks agama, sekarang juga
merupakan salah satu teori etika yang terpenting

Ada tiga prinsip yang harus dipenuhi:


a. Supaya tindakan punya nilai moral, tindakan ini harus dijalankan berdasarkan
kewajiban.
b. Nilai moral dari tindakan ini tidak tergantung pada tercapainya tujuan dari tindakan
itu melainkan tergantung pada kemauan baik yang mendorong seseorang untuk
melakukan tindakan itu, berarti walaupun tujuan tidak tercapai, tindakan itu sudah
dinilai baik.
e. Sebagai konsekuensi dari kedua prinsip ini, kewajiban adalah hal yang niscaya dari
tindakan yang dilakukan berdasarkan sikap hormat pada hukum moral universal.

Bagi Kant, Hukum Moral ini dianggapnya sebagai perintah tak bersyarat (imperatif),
yang berarti hukum moral ini berlaku bagi semua orang pada segala situasi dan tempat.
Perintah Bersyarat adalah perintah yang dilaksanakan kalau orang menghendaki
akibatnya, atau kalau akibat dari tindakan itu merupakan hal yang diinginkan dan
dikehendaki oleh orang tersebut. Perintah Tak Bersyarat adalah perintah yang
dilaksanakan begitu saja tanpa syarat apapun, yaitu tanpa menghiraukan akibatnya, atau
tanpa mempedulikan apakah akibatnya tercapai dan berguna bagi orang tersebut atau
tidak.

B. Teori Teleologi
Teori Teleologi, dari kata Yunani, telos tujuan, yaitu mengukur baik buruknya suatu
tindakan berdasarkan tujuan yang mau dicapai dengan tindakan itu, atau berdasarkan
akibat yang ditimbulkan oleh tindakan itu.
Misalnya, mencuri bagi teleologi tidak dinilai baik atau buruk berdasarkan tindakan,
melainkan oleh tujuan dan akibat dari tindakan itu. Kalau tujuannya baik, maka
tindakan itu dinilai baik. Seperti, seorang anak kecil yang mencuri demi biaya
pengobatan ibunya yang sedang sakit. Atas dasar ini, dapat dikatakan bahwa etika
teleologi lebih situasional, karena tujuan dan akibat suatu tindakan bisa sangat
tergantung pada situasi khusus tertentu.
Dua aliran etika teleologi:

6
1. Egoisme Etis
Inti pandangan egoisme adalah bahwa tindakan dari setiap orang pada dasarnya
bertujuan untuk mengejar pribadi dan memajukan dirinya sendiri. Satu-satunya tujuan
tindakan moral setiap orang adalah mengejar kepentingan pribadi dan. memajukan
dirinya. Egoisme ini baru menjadi persoalan serius ketika ia cenderung menjadi
hedonistis, yaitu ketika kebahagiaan dan kepentingan pribadi diterjemahkan semata-
mata sebagai kenikmatan fisik yang bersifat vulgar
2. Utilitarianisme
Berasal dari bahasa latin utilis yang berarti "bermanfaat". Menurut teori ini suatu
perbuatan adalah baik jika membawa manfaat, tapi manfaat itu harus menyangkut
bukan saja satu dua orang melainkan masyarakat sebagai keseluruhan,

C. Teori Hak
Teori hak merupakan suatu aspek dari teori deontologi, karena hak berkaitan dengan
kewajiban. Bisa dikatakan, hak dan kewajiban bagaikan dua sisi dari uang logam yang
sama. Kewajiban satu orang biasanya serentak berarti juga hak dari orang lain.

Hak didasarkan atas martabat manusia dan martabat semua manusia itu sama. Karena
itu teori hak sangat cocok dengan suasana pemikiran demokratis. Entah menjabat raja,
atau lahir sebagai bangsawan, atau termasuk rakyat biasa, martabatnya selalu sama.
Entah seseorang kaya atau miskin, atau dalam keadaan ekonomis yang sedang, dari segi
martabatnya tidak ada perbedaan dan akibatnya ia tidak boleh diperlakukan dengan cara
yang berbeda. Teori hak sekarang begitu populer, karena dinilai cocok dengan
penghargaan terhadap individu yang memiliki harkat tersendiri. Karena itu manusia
individual siapa pun tidak pernah boleh dikorbankan demi tercapainya suatu tujuan
yang lain. Menurut perumusan termasyhur dari Immanuel Kant yang sudah kita kenal
sebagai orang yang meletakkan dasar filosofis untuk deontologi, manusia merupakan
suatu tujuan pada dirinya (an end in itself). Karena itu manusia selalu harus dihormati
sebagai suatu tujuan sendiri dan tidak pernah boleh diperlakukan semata-mata sebagai
sarana demi tercapainya suatu tujuan lain.

Dalam etika bisnis sekarang teori hak diberi tempat yang penting. Perjuangan kaum
buruh dalam zaman industrialisasi seluruhnya dilatarbelakangi wawasan hak. Demikian
juga upaya kaum wanita untuk mencapai status sama dengan pria. Walaupun
perusahaan tentu juga mempunyai hak, namun teori hak terutama diterapkan pada
karyawan dengan menonjolkan hak karyawan terhadap perusahaan. Karyawan
mempunyai hak atas gaji adil, atau lingkungan kerja yang sehat dan aman, dan
seterusnya. Karyawan wanita mempunyai hak diperlakukan dengan cara yang sama
seperti pria, misalnya diberikan gaji yang sama jika prestasi kerjanya sama pula.
Karyawan wanita berhak ditempat kerja tidak dilecehkan oleh rekan pria (masalah
pelecehan seksual yang sekarang disoroti juga dalam konteks etika bisnis). Konsumen
berhak atas produk yang sehat serta aman dan sesuai dengan harapannya ketika ia
membelinya. Dengan demikian saat ini semakin banyak topik etika bisnis didekati dari
segi hak.

7
D. Teori Keutamaan
Apa yang dimaksudkan dengan keutamaan? Keutamaan bisa didefinisikan sebagai
berikut: disposisi watak yang telah diperoleh seseorang dan memungkinkan dia untuk
bertingkah laku baik secara moral. Kebijaksanaan, misalnya, merupakan suatu
keutamaan yang membuat seseorang mengambil keputusan tepat dalam setiap situasi.
Keadilan adalah keutamaan lain yang membuat seseorang selalu memberikan kepada
sesama apa yang menjadi haknya. Kerendahan hati adalah keutamaan yang membuat
seseorang tidak menonjolkan diri, sekalipun situasi mengizinkan. Suka bekerja keras
adalah keutamaan yang membuat seseorang mengatasi kecenderungan spontan untuk
bermalas-malasan. Ada banyak keutamaan semacam ini. Seseorang adalah orang yang
baik, jika memiliki keutamaan. Hidup yang baik adalah hidup menurut keutamaan.
Hidup yang baik adalah virtuous life: hidup berkeutamaan.

Di antara keutamaan yang harus menandai pebisnis perorangan bisa disebut : kejujuran,
fairness, kepercayaan, dan keuletan, Keempat keutamaan ini berkaitan erat satu sama
lain dan kadang-kadang malah ada tumpang tindih di antaranya. Kejujuran secara
umum diakui sebagai keutamaan pertama dan paling penting yang harus dimiliki pelaku
bisnis. Orang yang mempunyai keutamaan kejujuran tidak akan berbohong atau menipu
dalam transaksi bisnis. Kejujuran menuntut adanya keterbukaan dan kebenaran. Jika
mitra bisnis ingin bertanya, pebisnis yang jujur selalu bersedia memberi keterangan.

Keutamaan kedua adalah fairness. Kerap kali diberi terjemahan "keadilan" dan memang
fairness dekat dengan paham "keadilan" tapi tidak sama juga. Barangkali terjemahan
yang tidak terlalu meleset adalah: sikap wajar. Fairness adalah kesediaan untuk
memberikan apa yang wajar kepada semua orang dan dengan "wajar" dimaksudkan apa
yang bisa disetujui oleh semua pihak yang terlibat dalam suatu transaksi. Insider trading
adalah contoh mengenai cara berbisnis yang tidak fair. Dengan insider trading
dimaksudkan menjual atau membeli saham berdasarkan informasi "dari dalam" yang
tidak tersedia bagi umum.

Kepercayaan (trust) adalah keutamaan yang penting dalam konteks bisnis. Kepercayaan
harus ditempatkan dalam relasi timbal balik. Pebisnis yang memiliki keutamaan ini
boleh mengandaikan bahwa mitranya mempunyai keutamaan yang sama. la bertolak
dari pengandaian bahwa mitranya pantas diberi kepercayaan atau bersifat bonafide,
sebagaimana ia sendiri bonafide juga terhadap mereka.

Keuletan adalah keutamaan selanjutnya. Pebisnis harus bertahan dalam banyak situasi
yang sulit, la harus sanggup mengadakan negosiasi yang terkadang seru tentang proyek
atau transaksi yang bernilai besar. Ia harus berani juga mengambil resiko kecil ataupun
besar, karena pengembangan banyak faktor tidak bisa diramalkan sebelumnya.

8
Keutamaan sebenarnya lebih cocok untuk digambarkan secara konkret daripada
diuraikan pada taraf teoretis. Dalam filsafat dewasa ini dikenal pendekatan yang sering
disebut "naratif". Artinya, kebenaran filosofis yang mau dibicarakan, tidak diuraikan
secara teoretis, melainkan dikisahkan dalam suatu contoh atau kasus konkret.
Keutamaan termasuk topik yang hampir secara alami mengundang pendekatan naratif.
Kita mengerti apa maksudnya keutamaan secara paling baik, bilamana bisa berjumpa
dengan figur pebisnis yang benar-benar mempraktekkan keutamaan. Dibandingkan
dengan teori-teori lain, teori keutamaan mempunyai kele bihan lagi, karena
memungkinkan untuk mengembangkan penilaian etis yang lebih positif. Teori-teori
yang didasarkan atas aturan, pada umumnya cenderung menilai perbuatan-perbuatan
dari segi negatif, artinya mereka terutama menyoroti yang tidak etis. Mereka cenderung
menilai suatu perbuatan sebagai penipuan. pencurian, ketidakjujuran, dan sebagainya.

E. Teori Keadilan
Keadilan pada umumnya adalah keadaan atau situasi di mana setiap orang memperoleh
apa yang menjadi haknya dan setiap orang memperoleh bagian yang sama dari
kekayaan kita besama. Dengan demikian berarti bahwa keadilan adalah keseimbangan
antara hak dan kewajiban. Berbuat adil berarti menghargai dan menjunjung tinggi
harkat dan martabat manusia, sebaliknya berbuat tidak adil berarti menginjak-injak
harkat dan martabat manusia.
Tanggung jawab sosial perusahaan mempunyai kaitan yg erat dg penegakan keadilan
dlm masyarakat umumnya dan bisnis khususnya.Tanggung jawab sosial perusahaan
berkaitan langsung dg perbaikan kondisi sosial ekonomi yg semakin sejahtera dan
merata.Masalah keadilan berkaitan secara timbal balik dengan kegiatan bisnis,
khususnya bisnis yang gbaik dan etis. Terwujudnya keadilan masyarakat, akan
melahirkan kondisi yg baik dan kondusif bagi kelangsungan bisnis. Praktik bisnis yg
baik, etis, dan adil akan mewujudkan keadilan dlm masyarakat. Sebaliknya
ketidakadilan yg merajalela akan menimbulkan gejolak sosial yg meresahkan para
pelaku bisnis. Ruang lingkupnya ada beberapa yaitu :

PAHAM TRADISIONAL DALAM BISNIS


a. Keadilan Legal
Menyangkut hubungan antara individu atau kelompok masyarakat dengan negara.
Dasar moral :
Semua orang adalah manusia yang mempunyai harkat dan martabat yang sama dan
harus diperlakukan secara sama.
Semua orang adalah warga negara yang sama status dan kedudukannya, bahkan sama
kewajiban sipilnya, sehingga harus diperlakukan sama sesuai dengan hukum yang
berlaku.
Keadilan Komutatif
Mengatur hubungan yg adil atau fair antara orang yg satu dengan yg lain atau warga
negara satu dengan warga negara lainnya.

9
KEADILAN INDIVIDUAL DAN STRUKTURAL
Keadilan dan upaya menegakkan keadilan menyangkut aspek lebih luas berupa
penciptaan sistem yg mendukung terwujudnya keadilan tsb. Prinsip keadilan legal
berupa perlakuan yg sama terhadap setiap orang bukan lagi soal orang per orang,
melainkan menyangkut sistem dan struktur sosial politik secara keseluruhan. Untuk
bisa menegakkan keadilan legal, dibutuhkan sistem sosial politik yg memang mewadahi
dan memberi tempat bagi tegaknya keadilan legal tsb, termasuk dlm bidang bisnis.

TEORI KEADILAN ADAM SMITH


Adam Smith hanya menerima satu konsep keadilan yaitu keadilan komutatif.
Alasannya:
1. Keadilan sesungguhnya hanya punya satu arti, yaitu keadilan komutatif yg
menyangkut kesetaraan, keseimbangan, keharmonisan hubungan antara satu orang dg
orang lain. Ketidakadilan berarti pincangnya hubungan antarmanusia karena kesetaraan
yg terganggu.
2. Keadilan legal sudah terkandung dlm keadilan komutatif, karena keadilan legal
hanya konsekuensi lebih lanjut dari prinsip keadilan komutatif. Demi menegakkan
keadilan komutatif, negara harus bersikap netral dan memperlakukan semua pihak scr
sama tanpa terkecuali.
Prinsip Komutatif Adam Smith:
1. Prinsip No Harm
2. Prinsip Non – Intervention
3. Prinsip Keadilan Tukar
Prinsip No Harm Yaitu prinsip tidak merugikan orang lain, khususnya tidak merugikan
hak dan kepentingan orang lain.
Prinsip ini menuntut agar dalam interaksi sosial apapun setiap orang harus menahan
dirinya untuk tidak sampai merugikan hak dan kepentingan orang lain, sebagaimana ia
sendiri tidak mau agar hak dan kepentingannya dirugikan oleh siapapun.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Etika dijadikan sebagai norma dan nilai yang dijadikan pedoman bagi manusia dalam
berperilaku dapat menjadi standar etika untuk membedakan baik buruk dan benar
salahnya tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok. Dengan adanya etika
beserta teori-teorinya, kita sudah seharusnya dapat bertindak baik sesuai standar etika
yang berlaku di dalam lingkungan di mana kita berada, baik dalam lingkungan
masyarakat. Dalam dunia bisnis, etika bisnis berfungsi untuk membatasi perilaku para
pelaku bisnis agar tidak semena-mena dalam melakukan suatu kegiatan bisnis. Etika
juga membantu kita untuk memutuskan bagaimana perilaku moral yang tepat dan harus
diambil ketika kita menghadapi situasi tertentu. Dengan demikian, etika akan
membawa manfaat yang besar bagi kita dalam menjalankan kehidupan sosial.

11
DAFTAR PUSTAKA

Bertens, K. (2013). "Pengantar Etika Bisnis". Yogyakarta: Kanisius

Hartman, L. P. dan Desjardins, 2008, "Etika Bisnis: Pengambilan Keputusan untuk Integritas
Pribadi dan Tanggung Jawab Sosial". Penerbit: Erlangga, Jakarta.

Sigit Hermawan & Nur Ravita Haun, 2020. Etika Bisnis dan Profesi. Penerbit: Indomedia
Pustaka, Sidoarjo.

12

Anda mungkin juga menyukai