Anda di halaman 1dari 30

“TEORI ETIKA BISNIS”

Etika Bisnis
Dosen Pengampu : Aditya Angger W.,ST.SE.MM

Disusun oleh kelompok 2 yang terdiri atas :


Kelas 6F
1. Wahyu Dwi Lestari (201611066)
2. Ambar Ayu Elisa (201611070)
3. Vita Rahmania (201611076)
4. M. Doni Suprastiyo (201611080)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI & BISNIS

UNIVERSITAS MURIA KUDUS

KATA PENGANTAR

1
Puji dan syukur kami hadapkan kepada Ida Sang Hyang Widhi yang telah melimpahkan rahmat
serta karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Etika Bisnis yang berjudul
“Teori Etika Bisnis “.
Terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah kami ini dengan sebaik-baiknya. Makalah ini kami susun sedemikian rupa sehingga
dapat memperluas wawasan kita dan lebih memahami,menjelaskan dan menerapkan Teori Etika
dalam dunia bisnis.

Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih belum sempurna dan terdapat beberapa
kekurangan di dalamnya. Kritik dan saran dari semua pihak diharapkan dapat digunakan sebagai
bahan pembenahan makalah yang kami selesaikan.

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul …………………………………………………………………………… 1


Kata Pengantar…………………………………………………………………………… 2
Daftar Isi……………………………………………………………………………...……. 3
BAB I Pendahuluan………………………………………………………………………. 4
Latar Belakang……………………………………………………………………………. 4
Rumusan Masalah……………………………………………………………………….. 4
Tujuan……………………………………………………………………………………… 4
BAB II Pembahasan……………………………………………………………………… 5
Pentingnya Teori Etika…………………………………………………………………… 5
Pendekatan Teori Etika …………………………………………………………………. 5
Teori Etika Deotologi ………………………………………………………. ……………. 5
Teori Etika Teleologi……………………………………………….……………………… 7
Teori Etika Utilitarianisme ……………………....……………………………………… 8
BAB III Kesimpulan ……………………………………………………….……………. 12
Daftar Pustaka ………………………………………………………………………….. 13

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Teori Etika menyediakan kerangka yang dapat digunakan untuk memastikan benar tidaknya
keputusan moral. Keputusan moral yang diambil bisa menjadi beralasan ( memiliki moral
reasoning ) berdasarkan suatu Teori Etika . Namun sering terjadi benturan – benturan yang di
akibatkan karena pada kenyataanya banyak terdapat teori etika, yang mengakibatkan penilaian
berbeda – beda sebagai akibat dari tidak adanya kesepakatan oleh semua orang.

Teori Deontologi sering disebut sebagai etika kewajiban karena berpendapat bahwa tugas
merupakan moral dasar dan tidak tergantung pada konsekuensi yang ditimbulkan, yang terdiri
dari teori hak ( rights) Keadilan ( Justice ), perhatian ( care ), dan keutamaan (Virtue). Teori
Teleologi berpandangan bahwa suatu tindakan benar atau salah tergantung pada konsekuensi
yang ditimbulkan oleh tindakan tersebut. Teori ini sering juga disebut dengan pendekatan
konsekuensialis. Teori Etika utlitiarianisme berakar dari teori Teleologi dan sering digunakan
untuk menilai kebijakan pemerintah dan komoditas public.

B. Rumusan masalah

Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:


A. Bagaimana Pentingnya Teori Etika?
B. Apa Pengertian Teori Deontologi?
C. Apa Pengertian Teori Teleologi?
D. Apa Pengertian Teori Utilitarianisme?

C. Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana pentingnya teori etika, Pengertian Teori Deontologi, Teori
Teleologi dan Teori Utilitarianisme.

4
BAB II
PERMASALAHAN KASUS

Kasus Pelanggaran Teori Etika Bisnis :

1. Teori Etika Deontologi

Dalam kasus ini, PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) sesungguhnya mempunyai tujuan yang
baik, yaitu bertujuan untuk memenuhi kebutuhan listrik nasional. Akan tetapi tidak diikuti
dengan perbuatan atau tindakan yang baik, karena PT. PLN belum mampu memenuhi kebutuhan
listrik secara adil dan merata. Jadi menurut teori etika deontologi tidak etis dalam kegiatan
usahanya.

2. Teori Etika Teleologi

Dalam kasus ini, monopoli di PT. PLN terbentuk secara tidak langsung dipengaruhi oleh Pasal
33 UUD 1945, dimana pengaturan, penyelengaraan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaan
sumber daya alam serta pengaturan hubungan hukumnya ada pada negara untuk kepentingan
mayoritas masyarakat dan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Maka PT. PLN dinilai etis bila
ditinjau dari teori etika teleologi.

3. Teori Etika Utilitarianisme

Tindakan PT. PLN bila ditinjau dari teori etika utilitarianisme dinilai tidak etis, karena mereka
melakukan monopoli. Sehingga kebutuhan masyarakat akan listrik sangat bergantung pada PT.
PLN.

4. Teori Etika Keutamaan

Tindakan PT. PLN jika ditinjau dari teori keutamaan masih dinilai belum adil. Ini disebabkan
karena masih adanya beberapa wilayah pelosok yang belum tersentuh listrik. penyebaran tidak
merata mengakibatkan beberapa daerah kesulitan beraktivitas, mengingat kebutuhan listrik
semakin meningkat. Maka PT. PLN dinilai tidak etis bila ditinjau dari teori etika keutamaan

5
5. Teori Etika Relativisme

PT. PLN menerapkan beberapa kebijakan yang mengharuskan pemadaman listrik secara sepihak
yang tentunya dianggap merugikan masyarakat. Padahal ada alasan dibalik PT. PLN melakukan
tindakan tersebut salah satunya yakni untuk mengurangi kebutuhan listrik rumah tangga yang
semakin tinggi. Jika pada zaman dulu orang dapat hidup tanpa listrik namun orang pada zaman
sekarang tidak akan bisa hidup tanpa listrik, karena pada umumnya masyarakat modern
menggunakan listrik sebagai salah satu sumber kehidupannya. Maka PT. PLN dinilai etis dan
tidak etis bila ditinjau dari teori relativisme.

6
BAB III

LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA

3.1. Pengertian Etika


Kata Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Bentuk tunggal kata 'etika' yaitu ethos
sedangkan bentuk jamaknya yaitu ta etha. Ethos mempunyai banyak arti yaitu : tempat
tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan/adat, akhlak,watak, perasaan, sikap,
cara berpikir. Sedangkan arti ta etha yaitu adat kebiasaan.
Arti dari bentuk jamak inilah yang melatar-belakangi terbentuknya istilah Etika yang
oleh Aristoteles dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Jadi, secara etimologis (asal usul
kata), etika mempunyai arti yaitu ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang
adat kebiasaan (K.Bertens, 2000). Untuk menganalisis arti-arti etika, dibedakan menjadi
dua jenis etika (Bertens, 2000):
1. Etika sebagai Praktis
a. Nilai-nilai dan norma-norma moral sejauh dipraktekkan atau justru tidak dipraktekkan
walaupun seharusnya dipraktekkan.
b. Apa yang dilakukan sejauh sesuai atau tidak sesuai dengan nilai dan norma moral.
2. Etika sebagai Refleksi
a. Pemikiran moral à berpikir tentang apa yang dilakukan dan khususnya tentang apa
yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan.
b. Berbicara tentang etika sebagai praksis atau mengambil praksis etis sebagai objeknya.
c. Menyoroti dan menilai baik buruknya perilaku orang.
d. Dapat dijalankan pada taraf populer maupun ilmiah.

3.2. Pengertian Bisnis


Bisnis adalah suatu organisasi yang menjual barang atau jasa kepada konsumen atau
bisnis lainnya, untuk mendapatkan laba. Secara historis kata bisnis dari bahasa Inggris
“business”, dari kata dasar busy yang berarti “sibuk” dalam konteks individu, komunitas,
ataupun masyarakat. Dalam artian, sibuk mengerjakan aktivitas dan pekerjaan yang
mendatangkan keuntungan. Di dalam melakukan bisnis, kita wajib untuk memperhatikan
etika agar di pandang sebagai bisnis yang baik. Bisnis beretika adalah bisnis yang
mengindahkan serangkaian nilai-nilai luhur yang bersumber dari hati nurani, empati, dan
norma. Bisnis bisa disebut etis apabila dalam mengelola bisnisnya pengusaha selalu
menggunakan nuraninya.

7
Berikut ini ada beberapa pengertian bisnis menurut para ahli :
1. Allan afuah (2004)
Bisnis adalah suatu kegiatan usaha individu yang terorganisasi untuk
menghasilkan dana menjual barang ataupun jasa agar mendapatkan keuntungan dalam
pemenuhan kebutuhan masyarakat dan ada di dalam industry
2. T. chwee (1990)
Bisnis merupaka suatu sistem yang memproduksi barang dan jasa untuk
memuaskan kebutuhan masyarakat.
3. Grifin dan ebert
Bisnis adalah suatu organisasi yang menyediakan barang atau jasa yang bertujuan
untuk mendapatkan keuntungan.

3.3. Pengertian Etika Bisnis


Secara sederhana yang dimaksud dengan etika bisnis adalah cara-cara untuk
melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan
individu, perusahaan, industri dan juga masyarakat. Kesemuanya ini mencakup bagaimana
kita menjalankan bisnis secara adil, sesuai dengan hukum yang berlaku, dan tidak tergantung
pada kedudukan individu ataupun perusahaan di masyarakat.
Etika bisnis juga merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan
salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan,
institusi, dan perilaku bisnis. Etika bisnis merupakan studi standar formal dan bagaimana
standar itu diterapkan ke dalam system dan organisasi yang digunakan masyarakat modern
untuk memproduksi dan mendistribusikan barang dan jasa dan diterapkan kepada orang-
orang yang ada di dalam organisasi.
Etika bisnis lebih luas dari ketentuan yang diatur oleh hukum, bahkan merupakan
standar yang lebih tinggi dibandingkan standar minimal ketentuan hukum, karena dalam
kegiatan bisnis seringkali kita temukan wilayah abu-abu yang tidak diatur oleh ketentuan
hukum. Berikut ini beberapa pengertian etika bisnis menurut para ahli :
1. Zimmerer (1996:20), etika bisnis adalah suatu kode etik perilaku pengusaha berdasarkan
nilai – nilai moral dan norma yang dijadikan tuntunan dalam membuat keputusan dan
memecahkan persoalan.

2. Ronald J. Ebert dan Ricky M. Griffin (2000:80), etika bisnis adalah istilah yang sering
digunakan untuk menunjukkan perilaku dari etika seseorang manajer atau karyawan suatu
organisasi.

8
3. K. Bertens, Pengantar Etika Bisnis, (Yogjakarta: Penerbit Kanisius, 2000, Hal. 5), Etika
Bisnis adalah pemikiran refleksi kritis tentang moralitas dalam kegiatan ekonomi dan
bisnis
4. Velasquez, 2005, Etika Bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang
benar dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan
dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis
5. Hill dan Jones, 1998, Etika bisnis merupakan suatu ajaran untuk membedakan antara
salah dan benar guna memberikan pembekalan kepada setiap pemimpin perusahaan
ketika mempertimbangkan untuk mengambil keputusan strategis yang terkait dengan
masalah moral yang kompleks.
6. Steade et al (1984: 701) dalam bukunya ”Business, Its Natura and Environment An
Introduction”).Etika bisnis adalah standar etika yang berkaitan dengan tujuan dan cara
membuat keputusan bisnis.
7. Business & Society - Ethics and Stakeholder Management, Caroll&Buchholtz, Etika
bisnis adalah cara-cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek
yang berkaitan dengan individu, perusahaan, industri dan juga masyarakat

8. Von der Embse dan R.A. Wagley dalam artikelnya di Advance Managemen Journal
(1988), memberikan tiga pendekatan dasar dalam merumuskan tingkah laku etika bisnis,
yaitu :
1. Utilitarian Approach: setiap tindakan harus didasarkan pada konsekuensinya. Oleh
karena itu, dalam bertindak seseorang seharusnya mengikuti cara-cara yang dapat
memberi manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat, dengan cara yang tidak
membahayakan dan dengan biaya serendah-rendahnya.
2. Individual Rights Approach: setiap orang dalam tindakan dan kelakuannya memiliki
hak dasar yang harus dihormati. Namun tindakan ataupun tingkah laku tersebut harus
dihindari apabila diperkirakan akan menyebabkan terjadi benturan dengan hak orang
lain.
3. Justice Approach: para pembuat keputusan mempunyai kedudukan yang sama, dan
bertindak adil dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan baik secara
perseorangan ataupun secara kelompok.

Beberapa hal yang mendasari perlunya etika dalam kegiatan bisnis:


1. Selain mempertaruhkan barang dan uang untuk tujuan keuntungan, bisnis juga
mempertaruhkan nama, harga diri, bahkan nasib manusia yang terlibat di dalamnya.
2. Bisnis adalah bagian penting dalam masyarakat

9
3. Bisnis juga membutuhkan etika yang setidaknya mampu memberikan pedoman bagi pihak
– pihak yang melakukannya.

Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain
adalah:
1. Pengendalian diri
2. Pengembangan tanggung jawab social (social responsibility)
3. Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya
perkembangan informasi dan teknologi
4. Menciptakan persaingan yang sehat
5. Menerapkan konsep “pembangunan berkelanjutan”
6. Menghindari sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi, dan Komisi)
7. Mampu menyatakan yang benar itu benar
8. Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan golongan
pengusaha ke bawah
9. Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama
10. Menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah disepakati
11. Perlu adanya sebagian etika bisnis yang dituangkan dalam suatu hokum positif yang
berupa peraturan perundang-undangan.
ETIKA ABSOLUT VERSUS ETIKA RELATIF
Sampai saat ini masih terjadi perdebatan dan perbedaan pandangan di antara para
etikawan tentang apakah etika bersifat absolut atau relatif.
Penganut paham etika absolut meyakini bahwa ada prinsip-prinsip etika yang bersifat
mutlak, berlaku universal kapan pun dan di mana pun.
Penganut etika relatif mengatakan bahwa tidak ada prinsip atau nilai moral yang berlaku
umum. Prinsip atau nilai moral yang ada dalam masyarakat berbeda-beda untuk masyarakat
yang berbeda dan untuk situasi yang berbeda pula.

PERKEMBANGAN PERILAKU MORAL


Perilaku moral adalah perilaku yang mengikuti kode moral kelompok masyarakat tertentu
(adat kebiasaan atau tradisi). Perilaku tidak bermoral berarti perilaku yang gagal mematuhi
harapan kelompok sosial tersebut.
Perilaku di luar kesadaran moral adalah perilaku yang menyimpang dari harapan
kelompok sosial yang lebih disebabkan oleh ketidakmampuan yang bersangkutan dalam
memahami harapan kelompok sosial. Kebanyakan perilaku anak balita dapat digolongkan ke
dalam perilaku di luar kesadaran moral (unmoral behavior). Perkembangan moral (moral
development) bergantung pada perkembangan intelektual seseorang.

10
Pentingnya Teori Etika

Teori Etika memiliki peranan penting dalam melegitimasi segala perbuatan dan
tindakan yang dilihat dari sudut pandang moralitas yang telah disepakati oleh masyarakat.
Dalam prakteknya, terkadang penerapan nilai etika hanya dilakukan sebatas persetujuan
atas standar moral yang telah disepakati untuk tidak dilanggar. Norma moral yang
menjadi standar masyarakat untuk menentukan baik buruknya perilaku dan tindakan
seseorang, terkadang hanya dianggap suatu aturan yang disetujui bersama tanpa
dipertimbangkan mengapa aturan-aturan moral tersebut harus kita patuhi. Untuk itu,
pemikiran-pemikiran yang lebih mendalam mengenai alasan-alasan mengapa kita perlu
berperilaku yang etis sesuai dengan norma-norma moral yang telah disepakati,
melahirkan suatu bentuk teori etika yang menyediakan kerangka untuk memastikan benar
tidaknya keputusan moral kita.

Pendekatan Teori Etika

Ada beberapa pendekatan dalam teori etika antara lain :


1. Teori Deontologi ( Etika Kewajiban )
Deontologi berasal dari bahasa Yunani, Deon yang berarti diharuskan, yang wajib,
sesuai dengan prosedur ( Magins, 1975:80; Pratley, 1997:173 ) . Teori Deontologi menilai
tindakan itu baik atau buruk berdasarkan aturan – aturan, prosedur, atau kewajiban. Etika
deontologi menekankan kewajiban manusia untuk bertindak secara baik. Misalnya
memberikan pelayanan yang baik pada konsumen,mengembalikan utang sesuai kesepakatan,
dsb. Dalam menilai seluruh tindakan, kemauan baik harus selalu dinilai paling pertama dan
menjadi kondisi dari segalanya.
Ada tiga prinsip yang harus dipenuhi dalam menerapkan teori deontologi, yaitu :
1. Tindakan harus dijalankan berdasarkan aturan, prosedur, dan kewajiban agar
tindakan punya nilai moral.
2. Suatu tindakan sudah dinilai baik apabila dilaksanakan dengan niat baik, walaupun
tujuan tidak tercapai.
3. Dari 2 hal tersebut di atas , kewajiban adalah hal yang penting dari tindakan yang
dilakukan berdasarkan sikap hormat pada hukum moral universal.

11
Yang termasuk dalam pandangan Teori Deontologi adalah :
a. Teori hak (right)
Teori hak merupakan aspek dari pendekatan deontologi, karena hak selalu
berkaitan dengan kewajiban. Manusia dalam kehidupannya memiliki berbagai
macam hak, yang di antaranya :
 Hak Moral atau asasi yang mengidentifikasikan seluruh aktivitas atau
keinginan yang dapat secara bebas dilakukan tanpa dibatasi oleh norma
hukum. Misalnya hak untuk hidup
 Hak Legal yang bersumber dari norma hukum dan dilindungi dalam lingkungan
yurisdiksi suatu system hukum.
 Hak Warganegara, yaitu hak – hak yang dapat dinikmati sebagai warga Negara,
seperti hak memilih, dan dipilih.
b. Teori Keadilan (justice)
Memberikan seseorang apa yang menjadi haknya akan menyangkut aspek keadilan (
moral Justice ) yang juga menjadi perhatian dalam pendekatan deontologi
Ada 3 unsur dalam pengertian hakiki antara lain :
 Keadilan tertuju pada orang lain.
 Keadilan merupakan kewajiban dan harus dilaksanakan, karena berkaitan
dengan hak orang lain.
 Keadilan menuntut persamaan ( equality )
c. Perhatian (Care)
Pendekatan lain yang ada dalam teori deontologi adalah Ethics of Care ( teori
memberi perhatian ), misalnya hubungan kekeluargaan, hubungan pertemanan, dan
hubungan yang terkait dengan pekerjaan. Dalam hal ini tidak semua hubungan
menimbulkan kewajiban moral untuk diberi perhatian. Menurut Velasques
( Satyanugraha, 2003 : 86 ) etika perhatian memberi penekanan pada dua tuntutan
moral yaitu :
 Setiap orang berada dalam suatu jaringan hubungan dan seharusnya menjaga dan
memelihara hubungan yang konkret dan bernilai dengan orang – orang yang ada
dalam jaringan

 Setiap orang seharusnya memberikan perhatian khusus pada mereka yang memiliki
hubungan khusus dengan memperhatikan kebutuhannya, nilainya, keinginannya,

12
dan kesejahteraan konkret berdasarkan persepektif pribadi dan menggapai secara
positif kebutuhan, nilai, keinginan, dan kesejahteraan mereka.

d. Teori Keutamaan (Virtue Theory)


Teori Keutamaan (Virtue Theory ) menggunakan keutamaan seperti
kejujuran,kebranian,integritas,kepedulian,kesabaran pengendalian diri dan kejelekan
seperti ketidakjujuran,keserakahan dan kekejaman sebagai awal untuk moral
reasoning. Menurut Satyanugraha,2003:89 Keutamaan didefinisikan sebagai watak
yang telah dimiliki seseorang dan yang memungkinkanya untuk bertingkah laku baik
secara moral.

2. Teori Teleologi ( Etika Tujuan atau Manfaat )


Teleologi berasal dari bahasa Yunani, telos yang berarti tujuan, sasaran, hasil, akibat
(Magins, 1975:79-80; Pratley, 1997:173). Teori tersebut menilai suatu tindakan itu baik
atau buruk dari sudut tujuan, hasil, sasaran atau keadaan optimum yang dapat dicapai.
Teleologi ini dianut oleh pengikut utilitarianisme.
Tujuan,hasil,sasaran atau akibat bisa dilihat dari dua segi yaitu apa dan untuk siapa
tujuan, hasil, sasaran, atau akibat tersebut. dan jika dilihat dari sudut apa tujuan, hasil,
sasaran, atau akibat tersebut dikenal dua versi teleologi yaitu :
a. Hedonisme ( hedone, dalam bahasa yunanai berarti kenikmatan)
b. Eudaimonisme (dalam bahasa Yunani berarti jiwa yang baik , eudaimonia, berarti
kebahagiaan) (Magnis, 1975:80; Bertens, 1997:235-242)
Aristoteles menyatakan bahwa setiap tindakan manusia mempunyai tujuan, dimana
tujuan tersebut dapat terbagi menjadi dua macam tujuan antara lain :
1. tujaun yang dicari untuk tujuan selanjutnya (tujuan antara )
2. Tujuan demi tujuan itu sendiri
Oleh karena itu , prinsip yang dipegang adalah " bertindaklah sedemikian rupa sehingga
dapat mencapai kebahagiaan", dengan tindakan yang merealisasikan bakat dan
kesanggupan manusia ( self-realization or self - actualization). Jika Dilihat. dari sudut
untuk siapa hasil atau akibat itu, maka hedonisme maupun eudaimonisme tergolong
egois, sehingga disebut juga egoisme etis. Dalam hubungan ini, egoisme dibedakan
menjadi dua antara lain :

13
1. Egoisme hedonistic (hedonisme egois) yaitu berlaku kaidah " Bertindaklah
sedemikian rupa sehingga mencapai kenikmatan yang paling besar bagimu atau
hindari semua ketidaknikmatan".
2. Egoisme eudaimonistic yaitu berlaku kaidah " bertindaklah sehingga mencapai
kebahagiaan terbesar bagimu".
Egoisme juga dibedakan menjadi :
1. Egoisme yang mencolok atau egoisme psikologis yang hanya melihat kepentingan
diri sendiri.
2. Egoisme kelompok ( in-group egoism ) yang melihat kepentingan kelompok terbatas
3. Egoisme yang dicerahi ( enlightened egoism ) atau pengejaran kepentingan sendiri
dan kepentingan pihak lain melalui negosiasi untuk kepentingan bersama ( Pratley,
1997:180-202 ). Pandangan ini dianggap lebih tepat sebagai moral bisnis karena
menghargai hak-hak pihak luar yang berkepentingan dimana secara spesifik egoisme
yang dicerahi menuntut pelaku bisnis untuk mengikuti standar moral yang didasarkan
atas pengejaran kepentingan diri sendiri dan pihak lain melalui negosiasi.
3. Etika Utilitarianisme
Etika Utilitarianisme berakar pada teori teleologi dan merupakan sekian banyak aliran
(teori) etika normatif yang digunakan untuk menilai etis tidaknya suatu tindakan.
a. Kriteria dan Prinsip Etika Utilitarianisme
 Menimbang biaya dan keuntungan sosial
Utilitarianisme berasal dari bahasa latin utilis,yang berarti,berguna,berfaedah dan
menguntungkan. Menurut aliran ini prinsip pokok yang harus dikedepankan dalam
berbuat adalah asas manfaat/keuntungan. the greatest happines of the greatest
number . Kegunaan/keuntungan menjadi prinsip,norma,kreteria dan cita-cita moral.
Dengan demikian utilitarianisme merupakan sebuah istilah umum untuk semua
pandangan yang menyatakan bahwa tindakan dan kebijakan perlu dievaluasi
berdasarkan keuntungan dan biaya yang dibebankan kepada masyarakat.
Pendekatan utlitarianisme sering disebut pendekatan konsekuensialis karena
menekankan kepentingan konsekuensi atas keputusan yang di ambil. Dengan demikian
istilah utilitarianisme digunakan untuk semua teori yang mendukung pemilihan
tindakan atau kebijakan yang memaksimalkan keuntungan atau menekan biaya. David
hume,jeremy bentham,dan john stuart adalah sebagian dari penggagas aliran ini.
Banyaknya analis yang meyakini bahwa cara terbaik untuk mengepaluasi kelayakan

14
suatu keputusan bisnis dengan mengandalkan pada analisis biaya keuntungan
utilitarian.

 Utilitarianisme Tradisional
Jeremy bentham ( 1748-1832) sering dianggap pendiri utilitarianisme tradisional.
Bentham berusaha mencari dasar objektif dalam membuat keputusan yang mampu
memberikan norma yang dapat diterima publik dalam menetapkan kebijakan peraturan
sosial. Cara yang paling menjanjikan dalam memproleh dasar objektif adalah dengan
melihat pada berbagai kebijakan yang dapat ditetapkan dan membandingkan
keuntungan serta konsekuensi-konsekuensinya.
Prinsip utilitarianisme adalah suatu tindakan yang dianggap benar,jika dari sudut
pandang etis jumlah total utilitas yang dihasilkan dari tindakan tersebut lebih besar dari
jumlah utilitas jumlah total yang lain. Tindakan yang tepat adalah dengan
melaksanakan proyek-proyek yang dari hasil penelitian objektif, terbukti mampu
menghasilkan keuntungan yang lebih besar bagi semua anggota masyarakat dengan
biaya paling kecil. Namun bukan berati tindakan benar mampu menghasilkan utilitas
paling besar bagi yang bertindak, tetapi suatu tindakan yang di anggap benar jika
mampu menghasilkan utilitas paling besar bagi semua orang yang berpengaruh
didalamnya, yang artinya prinsip utilitarian tidak membenarkan bahwa keuntungan
lebih besar dari biayanya. Maka didapatkan analisis terakhir bahwa tindakan benar
adalah tindakan yang mapu menghasilkan keuntungan- keuntungan yang dapat
diperoleh dari semua tindakan alternatif lain.
Ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam situasi tertentu :

1. Tentukan tindakan-tindakan altetnatif apa yang harus dilakukan dalam situasi


tersebut.
2. Untuk tindakan alternatif ditentukan keuntungan,biaya langsung,serta tidak
langsung yang akan diperoleh dari tindakan tersebut dimasa yang akan datang.
3. Alternatif yang memberikan utilitas wajib dipilih sebagai tindakan yang
secara etis tepat.
Utilitarianisme juga menjadi dasar teknik analisis biaya – keuntungan ekonomi yang
mana digunakan untuk menentukan tingakat kelayakan investasi dalam suatu proyek,
utilitarianisme sangat mengutamakan sikap efisiensi dari seseorang.
Ada tiga kreteria prinsip etika utilitarianisme ( keraf,1998:94) :
1. Manfaat, yaitu kebijakan yang mampu mendatangkan manfaat atau kegunaan
tertentu.

15
2. Manfaat terbesar, yaitu kebijakan tindakan yang mampu menghasilkan atau
mendatangkan manfaat terbesar dibandingkan dengan alternatif lainnya.
3. Manfaat terbesar diterima oleh sebanyak mungkin orang yaitu kebijakan yang
bermanfaat bagi lebih banyak orang. Jadi, suatu tindakan dapat dikatakan baik,
apabila tidak hanya mendatangkan manfaat terbesar, tetapi juga manfaat terbesar
bagi semua banyak orang.
b. Nilai positif utilitarianisme
Etika utilitarianisme memiliki daya tarik tersendiri, etika yang menggambarkan apa
yang sesungguhnya dilakukan oleh orang yang rasional dalam mengambil
keputusan, khususnya keputusan moral,termasuk dalam bidang bisnis. Ada tiga milai
positif etika utilitarianisme, menurut keraf ( 1998:96 ) yaitu
1. Rasional, yaitu : memberikan kreteria yang objektif dan rasional
2. Otonom, yaitu: sangat menghargai kebebasan setiap pelaku moral untuk
berpikir dan bertindak serta tidak ada paksaan.
3. Universal, yaitu : dinilai bermoral jika bermanfaat bagi banyak orang.
c. Etika utilitarianisme sebagai proses dan standar penilaian
Secara umum dapat dipakai dalam dua wujud yang berbeda yaitu :
1. Sebagai proses pengambilan keputusan
Etika ini dipakai untuk melakukan perencanaan penyusunan program serta
seleksi setiap alternatif setiap diambil yang digunakan untuk mengatur target
atau sasaran yang akan dicapai.
2. Sebagai standar penilaian
Etika ini benar-benar digunakan untuk menilai apakan tindakan atau kebijakan
yang ditetapkan tersebut memang baik atau tidak.
d. Kelemahan etika utilitarianisme
 Masalah penilaian
Suatu rangkaian masalah dalam kaitannya dengan utilitarianisme terfokus pada
hambatan yang dihadapi saat menilai atau mengukur utilitas, namum pendapat ini
tidak berlakukan secara universal sebab, nilai guna tidak mungkin bernilai
seragam pada semua manusia. Dengan sifat humanistik dan universal yang
diembannya, maka moral tidak akan pernah mungkin dinilai menurut versi
kegunaan,manfaat,dan keuntungan.

16
 Tanggapan utilitarian terhadap masalah penilaian
1. Kaum utulitarian menyatakan bahwa meskipun utilitarianisme idiealnya
mensyaratkan penilaian-penialian yang akurat dan dapat dikuantifikasikan atas
biaya dan keuntungan,namun persyaratan ini dapat diperlonggar jika penilaian
seperti itu tidak dapat dilakukan.
2. Utilitarianisme juga bisa salah menurut para kritikus, apabila diterapkan pada
situasi yang berkaitan dengan keadilan sosial.

 Tanggapan utilitarian terhadap pertimbangan hak dan keadilan


Kaum utilitarian mengajukan versi utilitarisme alternatif yang cukup penting yang
disebut rule-utilitarianism ( peraturaan utiliatarianism ) menurutnya bahwa sebuah
tindakan tertentu mampu memaksimalkan utilitas dalam kondisi tertentu, tidak
berarti bahwa tindakan itu benar dari sudut pandang etis. jadi teori ini memiliki
pertimbangan yang dapat diringkas kedalam dua prinsip :
1. Suatu tindakan yang dikatakan benar dari sudut pandang etis, hanya jika tindakan
tersebut dinyatakan dalam peraturan moral yang benar.
2. Sebuah peraturan moral dikatakan benar jika utilitas total yang dihasilkannya, dan
jika semua orang mengikuti peraturan tersebut lebih besar dari jumlah total yg
diperoleh serta semua orang mengikuti peraturan moral alternatif lainnya.

ETIKA ABAD KE-20


Perkembangan Etika Bisnis
Berikut perkembangan etika bisnis menurut Bertens (2000):
1. Situasi Dahulu
Pada awal sejarah filsafat, Plato, Aristoteles, dan filsuf-filsuf Yunani lain menyelidiki
bagaimana sebaiknya mengatur kehidupan manusia bersama dalam negara dan
membahas bagaimana kehidupan ekonomi dan kegiatan niaga harus diatur.
2. Masa Peralihan: tahun 1960-an
Ditandai pemberontakan terhadap kuasa dan otoritas di Amerika Serikat (AS), revolusi
mahasiswa (di ibukota Perancis), penolakan terhadap establishment (kemapanan). Hal
ini memberi perhatian pada dunia pendidikan khususnya manajemen, yaitu dengan
menambahkan mata kuliah baru dalam kurikulum dengan nama Business and Society.
Topik yang paling sering dibahas adalah corporate social responsibility.
3. Etika Bisnis Lahir di AS: tahun 1970-an

17
Sejumlah filsuf mulai terlibat dalam memikirkan masalah-masalah etis di sekitar bisnis
dan etika bisnis dianggap sebagai suatu tanggapan tepat atas krisis moral yang sedang
meliputi dunia bisnis di AS.
4. Etika Bisnis Meluas ke Eropa: tahun 1980-an
Di Eropa Barat, etika bisnis sebagai ilmu baru mulai berkembang kira-kira 10 tahun
kemudian. Terdapat forum pertemuan antara akademisi dari universitas serta sekolah
bisnis yang disebutEuropean Business Ethics Network (EBEN).
5. Etika Bisnis menjadi Fenomena Global: tahun 1990-an
Tidak terbatas lagi pada dunia Barat. Etika bisnis sudah dikembangkan di seluruh
dunia.Telah didirikan International Society for Business, Economics, and Ethics
(ISBEE) pada 25-28 Juli 1996 .

Arti Kata “Baik” Menurut George Edward Moore


Kata baik adalah kunci dari moralitas, namun Moore merasa heran tidak satu pun
etikawan yang berbicara kata baik tersebut, seakan-akan hal itu sudah jelas dengan
sendirinya. Ada yang menafsirkan kata baik sebagai nikmat (kaum hedonis), memenuhi
keinginan individu (etika egoisme, etika psikologis), memenuhi kepentingan orang banyak
(etika utilitarianisme), memenuhi kehendak Allah (etika teonom), dan bahkan ada yang
mengatakan kata baik tidak mempunyai arti. Suatu kata tidak dapat didefinisikan jika kata
tersebut tidak lagi terdiri atas bagian-bagian sehingga tidak dapat dianalisis. Berdasarkan
penjelasan ini, menurut Moore kata baik tidak dapat didefinisikan. Baik adalah baik, titik.
Setiap usaha untuk mendefinisikannya akan selalu menimbulkan kerancuan.

Tatanan Nilai Max Scheller


Scheller sebenarnya membantah anggapan teori imperative category Immanuel Kant
yang mengatakan bahwa hakikat moralitas terdiri atas kehendak untuk memenuhi kewajiban
karena kewajiban itu sendiri. Manusia wajib memenuhi sesuatu untuk mencapai sesuatu yang
baik, dan yang baik itu adalah nilai. Jadi, inti dari tindakan moral adalah tujuan merealisasi
nilai-nilai dan bukan asal memenuhi kewajiban saja. Nilai-nilai bersifat material dan apriori.
Material di sini bukan dalam arti ada kaitan dengan materi, tetapi sebagai lawan dari kata
formal. Menurut Schaller, ada empat gugus nilai yang masing-masing mandiri dan berbeda
antara satu dengan yang lain, yaitu: (1) nilai-nilai sekitar enak atau tidak enak, (2) nilai-nilai
vital, (3) nilai-nilai rohani murni, dan (4) nilai-nilai sekitar roh kudus.

Etika Situasi Joseph Fletcher

18
Joseph Fletcher termasuk tokoh yang menentang adanya prinsip-prinsip etika yang
bersifat mutlak. Ia berpendapat bahwa setiap kewajiban moral selalu bergantung pada situasi
konkret. Sesuatu ketika berada dalam situasi tertentu bisa jadi baik dan tepat, tetapi ketika
berada dalam situasi yang lain bisa jadi jelek dan salah.

Pandangan Penuh Kasih Iris Murdoch


Iris Murdoch mengamati bahwa teori-teori etika pasca-Kant yang memusatkan
perhatiannya kepada kehendak bebas tidak mengenai sasaran. Menurut Murdoch, yang khas
dari teori-teori etika paasca-Kant adalah bahwa nilai-nilai moral dibuang dari dunia nyata.
Teori Murdoch menyatakan bahwa bukan kemampuan otonom yang menciptakan nilai,
melainkan kemampuan untuk melihat dengan penuh kasih dan adil. Hanya pandangan yang
adil dan penuh kasih yang menghasilkan pengertian yang betul-betul benar.

Pengelolaan Kelakuan Byrrhus Frederic Skinner


Skinner mengatakan bahwa pendekatan filsafat tradisional dan ilmu manusia tidak
memadai sehingga yang diperlukan bukanlah ilmu etika, tetapi sebuah teknologi kelakuan. Ia
mengacu pada ilmu kelakuan sederhana yang dikembangkan oleh Pavlov. Ide dasar Skinner
adalah menemukan teknologi/cara untuk mengubah perilaku. Apabila kita dapat merekayasa
kondisi-kondisi kehidupan seseorang, maka kita dapat merekayasa kelakuannya.

Prinsip Tanggung Jawab Hans Jonas


Etika tradisional hanya memperhatikan akibat tindakan manusia dalam lingkungan dekat
dan sesat. Etika macam ini tidak dapat lagi menghadapi ancaman global kehidupan manusia
dan semua kehidupan di dunia ini. Oleh karena itu, Jonas menekankan pentingnya dirancang
etika baru yang berfokus pada tanggung jawab. Intinya adalah kewajiban manusia untuk
bertanggung jawab atas ketuhanan kondisi-kondisi kehidupan umat manusia di masa depan.

Kegagalan Etika Pencerahan Alasdair Maclntyre


Maclntyre mengatakan bahwa etika pencerahan telah gagal karena pencerahan atas nama
rasionalitas justru telah membuang apa yang menjadi dasar rasionalitas setiap ajaran moral,
yaitu pandangan teleologis tentang manusia. Yang dimaksud oleh Maclntyre adalah
pandangan dari Aristoteles sampai dengan pandangan Thomas Aquinas bahwa manusia
sebenarnya mempunyai tujuan hakiki (telos) dan bahwa manusia hidup untuk mencapai
tujuan itu.

19
Etika Bisnis & Tata Kehidupan Manusia

Kemunculan Etika Bisnis tidak bisa dilepaskan dari hadirnya etika dalam
kehidupan bermasyarakat. Etika merupakan pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran
moral, sehingga etika berbeda dengan ajaran moral, setidaknya tidak berada pada level
yang sama.

Moral bukanlah keilmuaan yang selalu berdasarkan pada fakta, namun moral
merupakan persoalan nilai yang ditentukan oleh opini personal, sehingga berbeda pula
dengan keilmuan yang sifatnya objektif, moral sepenuhnya bersifat subjektif. Etika
membantu manusia untuk menjadi manusia yang bertanggungjawab. Lebih lanjut, Etika
memberikan arah bagi manusia untuk berperilaku moral secara kritis dan rasional.

Moralitas adalah istilah yang dipakai untuk mencakup praktik dan kegiatan yang
membedakan apa yang baik dan apa yang buruk, aturan-aturan yang mengendali kan
kegiatan itu dan nilai-nilai yang tersimbol di dalamnya yang dipelihara atau dijadikan
sasaran oleh kegiatan dan praktik tersebut. Moralitas suatu masyarakat berkaitan di satu
pihak dengan adat istiadat dan kebiasaan yang telah diterima selaku perilaku yang baik dan
yang buruk oleh masyarakat atau kelompok yg bersangkutan. Sehingga, Moral mampu
mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan. Misalnya jika bertindak tidak
sesuai standar moral maka menyebutnya sebagai immoral merasa bersalah, menyesal dsb,
mengalami hilangnya rasa percaya diri.

Etika adalah cabang filsafat yang mempelajari baik buruknya perilaku manusia
(K.Bertens). Etika dapat diterjemahkan sebagai bentuk tindakan dengan mendasarkan
moral sebagai ukurannya. Moral dan ukurannya dapat dilihat dari berbagai segi seperti segi
agama, hati nurani, dan aturan-aturan yang tertulis maupun tidak tertulis. Dimana semua
itu dijadikan sebagai pandangan dalam memahami lebih dalam tentang Etika.

Definisi Etika Bisnis Etika Bisnis adalah aturan-aturan yang menegaskan suatu
bisnis boleh bertindak dan tidak boleh bertindak, dimana aturan-aturan tersebut dapat
bersumber dari aturan tertulis maupun aturan tidak tertulis. Dan jika suatu bisnis melanggar
aturan-aturan tersebut maka sangsi akan diterima. Dimana sangsi tersebut dapat berbentuk
langsung maupun tidak langsung.

Manusia memiliki sifat yang cenderung tidak pernah merasa puas terhadap apa
yang diperoleh sehingga ia selalu merasa kurang dan terus mencari. Upaya ini dilakukan

20
untuk mengubah kehidupan yang dimiliki terutama merubah nasib hidup. Sehingga banyak
umat manusia yang bekerja keras untuk mengejar tercapainya penghidupan yang layak
termasuk melupakan norma-norma yang berlaku.

Ada yang beranggapan bahwa manusia mimiliki prinsip homo homoni lupus, yaitu
manusia adalah serigala bagi manusia lainnya. Kaidah ini berlaku dari sisi rasa ambisius
manusia untuk meraih keuntungan tanpa memikirkan nasib orang lain dan lebih
mengutamakan kesenangan bagi dirinya.

Dalam diri setiap manusia memiliki semangat motivasi dan berjuang demi
mewujudkan mimpimimpi (terutama keinginan untuk terpenuhinya semua yang
diinginkan). Dan Bisnis dianggap sebagai salah satu jalan yang bisa mendorong manusia
untuk mempercepat memperoleh semua itu. Kepemilikan bisnis yang bersifat profitable
menyebabkan seseorang memiliki peluang untuk meraih keuntungan dari setiap keputusan
dan pengalokasian keuntungan terutama memiliki hak menikmati keuntungan tersebut.

Manusia diberi kebebasan untuk menata dan membentuk tata kehidupannya


menjadi lebih baik. Di sisi lain, Bisnis memiliki aturan yang harus dipatuhi, dan aturan
dalam bisnis dilahirkan atas kesepakatankesepakatan di wilayah mana bisnis itu berada.
Jika Bisnis di negara yang berpenduduk mayoritas Islam maka Etika Bisnis yang berlaku
adalah Etika Bisnis Islam. Di daerah mayoritas beragama Hindu (contoh; Bali) Etika Bisnis
berlaku di Bali berdasarkan Agama Hindu yg dianut sebagai besar masyarakatnya (seperti
Perayaan Nyepi) semua kegiatan bisnis harus mengikutinya. Tidak ada kegiatan Bisnis saat
Nyepi.

Etika bisnis dalam suatu perusahaan agar dapat berjalan secara konsisten dan
konsekuen diperlukan Kode Etik yang mengikat bagi stakeholder bisnis baik internal
maupun eksternal. Tujuan keberadaan kode etik ini untuk memberikan cara pandang bagi
pelaku bisnis dalam menjalankan aktivitas bisnis yang beretika.

Ruang Lingkup Ilmu Etika Bisnis Tindakan dan keputusan perusahaan yang dilihat
dari segi etika bisnis Kondisi-kondisi suatu perusahaan yang dianggap melanggar
ketentuan etika bisnis, dang sangsisangsi yang akan diterima akibat perbuatan tersebut.
Ukuran yang dipergunakan oleh suatu perusahaan dalam bidang etika bisnis. Peraturan dan
ketentuan dalam bidang etika bisnis yang ditetapkan oleh lembaga.

21
Permasalahan-permasalahan Umum Yang Terjadi Dalam Bidang Etika Bisnis
Pelanggaran etika bisnis dilakukan oleh pihakpihak yang mengerti dan paham tentang etika
bisnis. Hal ini dilakukan dengan sengaja karena faktoringin mengejar keuntungan dan
menghindari kewajiban-kewajiban yang selayaknya harus dipenuhi.

Keputusan bisnis sering dilakukan dengan mengesampingkan norma-norma dan


aturanaturan yang berlaku. Sehingga keputusan bisnis sering mengedepankan materi atau
mengejar target perolehan keuntungan semata, terutama keuntungan yang bersifat jangka
pendek. Dengan kata lain, etika bisnis diabaikan.

Keputusan bisnis dibuat secara sepihak tanpa memperhatikan ketentuan etik yang
disahkan oleh lembaga yang berkompeten termasuk peraturan negara. (sering terjadinya
berbenturan kepentingan aturan kode etik antrana pebisnis kecil dengan pebisnis besar)
terutama ketika Ia berkeinginan untuk memperluas jaringan usahanya.

Kondisi dan situasi realita menunjukkan kondisi dari pihak berwenang dalam
menegakkan etika bisnis masih dianggap lemah. Sehingga peluang ini diambil oleh pihak
tertentu untuk memanfaatkan kondisi demi keuntungan pribadi atau sekelompok orang.

BAB IV
PEMBAHASAN DAN STUDI KASUS

STUDI KASUS PELANGGARAN ETIKA BISNIS PT. PLN

22
PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) adalah perusahaan pemerintah yang bergerak di
bidang pengadaan listrik nasional. Hingga saat ini, PT. PLN masih merupakan satu-satunya
perusahaan listrik sekaligus pendistribusinya. Dalam hal ini PT. PLN sudah seharusnya dapat
memenuhi kebutuhan listrik bagi masyarakat, dan mendistribusikannya secara merata.

Usaha PT. PLN termasuk kedalam jenis monopoli murni. Hal ini ditunjukkan karena PT.
PLN merupakan penjual atau produsen tunggal, produk yang unik dan tanpa barang pengganti
yang dekat, serta kemampuannya untuk menerapkan harga berapapun yang mereka kehendaki.

Pasal 33 UUD 1945 menyebutkan bahwa sumber daya alam dikuasai negara dan
dipergunakan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat. Sehingga. Dapat disimpulkan bahwa
monopoli pengaturan, penyelengaraan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaan sumber daya
alam serta pengaturan hubungan hukumnya ada pada negara. Pasal 33 mengamanatkan bahwa
perekonomian Indonesia akan ditopang oleh 3 pemain utama yaitu koperasi, BUMN/D (Badan
Usaha Milik Negara/Daerah), dan swasta yang akan mewujudkan demokrasi ekonomi yang
bercirikan mekanisme pasar, serta intervensi pemerintah, serta pengakuan terhadap hak milik
perseorangan. Penafsiran dari kalimat “dikuasai oleh negara” dalam ayat (2) dan (3) tidak selalu
dalam bentuk kepemilikan tetapi utamanya dalam bentuk kemampuan untuk melakukan kontrol
dan pengaturan serta memberikan pengaruh agar perusahaan tetap berpegang pada azas
kepentingan mayoritas masyarakat dan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

23
Visi

Diakui sebagai Perusahaan Kelas Dunia yang Bertumbuh kembang, Unggul dan terpercaya
dengan bertumpu pada Potensi Insani.

Misi

 Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait, berorientasi pada kepuasan
pelanggan, anggota perusahaan dan pemegang saham.
 Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas kehidupan
masyarakat.

 Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi.

 Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.

Moto

Listrik untuk Kehidupan yang Lebih Baik

Maksud dan Tujuan Perseroan

Untuk menyelenggarakan usaha penyediaan tenaga listrik bagi kepentingan umum dalam jumlah
dan mutu yang memadai serta memupuk keuntungan dan melaksanakan penugasan Pemerintah
di bidang ketenagalistrikan dalam rangka menunjang pembangunan dengan menerapkan prinsip-
prinsip Perseroan Terbatas

Sejarah PLN

Berawal di akhir abad 19, bidang pabrik gula dan pabrik ketenagalistrikan di Indonesia
mulai ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda yang bergerak di bidang pabrik
gula dan pebrik teh mendirikan pembangkit tenaga lisrik untuk keperluan sendiri

Antara tahun 1942-1945 terjadi peralihan pengelolaan perusahaan-perusahaan Belanda


tersebt oleh Jepang, setelah Belanda menyerah kepada pasukan tentara Jepang di awal
Perang Dunia II

24
Proses peralihan kekuasaan kembali terjadi di akhir Perang Dunia II pada Agustus 1945,
saat Jepang menyerah kepada Sekutu. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh para pemuda
dan buruh listrik melalui delagasi Buruh/Pegawai Listrik dan Gas yang bersama-sama
dengan Pemimpin KNI Pusat berinisiatif menghadap Presiden Soekarno untuk
menyerahkan perusahaan-perusahaan tersebut kepada Pemerintah Republik Indinesia.
Pada 27 Oktober 1945, Presiden Soekarno membentuk Jawatan Listrik dan Gas di bawah
Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga dengan kapasitas pembangkit tenaga listrik
sebesar 157,5 MW.

Pada tanggal 1 januari 1961, Jawatan Listrik dan Gas diubah menjadi BPU-PLN (Bada
Pemimpin Umum Perusahaan Listrik Negara) yang bergerak di bidang listrik, gas dan
kokas yang dibubarkan pada tanggal 1 Januari 1965. Pada saat yang sama, 2 (dua)
perusahaan negara yaitu Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebagai pengelola tenaga
listrik milik negara dan Perusahaan Gas Negara (PGN) sebagai pengelola gas diresmikan.

Pada tahun 1972, sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 17, status Perusahaan Listrik
Negara (PLN) ditetapkan sebagai Perusahaan Umum Listrik Negara dan sebagai
Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK) dengan tugas menyediakan tenaga
listrik bagi kepentingan umum.

Seiring dengan kebijakan Pemerintah yang memberikan kesempatan kepada sektor


swasta untuk bergerak dalam bisnis penyediaan listrik, maka sejak tahun 1994 status PLN
beralih dari Perusahaan Umum menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) dan juga sebagai
PKUK dalam menyediakan listrik bagi kepentingan umum hingga sekarang

Alamat PT PLN (Persero)


Jalan Trunojoyo Blok M – I No 135
Kebayoran Baru, Jakarta 12160, Indonesia
Telp : 021 – 7251234, 7261122
fax : 021 – 7221330

Contoh kasus monopoli yang dilakukan oleh PT. PLN adalah:

25
1 . Fungsi PT. PLN sebagai pembangkit, distribusi, dan transmisi listrik mulai dipecah.
Swasta diizinkan berpartisipasi dalam upaya pembangkitan tenaga listrik. Sementara untuk
distribusi dan transmisi tetap ditangani PT. PLN. Saat ini telah ada 27 Independent Power
Producer di Indonesia. Mereka termasuk Siemens, General Electric, Enron, Mitsubishi,
Californian Energy, Edison Mission Energy, Mitsui & Co, Black & Veath Internasional, Duke
Energy, Hoppwell Holding, dan masih banyak lagi. Tetapi dalam menentukan harga listrik yang
harus dibayar masyarakat tetap ditentukan oleh PT. PLN sendiri.

2. Krisis listrik memuncak saat PT. Perusahaan Listrik Negara (PT. PLN) memberlakukan
pemadaman listrik secara bergiliran di berbagai wilayah termasuk Jakarta dan sekitarnya, selama
periode 11-25 Juli 2008. Hal ini diperparah oleh pengalihan jam operasional kerja industri ke
hari Sabtu dan Minggu, sekali sebulan. Semua industri di Jawa-Bali wajib menaati, dan sanksi
bakal dikenakan bagi industri yang membandel. Dengan alasan klasik, PLN berdalih pemadaman
dilakukan akibat defisit daya listrik yang semakin parah karena adanya gangguan pasokan
batubara pembangkit utama di sistem kelistrikan Jawa-Bali, yaitu di pembangkit Tanjung Jati,
Paiton Unit 1 dan 2, serta Cilacap. Namun, di saat yang bersamaan terjadi juga permasalahan
serupa untuk pembangkit berbahan bakar minyak (BBM) PLTGU Muara Tawar dan PLTGU
Muara Karang.

Dikarenakan PT. PLN memonopoli kelistrikan nasional, kebutuhan listrik masyarakat


sangat bergantung pada PT. PLN, tetapi mereka sendiri tidak mampu secara merata dan adil
memenuhi kebutuhan listrik masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya daerah-daerah
yang kebutuhan listriknya belum terpenuhi dan juga sering terjadi pemadaman listrik secara
sepihak sebagaimana contoh diatas. Kejadian ini menyebabkan kerugian yang tidak sedikit bagi
masyarakat, dan investor menjadi enggan untuk berinvestasi.

Kasus Pelanggaran Teori Etika Bisnis :

1. Teori Etika Deontologi

Dalam kasus ini, PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) sesungguhnya


mempunyai tujuan yang baik, yaitu bertujuan untuk memenuhi kebutuhan listrik nasional.
Akan tetapi tidak diikuti dengan perbuatan atau tindakan yang baik, karena PT. PLN
belum mampu memenuhi kebutuhan listrik secara adil dan merata. Jadi menurut teori
etika deontologi tidak etis dalam kegiatan usahanya.

26
2. Teori Etika Teleologi

Dalam kasus ini, monopoli di PT. PLN terbentuk secara tidak langsung
dipengaruhi oleh Pasal 33 UUD 1945, dimana pengaturan, penyelengaraan, penggunaan,
persediaan dan pemeliharaan sumber daya alam serta pengaturan hubungan hukumnya
ada pada negara untuk kepentingan mayoritas masyarakat dan sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Maka PT. PLN dinilai etis bila ditinjau dari teori etika teleologi.

3. Teori Etika Utilitarianisme

Tindakan PT. PLN bila ditinjau dari teori etika utilitarianisme dinilai tidak etis,
karena mereka melakukan monopoli. Sehingga kebutuhan masyarakat akan listrik sangat
bergantung pada PT. PLN.

4. Teori Etika Keutamaan

Tindakan PT. PLN jika ditinjau dari teori keutamaan masih dinilai belum adil. Ini
disebabkan karena masih adanya beberapa wilayah pelosok yang belum tersentuh listrik.
penyebaran tidak merata mengakibatkan beberapa daerah kesulitan beraktivitas,
mengingat kebutuhan listrik semakin meningkat. Maka PT. PLN dinilai tidak etis bila
ditinjau dari teori etika keutamaan

5. Teori Etika Relativisme

PT. PLN menerapkan beberapa kebijakan yang mengharuskan pemadaman listrik


secara sepihak yang tentunya dianggap merugikan masyarakat. Padahal ada alasan
dibalik PT. PLN melakukan tindakan tersebut salah satunya yakni untuk mengurangi
kebutuhan listrik rumah tangga yang semakin tinggi. Jika pada zaman dulu orang dapat
hidup tanpa listrik namun orang pada zaman sekarang tidak akan bisa hidup tanpa listrik,
karena pada umumnya masyarakat modern menggunakan listrik sebagai salah satu
sumber kehidupannya. Maka PT. PLN dinilai etis dan tidak etis bila ditinjau dari teori
relativisme.

27
BAB V

Kesimpulan

Teori Etika menyediakan kerangka untuk memastikan benar tidaknya keputusan moral
kita. Norma moral yang menjadi standar masyarakat untuk menentukan baik buruknya
perilaku dan tindakan seseorang, terkadang hanya dianggap suatu aturan yang disetujui

28
bersama tanpa dipertimbangkan mengapa aturan-aturan moral tersebut harus kita patuhi.
Menurut teori Etika Denteologi suatu tindakan itu bernilai moral karena tindakan itu
dilaksanakan berdasarkan kewajiban yang memang harus dilaksanakan terlepas dari tujuan
atau akibat tindakan itu. Teori Etika Teleologi menilai suatu tindakan itu baik atau buruk dari
sudut tujuan,hasil,sasaran atau keadaan optimim yang dapat dicapai. Sedangkan menurut
Teori Teori Utilitarianime menyatakan bahwa tindakan yang benar dalam situasi adalah
tindakan yang menghasilkan utilitas besar dibandingkan kemungkinan tindakan lainnya.

Daftar Pustaka :

Bertens, K. 2000. Pengantar Etika Bisnis. Kanisius. Yogyakarta.

Fahmi, Irham. 2013. Etika Bisnis: Teori Kasus, dan Solusi. Bandung: Alfabeta

Sutrisna Dewi, 2011 “Etika Bisnis “ penerbit Udayana University Press 2011

29
http://ruehanafi.blogspot.com/2014/06/pengertian-dan-pentingnya-teori-etika.html

30

Anda mungkin juga menyukai